Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEPATUHAN

KEPADA ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS


AUDIT
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Malang dan Surabaya)

Disusun oleh:
VIPRAS AJI AKBARSYAH
NIM. 0610233202

SKRIPSI

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2012
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vipras Aji Akbarsyah

NIM : 0610233202

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEPATUHAN TERHADAP ETIKA

PROFESI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus pada

Kantor Akuntan Publik di Malang dan Surabaya)

Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi orang lain.

Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana

diperlukan.

Malang, 2 April 2012

Pembuat Pernyataan

Vipras Aji Akbarsyah


NIM 0610233202
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Kepatuhan kepada Etika Profesi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit”
yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam segala hal yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini dan juga kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menjalani masa kuliah. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Gugus Irianto, MSA., Ak., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ph.D., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran, pelajaran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Akie Rusaktiva Rustam, SE., MSA., Ak. dan Ibu Devi Pusposari, SE., M.Si.,
Ak. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan terhadap perbaikan
skripsi ini.
5. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu segala urusan
akademik penulis.
6. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa, semangat, dan pengorbanan yang tidak
ternilai kepada penulis sejak bayi hingga saat ini yang tidak mampu penulis balas,
mungkin dengan keberhasilan penulis sedikit banyak mampu memberikan sedikit
hadiah untuk bapak dan ibu.
7. Himawan Setiaji, my little brother, yang selalu memberikan dukungan yang teramat
besar kepada penulis. Semoga cita-citamu menjadi Taruna Akmil dapat terwujud tahun
ini.
8. Nurul Zuni Asih, terima kasih atas segala kenangan dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Kamu mengajarkan bagaimana menjadi tangguh dan
kuat dalam menjalani hidup ini.
9. Astri, Edwin, Qori, Galih, Lukas, Donny, Dika, Yanu, Tantowi, Faiqoh, Rikha, Ghea,
Rini, Wira, Rizha, Saka, Emil, Evi, Ruri, Indra, dan teman-teman Akuntansi FEB 06,
terima kasih atas segalanya yang kalian berikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
substansi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik guna
penyempurnaan penelitian ini di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amien.

Malang, 20 Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………vii
ABSTRAKSI……………………………………………………………………....viii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………...9
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………... 10
1.3.1. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 10
1.3.2. Kegunaan Penelitian……………………………………………… .11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS…………... 12


2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu…………………………………………....12
2.2. Kualitas Audit……………………………………………………………..15
2.3. Kompetensi………………………………………………………………..24
2.4. Independensi……………………………………………………………....26
2.5. Kepatuhan terhadap Etika Profesi Akuntan Publik………………………27
2.6. Kerangka Berpikir………………………………………………………....28
2.7. Perumusan Hipotesis……………………………………………………....31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………...32


3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………..32
3.1.1. Kompetensi………………………………………………………….32
3.1.1.1. Pengetahuan………………………………………………32
3.1.1.2. Pengalaman………………………………………………..33
3.1.2. Independensi………………………………………………………34
3.1.2.1. Lama Hubungan dengan Klien (Audit Tenure)…………..34
3.1.2.2. Tekanan dari Klien………………………………………..35
3.1.2.3. Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)………………..35
3.1.2.4. Jasa Non Audit…………………………………………….35
3.1.3. Kepatuhan terhadap Etika Profesi……………………………….36
3.1.3.1. Kepatuhan terhadap Etika Profesi……………………….36
3.1.3.2. Profesionalitas Auditor……………………………………37
3.1.4. Kualitas Audit……………………………………………………..37
3.2. Jenis dan Sumber Data…………………………………………………...38
3.3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………39
3.4. Populasi dan Sampel……………………………………………………..40
3.5. Instrumen Penelitian……………………………………………………...41
3.6. Validitas dan Realibilitas…………………………………………………42
3.6.1. Validitas Instrumen………………………………………………..42
3.6.2. Reliabilitas Instrumen……………………………………………..43
3.7. Metode Analisis Data…………………………………………………….44
3.8. Uji Asumsi Klasik………………………………………………………...44
3.8.1. Uji Normalitas……………………………………………………..45
3.8.2. Uji Heteroskedisitas……………………………………………….45
3.8.3. Uji Multikolinearitas………………………………………………45
3.9. Pengujian Hipotesis………………………………………………………45
3.9.1. Uji Simultan (uji F)………………………………………………..45
3.9.2. Uji Parsial (uji t)…………………………………………………...47

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN………………………...48


4.1. Deskripsi Sampel Penelitian…………………………………………….....48
4.2. Distribusi Jawaban Responden…………………………………………..53
4.3. Analisis Data……………………………………………………………...72
4.3.1. Uji Validitas……………………………………………………….72
4.3.2. Uji Reliabilitas…………………………………………………….76
4.3.3. Uji Asumsi Analisis Regresi……………………………………….78
4.3.3.1. Pengujian Asumsi Normalitas…………………………….78
4.3.3.2. Pengujian Asumsi Multikolinieritas……………………….79
4.3.3.3. Pengujian Heteroskedastisitas…………………………….80
4.3.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda…………………………..81
4.3.4. Uji Hipotesis Koefisien Model Regresi…………………………….84
4.3.4.1. Uji Model Regresi Secara Simultan (Uji f)………………....84
4.3.4.2. Uji Model Regresi Secara Parsial (Uji t)…………………....86
4.4. Pembahasan dan Penentuan Variabel yang Paling Dominan…………....89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………93


5.1. Kesimpulan………………………………………………………………..93
5.2. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………..95
5.3. Saran………………………………………………………………………96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden……………………………49

4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir…………………………………50

4.3. Distribusi Frekuensi Jabatan……………………………………………….51

4.4. Distribusi Frekuensi Masa Kerja di KAP………………………………….52

4.5. Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kompetensi…………….53

4.6. Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Independensi……………58

4.7. Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kepatuhan Etika terhadap


Profesi………………………………………………………………………64

4.8. Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kualitas Audit………….68

4.9. Uji Validitas Instrumen Kompetensi, Independensi, dan Kepatuhan Etika


Profesi………………………………………………………………………72

4.10. Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit…………………………………..74

4.11. Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas…………………………………….76

4.12. Reliabilitas Item Pertanyaan Kuesioner………………………………….76

4.13. Uji Asumsi Multikolinieritas………………………………………………79

4.14. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda………………………………81

4.15. Uji Hipotesis Model Regresi Secara Simultan……………………………84

4.16. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel Kompetensi…………………..86

4.17. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel Independensi…………………87

4.18. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel Kepatuhan Etika Profesi……88

4.19. Ringkasan Hasil Analisis Regresi………………………………………..89


DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………………….29

4.1. P-P Plot Uji Kenormalan Residual Model Regresi………………………..78

4.2. Pengujian Asumsi Heteroskedsitisitas……………………………………..80


ABSTRAKSI
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEPATUHAN KEPADA ETIKA
PROFESI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik di Malang dan Surabaya) Oleh:
Vipras Aji Akbarsyah

Dosen Pembimbing:
Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ak., Ph.D.

Akuntan publik merupakan suatu profesi yang sangat membutuhkan kredibilitas dan
kepatuhan kepada etika profesi. Hal ini disebabkan auditor sangat rentan di pengaruhi oleh tekanan
dari klien yang diaudit. Jika seorang auditor dapat mempertahankan kredibilitas dan kepatuhan
terhadap etika profesi, maka auditor tersebut dapat disebut auditor yang independen. Apabila
auditor tersebut tidak mampu menahan diri atas tekanan klien baik dari sisi emosional, keuangan,
maupun personal, maka tingkat independensi auditor tersebut diragukan dan hal tersebut
berdampak pada kualitas audit yang dilakukannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi, dan kepatuhan
kepada etika profesi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 50 responden, Responden yang terdiri dari para auditor yang terdapat pada
12 KAP yang terdapat di Malang dan Surabaya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi, dan kepatuhan
kepada etika profesi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Ketiga variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut terjadi karena ketiga variabel
tersebut merupakan komponen pokok yang harus dimiliki oleh seorang auditor agar memperoleh
hasil audit yang berkualitas dan sesuai dengan standar-standar yang berlaku.
Kata kunci: Akuntan Publik, Auditor, Kompetensi, Independensi, Kepatuhan terhadap Etika
Profesi, KAP, Kualitas Audit.
ABSTRACT
EFFECT OF COMPETENCE, INDEPENDENCE, AND COMPLIANCE TO
PROFESSIONAL ETHICS FOR QUALITY AUDIT
(Empirical Studies in Public Accountant Office in Malang and Surabaya)

By:
Vipras Aji Akbarsyah

Advisory Lecturer:
Ali Djamhuri, SE., M.Com., Ak., Ph.D.

Public accountant is profession that needs credibility and compliance to professional


ethics. Auditor extremely vulnerable due to the fact that they may be influenced by pressure from
clients. If an auditor can maintain his/her credibility and compliance to professional ethics, then
he/she could be known as an independent auditor. If he/she is unable to resist the pressure of
clients both in terms of emotion, finance, and personal aspect, then level of his/her independence
is questionable and it will affect on the quality of audit performed.
This research aims to examine the effect of competence, independence, and compliance to
professional ethics on the quality of audit done by auditors. The respondents of this research are
50 respondents who are auditors who work in 12 accounting firms in Malang and Surabaya. The
analysis used in this research is multiple regression.
The results of the analysis shows that the variables of competence, independence and
compliance to professional ethics impact on quality of audit. Those three variables have
significant effects on audit quality because they are basically core components that must be owned
by an auditor to obtain quality of audit and to comply to applicable standards. Keywords: Public
Accountant, Auditor, Competence, independence, Compliance to Professional

Ethics, Accounting Firms, Quality Audit


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang menyandarkan kepada

kepercayaan dari masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian

yang bebas dan tidak memihak kepada siapapun terhadap informasi yang disajikan oleh suatu

organisasi. Profesi akuntan publik memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan tingkat

keandalan dari laporan keuangan organisasi, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang

benar-benar andal dan dapat dipercaya dalam hal pengambilan keputusan, baik keputusan investasi

maupun keputusan lainnya.

Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari pernyataan yang

dikeluarkan oleh AAA (American Accounting Association) yang disebut dengan ASOBAC (A

Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan auditing sebagai: “suatu proses

sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-

asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya

kepada para pemakai yang berkepentingan” (Abdul Halim, 2008). Menurut APC (Auditing

Practices Committee) yang merupakan salah satu komite dari IAPC (International Auditing

Practices Committee), definisi auditing adalah “The independent examination of, and expression

of opinion on, the financial statements of an enterprise by an appointed auditor in pursuance of

that appointment and in compliance with any relevant statuary obligation” (Abdul Halim, 2008).

Maka, berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi audit adalah suatu proses

yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif dan
independen atas tindakan dan kejadian ekonomi di suatu organisasi untuk menentukan tingkat

kewajaran dan kesesuaian dari asersi-asersi organisasi dengan standar yang telah ditentukan, yang

ditunjukkan dengan adanya opini audit dan rekomendasi dari auditor dan menyampaikannya

kepada pihak yang berkepentingan.

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam setiap

pelaksanaan kegiatan pengauditannya diwajibkan berpedoman pada salah satu standar audit yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yaitu Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)

yang merupakan cerminan kualitas auditor yang diharuskan untuk memiliki keahlian yang

kompeten sesuai bidangnya. Selain berpedoman pada SPAP, auditor juga harus berpedoman pada

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai pedoman untuk menilai tingkat kewajaran laporan

keuangan perusahaan yang diaudit. Dalam setiap penugasannya, seorang auditor diwajibkan

mendapatkan data berupa temuan audit yang diperlukan selama penugasan audit untuk

penyelesaian laporan audit atas laporan keuangan yang diaudit secara menyeluruh.

“Akuntansi merupakan suatu praktik moral sekaligus diskursif, ia menyangkut dimensi

moral (etis) individu (akuntan). Hal ini karena akuntansi merupakan praktik transformatif yang

memiliki potensi kuat untuk mengubah segala sesuatu di dunia.” (Abdul Halim, 2008). Selain

standar-standar tersebut, auditor juga diharuskan memiliki dan mematuhi kode etik profesi yang

mengatur perilaku akuntan publik dalam melaksanakan praktik profesinya baik dengan sesama

auditor maupun dengan masyarakat. Kode etik tersebut mengatur tentang tanggung jawab profesi,

kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, serta standar teknis

bagi seorang auditor dalam melaksanakan profesinya.

“Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan

oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP), baik yang merupakan anggota IAPI
maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi

jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode

etik profesi.” (Kode Etik Profesi Akuntan Publik, 2008). Kode Etik Profesi ini yang dijadikan

pedoman bagi individu di dalam KAP untuk menjaga moral dan perilaku etis mereka selama

melakukan penugasan profesi.

Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit laporan keuangan

perusahaan menjadi pihak ketiga yang memiliki posisi strategis dalam lingkungan perusahaan

yaitu saat auditor mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan

keuangan perusahaan. Biasanya dalam hal ini, pihak manajemen menginginkan kinerja perusahaan

yang dikelolanya selalu terlihat baik dimata pemilik perusahaan (shareholder/owner). Akan tetapi,

manajemen dan pemilik memiliki kepentingan yang berlawanan, apabila manajemen

menginginkan perusahaan tersebut terlihat baik, maka pihak pemilik menginginkan bahwa laporan

audit yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan dan keadaan perusahaan yang

dibiayainya adalah sepenuhnya berdasarkan kejujuran dan tanpa memihak siapapun.

Seorang auditor mendapatkan kepercayaan yang teramat besar dari pemakai laporan

keuangan dan mengharuskan auditor untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.

Contoh paling fenomenal adalah kasus skandal yang terjadi pada Enron yang melibatkan kantor

audit big four Arthur Anderson yang berdampak pada penurunan kepercayaan dan keyakinan

masyarakat terhadap profesi auditor dan laporan hasil pengauditan. Kejadian tersebut membuat

masyarakat mempertanyakan kualitas hasil audit yang diberikan oleh auditor.

Kemampuan auditor untuk mendeteksi trik-trik dalam rekayasa laporan keuangan sangat

dibutuhkan, apabila seorang auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam
laporan keuangan maka, tingkat kompetensi dan independensi dari seorang auditor akan

dipertanyakan terutama berkaitan dengan ketidakmampuannya untuk mendeteksi rekayasa laporan

keuangan. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang

akuntan publik. Kemampuan auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang tinggi akan

meningkatkan reputasinya sehingga diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat

dipercaya yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam melaksanakan

audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing.

Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan

praktek audit (SPAP, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:26)

menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas

laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas

kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan

pada tujuan audit dan struktur dari sistem yang mendasari. Sesuai dengan tanggung jawabnya

untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, maka akuntan publik tidak

hanya perlu memiliki keahlian saja tetapi juga diharuskan untuk selalu mempertahankan

independensinya dalam melaksanakan pengauditan. Tanpa independensi, masyarakat tidak akan

mempercayai hasil auditan seorang akuntan publik, sehingga masyarakat tidak akan menggunakan

jasa audit. Hal tersebut dikarenakan indepenensi selalu dikaitkan dengan sikap netralitas dan tidak

mudah dipengaruhinya seorang auditor terhadap klien yang memberikan penugasan audit tersebut.

Maka dari itu, keberadaan seorang auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988).
Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam

semua hal yang berhubungan dengan perikatan, idependensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor.” Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen (tidak

mudah dipengaruhi), karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk umum. Dengan demikian,

ia tidak dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajibannya selalu bersikap

jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan namun, auditor juga harus bersikap

demikian kepada masyarakat umum dan pengguna laporan keuangan perusahaan yang

memberikan kepercayaan kepada auditor. Hal tersebut yang membuat profesi akuntan publik

bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, auditor diharuskan memperhatikan kredibilitas dan

etika profesi namun di sisi lain, auditor juga menghadapi tekanan dari klien dalam pengambilan

keputusan. Jika auditor tidak mampu menghadapi tekanan yang dapat menurunkan kredibilitas

dirinya maka dapat dipastikan bahwa independensi auditor tersebut dipertanyakan dan hasil

auditannya juga memiliki kualitas yang tidak baik.

Selain itu untuk tetap menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap independensi

auditor maka pekerjaan dan operasi dari Kantor Akuntan Publik (KAP) perlu dimonitor dan

diaudit oleh sesama auditor (peer review) untuk menilai kelayakan desain sistem penjaminan

kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang

dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme

monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit.

Selain sebagai mekanisme monitoring, peer review juga dirasakan sebagai pengurang resiko

litigation (tuntutan), memberikan pengalaman positif, meningkatkan moral kerja, memberikan

competitive edge, dan memberikan lebih kepada klien atas kualitas jasa audit yang diberikan

(Harjanti, 2002:59).
Ada beberapa penelitian tentang kualitas audit yang telah dilakukan baik dari segi topik

maupun metode penelitian (Kusharyanti, 2003). Dari segi topik antara lain: Besaran KAP (De

Angelo, 1981; Palmrose, 1986; Deis dan Giroux, 1992), audit tenure (Aldhizer dan Lampe,

1997), audit fee (Jansen dan Payne, 2003), jasa non audit (Standards dan Poor, 2000; Wooten,

2003).

Sedangkan dari segi metode penelitian, saat ini masih sedikit penelitian yang difokuskan

pada pengembangan rerangka konseptual yang bisa menangkap konstruk kualitas audit.

Pengembangan model yang komprehensif mengenai kualitas audit perlu dilakukan sehingga model

tersebut dapat menangkap kompleksitas yang ditemukan dalam penelitian kualitas audit. Salah

satu model kualitas audit yang dikembangkan adalah model kualitas De Angelo (1981). Dimana

fokusnya ada pada dua dimensi kualitas audit yaitu kompetensi dan independensi. Dari segi

metode penelitian, pengembangan model kualitas audit yang dapat menangkap kompleksitias

kualitas audit masih sedikit sehingga perlu digali lagi. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji

kembali model kualitas De Angelo dengan menggunakan dimensi kompetensi yang diproksikan

menjadi dua sub variabel yakni pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan dimensi independensi

dikembangkan proksi antara lain lama hubungan dengan klien (audit tenure), tekanan dari klien,

telaah dari rekan auditor (peer review), dan jasa non audit. Untuk dimensi kepatuhan etika profesi

dikembangkan proksi antara lain tingkat kepatuhan auditor terhadap standar umum, standar

pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan dalam setiap penugasan audit, tanggung jawab auditor

kepada klien, pribadi, dan IAI.

Kode Etik IAI menyatakan bahwa: “…Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan

Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik,

pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya.

Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan

keuntungan pribadi.” dalam Abdul Halim, (2008). Berdasarkan penjelasan Prinsip Etika Profesi

menyatakan bahwa seorang auditor dalam setiap penugasan auditnya selalu membawa nama baik

instansi maupun nama baiknya sendiri. Sehingga nama baik instansi dan auditor tersebut

tergantung pada kinerja dan sikap auditor tersebut.

Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor agar mereka dapat

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya dapat meningkatkan

kualitas audit yang dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting yaitu, untuk

menilai sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga kualitas audit yang

diberikannya.

Peniliti ingin mengetahui pengaruh dari kompetensi, independensi, dan kepatuhan kepada

etika profesi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Peneliti ingin mengetahui

seberapa kompeten, independen auditor tersebut, dan mematuhi etika profesi dalam setiap

penugasan auditnya. Selain itu, peneliti terusik atas kasus yang menimpa KAP big four Arthur

Anderson dan perusahaan Enron. Atas kejadian tersebut banyak kalangan yang meragukan

kredibilitas auditor dalam setiap penugasan auditnya.

Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh kompetensi,

independensi, dan kepatuhan kepada etika profesi akuntan publik terhadap kualitas hasil

audit (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)” 1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:


1. Apakah kepatuhan kepada etika profesi auditor, kompetensi dan independensi auditor

secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah kepatuhan kepada etika profesi auditor, kompetensi dan independensi secara

parsial berpengaruh terhadap kualitas audit?

3. Variabel manakah yang merupakan variabel yang dominan terhadap variabel kualitas

audit?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kepatuhan kepada etika profesi,

kompetensi dan independensi secara simultan terhadap kualitas audit.

2. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kepatuhan kepada etika profesi,

kompetensi dan independensi secara parsial terhadap kualitas audit.

1.3.2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a) Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang

pengaruh kepatuha kepada etika profesi, kompetensi dan independensi

terhadap kualitas audit.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan

konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia

pendidikan.
2. Kegunaan Praktis

a) Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik

dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya

b) Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan

kualitas auditnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Bab II dari penelitian ini akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan penelitian

terdahulu yang digunakan dalam perumusan hipotesis yang pada akhirnya menghasilkan suatu

kerangka berpikir teoritis. Tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu bermanfaat bagi peneliti

untuk menentukan aspek-aspek apa saja yang akan diteliti dan agar lebih fokus pada inti penelitian

tersebut. Aspek-aspek tersebut mencakup tentang kualitas audit, tingkat kompetensi, independensi,

dan kepatuhan terhadap etika profesi.

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang membahas mengenai pengaruh kompetensi,

independensi dalam konteks auditing, yaitu:

1. Sekar Mayangsari (2003) dalam penelitiannya menggunakan keahlian dan independensi

sebagai variabel bebas, dan pendapat audit sebagai variabel terikat. Hasilnya membuktikan

bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independensi memberikan pendapat tentang

kelangsungan hidup perusahaan (going concern) yang cenderung besar dibandingkan dengan

yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau tidak memiliki keduanya.

2. Kusharyanti (2003) meneliti mengenai faktor-faktor kualitas audit menurut De Angelo dan

Catanach Walker. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa banyak faktor memainkan peran

penting dalam mempengaruhi kualitas audit dari sudut pandang auditor individual, auditor tim

maupun KAP.

3. Teguh Harhinto (2004) meneliti mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap

kualitas audit. Penelitian ini memproksikan keahlian dalam 2 sub variabel pengalaman dan
pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam tekanan dari klien, lama hubungan

dengan klien, dan telaah rekan auditor. Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa

keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4. Frianty Kartika Widhi (2006) melakukan penelitian terhadap pengaruh faktor-faktor keahlian

dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini, peneliti melakukan

proksi terhadap keahlian dan independensi. Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu

pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam tekanan dari klien,

lama hubungan dengan klien, dan peer review. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

bahwa keahlian dan independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

5. Adi Purnomo (2007) melakukan penelitian tentang persepsi auditor tentang pengaruh faktor-

faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Penelitian ini memproksikan

keahlian menjadi 2 sub variabel, yaitu pengalaman dan pengetahuan. Untuk masalah

independensi diproksikan dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien, dan pelaksanaan

jasa lain dengan klien.

6. M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti (2007) melakukan penelitian tentang

pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai

variabel moderasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi, independensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika

auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya, interaksi

independensi dan etika auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit ditentukan

oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan

pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi,

sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan

publik yang mengharuskan auditor untuk tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan

siapapun serta jujur kepada semu pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan

publik. Selain dua komponen tersebut, masih ada satu komponen, yaitu tingkat kepatuhan auditor

terhadap etika profesi. Tingkat kepatuhan terhadap etika profesi berkaitan dengan profesionalitas

auditor dalam menjaga reputasinya dalam setiap penugasan auditnya. Ketiga komponen ini

merupakan aspek penting dalam menghasilkan kualitas audit yang baik dan sesuai dengan standar

teknis maupun standar profesional.

2.2. Kualitas Audit

Menurut De Angelo (1981) kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana

seorang auditor menemukan dan melaporkan adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi

kliennya. Seorang auditor akan mampu menghasilkan kualitas audit yang baik apabila auditor

tersebut selalu memegang teguh sikap, standar teknis maupun standar profesional dengan

konsisten. Kualitas audit seorang auditor menggambarkan sikap, ketrampilan dan

profesionalitasnya dalam setiap penugasan audit.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang

prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi oleh

akuntan publik yaitu:

1. Tanggung jawab profesi.


Setiap anggota akuntan publik harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional

dalam setiap penugasannya. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama

dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan

masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi.

2. Kepentingan publik

Setiap anggota akuntan publik berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas

profesionalisme. Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin

menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam

mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu

keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan

penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.

3. Integritas

Integritas merupakan benchmark bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang

diambilnya dan merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik. Setiap anggota

akuntan publik harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi

mungkin.

4. Objektivitas

Prinsip objektivtas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, serta

intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di

bawah pengaruh pihak lain. Setiap anggota akuntan publik harus menjaga objektivitasnya dan

bebas dari benturan kepentingan dalam penugasan auditnya.


5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab

profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Setiap anggota akuntan publik diharuskan

untuk bersikap hati-hati dalam pelaksanaan audit dan menggunakan pengetahuan serta

ketrampilannya di setiap penugasan audit tersebut.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota akuntan publik diharuskan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh

selama melaksanakan penugasan dan dilarang untuk menggunakan atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan klien. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika

persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk

mengungkapkan informasi.

7. Perilaku profesional

Setiap anggota akuntan publik diharuskan untuk konsisten menjaga reputasi profesi baik

secara individu maupun secara instansi dan menjauhi tindakan-tindakan yang dapat merusak

reputasinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi

harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,

pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar teknis

Setiap anggota akuntan publik dalam setiap penugasannya diharuskan menggunakan

standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan

hati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa

selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.


Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar

auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar

pelaporan (SPAP, 2001;150:1):

1. Standar Umum.

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalianinten harus dapat diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang

akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan.

5. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atas suatu asersi.

Selain menggunakan standar-standar tersebut, kantor akuntan publik (KAP) juga

diwajibkan memiliki suatu sistem pengendalian mutu. Sebagai pedoman, organisasi profesi

menetapkan 9 elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan oleh KAP dalam

menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang

kesesuaian dengan standar profesional dalam menjalankan pengauditan dan jasa akuntansi serta

review.

Pernyataan standar auditing merupakan penjabaran lebih lanjut dari ayat-ayat standar

auditing. Pernyataan standar auditing berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus

diikuti oleh akuntan publik dalam setiap penugasan audit. Penyataan standar auditing yang

diterbitkan IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.

Elemen-elemen tersebut meliputi:

1. Independensi
Elemen ini bertujuan agar semua profesional harus independen terhadap klien saat

melaksanakan jasa atestasi. Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah

mengkomunikasikan semua aturan independensi kepada semua staf profesional dan

melakukan monitor kesesuaian dengan aturan independensi.

2. Penetapan personil pada suatu penugasan

Memiliki tujuan agar personil memperoleh pelatihan teknis dan keahlian yang dibutuhkan

sesuai dengan penugasan. Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah menunjuk

orang yang tepat yang akan diberikan penugasan. Menetapkan bahwa dalam setiap

penugasan harus ada partner tertentu yang bertanggung jawab atas penugasan yang

bersangkutan.

3. Konsultasi

Memiliki tujuan agar personil dapat memperoleh bantuan (jika diperlukan) dari orang yang

memiliki keahlian, pertimbangan, dan kewenangan yang memadai. Kebijakan dan prosedur

untuk elemen ini adalah menunjuk orang sebagai ahli dan menetapkan bidang-bidang dan

situasi tertentu yang membutuhkan konsultasi.

4. Supervisi

Bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan telah benar-benar memenuhi standar mutu KAP.

Kebijakan dan prosedur untuk elemen ini adalah menetapkan prosedur untuk mereview

kertas kerja dan laporan serta melaksanakan supervisi pekerjaan secara terus-menerus.
5. Pengangkatan pegawai

Bertujuan agar pegawai baru harus memiliki kualifikasi tertentu untuk dapat melakukan

tugasnya secara kompeten. Kebijakan dan prosedurnya adalah membuat program

pengangkatan pegawai baru pada tingkatan pemula serta menetapkan kualifikasi untuk

menilai calon pegawai potensial pada setiap tingkat profesional.

6. Pengembangan profesional

Memiliki tujuan agar personil memiliki pengetahuan yang diperlukan agar dapat

memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Kebijakan dan prosedurnya

adalah membuat program untuk mengembangkan keahlian pada bidang-bidang khusus

serta menyediakan informasi bagi para personil tentang hal-hal baru di bidang profesi.

7. Pengembangan karyawan

Bertujuan untuk meperoleh personil yang memiliki kualifikasi yang memungkinkan untuk

memenuhi tanggung jawab yang akan diberikan kepadanya di waktu mendatang.

Kebijakan dan prosedurnya adalah menetepkan kualifikasi yang diperlukan untuk setiap

tingkat tanggung jawab dalam KAP serta melakukan evaluasi personalia secara periodik.

8. Penerimaan dan keberlanjutan klien

Bertujuan untuk menghindari hubungan kerja dengan klien yang integritasnya diragukan.

Kebijakan dan prosedurnya adalah menetapkan kriteria untuk mengevaluasi klien baru dan

menetapkan prosedur review untuk klien lama yang akan memberikan penugasan lanjutan.

9. Inspeksi
Tujuan elemen ini adalah untuk menentukan bahwa prosedur-prosedur yang berhubungan

dengan elemen-elemen lain telah diterapkan secara efektif. Kebijakan dan prosedur untuk

elemen ini adalah merumuskan lingkup dan isi program inspeksi dan memberikan laporan

hasil inspeksi kepada tingkat manajemen yang sesuai dalam KAP.

Berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi

ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan

menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para

pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan

berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Oleh karena auditor memiliki peranan

penting maka, auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi

ketidakselarasan yang terjadi di antara pihak manajemen dan pemilik.

Namun saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit

yang baik. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif

dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit

dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan

kualirasnya (Parasuraman, et.al 1985 dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2003:49)). Ikatan

Akuntansi Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas,

jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

Selanjutnya, De Angelo (1981) sebagaimana dirujuk oleh Kusharyanti (2003:25)

mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan

dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk

menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan


tergantung pada kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji

tersebut tergantung pada independensinya dan etika seorang auditor.

2.3. Kompetensi

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus

dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup

sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan

bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Adapun

kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2002) dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP).

Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan

pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Dijelaskan juga

bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan lain

dalam pembuatan keputusan yang baik, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur

lain selain pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa

pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman,

walaupun hanya dalam penetapan resiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor

yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan auditor.

Hasil penelitian Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas

membantu kinerja auditor berpengalaman melalui komponen pemilihan dan pembobotan bukti

hanya pada saat penetapan resiko analitis. Ashton (1991) menemukan bukti empiris bahwa
perbedaan pengetahuan yang dimiliki auditor pada berbagai tingkat pengalaman, tidak dapat

dijelaskan oleh lamanya pengalaman yang dimilikinya.

Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor

(Kusharyanti, 2003), yaitu: (1.) pengetahuan pengauditan umum, (2.) pengetahuan area fungsional,

(3.) pengetahuan mengenai isu-isu akutansi yang paling baru, (4.) penegtahuan mengenai industri

khusus, (5.) pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.

2.4. Independensi

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak

dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya

kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang

meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. (Christiawan, 2002).

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang

diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam

melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Deis dan Giroux (1992) mengatakan bahwa dalam konflik kekuatan, klien dapat menekan

auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar. Kondisi keuangan klien

yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara pergantian auditor.

Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan klien tersebut sehingga

menyebabkan independensi mereka melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka

dituntut untuk memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat melanggar

standar profesi sebagai acuan kerja mereka.

Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang menganggu independensi akuntan publik,

yaitu: (1.) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (2.) Mengaudit
pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3.) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien

dan (4.) Bertindak sebagai penasihat dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya

jika memiliki hubungan bisnis, keuangan, dan manajemen atau karyawan dengan kliennya.

2.5. Kepatuhan kepada Etika Profesi Akuntan Publik

Etika dapat didefinisikan sebagai tata cara, norma dan aturan yang mengatue sikap

seseorang berperilaku terhadap sesamanya maupun masyarakat. Maryani dan Ludigdo (2001)

mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur

perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh

sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang

dianggap paling dominan mempengaruhi sikap dan perilaku tidak etis akuntan. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, ditemukan sepuluh faktor yang dianggap oleh akuntan mempengaruhi sikap

dan perilaku mereka. Sepuluh faktor tersebut adalah religiusitas, pendidikan, organisasional,

emotional quotent, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum,

dan posisi atau kedudukan.

Secara umum kode etik perilaku auditor seharusnya memberikan pedoman yang cukup

bagi auditor untuk menjalankan perannya sebagai profesional, dan menginformasikan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, manajemen, atau pihak-pihak lain yang

membutuhkan informasi tersebut.

Secara lebih luas kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi

eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan
mematuhi kode etik, auditor diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinreja yang terbaik bagi

masyarakat.

2.6. Kerangka Berpikir

Salah satu fungsi akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat

dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik kepentingan antara pihak internal

dan eksternal perusahaan, menuntut akuntan publik untuk menghasilkan laporan auditan yang

berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Selain itu, dengan menjamurnya

skandal keuangan baik domestik maupun manca negara, sebagian besar bertolak dari laporan

keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan. Hal ini yang memunculkan pertanyaan

tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan

keuangan klien serta etika profesi yang dipahami oleh auditor terhadap berbagai macam gangguan

yang memepengaruhi kualitas audit yang dihasilkan.

Berdasarkan logika dari uraian di atas maka dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas

penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup

dan eksplisit dapat melakukan audit secara obyektif, cermat, dan seksama.

2. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak

mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan

prinsip integritas dan objektivitas.


Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas

diperlukan sikap independen dari auditor. Hal ini dikarenakan jika seorang auditor kehilangan

independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang

pada akhirnya laporan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

3. Pengaruh Kepatuhan kepada Etika Profesi terhadap Kualitas Audit

Ketaatan terhadap etika profesi akuntan publik merupakan sikap yang harus dimiliki oleh

masing-masing auditor. Ketaatan ini sangat penting dalam menunjang independensi dan

kompetensi seorang auditor, tanpa adanya ketaatan terhadap etika profesi maka, seorang

auditor akan dengan mudah terjebak dalam pengaruh dan tingkat independensinya akan

menurun dan pastinya akan mempengaruhi kualitas auditnya.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Kompetensi
Pengetahuan Kepatuhan terhadap Etika
Profesi
Pengalaman KUALITAS AUDIT Kepatuhan terhadap
etika profesi
Independensi Profesionalitas auditor
Lama hubungan dengan
klien
Tekanan dari Klien

Jasa non audit

Telaah dari rekan


auditor

2.7. Perumusan Hipotesis

Dari kerangka pemikiran di atas maka disusun hipotesis sebagai berikut:


(H1) Kepatuhan kepada etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(H2) Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(H3) Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(H0) Kompetensi, Independensi, dan Kepatuhan kepada etika profesi tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit

.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pada bab III dari penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel independen dan

variabel dependen yang digunakan untuk mengolah data dan mendapatkan tujuan dari penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sehingga bermanfaat untuk peneliti dan pengguna penelitian tersebut.

3.1.1. Kompetensi (X1)

Kompetensi auditor adalah kemampuan auditor dengan pengetahuan dan pengalaman yang

cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. Oleh karena itu,

maka pada penelitian ini variabel kompetensi akan diproksikan dengan dua sub variabel yaitu

pengetahuan dan pengalaman.

3.1.1.1. Pengetahuan

Kusharyanti (2003:3) mengatakan bahwa untuk melakukan tugas pengauditan,

auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai

bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien.

Dalam penelitian ini pengetahuan diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki

oleh auditor yang meliputi pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang

auditing dan akuntansi serta pemahaman atas industri klien. Indikator yang digunakan

untuk mengukur pengetahuan auditor mencakup: (a.) pengetahuan tentang prinsip

akuntansi dan standar auditing, (b.) pengetahuan tentang jenis industri klien, (c.)
pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien, (d.) pendidikan formal yang sudah

ditempuh, (e.) pelatihan, kursus, dan keahlian khusus.

3.1.1.2. Pengalaman

Menurut Loeher (2002), pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari

semua yang diperoleh melalui interaksi secara terus-menerus dengan sesama, benda alam,

keadaan, gagasan, dan penginderaan. Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti

(2003) menemukan bahwa auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman

yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.

Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam

laporan keuangan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman ini adalah

sebagai berikut: (a.) lama melakukan audit, (b.) jenis perusahaan yang diaudit, (c.) jumlah

klien yang sudah diaudit.

3.1.2. Independensi (X2)

Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diarapkan

dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya

yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

3.1.2.1. Lama Hubungan dengan Klien (Audit Tenure)

Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik

membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun buku berturut-turut, auditor yang

dimaksud tersebut dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien

sebagaimana dimaksud tersebut adalah setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan klien tersebut, sementara untuk Kantor Akuntan Publik

(KAP) boleh sampai 6 tahun buku berturut-turut. Jasa audit umum atas laporan keuangan

dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana penjelasan

masa kerja tersebut setelah 1 tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut.

Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat

mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Untuk mengetahui lama hubungan auditor dengan klien digunakan indikator

sebagai berikut: (a.) frekuensi mengaudit klien.

3.1.2.2. Tekanan dari Klien

Tekanan dari klien seperti tekanan personal, emosional, atau keuangan dapat

mengakibatkan independensi auditor berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit

(Kusharyanti 2002:29).

Untuk mengetahui tekanan apa saja yang berasal dari klien yang dapat

mempengaruhi auditor dalam melaksanakan tugas auditnya maka digunakan indikator

sebagai berikut: (a.) Besar fee audit yang diberikan oleh klien, (b.) Pemberian sanksi dan

ancaman pergantian auditor dari klien, (c.) Fasilitas dari klien jika ada.

3.1.2.3. Telaah dari Rekan Auditor (peer review)

Telaah rekan auditor (peer review) merupakan mekanisme monitoring yang

dipersiapkan oleh auditor yang dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan auditing

(Harjanti, 2002:59).

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh telaah dari rekan auditor, digunakan

indikator sebagai berikut: (a.) Manfaat telaah dari rekan auditor, (b.) Konsekuensi terhadap

audit yang buruk.


3.1.2.4. Jasa Non Audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non

atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti

jasa penyusunan laporan keuangan. (Kusharyanti, 2002:29). Untuk mengukur seberapa

besar pengaruh jasa non audit digunakan indikator sebagai berikut: (a.) Pemberian jasa

audit dan non audit kepada klien yang sama, (b.) Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat

menigkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan akuntan publik.

3.1.3. Kepatuhan kepada Etika Profesi (X3)

Kepatuhan terhadap Etika Profesi adalah sikap yang memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam setiap tindakan auditor untuk mempertahankan independensinya. Seberapa independen dan

seberapa profesional seorang auditor dapat dilihat dari seberapa patuh dan taat auditor tersebut

untuk melaksanakan prosedur audit berdasarkan apa yang tercantum dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP).

3.1.3.1. Kepatuhan terhadap Etika Profesi

Kepatuhan terhadap Etika Profesi merupakan aspek yang perlu dijadikan

prioritas dalam setiap melaksanakan atau memberikan jasa audit atas klien. Dengan

patuhnya auditor terhadap etika profesi maka, independensi dari seorang auditor dapat

dipercaya dan kualitas hasil audit cukup baik dan sesuai dengan kenyataan dan dalam

menyampaikan ketidakwajaran akan disampaikan jujur tanpa adanya ketakutan dan

tekanan dari pihak manajemen.


Untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari kepatuhan terhadap etika profesi,

maka digunakan indikator sebagai berikut: (a.) Seberapa kuat auditor dalam menghadapi

tekanan dari klien, (b.) Seberapa sering auditor mengabaikan etika profesi.

3.1.3.2. Profesionalitas Auditor

Profesionalitas seorang auditor menggambarkan tingkat kompetensi dan

independensinya cukup baik sehingga sering mendapatkan permintaan dari klien untuk

melakukan pemeriksaan teradap perusahaan klien. Sehubungan pada profesionalitas

seorang auditor, kualitas hasil audit seorang auditor akan dapat dipercaya oleh para

pengguna laporan keuangan untuk dasar pengambilan keputusan.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh profesionalitas maka, digunakan

indikator sebagai berikut: (a.) Seberapa sering auditor mengaudit perusahaan klien dengan

karyawan/manajemennya terdapat anggota keluarganya.

3.1.4. Kualitas Audit (Y)

Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemaaman

auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi

auditor. (De Angelo, 1981 dalam Kusharyanti, 2002:1)

Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di kota Malang dan Surabaya

digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) dan Kartika Widhi

(2006) yaitu sebagai berikut: (a.) Melaporkan semua kesalahan klien, (b.) Pemahaman terhadap

sistem informasi akuntansi klien, (c.) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d.)

Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan,
(e.) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f.) Sikap hati-hati dalam pengambilan

keputusan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat dimana

penelitian dilakukan secara langsung (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999:65). Data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Contoh sumber data primer meliputi: wawancara, panel, kelompok fokus, kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui

perantara (Indriantoro dan Bambang Supeno, 1999:65). Sebagai suatu penelitian empiris

maka data sekunder dalam penelitian ini diperoleh artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian

terdahulu. Contoh sumber data sekunder meliputi data-data yang didapatkan melalui:

jurnal, penelitian terdahulu,majalah, koran, televisi, internet, dll.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Malang dan

Surabaya. Dipilih kota Malang dan Surabaya karena kota tersebut KAP yang berdomisili di kota

Malang dan Surabaya cukup representatif untuk menjadi responden penelitian dengan kriteria

KAP yang tidak terlalu besar. Dimana penelitian ini akan mengarahkan pada KAP yang berbeda

dari penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu juga, peneliti melakukan penelitian pada KAP
di kota Malang dan Surabaya karena keterbatasan waktu dan biaya dan memudahkan proses

penelitian tersebut.

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner).

Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1996;139).

3.4. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 1998:115). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang terdaftar dan bekerja pada Kantor Akuntan

Publik (KAP) di kota Malang dan Surabaya.

2. Sampel

Sampel adalah bagian/wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto 1998:117). Sampel

dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadan populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan metode proportional simple random

sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari tiap sub populasi dengan

mempehitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Formula yang digunakan untuk

menentukan sampel dalam penelitian ini adala seperti yang dikemukakan Yamane (1973)

dalam Supramono dan Intiyas Utami (2004:56)

n = N
2
Nd + 1

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Ukuran populasi

d = prosentase kelonggaran ketidaktelitian 10%

3.5. Instrumen Penelitian

Konsep dalam penelitian ini meliputi konsep etika, kompetensi, dan independensi sebagai

variabel bebas, dimana kompetensi diproksikan dalam 2 sub variabel yaitu pengetahuan dan

pengalaman. Sedangkan independensi diproksikan ke dalam 4 sub variabel yaitu tekanan dari

klien, telaah dari rekan auditor, lama hubungan dengan klien, dan jasa non audit. Sedangkan Etika

diroksikan ke dalam 2 sub bab yaitu kepatuhan terhadap etika profesi dan profesionalitas auditor.

Sebagai variabel terikatnya adalah kualitas audit.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Data diri responden

Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang identitas responden. Data demografi

tersebut meliputi: jabatan, lama pengalaman kerja, latar belakang pendidikan, jenis kelamin,

nama KAP.

2. Pernyataan mengenai etika, kompetensi, independensi, dan kualitas audit

Pada bagian ini berisi pertanyaan mengenai kompetensi, etika, independensi, dan

kualitas audit. Jenis pertanyaan adalah tertutup, dimana responden hanya memberikan tanda

tick mark (v) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.

3.6. Validitas dan Realibilitas

Pengujian validitas dan realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program

SPSS.
3.6.1. Validitas instrumen

Validitas adalah seberapa cermat alat ukur dapat mengungkap dengan jitu gejala-

gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur (Hadi, 1996:289). Suatu instrumen yang

kurang valid atau berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2000:144). Validitas

dihitung dengan rumus product moment dengan rumus:

rxy = N∑ XY – (∑X) (∑Y)


2 2 2 2
√{(N∑ X – ((∑X) )} {N∑Y –((∑Y) }

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y, dua variabel yang dikorelsikan (x=X-X

dan y= Y- Y)

N = jumlah subyek
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
∑XY = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat x
Y
2 = kuadrat y
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel dengan taraf kesalahan 5 %, jika r xy >

rtabel maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2000:145).

3.6.2. Realibilitas Instrumen

Uji realibilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur

suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu.

Realibilitas instrumen penelitian diuji menggunakan rumus koefisien Cronbach’s

Alpha. Jika koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa instrumen

penelitian tersebut handal atau reliabel (Nunnaly dalam Ghozali, 2005:42). Adapun

rumus yang digunakan sebagai berikut:


∑σb2
2
Σt
k

r11 = [ k ] [1-∑σb2]
k-1 2
σt

Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor butir
= varians toral
= banyaknya butir

3.7. Metode Analisis Data

Analisa data adalah cara-cara mengoleh data yang telah terkumpul, kemudian dapat

memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang

telah dirumuskan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan persamaan

sebagai berikut:

Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+e

Dimana:
Y = Kualitas audit
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi
X3 = Kepatuhan terhadap etika profesi
β0 = Intercept (konstanta)
β1β2β3 = Koefisien regresi
e = error

Toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan 5% dengan signifikasi sebesar 95%.

3.8. Uji Asumsi Klasik


Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, terlebih dulu

akan diuji normalitas, uji heterokedastisitas dan uji multikolinieritas.

3.8.1. Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.

3.8.2. Uji Heteroskedisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau

disebut homoskedisitas (Ghozali, 2005:105). Model regresi yang baik adalah homoskedisitas

bukan heteroskedisitas (Ghozali, 2005:105).

3.8.3. Uji Multikolinearitas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel bebas yang satu

dengan yang lain.

3.9. Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

3.9.1. Uji Simultan (uji F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikat. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan

nilai hitung Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat

kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah

jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika F hitung > Ftabel (n-k-1) maka Ho

ditolak. Secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel independen

(X1, X2, dan X3) berpengaruh terhadap variabel (Y). Jika F hitung < Ftabel (n-k-1)
maka Ho diterima. Secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel

independen (X1, X2, dan X3) tidak berpengaruh terhadap nilai (Y).

Selain itu, uji F dapat pula dilihat dari besanya probabilitas value (p value)

dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikansi a=5%). Kriteria pengujian yang digunakan

adalah: Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, Jika p value > 0,05 maka Ho diterima.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari variabel

independen X1,X2, dan X3 secara bersamaan terhadap kualitas audit sebagai variabel

2 2
dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R ). Dimana R menjelaskan

seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan

variabel dependen (Y).

3.9.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan ttabel.

Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% dengan derajat

kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah: Jika t hitung > ttabel (n-k-1) maka Ho

ditolak, jika thitung < ttabel (n-k-1) maka Ho diterima.

Selain itu hasil uji t dapat juga dilihat dari besarnya probabilitas value (p value)

dibandingkan dengan 0,05 (taraf signifikansi a = 5%). Adapun kiteria pengujian yang

digunakan adalah: Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak, jika p value > 0,05 maka Ho

diterima.

Untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari variabel bebas secara

parsial terhadap kualitas audit sebagai variabel terikat dapat dilihat dari besarnya koefisien
2 2
determinasi (R ). Dimana R menjelaskan seberapa besar variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel terikat.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Sampel Penelitian

Jumlah populasi auditor berdasarkan direktori IAPI untuk KAP yang terdapat di Malang

yang meliputi 8 KAP dengan jumlah total auditor di KAP tersebut adalah sekitar 70 auditor,

sedangkan untuk KAP di wilayah Surabaya sekitar 40 KAP, jumlah auditor di KAP tersebut

sekitar 280 auditor. Dengan demikian, jumlah total populasi auditor sekitar 350 orang. Untuk

jumlah auditor di KAP wilayah Surabaya, peneliti menggunakan asumsi pesimistik dengan rata-

rata 7 auditor di setiap KAP. Hal ini dikarenakan jumlah auditor pada masing-masing KAP

berbeda-beda.

Pengambilan data terhadap responden (auditor) di Kantor Akuntan Publik yang menjadi

sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei lapangan atau penggunaan

kuesioner. Metode pengambilan sampel auditor di KAP Malang dan Surabaya adalah

menggunakan purposive sampling. Metode ini menggunakan syarat atau ketentuan efektivitas dan

efisiensi waktu. Auditor yang dijadikan responden pada penelitian ini dipilih yang berlokasi di

daerah Malang dan Surabaya dikarenakan lokasinya dapat dijangkau oleh peneliti sehingga tidak

memakan banyak biaya dan waktu. Kuesioner sebanyak 50 eksemplar disebarkan di beberapa

Kantor Akuntan Publik yang ada di Malang dan Surabaya.

Dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali dan diterima (respon rate) adalah 50

eksemplar atau semua kuesioner yang disebarkan dapat diolah secara keseluruhan, dengan rincian

30 eksemplar dari Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di Malang dan 20 eksemplar dari Kantor

Akuntan Publik yang berlokasi di Surabaya.


Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 50 responden. Kemudian

dilakukan deskripsi dari responden berdasarkan jenis kelamin, status pendidikan terakhir dan

status kepegawaian.

Berikut daftar sampel Kantor Akuntan Publik yang menjadi tempat penyebaran kuesioner

penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. KAP. DOLI, BAMBANG, SUDARMADJI, & DADANG (MALANG)

2. KAP. Drs. SUPRIHADI & REKAN (MALANG)

3. KAP. MADE SUDARMA, THOMAS, & DEWI (MALANG)

4. KAP. KRISNAWAN, BUSRONI, ACHSIN, & ALAMSYAH (MALANG)

5. KAP. SOEWARDHONO & REKAN (MALANG)

6. KAP. Drs. KOENTA ADJI (MALANG)

7. KAP. Drs. NASIKIN (MALANG)

8. KAP. AGUS & MURATNO (SURABAYA)

9. KAP. DIDY, TJIPTOHADI & REKAN (SURABAYA)

10. KAP. Dra. DIAN HAJATI. D (SURABAYA)

11. KAP. Drs. BAMBANG SISWANTO (SURABAYA)

12. KAP. Drs. ROBBY BUMULO (SURABAYA)


a. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Dari data sampel yang terkumpul diketahui bahwa jenis kelamin mayoritas auditor yang

menjadi responden pada penelitian ini adalah laki-laki dengan jumlah sebanyak 27 responden

(54%) sisanya adalah responden wanita terdapat dengan jumlah sebanyak 23 responden (46%).

Untuk lebih jelasnya ditampilkan pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)

Laki-laki 27 54%

Wanita 23 46%

Jumlah 50 100%

Sumber data: Diolah tahun 2011

b. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir

Dari segi tingkat pendidikan terakhir didapatkan hasil bahwa jumlah mayoritas responden berpendidikan S1

yaitu sebanyak 44 responden (88%) dan sisanya sebanyak 6 responden (12%) berpendidikan S2. Hasil

selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase (%)

S1 44 88%

S2 6 12%

Jumlah 50 100%

Sumber data: Diolah tahun 2011


c. Distribusi Frekuensi Jabatan

Dari 50 auditor yang disurvey diketahui mayoritas responden menempati jabatan sebagai

Junior Auditor sebanyak 38 responden (76%), bisa jadi hal ini akibat dari banyaknya auditor yang

mengisi jabatan ini adalah fresh graduate yang berstatus sebagai pegawai baru, kemudian

sebanyak 9 responden (18%) adalah Senior Auditor, dan selanjutnya sebanyak 2 responden (4%)

adalah supervisor dan hanya 1 responden (2%) yang berstatus sebagai manajer. Hasil lebih jelas

dan lengkapnya ditampilkan pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jabatan

Jabatan Frekuensi Prosentase (%)

Junior Auditor 38 76%

Senior Junior 9 18%

Supervisor 2 4%

Manajer 1 2%

Jumlah 50 100%

Sumber data: Diolah tahun 2011

d. Distribusi Masa Kerja di KAP

Jika ditinjau dari masa kerja auditor di KAP diketahui bahwa masa kerja auditor di KAP

yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun di KAP sebanyak 24 responden (48%), kemudian

17 responden (34%) memiliki masa kerja 1 sampai dengan 3 tahun, selanjutnya sebanyak 7

responden (14%) memiliki masa kerja 4 sampai dengan 6 tahun dan sebanyak 2 responden (4%)

memiliki masa kerja lebih dari 6 tahun. Data lebih jelas dan rinci ditampilkan pada tabel 4.4

berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja di KAP

Masa Kerja di KAP Frekuensi Prosentase (%)

< 1 tahun 24 48%

1 s/d 3 tahun 17 34%

4 s/d 6 tahun 7 14%

> 6 tahun 2 4%

Jumlah 50 100%

Sumber data: Diolah tahun 2011

4.2. Distribusi Jawaban Responden

Pada bagian ini akan disajikan hasil distribusi item-item dari variabel Kompetensi (X 1),

Independensi (X2), Kepatuhan Etika (X3) dan Kualitas Audit (Y) secara keseluruhan yang

diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner, baik dalam jumlah responden maupun dalam

jumlah prosentase. Untuk semua rincian daftar pertanyaan yang diajukan pada kuesioner penelitian

ini akan disajikan pada bagian lampiran dari penelitian ini.

Variabel X1

Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kompetensi (X 1)

Item STS TS R S SS Rata-rata


Item
f % f % f % f % f %

x1.1 0 0,0 1 2,0 10 20,0 39 78,0 0 0,0 3,76

x1.2 0 0,0 1 2,0 1 2,0 19 38,0 29 58,0 4,52

x1.3 0 0,0 0 0,0 2 4,0 15 30,0 33 66,0 4,62

x1.4 0 0,0 1 2,0 6 12,0 25 50,0 18 36,0 4,20

x1.5 1 2,0 3 6,0 8 16,0 21 42,0 17 34,0 4,00


x1.6 1 2,0 0 0,0 7 14,0 20 40,0 22 44,0 4,24

x1.7 0 0,0 5 10,0 9 18,0 22 44,0 14 28,0 3,90

x1.8 1 2,0 7 14,0 9 18,0 23 46,0 10 20,0 3,68

x1.9 2 4,0 4 8,0 11 22,0 20 40,0 13 26,0 3,76

x1.10 1 2,0 13 26,0 18 36,0 12 24,0 6 12,0 3,18

Sumber data: Diolah tahun 2011

Dari tabel 4.5 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item x 1.1 mengenai

kemampuan audotor memahami dan melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang relevan,

responden menyatakan setuju sebanyak 39 responden (78%), 10 responden (20%) menyatakan

ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban

responden untuk item x1.1 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung

menjawab setuju pada item x1.1.

Item x1.2 menjelaskan mengenai perlunya memahami jenis usaha klien, responden

menyatakan sangat setuju sebanyak 29 responden (58%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,

1 responden (2%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan tidak setuju.

Rata-rata jawaban responden untuk item x1.2 sebesar 4,52, sehingga dapat dikatakan

bahwa responden cenderung menjawab sangat setuju pada item x 1.2.

Responden paling banyak menyatakan sangat setuju yaitu sebanyak 33 responden (66%)

pada item x1.3 mengenai perlunya memahami kondisi perusahaan klien, 15 responden (30%)

menyatakan setuju dan 2 responden (4%) menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden

untuk item x1.3 sebesar 4,62, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

sangat setuju pada item x1.3.


Sebanyak 18 responden (36%) menyatakan sangat setuju pada item x 1.4 mengenai

kemampuan melakukan audit yang baik dibutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat

pendidikan formal, sebanyak 25 responden (50%) menyatakan setuju, selanjutnya sebanyak 6

responden (12%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 orang (2%) menyatakan tidak setuju.

Rata-rata jawaban responden untuk item x1.4 sebesar 4,2, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab setuju untuk item x 1.4.

Berdasarkan hasil jawaban responden pada item x 1.5 mengenai pendidikan selain

pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik juga dibutuhkan pengetahuan yang diperoleh

dari kursus dan pelatihan khususnya di bidang auditing, responden menyatakan sangat setuju

sebanyak 17 responden (34%), 21 responden (42%) menyatakan setuju, 8 responden (16%)

menyatakan ragu-ragu, 3 responden (6%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 orang (2%)

responden menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 1.5

sebesar 4, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item x 1.5.

Jawaban responden pada pertanyaan item x1.6 mengenai keahlian khusus yang dimiliki

dapat mendukung proses audit yang dilakukan auditor, responden menyatakan sangat setuju

sebanyak 22 responden (44%), 20 responden (40%) menyatakan setuju, 7 responden (14%)

menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata

jawaban responden untuk item x1.6 sebesar 4,24, sehingga dapat dikatakan bahwa responden

cenderung menjawab setuju pada item x1.6.

Item x1.7 yang menjelaskan semakin banyaknya jumlah klien yang diaudit, menjadikan

penugasan audit yang dilakukan oleh auditor menjadi semakin baik, responden menyatakan sangat

setuju sebanyak 14 responden (28%), 22 responden (44%) menyatakan setuju, 9 responden (18%)

menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 5 responden (10%) menyatakan tidak


setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 1.7 sebesar 3,9, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab setuju pada item x 1.7.

Sebanyak 23 responden (46%) pada item x1.8 menyatakan setuju mengenai pengalaman

dalam bidang audit dengan berbagai macam klien yang berpengaruh terhadap audit yang dilakukan

supaya menjadi lebih baik, kemudian 10 responden (20%) menyatakan sangat setuju, 9 responden

(18%) menyatakan ragu-ragu, 7 orang (14%) responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1

responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 1.8

sebesar 3,68, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju

pada item x1.8.

Hasil survey penelitian ini menghasilkan jumlah 13 responden (26%) menyatakan sangat

setuju pada item x1.9 mengenai jumlah klien yang banyak berpengaruh terhadap audit yang

dilakukan di mana belum tentu lebih baik dari sebelumnya, sebanyak 20 responden (40%)

menyatakan setuju, kemudian sebanyak 11 responden (22%) menyatakan ragu-ragu, 4 responden

(8%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2 responden (4%). Rata-rata jawaban responden untuk

item x1.9 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

setuju untuk item x1.9.

Berdasarkan jawaban responden pada pertanyaan item x 1.10 mengenai pengalaman

melakukan audit perusahaan yang go public, sehingga auditor dapat melakukan penugasan audit

dengan baik pada perusahaan yang belum go public, responden menyatakan sangat setuju

sebanyak 6 responden (12%), 12 responden (24%) menyatakan setuju, 18 responden (36%)

menyatakan ragu-ragu , kemudian sebanyak 13 orang (26%) responden menyatakan tidak setuju

dan sebanyak 1 orang (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk
item x1.10 sebesar 3,18, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju

pada item x1.10.

Variabel X2

Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Independensi (X 2)

STS TS R S SS Rata-
Item rata

f % f % f %f % f % Item

x2.1 1 2 4 8 10 20 19 38 16 32 3.9

x2.2 3 6 5 10 8 16 12 24 22 44 3.9

x2.3 10 20 17 34 10 20 3 6 10 20 2.72

x2.4 16 32 15 30 7 14 2 4 10 20 2.5

x2.5 2 4 12 24 12 24 9 18 15 30 3.46

x2.6 8 16 19 38 6 12 4 8 13 26 2.9

x2.7 12 24 14 28 8 16 4 8 12 24 2.8

x2.8 2 4 12 24 14 28 7 14 15 30 3.42

x2.9 5 10 21 42 5 10 5 10 14 28 3.04

x2.10 6 12 19 38 8 16 3 6 14 28 3

x2.11 2 4 6 12 8 16 14 28 20 40 3.88

x2.12 2 4 5 10 11 22 15 30 17 34 3.8

x2.13 4 8 9 18 14 28 8 16 15 30 3.42

x2.14 5 10 4 8 16 32 10 20 15 30 3.52

Sumber data: Diolah tahun 2011


Dari tabel 4.6 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item x 2.1 mengenai

auditor lebih baiknya memiliki hubungan dengan klien paling lama 3 tahun, responden

menyatakan sangat setuju sebanyak 16 responden (32%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,

10 responden (20%) menyatakan ragu-ragu, kemudian sebanyak 4 responden (8%) menyatakan

tidak setuju dan sebanyak 1 orang responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata

jawaban responden untuk item x2.1 sebesar 3,90, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab setuju pada item x 2.1.

Hasil penelitian untuk item x2.2 mengenai sikap independen dalam melakukan audit

walaupun telah lama menjalin hubungan kerja sama dengan klien, responden menyatakan sangat

setuju sebanyak 22 responden (44%), 12 responden (24%) menyatakan setuju, 8 responden (16%)

menyatakan ragu-ragu, kemudian sebanyak 5 responden (10%) menyatakan tidak setuju dan

sebanyak 3 responden (6%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk

item x2.2 sebesar 3,90, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

setuju pada item x2.2.

Responden mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak 17 responden (34%) pada item

x2.3 mengenai tidak semua kesalahan klien yang ditemukan oleh auditor dilaporkan karena

lamanya hubungan kerja sama dengan klien tersebut, kemudian 10 responden (20%) menyatakan

sangat setuju, 3 responden (6%) menyatakan setuju, 10 orang (20%) responden

menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 10 responden (20%). Rata-rata jawaban responden untuk item

x2.3 sebesar 2,72, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-

ragu pada item x2.3.

Sebanyak 10 responden (20%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.4 mengenai

perilaku bertindak tidak jujur agar tidak kehilangan klien, sebanyak 3 responden (6%)
menyatakan setuju, 10 responden (20%) menyatakan ragu-ragu, 17 responden (34%)
menyatakan tidak setuju dan sebanyak 10 responden (20%) menyatakan sangat tidak setuju.

Rata-rata jawaban responden untuk item x2.4 sebesar 2,50, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab ragu-ragu untuk item x2.4.

Berdasarkan tabel 4.6 untuk item x 2.5 mengenai kesediaan menerima sanksi jika audit

yang dilakukan buruk, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden (30%), 9

responden (18%) menyatakan setuju, 12 responden (24%) menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju,

kemudian sebanyak 2 orang (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden

untuk item x2.5 sebesar 3,46, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung

menjawab ragu-ragu pada item x2.5.

Jawaban responden pada item x2.6 menurut tabel 4.6 mengenai tidak dilaporkannya semua

kesalahan klien dilaporkan karena mendapatkan peringatan klien, responden menyatakan sangat

setuju sebanyak 13 responden (26%), 4 responden (8%) menyatakan setuju, 6 responden (12%)

menyatakan ragu-ragu, sebanyak 19 responden (38%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 8

responden (16%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.6

sebesar 2,9, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu pada item

x2.6.

Jawaban dari responden untuk item x2.7 mengenai ketidakberanian melaporkan kesalahan

klien karena klien dapat mengganti posisi auditor dengan auditor lain, responden menyatakan

sangat setuju sebanyak 12 responden (24%), 4 responden (8%) menyatakan setuju, 8 responden

(16%) menyatakan ragu-ragu, sebanyak 14 responden (28%) menyatakan tidak setuju dan

sebanyak 12 responden (24%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x2.7 sebesar 2,8, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

ragu-ragu pada item x2.7.

Mayoritas dari responden menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden (30%) pada

item x2.8 mengenai audit fee dari klien yang merupakan bagian besar dari total pendapatan kantor

akuntan publik yang dapat merusak independensi akuntan publik, 7 responden (14%) menyatakan

setuju, 14 responden (28%) menyatakan ragu-ragu, 12 responden (24%) responden menyatakan

tidak setuju dan sebanyak 2 responden (4%). Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.8 sebesar

3,42, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-

ragu pada item x2.8.

15 responden (30%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.9 mengenai fasilitas yang

diterima dari klien yang menjadikan sikap sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam

melakukan audit, sebanyak 5 responden (10%) menyatakan setuju dan ragu-ragu, kemudian

sebanyak 21 responden (42%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 5 responden (10%)

menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.9 sebesar 3.04,

sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu untuk item x 2.9.

Berdasarkan hasil jawaban responden pada tabel 4.6 untuk item x 2.10 mengenai tidak

dibutuhkannya telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit saya karena kurang dirasa

manfaatnya, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 14 responden (28%), 3 responden

(6%) menyatakan setuju, 8 responden (16%) menyatakan ragu-ragu, 19 responden (38%)

responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 6 responden (12%). Rata-rata jawaban

responden untuk item x2.10 sebesar 3,00, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung

menjawab ragu-ragu pada item x2.10.


Berdasarkan tabel 4.6 untuk item x 2.11, mengenai sikap jujur untuk menghindari penilaian

kurang baik dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim, responden menyatakan sangat setuju

sebanyak 20 responden (40%), kemudian sebanyak 14 responden (28%) menyatakan setuju, 8

responden (16%) menyatakan ragu-ragu, 6 responden (12%) menyatakan tidak setuju dan

sebanyak 2 responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk

item x2.11 sebesar 3,88, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

setuju pada item x2.11.

Jawaban responden pada item x2.12 mengenai jasa audit, suatu KAP dapat pula

memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama, responden menyatakan sangat setuju

sebanyak 17 responden (34%), 15 responden (30%) menyatakan setuju, 11 responden (22%)

menyatakan ragu-ragu, sebanyak 5 responden (10%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 2

responden (4%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.12

sebesar 3,80, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item

x2.12.

Responden pada item pertanyaan x2.13 menyatakan sangat setuju sebanyak 15 responden

(30%) pada item x2.13 mengenai jasa audit yang diberikan kepada klien dapat merusak

independensi akuntan publik tersebut, 8 responden (16%) menyatakan setuju, 14 responden (28%)

menyatakan ragu-ragu, 9 orang (18%) responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 4

responden (8%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 2.13

sebesar 3,42, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab ragu-ragu pada

item x2.13.

Sebanyak 15 responden (30%) menyatakan sangat setuju pada item x 2.14 mengenai

pemberian jasa lain selain jasa audit, dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam
laporan pemeriksaan akuntan publik, kemudian sebanyak 10 responden (20%) menyatakan setuju,

selanjutnya sebanyak 16 responden (32%) menyatakan ragu-ragu, sebanyak 4 responden (8%)

menyatakan tidak setuju dan sebanyak 5 responden (10%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-

rata jawaban responden untuk item x2.14 sebesar 3,52, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab setuju untuk item x 2.14.

Variabel X3

Tabel 4.7 Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kepatuhan Etika (X 3)

Item STS TS R S SS Rata-


rata Item
f % f % f % f % f %

x3.1 3 6.0 10 20.0 6 12.0 21 42.0 10 20.0 3.5

x3.2 1 2.0 8 16.0 9 18.0 16 32.0 16 32.0 3.76

x3.3 1 2.0 9 18.0 7 14.0 18 36.0 15 30.0 3.74

x3.4 11 22.0 22 44.0 4 8.0 8 16.0 5 10.0 2.48

x3.5 7 14.0 26 52.0 7 14.0 6 12.0 4 8.0 2.48

x3.6 0 0.0 6 12.0 8 16.0 25 50.0 11 22.0 3.82

x3.7 14 28.0 20 40.0 5 10.0 6 12.0 5 10.0 2.36

x3.8 13 26.0 22 44.0 4 8.0 6 12.0 5 10.0 2.36

Sumber data: Diolah tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item x 3.1

mengenai sikap objektif terhadap klien saat klien berusaha menghalangi auditor untuk bersikap

objektif, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 10 responden (20%), 21 responden (42%)

menyatakan setuju, 6 responden (12%) menyatakan ragu-ragu, kemudian sebanyak 10 responden

(20%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 3 orang responden (6%) menyatakan
sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.1 sebesar 3,5, sehingga dapat

dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item x 3.1.

Responden memberikan jawaban pada item x3.2 mengenai perbuatan jujur dan sesuai

prosedur dalam setiap penugasan audit, responden menyatakan sangat setuju dan setuju terdapat

sebanyak 16 responden (32%), 9 responden (18%) menyatakan ragu-ragu, 8 responden (16%)

menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-

rata jawaban responden untuk item x3.2 sebesar 3,76, sehingga dapat dikatakan bahwa responden

cenderung menjawab setuju pada item x3.2.

Responden mayoritas menyatakan setuju, sebanyak 18 responden (36%) pada item x 3.3

mengenai keinginan untuk mengungkapkan kesalahan klien apa adanya, 15 responden (30%)

menyatakan sangat setuju, 7 responden (14%) menyatakan ragu-ragu, 9 orang (18%) responden

menyatakan tidak setuju dan sebanyak 1 responden (2%). Rata-rata jawaban responden untuk item

x3.3 sebesar 3,74, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju

pada item x3.3.

Hasil pada tabel 4.7 menyatakan bahwa sebanyak 5 responden (10%) menyatakan sangat

setuju pada item x3.4 mengenai perbuatan tidak jujur yang dilakukan demi keselamatan posisi

auditor dalam penugasan audit, sebanyak 8 responden (16%) menyatakan setuju, 4 responden (8%)

menyatakan ragu-ragu, 22 responden (44%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 11 responden

(22%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.4

sebesar 2,48, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab tidak setuju untuk

item x3.4.

Hasil penelitian pada tabel 4.7 untuk item x 3.5 mengenai seringnya fasilitas yang

diberikan klien membuat auditor sungkan mengungkapkan kesalahan klien dan membuat auditor
mengalami dilema etika, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden (8%), 6

responden (12%) menyatakan setuju, 7 responden (14%) menyatakan ragu-ragu dan sangat tidak

setuju, kemudian sebanyak 26 orang (52%) menyatakan tidak setuju. Rata-rata jawaban responden

untuk item x3.5 sebesar 2,48, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung

menjawab ragu-ragu pada item x3.5.

Hasil dari pertanyaan kuesioner item x3.6 mengenai pertimbangan untuk melakukan

konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab seperti komite audit jika ada konflik dengan

klien, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 11 responden (22%), 25 responden (50%)

menyatakan setuju, 8 responden (16%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 6 responden (12%)

menyatakan tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.6 sebesar 3,82, sehingga

dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item x 3.6.

Hasil jawaban responden pada item x3.7 mengenai sering tidaknya melakukan penugasan

audit dimana terdapat anggota keluarga dari auditor di dalam perusahaan klien, responden

menyatakan sangat setuju dan ragu-ragu terdapat sebanyak 5 responden (10%), 6 responden (10%)

menyatakan setuju, 20 responden (40%) menyatakan tidak setuju dan sebanyak 14 responden

(28%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item x 3.7

sebesar 2,36, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab tidak setuju pada

item x3.7.

Mayoritas dari responden menyatakan tidak setuju, sebanyak 22 responden (44%) pada

item x3.8 mengenai frekuensi mendapatkan penugasan audit pada perusahaan klien yang terdapat

anggota keluarga dari auditor di dalamnya, 5 responden (10%) menyatakan sangat setuju, 6

responden (12%) menyatakan setuju, 4 responden (8%) responden menyatakan ragu-ragu dan

sebanyak 13 responden (26%) menyatakan sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
untuk item x3.8 sebesar 2,36, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab

tidak setuju pada item x3.8.

Variabel Y

Tabel 4.8 Deskripsi Jawaban Responden untuk Variabel Kualitas Audit (Y)

Item STS TS R S SS Rata-rata


Item
f % f % f % f % f %

y1 4 8.0 4 8.0 8 16.0 8 16.0 26 52.0 3.96

y2 0 0,0 1 2.0 4 8.0 19 38.0 26 52.0 4.4

y3 0 0,0 0 0,0 7 14.0 18 36.0 25 50.0 4.36

y4 0 0,0 0 0,0 1 2.0 15 30.0 34 68.0 4.66

y5 0 0,0 1 2.0 7 14.0 26 52.0 16 32.0 4.14

y6 0 0,0 0 0,0 0 0,0 22 44.0 28 56.0 4.56

Sumber data: Diolah tahun 2011

Dari tabel 4.8 tersebut diperoleh penjelasan sebagai berikut: pada item y 1 mengenai

besarnya kompensasi yang diterima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan

klien, responden menyatakan sangat setuju sebanyak 26 responden (52%), 8 responden (16%)

menyatakan setuju dan ragu-ragu, kemudian sebanyak 4 responden (8%) menyatakan tidak dan

sangat tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item y 1 sebesar 3,96, sehingga dapat

dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item y 1.

Jawaban dari responden pada item y2 mengenai pemahaman terhadap sistem informasi

akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit yang dilakukan menjadi lebih baik, responden

menyatakan sangat setuju sebanyak 26 responden (52%), 19 responden (38%) menyatakan setuju,

4 responden (8%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan


tidak setuju. Rata-rata jawaban responden untuk item y 2 sebesar 4,4, sehingga dapat dikatakan

bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item y 2.

Sebagian besar dari responden menyatakan sangat setuju, yaitu sebanyak 25 responden

(50%) pada item y3 mengenai kekuatan akan komitmen untuk menyelesaikan audit dalam waktu

yang tepat, kemudian 18 responden (36%) menyatakan setuju dan sebanyak 7 responden (14%)

menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden untuk item y 3 sebesar 4,36, sehingga dapat

dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item y 3.

Jawaban responden untuk item y4 mengenai SAK, SPAP, dan Kode Etik Profesi Akuntan

Publik sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan laporan, responden menyatakan sangat

setuju sebanyak 34 responden (68%), 15 responden (30%) menyatakan setuju dan 1 responden

(2%) menyatakan ragu-ragu. Rata-rata jawaban responden untuk item y 4 sebesar 4,66, sehingga

dapat dikatakan bahwa responden cenderung menjawab setuju pada item y 4.

Hasil jawaban responden pada tabel 4.8 untuk item y 5 mengenai tidak mudahnya percaya

terhadap pernyataan klien selama melakukan penugasan audit, responden menyatakan sangat

setuju sebanyak 16 responden (32%), 26 responden (52%) menyatakan setuju, sebanyak 7

responden (14%) menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 1 responden (2%) menyatakan tidak setuju.

Rata-rata jawaban responden untuk item y5 sebesar 4,14, sehingga dapat dikatakan bahwa

responden cenderung menjawab setuju pada item y 5.

Responden paling banyak menyatakan sangat setuju, yaitu sebanyak 28 responden (56%)

pada item y6 mengenai sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan

penugasan audit dan sebanyak 22 responden (44%) menyatakan setuju. Rata-rata jawaban

responden untuk item y6 sebesar 4,56, sehingga dapat dikatakan bahwa responden cenderung

menjawab sangat setuju pada item y6.


4.3. Analisis Data

4.3.1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur untuk mengukur apa yang diukur Valid

tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi product

moment Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, di mana r dapat digunakan

rumus:

N XY X Y
rxy =
N X2 X2 N Y2 Y2

Keterangan :

rxy = uji validitas

n = banyaknya sampel

X= skor item X

Y= skor item Y

Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan

sebaliknya jika probabilitas hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (5%) maka dinyatakan tidak valid.

Tabel 4.9 Uji Validitas Instrumen Kompetensi (X 1), Independensi (X2)

dan Kepatuhan Etika (X3)

Variabel Item r Sig Ket

x1.1 0,445 0,001 Valid


Kompetensi (X1)
x1.2 0,573 0,000 Valid

x1.3 0,679 0,000 Valid


x1.4 0,738 0,000 Valid

x1.5 0,767 0,000 Valid

x1.6 0,804 0,000 Valid

x1.7 0,601 0,000 Valid

x1.8 0,639 0,000 Valid

x1.9 0,527 0,000 Valid

x110 0,440 0,001 Valid

x2.1 0,528 0,000 Valid

x2.2 0,679 0,000 Valid

x2.3 0,566 0,000 Valid

x2.4 0,684 0,000 Valid

x2.5 0,666 0,000 Valid

x2.6 0,770 0,000 Valid

Independensi (X2) x2.7 0,783 0,000 Valid

x2.8 0,738 0,000 Valid

x2.9 0,765 0,000 Valid

x2.10 0,745 0,000 Valid

x2.11 0,706 0,000 Valid

x2.12 0,703 0,000 Valid

x2.13 0,781 0,000 Valid

x2.14 0,622 0,000 Valid

Kepatuhan Etika (X3) x3.1 0,610 0,000 Valid

x3.2 0,646 0,000 Valid


x3.3 0,664 0,000 Valid

x3.4 0,709 0,000 Valid

x3.5 0,752 0,000 Valid

x3.6 0,524 0,000 Valid

x3.7 0,785 0,000 Valid

x3.8 0,812 0,000 Valid

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan untuk variabel

X1, X2 dan X3 memiliki nilai rhitung > rtabel (0,279) dan juga probabilitas (sig) kurang dari 0,05

sehingga dapat dikatakan semua item pertanyaan valid.

Tabel 4.10 Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit (Y)

Variabel Item r Sig Ket

y1 0,671 0,000 Valid

y2 0,665 0,000 Valid


Kualitas Audit (Y)
y3 0,768 0,000 Valid

y4 0,574 0,000 Valid

y5 0,636 0,000 Valid

y6 0,559 0,000 Valid


Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan untuk variabel

Y memiliki nilai rhitung > rtabel (0,279) dan juga probabilitas (sig) kurang dari 0,05

sehingga dapat dikatakan semua item pertanyaan telah valid.

4.3.2. UJI RELIABILITAS

Reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji digunakan Cronbach Alpha dengan rumus:

k b
2

r11= 1
k 1 2
t

Di mana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


b2
= jumlah varians butir

t2
= varians total

Instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas

sebesar 0,6 atau lebih. Kriteria indek reliabilitas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Kriteria Indeks kofiesien reliabilitas

No. Interval Kriteria

1. <0,200 sangat rendah


2. 0,200-0,399 Rendah

3. 0,400-0,599 Cukup

4. 0,600-0,799 Tinggi

5. 0,800-1,00 sangat tinggi


Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Cronbach Alpha. Bila alpha lebih kecil dari

0,6 maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya dinyatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas

terhadap semua variabel ditunjukkan tabel 4.12 di bawah ini

Tabel 4.12 Uji Reliabilitas Item Pertanyaan Kuesioner

Variabel Koefisien Alpha Keterangan

Kompetensi (X1) 0,809 Reliabel

Independensi (X2) 0,918 Reliabel

Kepatuhan Etika (X3) 0,844 Reliabel

Kualitas Etika (Y) 0,675 Reliabel

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai

koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan instrumen pertanyaan

yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat dihandalkan.

4.3.3. Uji Asumsi Analisis Regresi

Pengujian asumsi model regresi meliputi uji asumsi normalitas, multikolinieritas dan

heteroskedastisitas. Uraian dari perhitungan pengujian asumsi model regresi dapat dijelaskan

sebagai berikut :

4.3.3.1. Pengujian Asumsi Normalitas

Model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika residual yang disebabkan

oleh model regresi berdistribusi normal. Untuk menguji asumsi ini, dapat digunakan metode

Kolmogorov-Smirnov.
Dependent Variable: Kualitas Audit

1.0

0.8
Expecte
d Cum
Prob 0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 4.1. P-P Plot Uji Kenormalan Residual Model Regresi

Dari gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa residual memiliki pola yang mengikuti garis

lurus. Berdasarkan penjelasan untuk gambar 1 dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas

residual terpenuhi.

4.3.3.2. Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation

Factor (VIF). Apabila nilai VIF >10 maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Dan apabila

sebaliknya VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.


Tabel 4.13. Uji Asumsi Multikolinieritas

Variabel Independen VIF Keterangan

X1 1,332 Non Multikolinier

X2 1,817 Non Multikolinier

X3 1,858 Non Multikolinier

Sumber : Data primer diolah 2011

Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel 4.13 masing-masing variabel bebas menunjukkan

nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10. Menurut tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak

terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.

4.3.3.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Dependent Variable: Kualitas Audit

3
Regression Studentized Deleted (Press)

0
Residual

-1

-2

-3

-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.2. Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas


Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik

diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan grafik scatterplots di atas dapat

dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

4.3.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Proses pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dilakukan

beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan dependen. Berdasarkan

hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS didapatkan ringkasan seperti pada

Tabel 4.14.

Variabel dependen pada analisis regresi ini adalah Y sedangkan variabel independennya

adalah X1, X2 dan X3.


Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Koefisien thitung signifikan Keterangan


Beta

X1 0,308 4,304 0,000 Signifikan

X2 0,314 2,671 0,010 Signifikan

X3 0,353 2,967 0,005 Signifikan

α = 0,05
Koefisien Determinasi (R

Square) = 0,649

F-Hitung = 28,384

F-Tabel = 2,807

Signifikan = 0,000

t-tabel = 2,013

Sumber data: Diolah tahun 2011

Model regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel 4.14 adalah sebagai berikut :

Y = 0,308 X1 + 0,314 X2 + 0,353 X3

dimana :

Y : Kualitas Audit

X1 : Kompetensi

X2 : Independensi

X3 : Kepatuhan Etika

Interpretasi model regresi pada Tabel 4.14 adalah sebagai berikut :

1. β1 = 0,308
Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat peningkatan pada Kompetensi

(X1) dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pula pada Kualitas

Audit (Y).

2. β2 = 0,314

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada Independensi

(X2)dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada Kualitas Audit

(Y).

3. β3 = 0,353

Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pada Kepatuhan Etika

(X3)dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada Kualitas

Audit (Y).

Berdasarkan pada tabel 4.14, model regresi tersebut memiliki koefisien determinasi (R

Square) sebesar 0,649. Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu menjelaskan

pengaruh antara variabel-variabel X terhadap Y sebesar 64,9% dan sisanya sebesar 35,1%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdeteksi.

4.3.4. Uji Hipotesis Koefisien Model Regresi

Kemudian, model regresi yang telah didapatkan diuji terlebih dahulu baik secara simultan

dan secara parsial. Pengujian model regresi secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F

yang didapatkan dari ANOVA dan pengujian model regresi secara parsial dilakukan dengan uji t.

4.3.4.1. Uji Model Regresi Secara Simultan (Uji f)

Pengujian secara simultan dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Kualitas Audit. Semua variabel tersebut diuji secara serentak dengan menggunakan uji F yang

didapatkan dari ANOVA.

b
ANOVA
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 280.273 3 93.424 28.384 .000
Residual 151.407 46 3.291
Total 431.680 49
a.
Predictors: (Constant), Kepatuhan Etika, Kompetensi, Independensi
b.
Dependent Variable: Kualitas Audit
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian koefisien model regresi secara simultan

disajikan dalam tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Uji Hipotesis Model Regresi Secara Simultan

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan F = 28,384 Tolak H0


antara variabel X1 s/d X3 terhadap variabel Y) sig = 0,000

H1 : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh antara variabel X1 s/d Ftabel = 2,807

X3 terhadap variabel Y), α = 0,05

Sumber data: Diolah tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.15, pengujian hipotesis model regresi secara simultan atau secara

serentak menggunakan uji F. Di dalam tabel distribusi F, didapatkan nilai F tabel dengan degrees

of freedom (df) n1 = 3 dan n2 = 46 adalah sebesar 2,807. Jika nilai F hasil penghitungan pada

tabel 4.15 dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung hasil penghitungan lebih besar daripada F tabel

(28,384 > 2,807). Selain itu, pada tabel 4.15 juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,000. Jika

signifikan dibandingkan dengan α = 0,05 maka signifikan lebih kecil dari α = 0,05. Dari kedua

perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H 0 ditolak pada taraf α = 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara variabel X 1, X2 dan X3 terhadap

variabel Y.

4.3.4.2. Uji Model Regresi Secara Parsial (Uji t)

Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen pembentuk model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kualitas audit atau tidak. Untuk menguji hubungan tersebut, digunakan uji t, yakni

dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Variabel independen pembentuk model

regresi dikatakan berpengaruh signifikan jika t hitung > ttabel atau signifikan < α = 0,05. Pengujian

model regresi secara parsial adalah sebagai berikut :

a. Variabel X1 (Kompetensi)

Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 1 dapat dituliskan

dalam tabel 4.16:

Tabel 4.16. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X 1

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : β1 = 0 (variabel X1 tidak berpengaruh signifikan t = 3,055 Tolak H0


terhadap variabel Y) sig = 0,004

H1 : β1 ≠ 0 (variabel X1 berpengaruh signifikan ttabel = 2,013

terhadap variabel Y), α = 0,05

Sumber data: Diolah tahun 2011

Variabel X1 memiliki koefisien regresi sebesar 0,308. Dengan menggunakan bantuan

software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 3,055 dengan signifikan sebesar 0,004. Nilai

statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (3,055 > 2,013) dan signifikan lebih kecil

daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa X1 (Kompetensi) memberikan berpengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (Kualitas

Audit).

b. Variabel X2 (Independensi)

Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 2 dapat dituliskan

dalam tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X 2

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : β2 = 0 (variabel X2 tidak berpengaruh signifikan t = 2,671 Tolak H0


terhadap variabel Y) sig = 0,010

H1 : β2 ≠ 0 (variabel X2 berpengaruh signifikan ttabel = 2,013

terhadap variabel Y), α = 0,05

Sumber data: Diolah tahun 2011

Variabel X2 memiliki koefisien regresi sebesar 0,314. Dengan menggunakan bantuan

software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 2,671 dengan signifikan sebesar 0,010. Nilai

statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (2,671 > 2,013) dan signifikan lebih kecil

daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa X2 (Independensi) memberikan berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Kualitas

Audit).

c. Variabel X3 (Kepatuhan Etika)

Berdasarkan tabel 4.14, pengujian hipotesis koefisien regresi variabel X 3 dapat dituliskan

dalam tabel 4.18 berikut:


Tabel 4.18. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X 3

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : β2 = 0 (variabel X3 tidak berpengaruh signifikan t = 2,967 Tolak H0


terhadap variabel Y) sig = 0,005

H1 : β2 ≠ 0 (variabel X3 berpengaruh signifikan ttabel = 2,013

terhadap variabel Y), α = 0,05

Sumber data: Diolah tahun 2011

Variabel X3 memiliki koefisien regresi sebesar 0,353. Dengan menggunakan bantuan

software SPSS, didapatkan statistik uji t sebesar 2,967 dengan signifikan sebesar 0,005. Nilai

statistik uji |thitung| tersebut lebih besar daripada ttabel (2,967 > 2,013) dan signifikan lebih kecil

daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa X3 (Kepatuhan Etika) memberikan berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Kualitas

Audit).

4.4. Pembahasan dan Penentuan Variabel yang Paling Dominan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi, independensi,

dan kepatuhan kepada etika profesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh ketiga variabel ini adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat

kompetensi, independensi, dan kepatuhan kepada etika profesi seorang auditor maka, semakin

tinggi juga tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Hal tersebut dapat

diketahui berdasarkan pengujian baik secara simultan maupun secara parsial.

Kompetensi mempengaruhi kualitas hasil audit, semakin tinggi kompetensi seorang auditor,

maka semakin baik kualitas hasil audit. Dalam standar umum audit terdapat poin yang

menjelaskan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup serta diwajibkan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan

seksama. Apabila suatu penugasan audit dilaksanakan oleh orang yang kurang kompeten di bidang

audit, maka kualitas hasil audit juga akan dipertanyakan kualitasnya. Oleh karena itu, kompetensi

merupakan salah satu aspek yang penting dalam setiap penugasan audit.

Pengalaman dalam melaksanakan audit memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit,

sehingga semakin berpengalaman seorang auditor akan semakin baik kualitas audit yang

dilakukannya. Pengetahuan seorang auditor juga memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas

audit, sehingga semakin luas pengetahuan seorang auditor akan semakin baik kualitas audit yang

dihasilkan.

Selain kompetensi, aspek independensi seorang auditor juga sangat penting untuk

menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan standar-standar yang berlaku. Hasil penelitian ini

menjelaskan bahwa sikap independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil

audit. Semakin tinggi tingkat independensi seorang auditor, maka semakin baik pula hasil

auditannya. Hal ini memiliki pengaruh yang sejalan terhadap kualitas audit, dalam setiap

penugasannya, auditor diwajibkan untuk tidak mudah terpengaruh, bersikap netral dan bersikap

profesional. Seorang auditor diwajibkan memiliki mental yang kuat agar dalam setiap

penugasannya tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh berbagai macam sikap dari klien agar

prinsip integritas dan objektivitas selalu terjaga. Seorang auditor juga diwajibkan untuk

mengesampingkan kepentingan pribadinya

Lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien memiliki pengaruh yang negatif terhadap

kualitas audit, sehingga semakin besar tekanan dari klien dan lama hubungan terjalin dengan klien,

maka semakin rendah kualitas audit yang dilakukan oleh auditor.

Kepatuhan kepada etika profesi juga merupakan salah satu aspek penting dalam terwujudnya
hasil audit yang berkualitas dan sesuai dengan standar audit. Kepatuhan terhadap etika profesi

hendaknya dijadikan sebagai landasan bagi seorang auditor agar tercipta hasil audit yang

berkualitas. Variabel ini memiliki pengaruh yang cukup besar jika dibandingkan dengan dua

variabel lainnya, yaitu independensi dan kompetensi. Hal ini dikarenakan kepatuhan terhadap etika

profesi merupakan acuan, landasan, dan dijadikan sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak

dalam setiap penugasan auditnya. Sekuat apapun klien mempengaruhi kinerja dari seorang auditor,

tetapi para auditor mematuhi dan melaksanakan etika profesi akuntan publik, maka auditor

tersebut juga akan semakin kuat pula mental dan keteguhan sikapnya.

Untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel Y, dapat

dilakukan dengan membandingkan koefisien regresi (Beta) antara variabel yang satu dengan yang

lain. Variabel independen yang paling dominan pengaruhnya terhadap varaibel Y adalah variabel

yang memiliki koefisien regresi yang paling besar. Untuk membandingkan koefisien regresi

masing-masing variabel independen, disajikan tabel peringkat sebagai berikut :

Tabel 4.19. Ringkasan Hasil Analisis Regresi

Peringkat Variabel Koefisien Beta Pengaruh

3 X1 0,308 Signifikan

2 X2 0,314 Signifikan

1 X3 0,353 Signifikan

Sumber data: Diolah tahun 2011

Berdasarkan pada tabel 4.19 tersebut, variabel X 3 adalah variabel yang memiliki koefisien

regresi yang paling besar. Artinya, variabel Y lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X 3

(Kepatuhan Etika) daripada Kompetensi (X1) dan variable Independensi (X2). Koefisien yang
dimiliki oleh variabel X3 bertanda positif, berarti semakin baik Kepatuhan Etika (X 3) maka

semakin meningkatkan Kualitas Audit (Y).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kompetensi, independensi dan

kepatuhan kepada etika profesi terhadap kualitas hasil audit. Variabel kompetensi diproksikan

menjadi dua indikator yaitu: pengetahuan dan pengalaman. Variabel independensi auditor

diproksikan menjadi empat indikator yaitu: lama hubungan dengan klien, tekanan klien, telaah

rekan auditor (peer review), dan jasa non audit. Untuk variabel tingkat kepatuhan terhadap etika

profesi diproksikan menjadi dua indikator yaitu: profesionalisme auditor dan kepatuhan terhadap

etika profesi akuntan publik, sedangkan untuk variabel kualitas audit diwakili oleh satu indikator

yaitu hasil penugasan audit yang berupa opini audit.

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data.

Dalam kuesioner terdapat 38 item pertanyaan. Sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian ini

adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di wilayah Malang

dan Surabaya. Jumlah populasi auditor yang bekerja di KAP wilayah Malang dan Surabaya sekitar

170 orang. Jumlah sampel responden untuk penelitian ini berjumlah 50 orang auditor. Jumlah

kuesioner yang disebarkan untuk penelitian ini sebanyak 50 eksemplar dan yang kembali dan

dapat diolah juga sebanyak 50 eksemplar, artinya 100% kuesioner tersebut dapat diolah dalam

proses analisis data. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda melaui

penggunaan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur diperlukan untuk mengetahui pengaruh

langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh menyeluruh dari tiga variabel independen yaitu

tingkat kompetensi, independensi, dan kepatuhan terhadap etika profesi terhadap variabel

dependen yaitu kualitas hasil audit.


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi, dan kepatuhan

kepada etika profesi sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan dalam kualitas hasil audit.

Namun, dari ketiga variabel tersebut variabel kepatuhan kepada etika profesi adalah variabel yang

memiliki pengaruh yang paling besar, walaupun selisih nilai ketiga variabel tersebut tidak terpaut

jauh. Ketiga variabel memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas hasil audit tersebut.

Ditinjau dari segi pengaruh secara parsial, maka ketiga variabel tersebut juga memiliki

pengaruh yang signifikan, karena ketiga variabel tersebut merupakan syarat diperolehnya kualitas

hasil audit yang baik dan sesuai dengan standar-standar yang digunakan untuk menilai kualitas

suatu audit.

Kesimpulan secara umum dari penelitian ini pengujian pengaruh dari kompetensi,

independensi, dan kepatuhan terhadap etika profesi terhadap kualitas hasil audit yang

menghasilkan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh

yang signifikan baik secara langsung maupun parsial terhadap kualitas hasil audit. Ketiga variabel

tersebut memiliki pengaruh dan merupakan aspek yang penting dalam menghasilkan suatu hasil

audit yang berkualitas dan wajar sesuai dengan standar-standar yang berlaku.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti terdapat kelemahan yang mempengaruhi kesempurnaan suatu

penelitian. Kelemahan atau keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada saat tertentu saja (cross sectional). Akibatnya, sulit untuk

melihat perilaku yang ditunjukkan auditor dalam rentang waktu yang panjang.
2. Penelitian ini dilakukan ketika sebagian besar auditor sibuk mempersiapkan laporan

audit akhir tahun. Sehingga dalam mengisi kuesioner penelitian ini auditor kurang fokus

yang berakibat pada kurang memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan yang

terdapat dalam kuesioner penelitian ini.

3. Responden dalam penelitian yang terbatas di daerah Malang dan Surabaya. Hasil

penelitian ini kemungkinan akan berbeda jika diterapkan pada daerah yang lebih luas.

4. Instrumen pertanyaan yang digunakan sebagai indikator variabel masih tergolong

sedikit jika dibandingkan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Akibatnya, instrumen pertanyaan yang digunakan belum bisa merepresentasikan

variabel yang diuji secara sempurna.

5. Pada variabel kualitas audit, pengukurannya terpusat pada kinerja yang dilakukan

auditor dan kepatuhan kepada standar-standar yang telah digariskan. Pengukurannya

yang hanya dapat diteliti adalah hasil dari penugasan audit bukan pada prosesnya.

5.3. Saran

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

memberikan beberapa saran demi pengembangan penelitian ini di masa yang akan datang. Saran-

saran tersebut antara lain:

1. Penelitian yang akan datang diharapkan dapat menutup kesenjangan perilaku

auditor pada waktu tertentu. Kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan cara

membedakan tanggapan auditor terhadap pengaruh kompetensi, independensi, dan

kepatuhan terhadap etika profesi terhadap kualitas hasil audit pada masa sibuk dan

tidak sibuk secara time series.


2. Menambah jumlah atau mengubah variabel yang menjadi indikator kualitas hasil

audit dengan tujuan untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan.

3. Jumlah responden penelitian sebaiknya ditingkatkan lagi agar dapat diandalkan

untuk generalisasi yang lebih luas.

4. Instrumen pertanyaan yang menjadi indikator masing-masing variabel sebaiknya

ditambah lagi agar dapat menginterpretasikan variabel penelitian dengan baik.

Namun, perlu diperhatikan bahwa jumlah pertanyaan yang terlalu banyak dapat

menurunkan kualitas jawaban yang diterima apabila responden sedang mempunyai

banyak kesibukan dalam pekerjaanya. Oleh karena itu, peneliti sangat perlu untuk

memahami dengan baik keadaan dan kondisi kerja responden sebelum

melaksanakan kegiatan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Boynton, William C., dan Jhonson Raymond, Walter G. Kell. 2003. Modern Auditing Edisi
Ketujuh. Erlangga: Jakarta.

Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil
Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-92.

Elfarini, Eunike Christina, 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Dajan, Anto. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid I dan II. Jakarta: LP3ES.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harhinto, Teguh. 2004/ Pengaruh Keahlian dan INdependensi Terhadap Kualitas Audit Studi
Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi: Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan Jilid I dan II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Hernadianto. 2002. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan dan Penggunaan


Intuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jawa Tengah dan DIY). Semarang. Tesis Maksi:
Universitas Diponegoro.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

IAI. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kurnia Rahayu, Siti dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Auditor Pemerintahan di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol. 1 No. 1.
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik
Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal. 25-60.

Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyadi. 2002. Auditing Jilid I dan II. Jakarta: Salemba Empat.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Pendapat Audit:
Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 No. 1 (Januari).

Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi Kerekteristik-Karakteristik Audit Profesi Akuntan Publik
di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Vol. 2 No. 1 (Januari).

Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmawati. 2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas
Audit. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Agustus). Hal. 47-60.

Purnomo, Adi. 2007. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit. http://www.library@lib.unair.ac.id.

Simamora, Henry. 2002. Auditing. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol 5 No.
1. Hal 85-97 (April).

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta.

Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Tuanakotta, Theodorus M. 2007. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Widiastuti, Harjanti. 2002. Peer Review: Upaya Meningkatkan Kualitas Jasa Firma Akuntan
Publik. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 3 Hal. 51-60 (Januari).

Anda mungkin juga menyukai