Disusun oleh:
VIPRAS AJI AKBARSYAH
NIM. 0610233202
SKRIPSI
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2012
SURAT PERNYATAAN
NIM : 0610233202
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi orang lain.
Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana
diperlukan.
Pembuat Pernyataan
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Kepatuhan kepada Etika Profesi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit”
yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam segala hal yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini dan juga kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menjalani masa kuliah. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Gugus Irianto, MSA., Ak., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ph.D., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran, pelajaran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Akie Rusaktiva Rustam, SE., MSA., Ak. dan Ibu Devi Pusposari, SE., M.Si.,
Ak. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan terhadap perbaikan
skripsi ini.
5. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu segala urusan
akademik penulis.
6. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa, semangat, dan pengorbanan yang tidak
ternilai kepada penulis sejak bayi hingga saat ini yang tidak mampu penulis balas,
mungkin dengan keberhasilan penulis sedikit banyak mampu memberikan sedikit
hadiah untuk bapak dan ibu.
7. Himawan Setiaji, my little brother, yang selalu memberikan dukungan yang teramat
besar kepada penulis. Semoga cita-citamu menjadi Taruna Akmil dapat terwujud tahun
ini.
8. Nurul Zuni Asih, terima kasih atas segala kenangan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Kamu mengajarkan bagaimana menjadi tangguh dan
kuat dalam menjalani hidup ini.
9. Astri, Edwin, Qori, Galih, Lukas, Donny, Dika, Yanu, Tantowi, Faiqoh, Rikha, Ghea,
Rini, Wira, Rizha, Saka, Emil, Evi, Ruri, Indra, dan teman-teman Akuntansi FEB 06,
terima kasih atas segalanya yang kalian berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
substansi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik guna
penyempurnaan penelitian ini di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………vii
ABSTRAKSI……………………………………………………………………....viii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………...9
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………... 10
1.3.1. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 10
1.3.2. Kegunaan Penelitian……………………………………………… .11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden……………………………49
Dosen Pembimbing:
Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ak., Ph.D.
Akuntan publik merupakan suatu profesi yang sangat membutuhkan kredibilitas dan
kepatuhan kepada etika profesi. Hal ini disebabkan auditor sangat rentan di pengaruhi oleh tekanan
dari klien yang diaudit. Jika seorang auditor dapat mempertahankan kredibilitas dan kepatuhan
terhadap etika profesi, maka auditor tersebut dapat disebut auditor yang independen. Apabila
auditor tersebut tidak mampu menahan diri atas tekanan klien baik dari sisi emosional, keuangan,
maupun personal, maka tingkat independensi auditor tersebut diragukan dan hal tersebut
berdampak pada kualitas audit yang dilakukannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi, dan kepatuhan
kepada etika profesi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 50 responden, Responden yang terdiri dari para auditor yang terdapat pada
12 KAP yang terdapat di Malang dan Surabaya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi, dan kepatuhan
kepada etika profesi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Ketiga variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut terjadi karena ketiga variabel
tersebut merupakan komponen pokok yang harus dimiliki oleh seorang auditor agar memperoleh
hasil audit yang berkualitas dan sesuai dengan standar-standar yang berlaku.
Kata kunci: Akuntan Publik, Auditor, Kompetensi, Independensi, Kepatuhan terhadap Etika
Profesi, KAP, Kualitas Audit.
ABSTRACT
EFFECT OF COMPETENCE, INDEPENDENCE, AND COMPLIANCE TO
PROFESSIONAL ETHICS FOR QUALITY AUDIT
(Empirical Studies in Public Accountant Office in Malang and Surabaya)
By:
Vipras Aji Akbarsyah
Advisory Lecturer:
Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ak., Ph.D.
PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang menyandarkan kepada
kepercayaan dari masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian
yang bebas dan tidak memihak kepada siapapun terhadap informasi yang disajikan oleh suatu
organisasi. Profesi akuntan publik memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan tingkat
keandalan dari laporan keuangan organisasi, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang
benar-benar andal dan dapat dipercaya dalam hal pengambilan keputusan, baik keputusan investasi
Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari pernyataan yang
dikeluarkan oleh AAA (American Accounting Association) yang disebut dengan ASOBAC (A
Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan auditing sebagai: “suatu proses
sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-
asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya
kepada para pemakai yang berkepentingan” (Abdul Halim, 2008). Menurut APC (Auditing
Practices Committee) yang merupakan salah satu komite dari IAPC (International Auditing
Practices Committee), definisi auditing adalah “The independent examination of, and expression
that appointment and in compliance with any relevant statuary obligation” (Abdul Halim, 2008).
Maka, berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi audit adalah suatu proses
yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif dan
independen atas tindakan dan kejadian ekonomi di suatu organisasi untuk menentukan tingkat
kewajaran dan kesesuaian dari asersi-asersi organisasi dengan standar yang telah ditentukan, yang
ditunjukkan dengan adanya opini audit dan rekomendasi dari auditor dan menyampaikannya
Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam setiap
pelaksanaan kegiatan pengauditannya diwajibkan berpedoman pada salah satu standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yaitu Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
yang merupakan cerminan kualitas auditor yang diharuskan untuk memiliki keahlian yang
kompeten sesuai bidangnya. Selain berpedoman pada SPAP, auditor juga harus berpedoman pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai pedoman untuk menilai tingkat kewajaran laporan
keuangan perusahaan yang diaudit. Dalam setiap penugasannya, seorang auditor diwajibkan
mendapatkan data berupa temuan audit yang diperlukan selama penugasan audit untuk
penyelesaian laporan audit atas laporan keuangan yang diaudit secara menyeluruh.
moral (etis) individu (akuntan). Hal ini karena akuntansi merupakan praktik transformatif yang
memiliki potensi kuat untuk mengubah segala sesuatu di dunia.” (Abdul Halim, 2008). Selain
standar-standar tersebut, auditor juga diharuskan memiliki dan mematuhi kode etik profesi yang
mengatur perilaku akuntan publik dalam melaksanakan praktik profesinya baik dengan sesama
auditor maupun dengan masyarakat. Kode etik tersebut mengatur tentang tanggung jawab profesi,
kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, serta standar teknis
“Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP), baik yang merupakan anggota IAPI
maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi
jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode
etik profesi.” (Kode Etik Profesi Akuntan Publik, 2008). Kode Etik Profesi ini yang dijadikan
pedoman bagi individu di dalam KAP untuk menjaga moral dan perilaku etis mereka selama
Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit laporan keuangan
perusahaan menjadi pihak ketiga yang memiliki posisi strategis dalam lingkungan perusahaan
yaitu saat auditor mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan
keuangan perusahaan. Biasanya dalam hal ini, pihak manajemen menginginkan kinerja perusahaan
yang dikelolanya selalu terlihat baik dimata pemilik perusahaan (shareholder/owner). Akan tetapi,
menginginkan perusahaan tersebut terlihat baik, maka pihak pemilik menginginkan bahwa laporan
audit yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan dan keadaan perusahaan yang
Seorang auditor mendapatkan kepercayaan yang teramat besar dari pemakai laporan
keuangan dan mengharuskan auditor untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
Contoh paling fenomenal adalah kasus skandal yang terjadi pada Enron yang melibatkan kantor
audit big four Arthur Anderson yang berdampak pada penurunan kepercayaan dan keyakinan
masyarakat terhadap profesi auditor dan laporan hasil pengauditan. Kejadian tersebut membuat
Kemampuan auditor untuk mendeteksi trik-trik dalam rekayasa laporan keuangan sangat
dibutuhkan, apabila seorang auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam
laporan keuangan maka, tingkat kompetensi dan independensi dari seorang auditor akan
keuangan. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang
akuntan publik. Kemampuan auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang tinggi akan
meningkatkan reputasinya sehingga diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam melaksanakan
audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing.
Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan
Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:26)
menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas
laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas
pada tujuan audit dan struktur dari sistem yang mendasari. Sesuai dengan tanggung jawabnya
untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, maka akuntan publik tidak
hanya perlu memiliki keahlian saja tetapi juga diharuskan untuk selalu mempertahankan
mempercayai hasil auditan seorang akuntan publik, sehingga masyarakat tidak akan menggunakan
jasa audit. Hal tersebut dikarenakan indepenensi selalu dikaitkan dengan sikap netralitas dan tidak
mudah dipengaruhinya seorang auditor terhadap klien yang memberikan penugasan audit tersebut.
Maka dari itu, keberadaan seorang auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988).
Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam
semua hal yang berhubungan dengan perikatan, idependensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.” Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen (tidak
mudah dipengaruhi), karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk umum. Dengan demikian,
ia tidak dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajibannya selalu bersikap
jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan namun, auditor juga harus bersikap
demikian kepada masyarakat umum dan pengguna laporan keuangan perusahaan yang
memberikan kepercayaan kepada auditor. Hal tersebut yang membuat profesi akuntan publik
bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, auditor diharuskan memperhatikan kredibilitas dan
etika profesi namun di sisi lain, auditor juga menghadapi tekanan dari klien dalam pengambilan
keputusan. Jika auditor tidak mampu menghadapi tekanan yang dapat menurunkan kredibilitas
dirinya maka dapat dipastikan bahwa independensi auditor tersebut dipertanyakan dan hasil
Selain itu untuk tetap menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap independensi
auditor maka pekerjaan dan operasi dari Kantor Akuntan Publik (KAP) perlu dimonitor dan
diaudit oleh sesama auditor (peer review) untuk menilai kelayakan desain sistem penjaminan
kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang
dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme
monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit.
Selain sebagai mekanisme monitoring, peer review juga dirasakan sebagai pengurang resiko
competitive edge, dan memberikan lebih kepada klien atas kualitas jasa audit yang diberikan
(Harjanti, 2002:59).
Ada beberapa penelitian tentang kualitas audit yang telah dilakukan baik dari segi topik
maupun metode penelitian (Kusharyanti, 2003). Dari segi topik antara lain: Besaran KAP (De
Angelo, 1981; Palmrose, 1986; Deis dan Giroux, 1992), audit tenure (Aldhizer dan Lampe,
1997), audit fee (Jansen dan Payne, 2003), jasa non audit (Standards dan Poor, 2000; Wooten,
2003).
Sedangkan dari segi metode penelitian, saat ini masih sedikit penelitian yang difokuskan
pada pengembangan rerangka konseptual yang bisa menangkap konstruk kualitas audit.
Pengembangan model yang komprehensif mengenai kualitas audit perlu dilakukan sehingga model
tersebut dapat menangkap kompleksitas yang ditemukan dalam penelitian kualitas audit. Salah
satu model kualitas audit yang dikembangkan adalah model kualitas De Angelo (1981). Dimana
fokusnya ada pada dua dimensi kualitas audit yaitu kompetensi dan independensi. Dari segi
metode penelitian, pengembangan model kualitas audit yang dapat menangkap kompleksitias
kualitas audit masih sedikit sehingga perlu digali lagi. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji
kembali model kualitas De Angelo dengan menggunakan dimensi kompetensi yang diproksikan
menjadi dua sub variabel yakni pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan dimensi independensi
dikembangkan proksi antara lain lama hubungan dengan klien (audit tenure), tekanan dari klien,
telaah dari rekan auditor (peer review), dan jasa non audit. Untuk dimensi kepatuhan etika profesi
dikembangkan proksi antara lain tingkat kepatuhan auditor terhadap standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan dalam setiap penugasan audit, tanggung jawab auditor
Kode Etik IAI menyatakan bahwa: “…Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik,
pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya.
Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan
keuntungan pribadi.” dalam Abdul Halim, (2008). Berdasarkan penjelasan Prinsip Etika Profesi
menyatakan bahwa seorang auditor dalam setiap penugasan auditnya selalu membawa nama baik
instansi maupun nama baiknya sendiri. Sehingga nama baik instansi dan auditor tersebut
Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar mereka dapat
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya dapat meningkatkan
kualitas audit yang dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting yaitu, untuk
menilai sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas audit yang
diberikannya.
Peniliti ingin mengetahui pengaruh dari kompetensi, independensi, dan kepatuhan kepada
etika profesi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Peneliti ingin mengetahui
seberapa kompeten, independen auditor tersebut, dan mematuhi etika profesi dalam setiap
penugasan auditnya. Selain itu, peneliti terusik atas kasus yang menimpa KAP big four Arthur
Anderson dan perusahaan Enron. Atas kejadian tersebut banyak kalangan yang meragukan
Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh kompetensi,
independensi, dan kepatuhan kepada etika profesi akuntan publik terhadap kualitas hasil
audit (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)” 1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan
2. Apakah kepatuhan kepada etika profesi auditor, kompetensi dan independensi secara
3. Variabel manakah yang merupakan variabel yang dominan terhadap variabel kualitas
audit?
1.3.1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
kualitas auditnya
BAB II
Bab II dari penelitian ini akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan penelitian
terdahulu yang digunakan dalam perumusan hipotesis yang pada akhirnya menghasilkan suatu
kerangka berpikir teoritis. Tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu bermanfaat bagi peneliti
untuk menentukan aspek-aspek apa saja yang akan diteliti dan agar lebih fokus pada inti penelitian
tersebut. Aspek-aspek tersebut mencakup tentang kualitas audit, tingkat kompetensi, independensi,
sebagai variabel bebas, dan pendapat audit sebagai variabel terikat. Hasilnya membuktikan
bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independensi memberikan pendapat tentang
kelangsungan hidup perusahaan (going concern) yang cenderung besar dibandingkan dengan
yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau tidak memiliki keduanya.
2. Kusharyanti (2003) meneliti mengenai faktor-faktor kualitas audit menurut De Angelo dan
Catanach Walker. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa banyak faktor memainkan peran
penting dalam mempengaruhi kualitas audit dari sudut pandang auditor individual, auditor tim
maupun KAP.
3. Teguh Harhinto (2004) meneliti mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap
kualitas audit. Penelitian ini memproksikan keahlian dalam 2 sub variabel pengalaman dan
pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam tekanan dari klien, lama hubungan
dengan klien, dan telaah rekan auditor. Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa
4. Frianty Kartika Widhi (2006) melakukan penelitian terhadap pengaruh faktor-faktor keahlian
dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
proksi terhadap keahlian dan independensi. Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu
pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam tekanan dari klien,
lama hubungan dengan klien, dan peer review. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa keahlian dan independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
5. Adi Purnomo (2007) melakukan penelitian tentang persepsi auditor tentang pengaruh faktor-
faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Penelitian ini memproksikan
keahlian menjadi 2 sub variabel, yaitu pengalaman dan pengetahuan. Untuk masalah
independensi diproksikan dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien, dan pelaksanaan
6. M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti (2007) melakukan penelitian tentang
pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika
independensi dan etika auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit ditentukan
oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan
pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi,
sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan
publik yang mengharuskan auditor untuk tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan
siapapun serta jujur kepada semu pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan
publik. Selain dua komponen tersebut, masih ada satu komponen, yaitu tingkat kepatuhan auditor
terhadap etika profesi. Tingkat kepatuhan terhadap etika profesi berkaitan dengan profesionalitas
auditor dalam menjaga reputasinya dalam setiap penugasan auditnya. Ketiga komponen ini
merupakan aspek penting dalam menghasilkan kualitas audit yang baik dan sesuai dengan standar
seorang auditor menemukan dan melaporkan adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kliennya. Seorang auditor akan mampu menghasilkan kualitas audit yang baik apabila auditor
tersebut selalu memegang teguh sikap, standar teknis maupun standar profesional dengan
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang
prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi oleh
dalam setiap penugasannya. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama
2. Kepentingan publik
Setiap anggota akuntan publik berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu
keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
3. Integritas
Integritas merupakan benchmark bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya dan merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik. Setiap anggota
akuntan publik harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4. Objektivitas
Prinsip objektivtas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, serta
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di
bawah pengaruh pihak lain. Setiap anggota akuntan publik harus menjaga objektivitasnya dan
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Setiap anggota akuntan publik diharuskan
untuk bersikap hati-hati dalam pelaksanaan audit dan menggunakan pengetahuan serta
6. Kerahasiaan
Setiap anggota akuntan publik diharuskan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
informasi tersebut tanpa persetujuan klien. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika
persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk
mengungkapkan informasi.
7. Perilaku profesional
Setiap anggota akuntan publik diharuskan untuk konsisten menjaga reputasi profesi baik
secara individu maupun secara instansi dan menjauhi tindakan-tindakan yang dapat merusak
reputasinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar teknis
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
hati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar
auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
5. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan
diwajibkan memiliki suatu sistem pengendalian mutu. Sebagai pedoman, organisasi profesi
menetapkan 9 elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan oleh KAP dalam
menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang
kesesuaian dengan standar profesional dalam menjalankan pengauditan dan jasa akuntansi serta
review.
Pernyataan standar auditing merupakan penjabaran lebih lanjut dari ayat-ayat standar
auditing. Pernyataan standar auditing berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus
diikuti oleh akuntan publik dalam setiap penugasan audit. Penyataan standar auditing yang
1. Independensi
Elemen ini bertujuan agar semua profesional harus independen terhadap klien saat
melaksanakan jasa atestasi. Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah
Memiliki tujuan agar personil memperoleh pelatihan teknis dan keahlian yang dibutuhkan
sesuai dengan penugasan. Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah menunjuk
orang yang tepat yang akan diberikan penugasan. Menetapkan bahwa dalam setiap
penugasan harus ada partner tertentu yang bertanggung jawab atas penugasan yang
bersangkutan.
3. Konsultasi
Memiliki tujuan agar personil dapat memperoleh bantuan (jika diperlukan) dari orang yang
memiliki keahlian, pertimbangan, dan kewenangan yang memadai. Kebijakan dan prosedur
untuk elemen ini adalah menunjuk orang sebagai ahli dan menetapkan bidang-bidang dan
4. Supervisi
Bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan telah benar-benar memenuhi standar mutu KAP.
Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah menetapkan prosedur untuk mereview
kertas kerja dan laporan serta melaksanakan supervisi pekerjaan secara terus-menerus.
5. Pengangkatan pegawai
Bertujuan agar pegawai baru harus memiliki kualifikasi tertentu untuk dapat melakukan
pengangkatan pegawai baru pada tingkatan pemula serta menetapkan kualifikasi untuk
6. Pengembangan profesional
Memiliki tujuan agar personil memiliki pengetahuan yang diperlukan agar dapat
serta menyediakan informasi bagi para personil tentang hal-hal baru di bidang profesi.
7. Pengembangan karyawan
Bertujuan untuk meperoleh personil yang memiliki kualifikasi yang memungkinkan untuk
Kebijakan dan prosedurnya adalah menetepkan kualifikasi yang diperlukan untuk setiap
tingkat tanggung jawab dalam KAP serta melakukan evaluasi personalia secara periodik.
Bertujuan untuk menghindari hubungan kerja dengan klien yang integritasnya diragukan.
Kebijakan dan prosedurnya adalah menetapkan kriteria untuk mengevaluasi klien baru dan
menetapkan prosedur review untuk klien lama yang akan memberikan penugasan lanjutan.
9. Inspeksi
Tujuan elemen ini adalah untuk menentukan bahwa prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan elemen-elemen lain telah diterapkan secara efektif. Kebijakan dan prosedur untuk
elemen ini adalah merumuskan lingkup dan isi program inspeksi dan memberikan laporan
Berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi
ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan
menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para
pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan
berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Oleh karena auditor memiliki peranan
penting maka, auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi
Namun saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit
yang baik. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif
dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit
dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan
kualirasnya (Parasuraman, et.al 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2003:49)). Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas,
mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan
dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk
2.3. Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Adapun
kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002) dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP).
Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan
pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Dijelaskan juga
bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan lain
dalam pembuatan keputusan yang baik, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur
lain selain pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa
walaupun hanya dalam penetapan resiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor
yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan auditor.
Hasil penelitian Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas
membantu kinerja auditor berpengalaman melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti
hanya pada saat penetapan resiko analitis. Ashton (1991) menemukan bukti empiris bahwa
perbedaan pengetahuan yang dimiliki auditor pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat
Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor
(Kusharyanti, 2003), yaitu: (1.) pengetahuan pengauditan umum, (2.) pengetahuan area fungsional,
(3.) pengetahuan mengenai isu-isu akutansi yang paling baru, (4.) penegtahuan mengenai industri
2.4. Independensi
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
Deis dan Giroux (1992) mengatakan bahwa dalam konflik kekuatan, klien dapat menekan
auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar. Kondisi keuangan klien
yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara pergantian auditor.
Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan klien tersebut sehingga
menyebabkan independensi mereka melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka
dituntut untuk memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat melanggar
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang menganggu independensi akuntan publik,
yaitu: (1.) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (2.) Mengaudit
pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3.) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien
dan (4.) Bertindak sebagai penasihat dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya
jika memiliki hubungan bisnis, keuangan, dan manajemen atau karyawan dengan kliennya.
Etika dapat didefinisikan sebagai tata cara, norma dan aturan yang mengatue sikap
seseorang berperilaku terhadap sesamanya maupun masyarakat. Maryani dan Ludigdo (2001)
mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang
dianggap paling dominan mempengaruhi sikap dan perilaku tidak etis akuntan. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, ditemukan sepuluh faktor yang dianggap oleh akuntan mempengaruhi sikap
dan perilaku mereka. Sepuluh faktor tersebut adalah religiusitas, pendidikan, organisasional,
emotional quotent, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum,
Secara umum kode etik perilaku auditor seharusnya memberikan pedoman yang cukup
bagi auditor untuk menjalankan perannya sebagai profesional, dan menginformasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, manajemen, atau pihak-pihak lain yang
Secara lebih luas kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi
eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan
mematuhi kode etik, auditor diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinreja yang terbaik bagi
masyarakat.
Salah satu fungsi akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat
dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik kepentingan antara pihak internal
dan eksternal perusahaan, menuntut akuntan publik untuk menghasilkan laporan auditan yang
berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Selain itu, dengan menjamurnya
skandal keuangan baik domestik maupun manca negara, sebagian besar bertolak dari laporan
keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan. Hal ini yang memunculkan pertanyaan
tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan
keuangan klien serta etika profesi yang dipahami oleh auditor terhadap berbagai macam gangguan
Berdasarkan logika dari uraian di atas maka dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas
Kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup
dan eksplisit dapat melakukan audit secara obyektif, cermat, dan seksama.
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak
diperlukan sikap independen dari auditor. Hal ini dikarenakan jika seorang auditor kehilangan
independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang
pada akhirnya laporan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Ketaatan terhadap etika profesi akuntan publik merupakan sikap yang harus dimiliki oleh
masing-masing auditor. Ketaatan ini sangat penting dalam menunjang independensi dan
kompetensi seorang auditor, tanpa adanya ketaatan terhadap etika profesi maka, seorang
auditor akan dengan mudah terjebak dalam pengaruh dan tingkat independensinya akan
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kompetensi
Pengetahuan Kepatuhan terhadap Etika
Profesi
Pengalaman KUALITAS AUDIT Kepatuhan terhadap
etika profesi
Independensi Profesionalitas auditor
Lama hubungan dengan
klien
Tekanan dari Klien
(H0) Kompetensi, Independensi, dan Kepatuhan kepada etika profesi tidak berpengaruh
.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III dari penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel independen dan
variabel dependen yang digunakan untuk mengolah data dan mendapatkan tujuan dari penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sehingga bermanfaat untuk peneliti dan pengguna penelitian tersebut.
Kompetensi auditor adalah kemampuan auditor dengan pengetahuan dan pengalaman yang
cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. Oleh karena itu,
maka pada penelitian ini variabel kompetensi akan diproksikan dengan dua sub variabel yaitu
3.1.1.1. Pengetahuan
oleh auditor yang meliputi pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang
auditing dan akuntansi serta pemahaman atas industri klien. Indikator yang digunakan
akuntansi dan standar auditing, (b.) pengetahuan tentang jenis industri klien, (c.)
pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien, (d.) pendidikan formal yang sudah
3.1.1.2. Pengalaman
semua yang diperoleh melalui interaksi secara terus-menerus dengan sesama, benda alam,
keadaan, gagasan, dan penginderaan. Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti
yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.
Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam
laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman ini adalah
sebagai berikut: (a.) lama melakukan audit, (b.) jenis perusahaan yang diaudit, (c.) jumlah
Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diarapkan
dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya
membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun buku berturut-turut, auditor yang
dimaksud tersebut dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien
sebagaimana dimaksud tersebut adalah setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan klien tersebut, sementara untuk Kantor Akuntan Publik
(KAP) boleh sampai 6 tahun buku berturut-turut. Jasa audit umum atas laporan keuangan
dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana penjelasan
masa kerja tersebut setelah 1 tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut.
Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat
Tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional, atau keuangan dapat
(Kusharyanti 2002:29).
Untuk mengetahui tekanan apa saja yang berasal dari klien yang dapat
sebagai berikut: (a.) Besar fee audit yang diberikan oleh klien, (b.) Pemberian sanksi dan
ancaman pergantian auditor dari klien, (c.) Fasilitas dari klien jika ada.
dipersiapkan oleh auditor yang dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan auditing
(Harjanti, 2002:59).
Untuk mengukur seberapa besar pengaruh telaah dari rekan auditor, digunakan
indikator sebagai berikut: (a.) Manfaat telaah dari rekan auditor, (b.) Konsekuensi terhadap
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non
atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti
besar pengaruh jasa non audit digunakan indikator sebagai berikut: (a.) Pemberian jasa
audit dan non audit kepada klien yang sama, (b.) Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat
Kepatuhan terhadap Etika Profesi adalah sikap yang memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam setiap tindakan auditor untuk mempertahankan independensinya. Seberapa independen dan
seberapa profesional seorang auditor dapat dilihat dari seberapa patuh dan taat auditor tersebut
untuk melaksanakan prosedur audit berdasarkan apa yang tercantum dalam Standar Profesional
prioritas dalam setiap melaksanakan atau memberikan jasa audit atas klien. Dengan
patuhnya auditor terhadap etika profesi maka, independensi dari seorang auditor dapat
dipercaya dan kualitas hasil audit cukup baik dan sesuai dengan kenyataan dan dalam
maka digunakan indikator sebagai berikut: (a.) Seberapa kuat auditor dalam menghadapi
tekanan dari klien, (b.) Seberapa sering auditor mengabaikan etika profesi.
independensinya cukup baik sehingga sering mendapatkan permintaan dari klien untuk
seorang auditor, kualitas hasil audit seorang auditor akan dapat dipercaya oleh para
indikator sebagai berikut: (a.) Seberapa sering auditor mengaudit perusahaan klien dengan
Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemaaman
auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi
Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di kota Malang dan Surabaya
digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) dan Kartika Widhi
(2006) yaitu sebagai berikut: (a.) Melaporkan semua kesalahan klien, (b.) Pemahaman terhadap
sistem informasi akuntansi klien, (c.) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d.)
Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan,
(e.) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f.) Sikap hati-hati dalam pengambilan
keputusan.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat dimana
penelitian dilakukan secara langsung (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999:65). Data
primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden.
Contoh sumber data primer meliputi: wawancara, panel, kelompok fokus, kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
perantara (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999:65). Sebagai suatu penelitian empiris
maka data sekunder dalam penelitian ini diperoleh artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian
terdahulu. Contoh sumber data sekunder meliputi data-data yang didapatkan melalui:
Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Malang dan
Surabaya. Dipilih kota Malang dan Surabaya karena kota tersebut KAP yang berdomisili di kota
Malang dan Surabaya cukup representatif untuk menjadi responden penelitian dengan kriteria
KAP yang tidak terlalu besar. Dimana penelitian ini akan mengarahkan pada KAP yang berbeda
dari penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu juga, peneliti melakukan penelitian pada KAP
di kota Malang dan Surabaya karena keterbatasan waktu dan biaya dan memudahkan proses
penelitian tersebut.
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner).
Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1996;139).
1. Populasi
penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang terdaftar dan bekerja pada Kantor Akuntan
2. Sampel
Sampel adalah bagian/wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto 1998:117). Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode proportional simple random
sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari tiap sub populasi dengan
mempehitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Formula yang digunakan untuk
menentukan sampel dalam penelitian ini adala seperti yang dikemukakan Yamane (1973)
n = N
2
Nd + 1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Ukuran populasi
Konsep dalam penelitian ini meliputi konsep etika, kompetensi, dan independensi sebagai
variabel bebas, dimana kompetensi diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu pengetahuan dan
pengalaman. Sedangkan independensi diproksikan ke dalam 4 sub variabel yaitu tekanan dari
klien, telaah dari rekan auditor, lama hubungan dengan klien, dan jasa non audit. Sedangkan Etika
diroksikan ke dalam 2 sub bab yaitu kepatuhan terhadap etika profesi dan profesionalitas auditor.
Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang identitas responden. Data demografi
tersebut meliputi: jabatan, lama pengalaman kerja, latar belakang pendidikan, jenis kelamin,
nama KAP.
Pada bagian ini berisi pertanyaan mengenai kompetensi, etika, independensi, dan
kualitas audit. Jenis pertanyaan adalah tertutup, dimana responden hanya memberikan tanda
Pengujian validitas dan realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS.
3.6.1. Validitas instrumen
Validitas adalah seberapa cermat alat ukur dapat mengungkap dengan jitu gejala-
gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur (Hadi, 1996:289). Suatu instrumen yang
kurang valid atau berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2000:144). Validitas
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y, dua variabel yang dikorelsikan (x=X-X
dan y= Y- Y)
N = jumlah subyek
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑XY = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat x
Y
2 = kuadrat y
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf kesalahan 5 %, jika r xy >
suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu.
Alpha. Jika koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa instrumen
penelitian tersebut handal atau reliabel (Nunnaly dalam Ghozali, 2005:42). Adapun
r11 = [ k ] [1-∑σb2]
k-1 2
σt
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor butir
= varians toral
= banyaknya butir
Analisa data adalah cara-cara mengoleh data yang telah terkumpul, kemudian dapat
memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang
telah dirumuskan.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan persamaan
sebagai berikut:
Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+e
Dimana:
Y = Kualitas audit
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi
X3 = Kepatuhan terhadap etika profesi
β0 = Intercept (konstanta)
β1β2β3 = Koefisien regresi
e = error
dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau
disebut homoskedisitas (Ghozali, 2005:105). Model regresi yang baik adalah homoskedisitas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel bebas yang satu
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikat. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan
nilai hitung Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat
kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah
jumlah variabel.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika F hitung > Ftabel (n-k-1) maka Ho
ditolak. Secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen
(X1, X2, dan X3) berpengaruh terhadap variabel (Y). Jika F hitung < Ftabel (n-k-1)
maka Ho diterima. Secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel
independen (X1, X2, dan X3) tidak berpengaruh terhadap nilai (Y).
Selain itu, uji F dapat pula dilihat dari besanya probabilitas value (p value)
dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikansi a=5%). Kriteria pengujian yang digunakan
adalah: Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, Jika p value > 0,05 maka Ho diterima.
independen X1,X2, dan X3 secara bersamaan terhadap kualitas audit sebagai variabel
2 2
dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R ). Dimana R menjelaskan
seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan
variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan ttabel.
Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: Jika t hitung > ttabel (n-k-1) maka Ho
Selain itu hasil uji t dapat juga dilihat dari besarnya probabilitas value (p value)
dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikansi a = 5%). Adapun kiteria pengujian yang
digunakan adalah: Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, jika p value > 0,05 maka Ho
diterima.
Untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari variabel bebas secara
parsial terhadap kualitas audit sebagai variabel terikat dapat dilihat dari besarnya koefisien
2 2
determinasi (R ). Dimana R menjelaskan seberapa besar variabel bebas yang digunakan
Jumlah populasi auditor berdasarkan direktori IAPI untuk KAP yang terdapat di Malang
yang meliputi 8 KAP dengan jumlah total auditor di KAP tersebut adalah sekitar 70 auditor,
sedangkan untuk KAP di wilayah Surabaya sekitar 40 KAP, jumlah auditor di KAP tersebut
sekitar 280 auditor. Dengan demikian, jumlah total populasi auditor sekitar 350 orang. Untuk
jumlah auditor di KAP wilayah Surabaya, peneliti menggunakan asumsi pesimistik dengan rata-
rata 7 auditor di setiap KAP. Hal ini dikarenakan jumlah auditor pada masing-masing KAP
berbeda-beda.
Pengambilan data terhadap responden (auditor) di Kantor Akuntan Publik yang menjadi
sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei lapangan atau penggunaan
kuesioner. Metode pengambilan sampel auditor di KAP Malang dan Surabaya adalah
menggunakan purposive sampling. Metode ini menggunakan syarat atau ketentuan efektivitas dan
efisiensi waktu. Auditor yang dijadikan responden pada penelitian ini dipilih yang berlokasi di
daerah Malang dan Surabaya dikarenakan lokasinya dapat dijangkau oleh peneliti sehingga tidak
memakan banyak biaya dan waktu. Kuesioner sebanyak 50 eksemplar disebarkan di beberapa
Dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali dan diterima (respon rate) adalah 50
eksemplar atau semua kuesioner yang disebarkan dapat diolah secara keseluruhan, dengan rincian
30 eksemplar dari Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di Malang dan 20 eksemplar dari Kantor
dilakukan deskripsi dari responden berdasarkan jenis kelamin, status pendidikan terakhir dan
status kepegawaian.
Berikut daftar sampel Kantor Akuntan Publik yang menjadi tempat penyebaran kuesioner
Dari data sampel yang terkumpul diketahui bahwa jenis kelamin mayoritas auditor yang
menjadi responden pada penelitian ini adalah laki-laki dengan jumlah sebanyak 27 responden
(54%) sisanya adalah responden wanita terdapat dengan jumlah sebanyak 23 responden (46%).
Laki-laki 27 54%
Wanita 23 46%
Jumlah 50 100%
Dari segi tingkat pendidikan terakhir didapatkan hasil bahwa jumlah mayoritas responden berpendidikan S1
yaitu sebanyak 44 responden (88%) dan sisanya sebanyak 6 responden (12%) berpendidikan S2. Hasil
selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir
S1 44 88%
S2 6 12%
Jumlah 50 100%
Dari 50 auditor yang disurvey diketahui mayoritas responden menempati jabatan sebagai
Junior Auditor sebanyak 38 responden (76%), bisa jadi hal ini akibat dari banyaknya auditor yang
mengisi jabatan ini adalah fresh graduate yang berstatus sebagai pegawai baru, kemudian
sebanyak 9 responden (18%) adalah Senior Auditor, dan selanjutnya sebanyak 2 responden (4%)
adalah supervisor dan hanya 1 responden (2%) yang berstatus sebagai manajer. Hasil lebih jelas
Supervisor 2 4%
Manajer 1 2%
Jumlah 50 100%
Jika ditinjau dari masa kerja auditor di KAP diketahui bahwa masa kerja auditor di KAP
yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun di KAP sebanyak 24 responden (48%), kemudian
17 responden (34%) memiliki masa kerja 1 sampai dengan 3 tahun, selanjutnya sebanyak 7
responden (14%) memiliki masa kerja 4 sampai dengan 6 tahun dan sebanyak 2 responden (4%)
memiliki masa kerja lebih dari 6 tahun. Data lebih jelas dan rinci ditampilkan pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja di KAP
> 6 tahun 2 4%
Jumlah 50 100%
Pada bagian ini akan disajikan hasil distribusi item-item dari variabel Kompetensi (X 1),
Independensi (X2), Kepatuhan Etika (X3) dan Kualitas Audit (Y) secara keseluruhan yang
diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner, baik dalam jumlah responden maupun dalam
jumlah prosentase. Untuk semua rincian daftar pertanyaan yang diajukan pada kuesioner penelitian
Variabel X1
Dari tabel 4.5 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item x 1.1 mengenai
kemampuan audotor memahami dan melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang relevan,
ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban
responden untuk item x1.1 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung
Item x1.2 menjelaskan mengenai perlunya memahami jenis usaha klien, responden
menyatakan sangat setuju sebanyak 29 responden (58%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,
1 responden (2%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan tidak setuju.
Rata-rata jawaban responden untuk item x1.2 sebesar 4,52, sehingga dapat dikatakan
Responden paling banyak menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 33 responden (66%)
pada item x1.3 mengenai perlunya memahami kondisi perusahaan klien, 15 responden (30%)
menyatakan setuju dan 2 responden (4%) menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden
untuk item x1.3 sebesar 4,62, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
kemampuan melakukan audit yang baik dibutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat
responden (12%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 orang (2%) menyatakan tidak setuju.
Rata-rata jawaban responden untuk item x1.4 sebesar 4,2, sehingga dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan hasil jawaban responden pada item x 1.5 mengenai pendidikan selain
pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik juga dibutuhkan pengetahuan yang diperoleh
dari kursus dan pelatihan khususnya di bidang auditing, responden menyatakan sangat setuju
menyatakan ragu-ragu, 3 responden (6%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 orang (2%)
responden menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 1.5
sebesar 4, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item x 1.5.
Jawaban responden pada pertanyaan item x1.6 mengenai keahlian khusus yang dimiliki
dapat mendukung proses audit yang dilakukan auditor, responden menyatakan sangat setuju
menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata
jawaban responden untuk item x1.6 sebesar 4,24, sehingga dapat dikatakan bahwa responden
Item x1.7 yang menjelaskan semakin banyaknya jumlah klien yang diaudit, menjadikan
penugasan audit yang dilakukan oleh auditor menjadi semakin baik, responden menyatakan sangat
setuju sebanyak 14 responden (28%), 22 responden (44%) menyatakan setuju, 9 responden (18%)
Sebanyak 23 responden (46%) pada item x1.8 menyatakan setuju mengenai pengalaman
dalam bidang audit dengan berbagai macam klien yang berpengaruh terhadap audit yang dilakukan
supaya menjadi lebih baik, kemudian 10 responden (20%) menyatakan sangat setuju, 9 responden
(18%) menyatakan ragu-ragu, 7 orang (14%) responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1
responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 1.8
sebesar 3,68, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju
Hasil survey penelitian ini menghasilkan jumlah 13 responden (26%) menyatakan sangat
setuju pada item x1.9 mengenai jumlah klien yang banyak berpengaruh terhadap audit yang
dilakukan di mana belum tentu lebih baik dari sebelumnya, sebanyak 20 responden (40%)
(8%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 responden (4%). Rata-rata jawaban responden untuk
item x1.9 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
melakukan audit perusahaan yang go public, sehingga auditor dapat melakukan penugasan audit
dengan baik pada perusahaan yang belum go public, responden menyatakan sangat setuju
menyatakan ragu-ragu , kemudian sebanyak 13 orang (26%) responden menyatakan tidak setuju
dan sebanyak 1 orang (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk
item x1.10 sebesar 3,18, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju
Variabel X2
STS TS R S SS Rata-
Item rata
f % f % f %f % f % Item
x2.1 1 2 4 8 10 20 19 38 16 32 3.9
x2.2 3 6 5 10 8 16 12 24 22 44 3.9
x2.3 10 20 17 34 10 20 3 6 10 20 2.72
x2.4 16 32 15 30 7 14 2 4 10 20 2.5
x2.5 2 4 12 24 12 24 9 18 15 30 3.46
x2.6 8 16 19 38 6 12 4 8 13 26 2.9
x2.7 12 24 14 28 8 16 4 8 12 24 2.8
x2.8 2 4 12 24 14 28 7 14 15 30 3.42
x2.9 5 10 21 42 5 10 5 10 14 28 3.04
x2.10 6 12 19 38 8 16 3 6 14 28 3
x2.11 2 4 6 12 8 16 14 28 20 40 3.88
x2.12 2 4 5 10 11 22 15 30 17 34 3.8
x2.13 4 8 9 18 14 28 8 16 15 30 3.42
x2.14 5 10 4 8 16 32 10 20 15 30 3.52
auditor lebih baiknya memiliki hubungan dengan klien paling lama 3 tahun, responden
menyatakan sangat setuju sebanyak 16 responden (32%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,
tidak setuju dan sebanyak 1 orang responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata
jawaban responden untuk item x2.1 sebesar 3,90, sehingga dapat dikatakan bahwa
Hasil penelitian untuk item x2.2 mengenai sikap independen dalam melakukan audit
walaupun telah lama menjalin hubungan kerja sama dengan klien, responden menyatakan sangat
setuju sebanyak 22 responden (44%), 12 responden (24%) menyatakan setuju, 8 responden (16%)
menyatakan ragu-ragu, kemudian sebanyak 5 responden (10%) menyatakan tidak setuju dan
sebanyak 3 responden (6%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk
item x2.2 sebesar 3,90, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
Responden mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak 17 responden (34%) pada item
x2.3 mengenai tidak semua kesalahan klien yang ditemukan oleh auditor dilaporkan karena
lamanya hubungan kerja sama dengan klien tersebut, kemudian 10 responden (20%) menyatakan
menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 10 responden (20%). Rata-rata jawaban responden untuk item
x2.3 sebesar 2,72, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-
Sebanyak 10 responden (20%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.4 mengenai
perilaku bertindak tidak jujur agar tidak kehilangan klien, sebanyak 3 responden (6%)
menyatakan setuju, 10 responden (20%) menyatakan ragu-ragu, 17 responden (34%)
menyatakan tidak setuju dan sebanyak 10 responden (20%) menyatakan sangat tidak setuju.
Rata-rata jawaban responden untuk item x2.4 sebesar 2,50, sehingga dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan tabel 4.6 untuk item x 2.5 mengenai kesediaan menerima sanksi jika audit
yang dilakukan buruk, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden (30%), 9
responden (18%) menyatakan setuju, 12 responden (24%) menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju,
kemudian sebanyak 2 orang (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x2.5 sebesar 3,46, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung
Jawaban responden pada item x2.6 menurut tabel 4.6 mengenai tidak dilaporkannya semua
kesalahan klien dilaporkan karena mendapatkan peringatan klien, responden menyatakan sangat
setuju sebanyak 13 responden (26%), 4 responden (8%) menyatakan setuju, 6 responden (12%)
menyatakan ragu-ragu, sebanyak 19 responden (38%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 8
responden (16%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.6
sebesar 2,9, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu pada item
x2.6.
Jawaban dari responden untuk item x2.7 mengenai ketidakberanian melaporkan kesalahan
klien karena klien dapat mengganti posisi auditor dengan auditor lain, responden menyatakan
sangat setuju sebanyak 12 responden (24%), 4 responden (8%) menyatakan setuju, 8 responden
(16%) menyatakan ragu-ragu, sebanyak 14 responden (28%) menyatakan tidak setuju dan
sebanyak 12 responden (24%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x2.7 sebesar 2,8, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
Mayoritas dari responden menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden (30%) pada
item x2.8 mengenai audit fee dari klien yang merupakan bagian besar dari total pendapatan kantor
akuntan publik yang dapat merusak independensi akuntan publik, 7 responden (14%) menyatakan
tidak setuju dan sebanyak 2 responden (4%). Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.8 sebesar
15 responden (30%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.9 mengenai fasilitas yang
diterima dari klien yang menjadikan sikap sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam
melakukan audit, sebanyak 5 responden (10%) menyatakan setuju dan ragu-ragu, kemudian
sebanyak 21 responden (42%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 5 responden (10%)
menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.9 sebesar 3.04,
sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu untuk item x 2.9.
Berdasarkan hasil jawaban responden pada tabel 4.6 untuk item x 2.10 mengenai tidak
dibutuhkannya telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa
responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 6 responden (12%). Rata-rata jawaban
responden untuk item x2.10 sebesar 3,00, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung
kurang baik dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim, responden menyatakan sangat setuju
responden (16%) menyatakan ragu-ragu, 6 responden (12%) menyatakan tidak setuju dan
sebanyak 2 responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk
item x2.11 sebesar 3,88, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
Jawaban responden pada item x2.12 mengenai jasa audit, suatu KAP dapat pula
memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama, responden menyatakan sangat setuju
menyatakan ragu-ragu, sebanyak 5 responden (10%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2
responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.12
sebesar 3,80, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item
x2.12.
Responden pada item pertanyaan x2.13 menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden
(30%) pada item x2.13 mengenai jasa audit yang diberikan kepada klien dapat merusak
independensi akuntan publik tersebut, 8 responden (16%) menyatakan setuju, 14 responden (28%)
menyatakan ragu-ragu, 9 orang (18%) responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 4
responden (8%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.13
sebesar 3,42, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu pada
item x2.13.
Sebanyak 15 responden (30%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.14 mengenai
pemberian jasa lain selain jasa audit, dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam
laporan pemeriksaan akuntan publik, kemudian sebanyak 10 responden (20%) menyatakan setuju,
menyatakan tidak setuju dan sebanyak 5 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-
rata jawaban responden untuk item x2.14 sebesar 3,52, sehingga dapat dikatakan bahwa
Variabel X3
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item x 3.1
mengenai sikap objektif terhadap klien saat klien berusaha menghalangi auditor untuk bersikap
objektif, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 10 responden (20%), 21 responden (42%)
(20%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 3 orang responden (6%) menyatakan
sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.1 sebesar 3,5, sehingga dapat
Responden memberikan jawaban pada item x3.2 mengenai perbuatan jujur dan sesuai
prosedur dalam setiap penugasan audit, responden menyatakan sangat setuju dan setuju terdapat
menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-
rata jawaban responden untuk item x3.2 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden
Responden mayoritas menyatakan setuju, sebanyak 18 responden (36%) pada item x 3.3
mengenai keinginan untuk mengungkapkan kesalahan klien apa adanya, 15 responden (30%)
menyatakan sangat setuju, 7 responden (14%) menyatakan ragu-ragu, 9 orang (18%) responden
menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 responden (2%). Rata-rata jawaban responden untuk item
x3.3 sebesar 3,74, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju
Hasil pada tabel 4.7 menyatakan bahwa sebanyak 5 responden (10%) menyatakan sangat
setuju pada item x3.4 mengenai perbuatan tidak jujur yang dilakukan demi keselamatan posisi
auditor dalam penugasan audit, sebanyak 8 responden (16%) menyatakan setuju, 4 responden (8%)
menyatakan ragu-ragu, 22 responden (44%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 11 responden
(22%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.4
sebesar 2,48, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab tidak setuju untuk
item x3.4.
Hasil penelitian pada tabel 4.7 untuk item x 3.5 mengenai seringnya fasilitas yang
diberikan klien membuat auditor sungkan mengungkapkan kesalahan klien dan membuat auditor
mengalami dilema etika, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden (8%), 6
responden (12%) menyatakan setuju, 7 responden (14%) menyatakan ragu-ragu dan sangat tidak
setuju, kemudian sebanyak 26 orang (52%) menyatakan tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x3.5 sebesar 2,48, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung
Hasil dari pertanyaan kuesioner item x3.6 mengenai pertimbangan untuk melakukan
konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab seperti komite audit jika ada konflik dengan
klien, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 11 responden (22%), 25 responden (50%)
menyatakan setuju, 8 responden (16%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 6 responden (12%)
menyatakan tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.6 sebesar 3,82, sehingga
dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item x 3.6.
Hasil jawaban responden pada item x3.7 mengenai sering tidaknya melakukan penugasan
audit dimana terdapat anggota keluarga dari auditor di dalam perusahaan klien, responden
menyatakan sangat setuju dan ragu-ragu terdapat sebanyak 5 responden (10%), 6 responden (10%)
menyatakan setuju, 20 responden (40%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 14 responden
(28%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.7
sebesar 2,36, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab tidak setuju pada
item x3.7.
Mayoritas dari responden menyatakan tidak setuju, sebanyak 22 responden (44%) pada
item x3.8 mengenai frekuensi mendapatkan penugasan audit pada perusahaan klien yang terdapat
anggota keluarga dari auditor di dalamnya, 5 responden (10%) menyatakan sangat setuju, 6
responden (12%) menyatakan setuju, 4 responden (8%) responden menyatakan ragu-ragu dan
sebanyak 13 responden (26%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x3.8 sebesar 2,36, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab
Variabel Y
Tabel 4.8 Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kualitas Audit (Y)
Dari tabel 4.8 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item y 1 mengenai
besarnya kompensasi yang diterima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan
klien, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 26 responden (52%), 8 responden (16%)
menyatakan setuju dan ragu-ragu, kemudian sebanyak 4 responden (8%) menyatakan tidak dan
sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item y 1 sebesar 3,96, sehingga dapat
Jawaban dari responden pada item y2 mengenai pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit yang dilakukan menjadi lebih baik, responden
menyatakan sangat setuju sebanyak 26 responden (52%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,
Sebagian besar dari responden menyatakan sangat setuju, yaitu sebanyak 25 responden
(50%) pada item y3 mengenai kekuatan akan komitmen untuk menyelesaikan audit dalam waktu
yang tepat, kemudian 18 responden (36%) menyatakan setuju dan sebanyak 7 responden (14%)
menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden untuk item y 3 sebesar 4,36, sehingga dapat
Jawaban responden untuk item y4 mengenai SAK, SPAP, dan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan laporan, responden menyatakan sangat
setuju sebanyak 34 responden (68%), 15 responden (30%) menyatakan setuju dan 1 responden
(2%) menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden untuk item y 4 sebesar 4,66, sehingga
Hasil jawaban responden pada tabel 4.8 untuk item y 5 mengenai tidak mudahnya percaya
terhadap pernyataan klien selama melakukan penugasan audit, responden menyatakan sangat
responden (14%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan tidak setuju.
Rata-rata jawaban responden untuk item y5 sebesar 4,14, sehingga dapat dikatakan bahwa
Responden paling banyak menyatakan sangat setuju, yaitu sebanyak 28 responden (56%)
pada item y6 mengenai sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan
penugasan audit dan sebanyak 22 responden (44%) menyatakan setuju. Rata-rata jawaban
responden untuk item y6 sebesar 4,56, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur untuk mengukur apa yang diukur Valid
tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi product
moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan
rumus:
N XY X Y
rxy =
N X2 X2 N Y2 Y2
Keterangan :
n = banyaknya sampel
X= skor item X
Y= skor item Y
Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan
sebaliknya jika probabilitas hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (5%) maka dinyatakan tidak valid.
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan untuk variabel
X1, X2 dan X3 memiliki nilai rhitung > rtabel (0,279) dan juga probabilitas (sig) kurang dari 0,05
Y memiliki nilai rhitung > rtabel (0,279) dan juga probabilitas (sig) kurang dari 0,05
Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan Cronbach Alpha dengan rumus:
k b
2
r11= 1
k 1 2
t
Di mana :
t2
= varians total
Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas
sebesar 0,6 atau lebih. Kriteria indek reliabilitas adalah sebagai berikut :
3. 0,400-0,599 Cukup
4. 0,600-0,799 Tinggi
0,6 maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya dinyatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai
koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan instrumen pertanyaan
yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat dihandalkan.
Pengujian asumsi model regresi meliputi uji asumsi normalitas, multikolinieritas dan
heteroskedastisitas. Uraian dari perhitungan pengujian asumsi model regresi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika residual yang disebabkan
oleh model regresi berdistribusi normal. Untuk menguji asumsi ini, dapat digunakan metode
Kolmogorov-Smirnov.
Dependent Variable: Kualitas Audit
1.0
0.8
Expecte
d Cum
Prob 0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Dari gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa residual memiliki pola yang mengikuti garis
lurus. Berdasarkan penjelasan untuk gambar 1 dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas
residual terpenuhi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila nilai VIF >10 maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Dan apabila
Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel 4.13 masing-masing variabel bebas menunjukkan
nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10. Menurut tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
3
Regression Studentized Deleted (Press)
0
Residual
-1
-2
-3
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan grafik scatterplots di atas dapat
Proses pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan dependen. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS didapatkan ringkasan seperti pada
Tabel 4.14.
Variabel dependen pada analisis regresi ini adalah Y sedangkan variabel independennya
α = 0,05
Koefisien Determinasi (R
Square) = 0,649
F-Hitung = 28,384
F-Tabel = 2,807
Signifikan = 0,000
t-tabel = 2,013
Model regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel 4.14 adalah sebagai berikut :
dimana :
Y : Kualitas Audit
X1 : Kompetensi
X2 : Independensi
X3 : Kepatuhan Etika
1. β1 = 0,308
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat peningkatan pada Kompetensi
(X1) dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pula pada Kualitas
Audit (Y).
2. β2 = 0,314
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada Independensi
(X2)dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada Kualitas Audit
(Y).
3. β3 = 0,353
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada Kepatuhan Etika
(X3)dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada Kualitas
Audit (Y).
Berdasarkan pada tabel 4.14, model regresi tersebut memiliki koefisien determinasi (R
Square) sebesar 0,649. Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu menjelaskan
pengaruh antara variabel-variabel X terhadap Y sebesar 64,9% dan sisanya sebesar 35,1%
Kemudian, model regresi yang telah didapatkan diuji terlebih dahulu baik secara simultan
dan secara parsial. Pengujian model regresi secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F
yang didapatkan dari ANOVA dan pengujian model regresi secara parsial dilakukan dengan uji t.
Pengujian secara simultan dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Kualitas Audit. Semua variabel tersebut diuji secara serentak dengan menggunakan uji F yang
b
ANOVA
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 280.273 3 93.424 28.384 .000
Residual 151.407 46 3.291
Total 431.680 49
a.
Predictors: (Constant), Kepatuhan Etika, Kompetensi, Independensi
b.
Dependent Variable: Kualitas Audit
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian koefisien model regresi secara simultan
Berdasarkan tabel 4.15, pengujian hipotesis model regresi secara simultan atau secara
serentak menggunakan uji F. Di dalam tabel distribusi F, didapatkan nilai F tabel dengan degrees
of freedom (df) n1 = 3 dan n2 = 46 adalah sebesar 2,807. Jika nilai F hasil penghitungan pada
tabel 4.15 dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung hasil penghitungan lebih besar daripada F tabel
(28,384 > 2,807). Selain itu, pada tabel 4.15 juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,000. Jika
signifikan dibandingkan dengan α = 0,05 maka signifikan lebih kecil dari α = 0,05. Dari kedua
perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H 0 ditolak pada taraf α = 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara variabel X 1, X2 dan X3 terhadap
variabel Y.
Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen pembentuk model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas audit atau tidak. Untuk menguji hubungan tersebut, digunakan uji t, yakni
dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Variabel independen pembentuk model
regresi dikatakan berpengaruh signifikan jika t hitung > ttabel atau signifikan < α = 0,05. Pengujian
a. Variabel X1 (Kompetensi)
Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 1 dapat dituliskan
software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 3,055 dengan signifikan sebesar 0,004. Nilai
statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (3,055 > 2,013) dan signifikan lebih kecil
daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa X1 (Kompetensi) memberikan berpengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (Kualitas
Audit).
b. Variabel X2 (Independensi)
Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 2 dapat dituliskan
software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 2,671 dengan signifikan sebesar 0,010. Nilai
statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (2,671 > 2,013) dan signifikan lebih kecil
daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
Audit).
Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 3 dapat dituliskan
software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 2,967 dengan signifikan sebesar 0,005. Nilai
statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (2,967 > 2,013) dan signifikan lebih kecil
daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
Audit).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi, independensi,
dan kepatuhan kepada etika profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh ketiga variabel ini adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat
kompetensi, independensi, dan kepatuhan kepada etika profesi seorang auditor maka, semakin
tinggi juga tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Hal tersebut dapat
Kompetensi mempengaruhi kualitas hasil audit, semakin tinggi kompetensi seorang auditor,
maka semakin baik kualitas hasil audit. Dalam standar umum audit terdapat poin yang
menjelaskan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup serta diwajibkan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama. Apabila suatu penugasan audit dilaksanakan oleh orang yang kurang kompeten di bidang
audit, maka kualitas hasil audit juga akan dipertanyakan kualitasnya. Oleh karena itu, kompetensi
merupakan salah satu aspek yang penting dalam setiap penugasan audit.
Pengalaman dalam melaksanakan audit memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit,
sehingga semakin berpengalaman seorang auditor akan semakin baik kualitas audit yang
dilakukannya. Pengetahuan seorang auditor juga memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas
audit, sehingga semakin luas pengetahuan seorang auditor akan semakin baik kualitas audit yang
dihasilkan.
Selain kompetensi, aspek independensi seorang auditor juga sangat penting untuk
menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan standar-standar yang berlaku. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa sikap independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil
audit. Semakin tinggi tingkat independensi seorang auditor, maka semakin baik pula hasil
auditannya. Hal ini memiliki pengaruh yang sejalan terhadap kualitas audit, dalam setiap
penugasannya, auditor diwajibkan untuk tidak mudah terpengaruh, bersikap netral dan bersikap
profesional. Seorang auditor diwajibkan memiliki mental yang kuat agar dalam setiap
penugasannya tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh berbagai macam sikap dari klien agar
prinsip integritas dan objektivitas selalu terjaga. Seorang auditor juga diwajibkan untuk
Lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien memiliki pengaruh yang negatif terhadap
kualitas audit, sehingga semakin besar tekanan dari klien dan lama hubungan terjalin dengan klien,
Kepatuhan kepada etika profesi juga merupakan salah satu aspek penting dalam terwujudnya
hasil audit yang berkualitas dan sesuai dengan standar audit. Kepatuhan terhadap etika profesi
hendaknya dijadikan sebagai landasan bagi seorang auditor agar tercipta hasil audit yang
berkualitas. Variabel ini memiliki pengaruh yang cukup besar jika dibandingkan dengan dua
variabel lainnya, yaitu independensi dan kompetensi. Hal ini dikarenakan kepatuhan terhadap etika
profesi merupakan acuan, landasan, dan dijadikan sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak
dalam setiap penugasan auditnya. Sekuat apapun klien mempengaruhi kinerja dari seorang auditor,
tetapi para auditor mematuhi dan melaksanakan etika profesi akuntan publik, maka auditor
tersebut juga akan semakin kuat pula mental dan keteguhan sikapnya.
Untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel Y, dapat
dilakukan dengan membandingkan koefisien regresi (Beta) antara variabel yang satu dengan yang
lain. Variabel independen yang paling dominan pengaruhnya terhadap varaibel Y adalah variabel
yang memiliki koefisien regresi yang paling besar. Untuk membandingkan koefisien regresi
3 X1 0,308 Signifikan
2 X2 0,314 Signifikan
1 X3 0,353 Signifikan
Berdasarkan pada tabel 4.19 tersebut, variabel X 3 adalah variabel yang memiliki koefisien
regresi yang paling besar. Artinya, variabel Y lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X 3
(Kepatuhan Etika) daripada Kompetensi (X1) dan variable Independensi (X2). Koefisien yang
dimiliki oleh variabel X3 bertanda positif, berarti semakin baik Kepatuhan Etika (X 3) maka
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kompetensi, independensi dan
kepatuhan kepada etika profesi terhadap kualitas hasil audit. Variabel kompetensi diproksikan
menjadi dua indikator yaitu: pengetahuan dan pengalaman. Variabel independensi auditor
diproksikan menjadi empat indikator yaitu: lama hubungan dengan klien, tekanan klien, telaah
rekan auditor (peer review), dan jasa non audit. Untuk variabel tingkat kepatuhan terhadap etika
profesi diproksikan menjadi dua indikator yaitu: profesionalisme auditor dan kepatuhan terhadap
etika profesi akuntan publik, sedangkan untuk variabel kualitas audit diwakili oleh satu indikator
Dalam kuesioner terdapat 38 item pertanyaan. Sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian ini
adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di wilayah Malang
dan Surabaya. Jumlah populasi auditor yang bekerja di KAP wilayah Malang dan Surabaya sekitar
170 orang. Jumlah sampel responden untuk penelitian ini berjumlah 50 orang auditor. Jumlah
kuesioner yang disebarkan untuk penelitian ini sebanyak 50 eksemplar dan yang kembali dan
dapat diolah juga sebanyak 50 eksemplar, artinya 100% kuesioner tersebut dapat diolah dalam
proses analisis data. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda melaui
penggunaan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur diperlukan untuk mengetahui pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh menyeluruh dari tiga variabel independen yaitu
tingkat kompetensi, independensi, dan kepatuhan terhadap etika profesi terhadap variabel
kepada etika profesi sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan dalam kualitas hasil audit.
Namun, dari ketiga variabel tersebut variabel kepatuhan kepada etika profesi adalah variabel yang
memiliki pengaruh yang paling besar, walaupun selisih nilai ketiga variabel tersebut tidak terpaut
jauh. Ketiga variabel memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas hasil audit tersebut.
Ditinjau dari segi pengaruh secara parsial, maka ketiga variabel tersebut juga memiliki
pengaruh yang signifikan, karena ketiga variabel tersebut merupakan syarat diperolehnya kualitas
hasil audit yang baik dan sesuai dengan standar-standar yang digunakan untuk menilai kualitas
suatu audit.
Kesimpulan secara umum dari penelitian ini pengujian pengaruh dari kompetensi,
independensi, dan kepatuhan terhadap etika profesi terhadap kualitas hasil audit yang
menghasilkan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh
yang signifikan baik secara langsung maupun parsial terhadap kualitas hasil audit. Ketiga variabel
tersebut memiliki pengaruh dan merupakan aspek yang penting dalam menghasilkan suatu hasil
audit yang berkualitas dan wajar sesuai dengan standar-standar yang berlaku.
Dalam setiap penelitian pasti terdapat kelemahan yang mempengaruhi kesempurnaan suatu
1. Penelitian ini dilakukan pada saat tertentu saja (cross sectional). Akibatnya, sulit untuk
melihat perilaku yang ditunjukkan auditor dalam rentang waktu yang panjang.
2. Penelitian ini dilakukan ketika sebagian besar auditor sibuk mempersiapkan laporan
audit akhir tahun. Sehingga dalam mengisi kuesioner penelitian ini auditor kurang fokus
yang berakibat pada kurang memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan yang
3. Responden dalam penelitian yang terbatas di daerah Malang dan Surabaya. Hasil
penelitian ini kemungkinan akan berbeda jika diterapkan pada daerah yang lebih luas.
sedikit jika dibandingkan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
5. Pada variabel kualitas audit, pengukurannya terpusat pada kinerja yang dilakukan
yang hanya dapat diteliti adalah hasil dari penugasan audit bukan pada prosesnya.
5.3. Saran
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
memberikan beberapa saran demi pengembangan penelitian ini di masa yang akan datang. Saran-
auditor pada waktu tertentu. Kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan cara
kepatuhan terhadap etika profesi terhadap kualitas hasil audit pada masa sibuk dan
Namun, perlu diperhatikan bahwa jumlah pertanyaan yang terlalu banyak dapat
banyak kesibukan dalam pekerjaanya. Oleh karena itu, peneliti sangat perlu untuk
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Boynton, William C., dan Jhonson Raymond, Walter G. Kell. 2003. Modern Auditing Edisi
Ketujuh. Erlangga: Jakarta.
Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil
Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-92.
Elfarini, Eunike Christina, 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Dajan, Anto. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid I dan II. Jakarta: LP3ES.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harhinto, Teguh. 2004/ Pengaruh Keahlian dan INdependensi Terhadap Kualitas Audit Studi
Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi: Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan Jilid I dan II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Kurnia Rahayu, Siti dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Auditor Pemerintahan di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol. 1 No. 1.
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik
Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal. 25-60.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Pendapat Audit:
Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 No. 1 (Januari).
Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi Kerekteristik-Karakteristik Audit Profesi Akuntan Publik
di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Vol. 2 No. 1 (Januari).
Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmawati. 2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas
Audit. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Agustus). Hal. 47-60.
Purnomo, Adi. 2007. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit. http://www.library@lib.unair.ac.id.
Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol 5 No.
1. Hal 85-97 (April).
Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Tuanakotta, Theodorus M. 2007. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Widiastuti, Harjanti. 2002. Peer Review: Upaya Meningkatkan Kualitas Jasa Firma Akuntan
Publik. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 3 Hal. 51-60 (Januari).