Anda di halaman 1dari 116

PENERAPAN METODESIX SIGMADALAM MENGANALISIS KINERJA

PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI


JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ

EMIRIO ALVY REZKY

5315107507

Skripsi Ini Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Karya tulis skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Jakarta

maupun diperguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri

dengan arahan dosen pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang yang telah tertulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan

norma yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, Januari 2016

Emirio Alvy Rezky

5315107507

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI DENGAN JUDUL

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM MENGANLISIS KINERJA

PELAYANAN DOSEN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI

JURUSAN TEKNIK MESIN UNJ

TELAH DISUSUN OLEH:

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Aam Aminingsih Jumhur, ST., MT. ......................... ...............


NIP. 197110162008122001
(Pembimbing I)

2. Ahmad Kholil, ST., MT. ......................... ...............


NIP. 197908312005011001
(Pembimbing II)

Dewan Penguji :

3. Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd. ......................... ...............


NIP. 196105211986021001
(Ketua)

4. Pratomo Setyadi, ST., MT. ......................... ...............


NIP. 198102222006041001
(Sekretaris)

5. Lukman Arhami, S.Pd., MT. ......................... ...............


NIP. 197901032005011003
(Dosen Ahli)

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin UNJ

Ahmad Kholil, ST., MT.


NIP. 197908312005011001

Tanggal Ujian : 26 Januari 2016


Tanggal Lulus : 26 Januari 2016

ii
ABSTRAK
Emirio Alvy Rezky, Penerapan Metode Six Sigma Dalam Menganalisis Kinerja
Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ.
(2016)
Jakarta: Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.

Dosen selalu berusaha memberikan kinerja yang terbaik dalam


memuaskan mahasiswanya.Akan tetapi pada kenyataannya, masih terdapat
ketidakpuasan mahasiswa terhadap kinerja yang diberikan dosen. Tujuan
Penelitian(1) Mengukur level sigma kinerja pelayanan dosen dalam proses belajar
mengajar, (2) Memberikan usulan perbaikan kinerja pelayanan dalam upaya
meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen.Analisa data menggunakan
metode six sigma melalui tahap define, measure, analyze,dan improvement. hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab ketidakpuasan mahasiswa
terhadap kinerja pelayanan dosen yaitu dosen memenuhi jumlah tatap muka
minimal 14 minggu dalam satu semester, dosen selalu membantu dan
mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai, dosen datang tepat waktu pada saat
jam perkuliahan, proses pembelajaran yang diberikan dosen dapat dicontoh/ditiru
mahasiswa, dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan
ditunda/tidak berjalan sesuai jadwal, dosen memberikan koreksi, umpan balik dan
nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan mahasiswa, dosen menginformasikan
hasil ujian secara jelas dan transfaran. Berdasarkan Defect Per Milion
Opportunities (DPMO) dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta
perbaikan nilai mempunyai nilai DPMO tertinggi. Nilai DPMO yang paling tinggi
menunjukan bahwa prioritas perbaikan perlu ditunjukan pada dosen selalu
membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai.Namun terdapat
beberapa kelemahan atau keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tidak
melakukan atau menggunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Metode Six Sigma, Kepuasan Mahasiswa,


Standar Pelayanan Minimum (SPM)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Sholawat serta salam penulis panjatkan kehadirat Nabi besar Muhammad
SAW atas risalah dan suri tauladannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Six SigmaDalam Menganalisis
Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar Di Jurusan
Teknik Mesin UNJ”.

Proses pembuatan skripsi ini tidak akan mungkin dapat


terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Riyadi, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Jakarta.
2. Bapak Ahmad Kholil, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Mesin UNJ dan pembimbing II yang telah memberikan ide, saran,
dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Aam Amaningsih Jumhur, ST. MT, selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan ide, saran, motivasi dan tak pernah bosan untuk
membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sugeng Priyanto, M.Sc selaku Pembimbing Akademik
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Tajudin Abdullah dan Ibu Siti Rocmani
yang telah mendidik dan selalu memberikan dukungan baik berupa moril
maupun materil.
6. Rekan-rekanmahasiswa angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat
satu sama lain dalam mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata


sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan skripsi ini.
Jakarta, Januari 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBARPERNYATAAN ...........................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................................v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3

1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

1.4 Perumusan Masalah .......................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

2.1.Landasan Teori................................................................................... 7

2.1.1. Pengertian Pendidikan ............................................................. 7

2.1.2. Tujuan Pendidikan ................................................................... 13

v
2.1.3. Manajemen Pendidikan ............................................................ 17

2.1.4. Proses Belajar Mengajar .......................................................... 18

2.1.5. Kepuasan Pelanggan ................................................................ 28

2.1.6. Harapan Pelanggan .................................................................. 29

2.1.7. Fokus Proses Dan Perbaikan .................................................... 30

2.1.8. Pengertian Kinerja ................................................................... 31

2.1.9. Pengukuran Kinerja ................................................................. 37

2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja ................................ 39

2.1.11. Metode Six Sigma .................................................................. 41

2.1.12. Analisis Pareto ....................................................................... 51

2.1.13. Diagram Sebab Akibat ........................................................... 52

2.2.Kerangka Pemikiran........................................................................... 54

2.3.Hipotesis ............................................................................................ 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 56

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 56

3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 56

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 57

3.4 Instrumen Penelitan .......................................................................... 57

3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58

3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 58

BAB IVHASIL PENELITIAN ...................................................................... 64

4.1 Deskripsi Penelitan ........................................................................... 64

4.2 Data Hasil Penelitan ........................................................................... 65

vi
4.2.1.TahapDefine .............................................................................. 65

4.2.2.TahapMeasure........................................................................... 66

4.2.3.TahapAnalyze ............................................................................ 72

4.2.4.TahapImprove ........................................................................... 78

4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 79

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 81

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 81

5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 81

5.3 Saran ................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83

LAMPIRAN .................................................................................................... 85

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli ....................17

Tabel 2.2 Konversi Sigma Yang Disederhanakan .........................................41

Tabel 4.1 Koefisien Reliabilitas .....................................................................68

Tabel 4.2 Kapabilitas Proses ........................................................................70

Tabel 4.3 Rencana Tindakan Dengan Metode 5W-H....................................76

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Pareto ............................................................................71

Gambar 4.2 Diagram Sebab Akibat ................................................................72

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian Kepuasan ..................................86

Lampiran 2 Tabel r ..........................................................................................88

Lampiran 3 Nilai Rata-Rata Tingkat Kepuasan ..............................................89

Lampiran 4 Nilai Rata-Rata Tingkat Harapan ................................................90

Lampiran 5 Uji Validitas .................................................................................91

Lampiran 6 Penentuan Atribut Pertanyaan .....................................................92

Lampiran 7 Koefisien Validitas Berdasarkan Tiap Atribut.............................93

Lampiran 8 Kepuasan, Harapan, dan Gap Tiap Atribut .................................94

Lampiran 9 Pengukuran Baseline Kinerja Pada Tingkat Outcome

Berdasarkan Atribut .......................................................................... 95

Lampiran 10 SOP Evaluasi Perkuliahan ....................................................... 96

Lampiran 11 Diagram Alir Proses Evaluasi Perkuliahan............................... 98

Lampiran 12 SOP Ujian Remedial ................................................................ 99

Lampiran 13Diagram Alir ProsesUjian Remedial ........................................ 101

Lampiran 14 SOP Komplain Nilai .................................................................102

Lampiran 15 Diagram Alir Proses Komplain Nilai .......................................104

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini masyarakat mulai melihat bahwa pendidikan sebagai

salah satu investasi jangka panjang yang menguntungkan.Hal ini didorong

oleh pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan informasi.Untuk merespon

kebutuhan masyarakat inilah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang

menawarkan jasanya dalam berbagai jenjang pendidikan yang bertujuan untuk

menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya

wadah yang dapat dipandang sebagai alat untuk membangun SDM yang

bermutu tinggi adalah pendidikan.Kualitas pendidikan yang baik merupakan

salah satu faktor dalam meningkatkan kemajuan suatu Negara yaitu dengan

menciptakan regenerasi yang lebih berkompeten dalam membangun dan

mensejahterakan Negaranya.Oleh karena itu, banyak lembaga-lembaga

pendidikan yang bertujuan menciptakan SDM yang berkualitas dan

berwawasan tinggi.

Universitas Negeri Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan

Universitas Negeri yang berkomitmen untuk melahirkan alumni dan

alumnusnya yang berkualitas dengan kebijakan mutu yang bertekad untuk

menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam membangun masyarakat

Indonesia yang maju, demokratis, sejahtera, dan siap terap seperti yang tertera

di motto Universitas Negeri Jakarta yaitu Building Future Leadersyang berarti

1
mempersiapkan pemimpin masa depan. Dengan hal tersebutlah yang membuat

Universitas Negeri Jakarta ingin terus memberikan sarana dan prasarana yang

dapat membantu dan mempermudah mahasiswa dalam melakukan setiap

kegiatan yang dilakukannya untuk menjadikan lulusan yang berkualitas.

Universitas Negeri Jakarta khususnya pada Jurusan Teknik Mesin

memberikan para pengajar yang berwawasan tinggi dalam bidangnya masing-

masing yang dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang

dibutuhkan untuk menjadi seorang guru maupun menjadi seorang tenaga

pekerja. Proses pembelajaran yang diberikan dosen sangat membantu

mahasiswa menjadi regenerasi yang berkualitas dan dengan bantuan dan

bimbingannya mahasiswa dapat lebih terarah dan termotivasi dalam

menjalankan proses jenjang pendidikan yang dihadapinya.

Akan tetapi semua tidak selalu berjalan dengan lancar,pasti ada

masalah yang dihadapi dosen dalam menghadapi mahasiswa dan masalah

yang dihadapi mahasiswa. Tidak semua pemikiran dapat sama atau sesuai,

pasti ada yang membuat berbeda dan kurang menerimanya. Contohnya pada

kinerja dosen, ada yang bisa menerima kinerjanya tersebut dan ada pula yang

kurang menerima kinerjanya.Semua itu wajar adanya karena seorang manusia

tidak ada yang sempurna, namun bila adanya saling kerjasama atau hubungan

yang baik alangkah lebih baik untuk mempemudah pekerjaan masing-masing

yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diingikan.

2
Oleh karena itu, saya ingin mencoba mencari tahu apakah

mahasiswa puas dengan kinerja yang diberikan dosen atau sebaliknya yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan mahasiswa atau konsumen

yang sudah diberikan. Cara yang dilakukan dalam melakukan pengukuran yaitu

adalah dengan cara menggunakan Metode Six Sigma.Seperti yang sudah kita

ketahui Metode SixSigmasendiri bertujuan untuk mengidentifikasi,

menganalisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam proses.Dalam tingkatan

Six Sigma kita dapat mengetahui kualitas kinerja atau pelayanan yang telah

diberikan dosen kepada mahasiswa salah satunya dapat menggunakan metode

Define, Measure, Analyze, Improvement, Control(DMAIC) dari Six Sigma

sebagai Problem Solving dalam melakukan perbaikan secara terus menerus dan

terus meningkatkan level sigma. Maka dengan alasan ini saya tertarik untuk

mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul :“Penerapan Metode

Six SigmaDalam Menganalisis Kinerja Pelayanan Dosen Dalam Proses

Belajar Mengajar Di Jurusan Teknik Mesin UNJ”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Strategi apakah yang dilakukan dosen dalam memberikan kepuasan kinerja

kepada mahasiswanya?

2. Permasalahan apakah yang sering terjadi antara dosen dengan mahasiswa?

3
3. Bagaimana kinerja yang diberikan dosen pada saat proses perkuliahan

berlangsung?

4. Apakah adanya respon yang baik pada saat mahasiswa mengalami masalah

dalam perkuliahan?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan pembahasannya tidak semakin

meluas mengingat keterbatasan penulis mengenai hal materi, waktu, dana, dan

tenaga maka penulis melakukan pembatasan masalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk meneliti kinerja dosen di Jurusan

Teknik Mesin Gedung B.

2. Penelitian ini tidak memilih satu dosen melainkan semua dosen di Jurusan

Teknik Mesin Gedung B.

3. Hasil data yang didapat dari jawaban kuesioner hanya diisi oleh

mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin Gedung B angkatan 2011 sampai

2014.

4. Tahapan pada Metode Six Sigma ini hanya pada tahap Improve tidak ke

tahap selanjutnya yaitu tahap Control.

4
1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:“Apakah penerapan Metode Six Sigmadapat

meningkatkan kinerjapelayanan dosen dalam Proses Belajar Mengajardi

Jurusan Teknik Mesin UNJ?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah-masalah yang sudah dirumuskan

sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengukurtingkat level sigmaterhadap kinerja pelayanan yang diberikan

dosen.

2. Memberikan usulan perbaikan kinerjaatau pelayanan dalam upaya

meningkatkan kualitas kinerja pelayanan dosen (peningkatan level

sigma).

5
1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini akan disajikan penjelasan dan pembahasan tentang masalah-

masalah yang ada didalam penelitian yang sedang dibahas atau dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada BAB ini akan disajikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian yang sedang dibahas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada BAB ini akan disajikan secara sederhana langkah-langkah penelitian

yang akan dilakukan agar penelitian lebih terarah dan berjalan dengan baik.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini akan disajikan data yang sudah diolah, dianalisis atau informasi

hasil dari penelitian yang sudah dilakukan.

BAB V PENUTUP

Pada BAB ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah

dilakukan.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Landasan Teori

2.1.1. PengertianPendidikan

Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh

berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

kehidupan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik.Bagi masyarakat yang

kurang maju atau tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan

dibidang pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang diharapkan berdampak positif bagi peningkatan berbagai

aspek kehidupan lainnya. Pembangunan pendidikan digunakan sebagai

wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi

kehidupan sistem sosial yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi

lebih baik.1 Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial

dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.2

Mendidik atau mengajar merupakan perbuatan teramat penting

dan bermartabat tinggi untuk membawa anak manusia pada tingkat

1
Iskandar Agung, Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (ESD) Di Sekolah
(Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012), hal 37
2
Uyoh Sadulloh, PengantarFilsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hal 55

7
manusiawi dan peradaban; khususnya pada zaman modern dengan segala

kompleksitasnya.Tanpa pendidikan anak tidak dapat mencapai martabat

kemanusiaan, tidak bisa menjadi pribadi utuh; juga tidak bisa menjadi

insan sosial dan abdi Tuhan Yang Maha Esa yang saleh.Sebab anak

manusia itu dilahirkan dalam keadaan serba kurang lengkap, dengan naluri

dan fungsi-fungsi jasmani-rokhani yang belum berkembang.

A. Macam-Macam Definisi

Di dalam membicarakan pengantar pendidikan yang bersifat

umum ini, langkah pertama yang harus kita perhatikan ialah

memperjelas pengertian tentang istilah pendidikan.

Masalah definisi yang jelas dari suatu terminologi ini merupakan

Conditio Sine Quanon agar suatu pembahasan atau uraian menjadi

jelas dan sistematis. Jadi definisi ini merupakan langkah pertama dari

cara berpikir yang gamblang; Definition Is The First Step Of Chear

Thingking. Tanpa definisi yang jelas suatu pembicaraan akan menjadi

simpang siur dan tidak tentu ujung pangkalnya, untuk mendapatkan

pengertian yang jelas tentang pengertian pendidikan, akan

dikemukakan beberapa pendapat sebagai berikut:

1). Prof. Drs. S. Brodjonegoro 1dalam usaha menerangkan

pengertian pendidikan, mengadakan analisa terhadap istilah-

istilah yang mengandung arti mendidik:

8
a. Pedagogik atau teori pendidikan berasal dari perkataan Pais

yang berarti anak dan Agogos yang berarti penuntun. Pada

Jaman Yunani Kuno, seorang yang pergi kesekolah diantar

oleh seorang yang disebut Gogos. Ia mengantar si anak,

membawakan alat-alatnya dan setelah sekolah ditutup, gogos

membawa anak pulang kerumah. Dalam lingkungan keluarga

gogos diberi tugas pula mengamat-amati si anak. Maka oleh

karena itu pedagogik berarti: Ilmu menuntun anak.

b. Opvoeding (bahasa Belanda) pada permulaannya berarti

“Membesarkan” dengan makanan, jadi membesarkan anak

dalam arti jasmaniah. Akan tetapi lambat laun “Tindakan

Membesarkan” ini dikenakan juga pada pertumbuhan rokhani

anak, jadi pertumbuhan pikiran, perasaan dan kemauan anak

dan pula pertumbuhan wataknya.Dalam arti yang luas,

Opvoeding berarti tindakan untuk membesankan anak dalam

arti Geestelyk (kebatinan, Jawa).

c. Panggualwentah (bahasa Jawa) berarti mengolah, jadi

mengobah kejiwaannya ialah mematangkan perasaanpikiran

kemauan dan watak sang anak (mengenai pemberian

pengetahuan dipergunakan istilah Onderwijs ataupengajaran).

d. Dalam bahasa Romawi (termasuk bahasa Inggris) adaistilah

“Educare” mengeluarkan dan menuntun.Istilah ini

9
menunjukkan tindakan untuk merealisasikan“Innerijk

Aanleg” atau potensi anak, yang dibawa waktudilahirkan di

dunia. Jadi educareberarti ”membangunkan”kekuatan

terpendam atau mengaktiveer kekuatan potensiil yang

dimiliki anak.

e. Erzichung (perkataan Jerman) hampir sama artinya dengan

educare, jadi mengeluarkan dan menuntun.Setelah

menjelaskan kelima istilah tersebut diatas selanjutnya S.

Brodjonegoro merumuskan pengertian pendidikan sebagai

berikut: ”Pendidikan/mendidik adalah tuntunan kepada

manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat

memenuhi sendiri tugas hidupnya atau dengan secara singkat:

Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan mulai lahir

sampai tercapainyakedewasaan, dalam arti jasmaniah dan Fokhaniah.

2). Ki Hadjar Dewantoro mengemukakan pengertian pendidikan

sebagai berikut:”Menurut pengertian umum, berdasarkan apa

yang kita saksikan dalam semua macam pendidikan, maka

teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntutan di

dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya

pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak itu, agarmereka sebagai manusia dan sebagai

10
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Didalam tulisan lainKi Hadjar Dewantoro merumuskan

pengertian pendidikan yang walaupun redaksinya agak berbeda tapi

mempunyai hakekat yang sama dengan pengertian tersebut di atas,

yaitu “pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan

budi pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-

anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan

hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan

alamnya dan masyarakatnya.

3). Drs. D. Marimba seorang penulis filsafat pendidikan Islam,

menjelaskan pengertian sebagai berikut:“Pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rokhani si pendidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama”.

Jadi dalam pendidikan terdapat unsur-unsur:

a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau

pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

b. Ada pendidik atau bimbingan atau penolong.

c. Ada yang dididik atau si terdidik.

d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

11
4). Berdasarkan pendapat M. J. Langeveld, Prof. Idrak Jassin M.A.

mengemukakan:“Mendidik adalah memberi pertolongan secara

sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa)

dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti

dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala

tindakannya menurut pilihannya sendiri”.

5). Selanjutnya seorang ahli filsafat pendidikan yang bernama F.H.

Phenix berpendapat:”Education Is The Process Wherby Persons

Intentionally Guide The Development Of Persons” dari definisi ini

dikemukakan unsur sebagai berikut;“A Human Interprise; A

Process; Development; By Persons; Intentional”.

6). Menulis filsafat pendidikan yang lain yang bernama Kil. Patrick

mengemukakan bahwa :”By Education We Mean The Comulative

Effect Of All The Successine Learning Experiences One

Undergoes".

7). John Deway seorang ahli pendidik bangsa Amerika

mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :"Etymologically, The

Word Education Means Just A Process Of Leading Or Bringing

Up. When We Have The Outcome Of The Process In Mind, We

Speak Of Education As Shaping, Forming, Molding Activity That

A Shaping Into The Standard Form Of Social Activity”.

12
8). Crow and Crow di dalam bukunya “Introduction To Education”

mengemukakan sebagai berikut :”The Term Education May He

Interpreted To Connote The Process Through Which Experience

Or Informatie Is Gained, Or It May Be Used To Indicate The

Result Of Such Training Or The Product Of The Learning

Process. Using Either Connotation Of The Term, Education

Implies Experiences, Insight And Adjusment On The Part Of The

Learher As He Is Stimulated Toward Growth And Development”.

9). Dari Dictionary Of Education, tertulis bahwa:”Education Is The

Social Process By Which People Are Subjected To The Influence

Of A Selected And Countrolled Environment (Especially That Of

The Scholl) So That TheyMay Obtain Social Conpetences And

Development”.3

Dari pendapat-pendapat ahliyang telah disampaikan diatas,

dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses bimbingan

dalam mencerdaskan bangsa.

2.1.2. Tujuan Pendidikan

Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap

perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka masalah

pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan.

3
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 1

13
1. Pengertian Tujuan Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan Sebagai Arah Pendidikan

Tujuan itu menenjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan

arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi

sekarang kesituasi berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah

ini, tidak ditekankan pada masalah kejurusan mana garis yang telah

memberi arah pada usaha tersebut, tetapi ditekankan pada soal garis

manakah yang harus kita ambil dalam melaksanakan usaha

tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan

“sekarang” dan “disini” misalnya guru yang bertujuan membentuk

anak didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari

usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat

mengembangkan kecerdasan.

b. Tujuan Sebagai Titik Akhir

Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik

tolaknya, juga dapat dipandang dari segi titik akhir yang akan

dicapainya, disini perhatian pada hal yang akan dicapai atau dituju

yang terletak pada jangkauan masa datang, dan bukan pada situasi

sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam situasi tadi.

Misalnya seorang Pendidik yang bertujuan agar anak

didiknya menjadi manusia susila, maka tekanannyadi sini ialah

14
gambaran tentang pribadi susila yang menjadi idam-idamannya

tadi.

c. Hubungan Antara Dasar Dan Tujuan Pendidikan

Untuk lebih memahami tujuan pcndidikan akan ditinjau

hubungan antara dasar dan tujuan pendidikan. Jika tujuan

merupakan titik akhir dari usaha makadasar ini merupakan titik

tolaknya dalam arti bahwadasar tadi merupakan fondamen yang

menjadi alas permulaan setiap usaha.Sehingga antara dasar dan

tujuan terbentanglah garis yang menunjukkan arah bergeraknya

usaha tersebut, serta dasar dan tujuanpendidikan merupakan satu

kesatuan yang tak terpisahkan.Misalnya dasar dan tujuan

pendidikan kita dasarnya ialah Pancasila dan tujuannya ialah

terbentuknya manusia Pancasilais sejati.Jadi dasar pendidikan kita

bertitik tolak pada pandangan hidup kita yaitu Pancasila dan

bertitik akhir pada tujuan yaitu terbentuknya pribadi Pancasilais

sejati. Antara dasar dan tujuan tersebut terbentanglah garis yang

menunjukan usaha-usaha dalam pendidikan kita, misal: usaha

menyusun kurikulum yang baik, memilih metode yang tepat,

mendirikan persekolahan atau lembaga pendidikan yang dapat

memenuhi kebutuhan, membentuk kader-kader pendidik yang baik

dan lain-lain.

15
2. Dasar/Tujuan Psikologis, Sosial Dan Filosofis Dari Pendidikan

Dalam memahami dasar dan tujuan pendidikan, kita dapat

memandang dari segi psychologis yaitu berdasarkan pada keadaan atau

sifat-sifat kejiwaan individu, dalam hal ini padagogik mendapat banyak

membantu psikologis, juga kita dapat memandang dari segi sosial yaitu

berdasarkan keadaan masyarakat, disini sosiologi banyak membantu

paedagogiek, sedangkan tujuan yang berdasarkan hakekat segala

menghasilkan dasar dan tujuan pendidikan yang bersifat filosofis, disini

filsafat memberikan sumbangan besar kepada paedagogiek.

a. Dasar/Tujuan Sosial

Semua usaha pendidikan harus didasarkan pada kenyataan

yang terdapat di dalam masyarakat (realitet sosial) dan bertujuan

untuk mewujudkan realitet tadi.Misalnya didalam masyarakat yang

sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realitet

sosial ini haruskita jadikan dasar pendidikan, sedangkantujuan

pendidikan ialah pembentukan kader-kader pembangun.Demikian

pula dalam masyarakat pertanian, peternakan, perindustrian dan

lain-lain.

b. Dasar/Tujuan Psikologis

Pendidikan harus berdasarkan pada kenyataan yang

terdapat pada individu, meskipun dasar sosial menuntutagar

pendidikan mengintegrasikan diri dengan masyarakat tetapi hal ini

16
tidak berrarti bahwa pendidikan boleh mengabaikan atau

mengorbankan sifat-sifat individual ini.Beberapa contoh tentang

sifat-sifat individual yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan

titik tolak dalam usaha.4

2.1.3. Manajemen Pendidikan

Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan

dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan.Sehingga

diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan

pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Tabel2.1 Definisi Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli:

PAKAR PENGERTIAN

Tony Bush (1986-2003) Manajemen pendidikan adalah bidang studi dan


praktik terkait dengan operasi organisasi pendidikan.
Made Pidarta (1988;4) Aktivitas memadukan sumber pendidikan agar
terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya.
H.A.R Tilaar (2006) Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang
mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana
pendidikan serta kegiatan implementasinya.
Hasbullah (2006) Manajemen pendidikan adalah merupakan suatu
proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan
pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan
pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk
mencapai tujuannya, oleh karena itu manajemen
pendidikan juga merupakan usaha untuk melakukan
pengelolaan sistem pendidikan.

4
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985), hal 41

17
Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan

Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan

sebagai berikut:

1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan

mekanisme kerja.

2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya dengan

sifat-sifat dan kemampuannya.

4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.

5. Relativitas nilai-nilai.5

2.1.4. Proses Belajar Mengajar

1. Proses Belajar Mengajar

Walaupun masalah belajar-mengajar itu sudah ada sejak

manusia lahir di dunia ini, tetapi selalu saja menarik untuk

dipersoalkan. Sebab proses belajar-mengajar itu berkembang terus,

seperti juga masyarakat berkembang pula. Maka wajarlah bila setiap

saat, ada peninjauan untuk membahas bagaimana perkembangan

proses belajar-mengajar itu. Dengan mengetahui perkembangan proses

belajar-mengajar itu para Guru dan Dosen akan beruntung karena

dapat ikut menerapkan kepada murid maupun mahasiswa. Dan

5
Muhamad Rohman, Sofan Amri, Manajemen Pendidikan: Analisis dan Solusi Terhadap Kinerja
Manajemen Kelas Strategi PengajaranYang Efektif (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), hal 4

18
memang dengan perkembangan tekbologi modern, semua bisa

berubah, termasuk proses belajar-mengajar. Tetapi teknologi modern

itu dapat membantu para Pengajar melaksanakan tugasnya.

Namun bagaimanapun pesatnya sarana pengajaran, para Guru

dan Dosen masih diperlukan juga. Mereka harus selalu “siap” karena

apapun yang terjadi dalam masalah pengajaran, kembalinya kepada

para Pengajar juga. Dan selama masih ada proses belajar-mengajar,

yang berarti masih ada Pelajar dan Pengajar, peranan sang Pengajar itu

masih tetap penting pula.6

2. Frofil Seorang Pengajar

Guru adalah pendidik porfesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memiliki

bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan, kimanan, ketakwaan, dan

akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang

diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab


6
A. Ahmadi, Pendidikan Dari Masa Ke Masa (Bandung: Armico, 1987), hal 107

19
atas pelaksanaan tugas profesionalan; (6) memperoleh penghasilan

yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan

untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum

dalam tugas keprofesionalan; (9) memiliki organisasi profesi yang

mempunyai wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan

keprofesionalan guru.7

Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai wewenang

mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar.Sebagai

tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan profesional

dalam bidang pembelajaran.8

Dari berbagai literatur disebutkan bahwa profil pengajar dituntut

untuk berperan “serba bisa”, antara lain meliputi peran:

a. Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar)

yang diberikan kepada siswanya.

b. Mempunyai keahlian dalam memberikan pengajaran.

c. Mampu memberikan motivasi kepada siswa.

7
Suyanto, Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualitas Guru Di Era
Global (Jakarta: Esensi, 2013), hal 54
8
Ibid., hal 1

20
d. Mampu bertindak sebagai manajer dikelas(kadang-kadang juga di

kantor dimana ia bekerja).

e. Mampu bertindak sebagai pemimpin.

f. Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan,

g. Mempunyai keahlian sebagai “ahli lingkungan” dalam arti bahwa

bila di lingkungan dimana pengajar tersebut bekerja dirasakan

terjadi situasi yang kurang menyenangkan atau bila dikelas

dimana ia mengajar terjadi situasi yang kurang mendukung proses

belajar mengajar, makapengajar harus pulamampu mengubahnya;

h. Mampu sebagai figur yang berwatak ing-ngarso-sung-tulodo, ing-

madyo-mbangun karso Ian tut-wuri-handayani (didepan pengajar

mampu berperan sebagai figur teladan atau panutan, di tengah ia

dituntut untuk mampu sebagai penggerak inisiatif dan di belakang

ia harus mampu melaksanakan dengan baik),

i. Mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol dalam arti

bahwa siswa tetap aktifmengikuti pengajaran dengan baik

(misalnya siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh, atau

menganggu siswa yang sedang belajar).

j. Mampu membuat atau memeberikan humor agar siswa yang

belajar tidak merasa bosan mengikuti pengajaran, disamping juga

dimaksudkan agar topik bahan ajar yang diberikan dapat diterima

dengan baik. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana

21
“hangat” atau “akrab” dan mampu mendorong siswa untuk

melakukan motivasi agar siswa senang dan dapat menyerap bahan

ajar dengan baik.

k. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa atau dari taman

sejawatnya dengan maksud agar proses belajar mengajar dapat

terus ditingkatkan secara keseluruhan.

l. Mau menerapkan hasil-hasil penelitiannya didalam bahan ajar

yang diberikan, dimaksudkan agar kualitas bahan ajar terus

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

m. Mampu melaksanakanInstructional Design (ID) terbaru (atau

paling tidak ID yang dipakai sekarang adalah lebih baik dari ID

yang ia gunakan sebelumnya). Dengan memlihara atau

menggunakan ID yang terus diperbaiki (up-to-date), maka proses

belajar mengajar akan menjadi Iebih baik lagi.

Sebagai bahan perbandingan dapat dituliskan disini berbagai

pandangan dari ahli-ahli pendidikan tentang profil seorang pengajar.

Hamachek dalam bukunya Characteristics Of Good Teachers And

Implications ForTeacher Educators (I969), memberikan karakteristik

profil seorang pengajar yang baik, yaitu:

a. Dalam memberikan bahan ajar, ia harus dapat fleksibel, tidak

kaku pada bahan ajar yang ia berikan. Misalnya ada contoh

22
tambahan, membandingkan dengan pendapat ahli yang lain

diberikan dengan menggunakan model intruksi bervariasi.

b. Dapat menerima pendapat atau usul siswa yang belajar, apakah

itu pendapat yang bemar atau yang salah.

c. Mampu menunjukan kepribadian yang baik (tidak acak-acakan).

d. Bersedia melakukan penelitian tentang ilmu pengetahuan yang

diajarkan, kemudian hasil penelitian dipakai sebagai bagiandari

bahan ajar. Dengan cara seperti ini, maka isi bahan ajar selalu

baru (up-to-date);

e. Mempunyai keterampilan atau cara yang spesifik dalam membuat

pertanyaan-pertanyaan di kelas untuk mendorong motivasi siswa.

Bila motivasi ini terjadi, maka penyampaian bahan ajar menjadi

menarik dan siswa menjadi lebih berpartisipasidalam mengikuti

pengajaran,

f. Menguasai ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan

Pengajar harus siap dengan bahan ajar yang diberikan, diatur

sistematis sesuai dengan satuan acara pengajaran atau

perkuliahanyang telah ditetapkan,

g. Menyiapkan bahan evaluasi (bahan ujian) secara jelas dan

menerangkan kriteria yang dipakai di dalam melakukan evaluasi,

23
h. Meluangkan waktu untuk membantu siswa yang belajar, bilayang

bersangkutan mendapatkan kesulitan d1 dalam memahamiisi

bahan ajar yang diberikan,

i. Mempunyai sikap yang menarik dan ramah. Misalnya tersenyum

(dan bukan cepat marah), memberikan komentar yang baik,

membuat gerakan-gerakan cara mengajar yang fleksibel(tidak

duduk saja), dan sebagainya,

j. Menggunakan cara tanya-jawab.

Dalam pada itu Hildebrand dan Wilson (1973) melakukan

penelitian dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada

mahasiswa untuk rnengidentifikasi pengajar yang “baik” dan yang

“tidak baik” menurut pendapat mahasiswa. Banyak sekali kriteria

yang diusulkan oleh mahasiswa, namun 75% terbanyak dari pendapat

mahasiswa (misalnya, kriteria pengajar yang baik) adalah sebagai

berikut:

a. Bila ia memberikan bahan ajar, maka pendapatnya perlu

dibandingkan dengan pendapat ahli yang lain, yang maksudnya

untuk memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswanya.

b. Bahan ajar yang diberikan disertai dengan memberikan contoh-

contoh yang konkret yang didasarkan pada hasil penelitian-

penelitian terbaru.

c. Mempunyai cara penyampaian bahan ajar yang baik

24
d. Mampu menerangkan persoalan dengan jelas; sehingga

penyelesaian terhadap persoalan (problem dari isi bahan ajar)

tidak kabur dan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa.

e. Mampu menyampaikan topik yang sulit tetapi mudah dimengerti

oleh siswa,

f. Menyenangi pekerjaannya, sehingga ia merasa “kerasan” atau

“betah” (senang) dalam melakukan pekerjaannya. Dengan

menyenangi pekerjaannya sebagai pengajar, maka ia tidak merasa

ada beban dalam melakukan perkerjaan tersebut;

g. Mempunyai sifat yang dinamis dan intusiatik. Dikatakan

“dinamis” kalau ia mampu mendorong siswa menyenangi bahan

ajar siswa menyenangi bahan ajar yang ia berikan, dan dikatakan

intusiasti dalam artian bahwa ia harus menyenangi pekerjaannya,

dapat mendorong siswa untuk tidak cepat bosan, dan mampu

memberikan motivasi,

h. Dapat memberikan bahan ajar dengan cara yang mudah diterima

oleh sebagian besar siswa,

i. Mengundang siswa untuk bertanya dari bahan ajar yang diberikan

dan sekaligus menjawabnya secara jelas serta dapat dimengerti

oleh siswa,

j. Cepat mengetahui apakah siswanya menyenangi bahan ajar yang

diberikan. Bila ia mengetahui bahwa siswa tidak atau kurang

25
tertarik mengikuti pelajaran, maka ia harus cepat mengubah

strategi mengajar, agar siswa menyenangi mengikuti pengajaran

dengan baik,

k. Ia (pengajar) harus mengetahui kemajuan dari bahan ajar yang

diberikan. Jangan sampai ia bertanya kepada siswanya,“Kuliah

yang lalu sampai apa?” atau “Kita sekarang harus membicarakan

apa?”. “Sekarang sudah kuliah yang keberapa?” dan pertanyaan

sejenisnya yang memberikan kesan kalau pengajar tidak

mengetahui secara persis kemajuan pengajaran yang ia lakukan.

l. Selipkan humor di dalam memberikan bahan ajar, agar siswa

tidak merasa cepat bosan.

Apa yang didefinisikan oleh Hamachek(1969), Hildebrand dan

Wilson (1973), tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda dengan

kejadian sehari-hari yang sering ditemui di dalam praktek.Masalahnya

hanya terletak pada kemauan dan kemampuan seseorang pengajar

untuk memperbaiki cara pengajaran yang dilakukannya. Dalam pada

itu,Shackelford dan Henak (1990), dalam bukunya “Readings To Help

You Enhance Student Learning”, memberikan 10 kriteria dalam

upayanya mendefinisikan ciri-ciri mengajar yang efektif, yaitu:

a. Mempunyai intusiastik (enthusiasm),

b. Mempunyai keterampilan berkomunikasi,

26
c. Dapat menjelaskan persoalan atau topik secara jelas dan tidak

berbelit-belit,

d. Menguasai bahan ajar yang diberikan kepada siswanya,

e. Mampu membuat suasana menjadi hidup dalam arti siswa tertarik

dan berpikir serius tentang topik yang diberikan,

f. Fleksibel dalam arti tidak kaku. Misalnya bila ada siswa yang

bertanya pada topik yang tidak relevan dari topik yang dibahas,

pengajar masih memberikan respon, walaupun secara singkat saja,

g. Memberikan bahan ajar terorganisasi secara rapi sesuai dengan

silabus dan satuan acara pengajaran yang telah ditetapkan,

h. Adil dalam memberikan nilai, dalam arti bahwa cara evaluasi

yang dipakai, diinformasikan kepada siswa terlebih dahulu, begitu

pula persyaratan lain dalam mengikuti pelajaran perlu dijelaskan

sebelumnya agar siswa mengetahui secara pasti bagaimana cara

evaluasi yang dilakukan oleh dosen (pengajar),

i. Mau menerima umpan balik (feedback) dari siswa, dalam arti

bahwa umpan balik tersebut dapat dipakai untuk memperbaiki

cara pengajaran atau dipakai untuk memperbaiki isi bahan ajar

atau juga dapat dipakai untuk perbaikan proses belajar mengajar

secara keseluruhan,

27
j. Akrab dengan situasi di kelas, agar siswa tidak merasa segan,

takut, bosan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.9

2.1.5. Kepuasan Pelanggan

Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak.

Pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana, maupun

kompleks dan rumit.Dalam hal ini peranan setiap individu

dalamserviceencounter sangatlah penting dan berpengaruh terhadap

kepuasan yang dibentuk. Untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan

pelanggan secara lebih baik, maka perlu dipahami pula sebab-sebab

kepuasan.Pelanggan tidak cuma lebih banyak kecewa pada jasa daripada

barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh.Salah satu alasannya adalah

karena mereka juga ikut terlibat dalam proses penciptaan jasa. Bila saran

dari suatu perusahaan konsultan menyebabkan semakin buruknya kinerja

perusahaan kliennya, tidak bisa kita langsung meletakkan segala kesalahan

pada pihak konsultan. Mungkin saja itu dikarenakan kliennya tidak

menyampaikan atau memberitahukan dengan jelas dan lengkap segala

aspek perusahaannya yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan

dan hasil pencapaian.

Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan

pelanggan. Day menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau

9
Soekartawi, Meningkatkan Efektivitas Mengajar (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal 33

28
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma

kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya. Engel, et al. mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi pumabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-

kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh

tidak memenuhi harapan pelanggan.10

2.1.6. Harapan Pelanggan

Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa

faktor, diantaranya pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman

dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para

pesaing.Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan harapan seseorang

biasa-biasa saja atau sangat kompleks.

Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan

pelanggan.Diantara beberapa faktor penyebab tersebut ada yang bisa

dikendalikan oleh para penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa

bertanggung jawab untuk meminimumkanmiskomunikasi dan

misinterpretasi yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara

merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal ini

penyedia jasa harus mengambil inisiatif agar ia dapat memahami dengan

10
FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 146

29
jelas instruksi dari klien dan klien mengerti benar apa yang akan

diberikan.11

2.1.7. Fokus Proses dan Perbaikan

Proses adalah serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk

mencapai beberapa hasil. Proses merupakan hal yang paling dasar dari Six

Sigma, karena proses adalah cara bagaimana sebuah pekerjaan

menghasilkan nilai bagi pelanggan, maka dari itu dalam Six Sigma

kapabilitas proses sangat dijaga dalam suatu organisasi.

Perbaikan (Improvement) baik dalam arti perubahan secara

perlahan-lahan, dalam bentuk kecil dan bertahap, serta yang bersifat

terobosan, maupun perbaikan yang besar dan cepat. Perbaikan ini bisa

berupa bentuk-bentuk dibawah ini:

1. Meningkatkan nilai untuk pelanggan melalui produk dan jasa yang

baru dan lebih baik.

2. Mengurangi kesalahan, cacat, limbah, serta biaya-biaya lain yang

terkait.

3. Meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan semua jenis

sumberdaya.

4. Memperbaiki respon dan masa siklus kinerja proses seperti

menanggapi keluhan atau peluncuran produk baru.

11
FandyTjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 1996), hal 150

30
Maka dari itu, waktu respon, kualitas dan tujuan produktivitas

harus dipertimbangkan secara bersamaan. Fokus pada proses mendukung

upaya perbaikan secara terus menerus dengan cara memahami sinergi ini

dan mengenali sumber masalah yang sebenarnya. Perbaikan besaran

terhadap waktu respon memerlukan penyederhanaan proses kerja yang

signifikan dan sering kali mendorong perbaikan simultan dalam kualitas

produktivitas.12

2.1.8. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik

organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang

dihasilkan selama satu periode waktu.13

Pengertian Kinerja atau performance merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi

yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.Kinerja

dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah

mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan

oleh organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang

ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja

12
Amin Syukron, Muhammad Kholil, Six Sigma: Quality For Business Improvement (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013), hal 10
13
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 2

31
organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur

keberhasilannya.

Sebenarnya, karyawan bisa saja mengetahui seberapa besar

kinerja mereka melalui penilaian informal, seperti komentar atau penilaian

yang baik atau buruk dari atasan, mitra kerja, bahkan bawahan, tetapi

seharusnya penilaian kinerja juga harus diukur melalui penilaian formal

dan terstruktur (terukur). Namun, apabila penilaian kinerja tersebut

mengacu pada pengukuran formal yang berkelanjutan, maka penilaian

justru lebih lengkap dan detail karena sifat-sifat yang berkaitan dengan

pekerjaan, standar kerja, perilaku, dan hasil kerja bahkan termasuk tingkat

absensi karyawan yang dapat dinilai.

Pada awalnya, penggunaan penilaian kinerja telah dikenal dan

mulai dikembangkan sejak 40 tahun terakhir ini.Secara formal, praktek

penilaian kinerja telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada awal abad

ke-3 masehi, ahli filsafat dari Cina yang bernama Sin Yu, ia mengkritik

dan menilai yang disampaikan kepada dinasti Wei, mengatakan bahwa

penilaian kerajaan dari Nine Grades jarang menilai orang (anggota

kerajaan) berdasarkan dari biasanya, tetapi selalu menilai berdasarkan rasa

suka dan tidak suka kepada raja saja. Oleh karenanya, sampai sekarang

penilaian kinerja bagi yang dinilai atau karyawan selalu beropini pro dan

kontra untuk yang mendapatkan penilaian buruk atau tidak baik.Pada awal

tahun 1950-an, penilaian kinerja praktis secara perlahan hanya dapat

32
diterapkan dan diterima pada sejumlah organisasi.Sebelumnya, penilaian

kinerja hanya digunakan sebagai basis dan acuan pembuatan keputusan

bidang administrasi saja semata-mata seperti promosi, kenaikan gaji,

hukuman (punisment). Kemudian, makin lama terus berkembang mulai

dekade tahun 1960-an sampai dengan 1970-an, penilaian kinerja sudah

mulai banyak diterima dan digunakan sebagai pengembangan sumber daya

manusia yang di banyak organisasi dan perusahaan modern.

Arti kinerja berasal dari kata job performance dan disebut juga

action performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

telah dicapai oleh seseorang karyawan. Banyak sekali definisi atau

pengertian dari kinerja yang dikatakan oleh para ahli, namun semuanya

mempunyai beberapa kesamaan arti dan makna dari kinerja tersebut.

Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement)mempunyai

pengertian suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap

tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam

mencapai tujuan organisasi. Menurut Oxford Dictionary, kinerja

(performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau

melakukan fungsi organisasi. Sebenarnya kinerja merupakan suatu

konstruk, dimana banyak para ahli yang masih memiliki sudut pandang

yang berbeda dalam mendefinisikan kinerja tersebut. Seperti yang

dikatakan oleh Robbins, mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi

interaksi antara kemampuan atau ability (A)motivasi danmotivation(M)

33
kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O), artinya

kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.

Sedangkan kinerja menurut The Scriber-Bantam English Dictionary

berasal dari kata... “to perform”dengan beberapa entries yaitu:(1)

melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry of a execute), (2)

memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to

dischange of fulfil as vow),(3) melaksanakan atau meyempurnakan

tanggung jawab (to execute or complate an understaking), (4) melakukan

sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is

exspected of a person machine).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri,

melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan

tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh

keterampilan,kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya,

menurut model patnerlawyer kinerja individu pada dasarnya dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Harapan mengenai imbalan

2. Dorongan

3. Kemampuan

4. Kebutuhan

5. Persepsi terhadap tugas

34
6. Imbalan internal

7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas,maka

kesimpulan pengertian atau definisi kinerja atau performancedapat

disimpulkan sebagai berikut: hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara

kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan kewenangan dan tugas

tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral maupun etika.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa

aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja sebagai

berikut:

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan

menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai

dengan tujuan, visi dan misinya.

2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada

penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja

mengacu pada pengukuran kinerja langsung yang berbentuk

keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja

kunci (key performance indicator).

35
3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis

hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan

membandingkan tingkat pencapaian tujuan, dan sasaran organisasi.

4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan

pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau

hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut

dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.14

2.1.9. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja pada dasarnya telah diterapkan di hampir

seluruh perusahaan di dunia.Namun demikian, pengukuran kinerja tersebut

sering kali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan

untuk menindaklanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Hasil dari

pengukuran kinerja pada hakikatnya hanya memberikan pandangan bahwa

terdapat perbedaan kinerja yang dicapai saai ini dengan target yang

diharapkan. Tetapi tidak memberikan arahan mengapa perbadaan itu

terjadi dari, lebih jauh lagi, tidak memberikan cara penyelesaian perbedaan

tersebut.15

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui

apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat di deviasi dari rencana yang

14
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 95
15
Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja: Konsep, Desain dan Teknik Meningkatkan Daya
Saing Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 192

36
telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu

yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

Untuk melakukan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan

untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran

kinerja.Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang

nyata dan terukur. Apabila kinerja tidak dapat diukur, tidak dapat dikelola.

Untuk dapat memperbaiki kinerja, perlu diketahui seperti apa kinerja saat

ini. Apabila deviasi kinerja dapat diukur, dapat diperbaiki.

Pengukuran hanya berkepentingan untuk mengukur apa yang

penting dan relevan.Untuk itu, perlu jelas tentang apa yang dikatakan

penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa yang harus

digunakan . Hal-hal yang diukur tergantung pada apa yang dianggap

penting oleh stakeholder dan pelanggan.Pengukuran mengatur keterkaitan

antara strategi berorientasi pelanggan dan tujuan dengan tindakan.

Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:

1. Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah

terpenuhi;

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan

3. Mengusahakan jarak bagi orang yang memonitor kinerja;

37
4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang

perlu prioritas perhatian;

5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas;

6. Mempertimbangkan penggunaan sumber daya

7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

Oleh karena itu, orang yang melakukan pengukuran kinerja

perlu memenuhi persyaratan diantaranya: (1) dalam posisi mengamati

perilaku dan kinerja yang menjadi kepentingan individu;(2) mampu

memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja; (3) mempunyai

pemahaman tentang format suara skala dan instrumennya;(4) untuk

melakukan pekerjaan rating secara sadar.16

a. Dasar ukuran kinerja

Ukuran kinerja pada saat yang sama dapat pula merupakan

sasaran organisasi. Ukuran ini memberikan pengukuran yang jujur

tentang progres atau prestasi individu dan tim.Ukuran kinerja akan

memberikan dasar untuk umpan balik yang terbaik.

Thor mengemukakan adanya tiga dasar pengembangan ukuran

kinerja sebagai alat untuk meningkatkan efektivitas organisasi, yaitu

sebagai berikut:

16
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 229

38
1. Apa yang diukur semata-mata ditentukan oleh apa yang

dipertimbangkan penting oleh pelanggan.

2. Kebutuhan pelanggan diterjemahkan menjadi prioritas strategis

dan rencana strategis mengindikasikan apa yang harus diukur.

3. Memberikan perbaikan kepada tim dengan mengukur hasil dari

prioritas strategis, mengukur kontribusi untuk perbaikan lebih

lanjut dengan mengusahakan motivasi tim, dan informasi tentang

apa yang berjalan dan tidak berjalan.

Dengan demikian, tujuan ukuran kinerja adalah untuk

memberikan bukti apakah hasil yang diinginkan telah dicapai atau

belum dan apakah muatan yang terdapat bekerja memproduksi hasil

tersebut. Namun, fokus dan isi ukuran kinerja bervariasi diantaranya

sebagai pekerjaan.17

2.1.10. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja

Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh

langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.

Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:

a. Mengidentifikasikan masalah melalui data dan informasi yang

dikumpulkan terus menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.

17
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 232

39
b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan.

c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.

Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa

informasi, antara lain:

a. Mengidentifikasikan masalah setepat mungkin.

b. Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan

mempertimbangkan:Harga yang harus dibayar bila tidak ada

kegiatan dan Harga yang dibayar bila ada campur tangan dan

penghematan yang diperoleh apabila ada penutupan kekurangan

kinerja.

3. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab

kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang

berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab

kekurangan tersebut.

5. Melakukan rencana tindakan tersebut.

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau

belum.

7. Mulai dari awal, apabila perlu.18

18
A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM (Bandung: Refika Aditama, 2012),
hal 22

40
2.1.11. MetodeSix Sigma

Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian

atau peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru

dalam bidang kualitas.Six Sigma merupakan sistema manajemen mutu

yang selalu berorientasi pada costumer satisfaction dengan suatu

pengukuran target Sigma Quality Level.

Six Sigma merupakan sebush sistem yang komprehensif dan

flekdibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses

bisnis.Six Sigma dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap

kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan

analisis statistik dan perhatian yang cermat untuk mengelola,

memperbaiki, dan menanmkan kembali proses bisnis.

Six Sigma yang berarti enam sigma, dimana sigma itu sendiri

memiliki pengertian distribusi penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean)

suatu proses. Tentu saja dalam hal ini, Six Sigma mempunyai tujuan

untuk memperkecil variasi sehingga akan diperoleh tingkat kualitas yang

lebih baik yaitu mendekati ke arah sempurna (zero defect) atau

memperoleh semua output dalam spesifikasi pelanggan. Upaya

mengurangi variasi secara terus-menerus merupakan hal yang sangat

41
penting mengingat pelanggan akan melihat/merasakan produk pada

tingkat variasi produk, bukan rata-rata produk.19

Untuk mengetahui nilai sigma dapat diketahui melalui tabel dibawah ini:

Tabel 2.2Konversi Sigma Yang Disederhanakan.20

Hasil DPMO Sigma


30,9% 690.000 1
69,2% 308.000 2
93,3% 66.800 3
99,4% 6.210 4
99,98% 320 5
99,9997% 3,4 6

a. Metodelogi DMAIC

Salah satu pelajaran pertama seorang analisis kualitas yang

menjalani pelatihan untuk meraih sabuk hijau adalah lima tahap

metodologi DMAIC.

1. Perumusan (define) Setelah sebuah proyek Six Sigma dipilih, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan masalah.

Aktivitas ini sangat berbeda dari pemilihan proyek.Pemilihan proyek

adalah aktivitas yang dilakukan untuk merespon gejala suatu

permasalahan yang kemudian membuahkan sebuah kesepakatan proyek

dimana otoritas dan tanggung jawab diberikan kepada tim SixSigma.


19
Haryo Santoso, “Meningkatkan Kualitas Layanan Industri Jasa Melalui Pendekatan Integrasi
Metoda Serqual-Six Sigma Atau Serqual-QFD”, Jurnal Undip Vol, 1, No. 1, Januari 2006, hal 94
20
Petrus Wisnubroto, Theo Anggoro, “Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Dengan Metode Six
Sigma Pada Hotel Malioboro In Yogyakarta”, Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012, hal 119

42
Garis besar masalah biasanya dideskripsikan di dalam kesepakatan

proyek, tetapi seringkali tidak terlalu jelas. Untuk analisis lebih lanjut,

masalah tersebut harus dijelaskan dengan istilah operasional yang

sangat spesifik.Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memiliki

sejarah produksi motor listrik yang tidak memuaskan, sehingga

mengadakan proyekSix Sigma untuk memperbaiki keadaan motor.

Setelah mempelajari datagaransi dan perbaikan lapangan, diduga bahwa

sebagian besar masalah berasal dari ausnya sikat, dan lebih spesifik lagi

yaitu masalah pada kekerasan sikat. Dengan demikian, masalah ini bisa

didefinisikan sebagai “pengurangan variabilitas kekerasan.” Proses

penyempitan definisi masalah ini terkadang juga disebut penentuan

cakupan proyek(project scoping).

Pernyataan masalah yang baik juga harus mengidentifikasi

pelanggan dan CTQ yang memiliki pengaruh terbesar pada kinerja

produk atau jasa, menggambarkan tingkat kinerja saat itu atau sifat

kesalahan ataupun keluhan pelanggan, mengidentifikasi metrik kinerja

yang bersangkutan, menentukan tolok ukur standar kualitas terbaik,

menghitung implikasi biaya atau pendapatan proyek tersebut, serta

mengukur tingkat kinerja yang diharapkan dari usaha Six Sigma yang

berhasil.Fase perumusan juga harus menjawab isu-isu manajemen

proyek seperti apa saja yang harus dilakukan, oleh siapa, dan kapan.

43
2. Pengukuran(measure) Fase proses DMAIC ini berfokus pada

bagaimana cara mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ.

Ini membutuhkan pemahaman akan hubungan sebab akibat antara

kinerja proses dan nilai pelanggan.Metodologi Six Sigma menggunakan

istilah fungsi dalam ilmu matematika untuk menggambarkan hubungan

ini:

Y = f (X)

Di mana Y mewakili seperangkat variabel respon yang penting

atau CTQ dan Q mewakili seperangkat variabel input penting yang

memengaruhi Y.Misalnya, Y dapat mewakili waktu pengiriman tas dari

sebuah pesawat ke tempat penanganan bagasi serta jumlah tas yang

hilang. X juga bisa melibatkan jumlah petugas yang menangani bagasi,

jumlah truk lama, waktu pengiriman truk, keakuratan pemindahan kode

batang (bar code), dan lain-lain.Pendekatan ini membantu

mengkomunikasikan faktor-faktor yang terpenting yang dapat

dikendalikan atau diubah untuk memperbaiki CTQ. Pendekatan ini juga

membantu mendefinisikan eksperimen yang harus dilakukan untuk

memberikan kepastian bagaimana cara variabel input mempengaruhi

variabel respon.Pendekatan ini juga memberikan landasan bagi fase

pengendalian dengan cara menemukan faktor-faktor yang

membutuhkan pengawasan dan pengendalian.

44
Setelah hubungan sebab akibat ditemukan, prosedur untuk

menemukan bukti mengumpulkan data yang dapat diandalkan,

observasi, dan mendengarkan dengan baik harus dibuat dan

dilaksanakan.Data dari proses serta aktifitas yang sudah ada seringkali

menyediakan informasi yang penting,sama halnya dengan masukan dari

supervisor,pekerja, pelanggan, dan karyawan perbaikan lapangan.

Pengumpulan data tidak boleh dilakukan secara serampangan

pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus di tanyakan antara lain:

a. Pertanyaanapa saja yang harus kita jawab?

b. Data jenis apa yang kita butuhkan untuk menjawab pertanyaan

tersebut?

c. Dimana kita dapat menemukan data tersebut?

d. Tempat siapa yang dapat menyediakan data tersebut?

e. Bagaimana kita dapat mengumpulkan data dengan usaha yang

minimal dan sedikit kemungkinan melakukan kesalahan?

3. Analisis(analyze)Kekurangan utama yang ditemui pada kebanyakan

pendekatan pemecahan masalah adalah kurangnya penekanan pada

analisis yang tajam. Yang amat sering terjadi adalah kita melompat

langsung kepada suatu solusi tertentu tanpa sepenuhnya memahami

suatu masalah serta mengidentifikasi sumbernya, atau “akar

45
permasalahannya,” dari masalah.Fase Analisis dari DMAICberfokus

pada pertanyaan mengapa cacat,kesalahan, atau variasi yang berlebihan

terjadi.

Setelah variabel yang dicurigai terkumpul dan diukur, dilakukan

eksperimen untuk memverifikasi hubungan yang telah dihipotesiskan

sebelumnya, yaitu apakah faktor X benar-benar mempengaruhi

Y?.Eksperimen ini seringkali dilaksanakan dengan cara

memformulasikan beberapa hipotesis untuk menyelidiki data yang

dikumpulkan atau melakukan percobaan yang lain, sehingga dapat

disimpulkan secara beralasan serta dapat didukung secara statistik

sebagai akar dari permasalahan yang sebenarnya. Cara berpikir secara

statistik dan analisis memainkan peran yang amat penting yang pada

fase ini.Ini merupakan salah satu alasan mengapa statistik menjadi salah

satu bagian yang utama dari pelatihan dan Six Sigma (pada saat yang

bersamaan, tidak terlalu ditekankan pada kebanyakan kurikulum teknik

maupun bisnis).

4. Peningkatan (improve)Setelah akar permasalahan dapat dipahami,maka

analisis atau tim yang menangani harus mengumpulkan ide untuk

menghilangkan atau memecahkan masalah serta memperbaiki kinerja

pengukuran variabel X sehingga memperbaiki CTQ.Fase pengumpulan

ide ini merupakan aktivitas yang amat membutuhkan kreativitas, karena

kebanyakan solusi tidak secara gamblang dapat terlihat. Salah satu

46
kesulitan dari tugas ini adalah insting spontan untuk menilai idesebelum

sepenuhnya mengevaluasinya.Kebanyakan orang memiliki

kekhawatiran untuk mengajukan ide yang “bodoh” atau takut terlihat

bodoh. Padahal ide-ide yang pada awalnya tampak bodoh mungkin saja

menjadi awal solusi kreatif dan berguna. Orang-orang yang

bertanggung jawab memecahkan masalah harus belajar untuk tidak

cepat menilai dan mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan

ide sebanyak mungkin pada tahap proses ini,apakah ide tersebut dapat

segera diterapkan maupun tidak.

Setelah seperangkat ide diajukan, ide tersebut perlu dievaluasi

dan ide yang paling menjanjikan dipilih. Proses ini termasuk

menginformasikan bahwa solusi yang diajukan akansecara positif

mempengaruhi variabel proses utama dan CTQ, dan mengidentifikasi

maksimum kisaran variabel yang dapat diterima.

Penyelesaian masalah sering diikuti dengan perubahan teknis

atau organisasional. Sering kali beberapa model keputusan atau

penilaian digunakan untuk menilai solusi yang memungkinkan

dibandingkan kriteria yang penting seperti biaya, waktu, potensi

peningkatan kualitas, sumberdaya yang dibutuhkan, pengaruh pada

supervisor dan karyawan, hal yang merintangi implementasi seperti

keengganan untuk berubah atau budaya organisasional. Untuk

mengimplementasikan solusi secara efektif, tanggung jawab harus

47
diberikan pada orang 1atau kelompok yang akan mengikuti hal apa

yang harus dilakukan, di mana,kapan, dan bagaimana hal tersebut

dilakukan.

5. Pengendalian (control) Fase pengendalian berfokus pada bagaimana

menjaga perbaikan agar terus berlangsung, termasuk menempatkan

perangkat pada tempatnya untuk meyakinkan agar variabel utama tetap

berada dalam wilayah maksimal yang dapat diterima dalam proses yang

sedang dimodifikasi. Perbaikan ini bisa saja termasuk menentukan

standar prosedur baru, mengadakan pelatihan untuk karyawan, serta

mencanangkan sistem pengendalian untuk meyakinkan agar perbaikan

tidak lekang oleh waktu. Bentuk pengendalian bisa sederhana daftar

periksa (checklist) atau pemeriksaan berkala untuk meyakinkan bahwa

prosedur yang benar telah diikuti, atau penerapan diagram pengendalian

proses statistik untuk memonitor kinerja cara pengukuran yang

terpenting.21

b. Critical To Quality (CTQ)adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk

diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau praktek-

praktek yang berdampak langsugn pada kepuasan pelanggan.22

21
Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal 48
22
Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 6

48
c. Defects Per Million Opportunities (DPMO) adalah ukuran kegagalan

dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukan

kegagalan per sejuta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas Six

Sigma motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan

sebesar 3,4 unit output yang cacat dari sejuta unit output yang diproduksi,

tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produksi CTQ (critical-to-

quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta kesempatan (DPMO).

Misalnya, bila pencucian sebuah karpet rumah tangga yang berukuran

1500-square-foot dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 4-sigma

yang memiliki target 6.210 DPMO, maka akan terdapat sekitar 9,3 square

foot dari area karpet itu yang tidak tercuci bersih (6.210/1.000.000 x 1.500

= 9,3). Selanjutnya untuk karpet berukuran sama itu apabila pencuciannya

dilakukan oleh suatu proses berkemampuan 6-sigma yang memiliki target

3,4 DPMO, maka hampir seluruh area karpet akan tercuci bersih, karena

kemungkinan kegagalan hanya: 3,4/1.000.000 x 1.500 = 0,005 square foot

yang tidak tercuci bersih ( hampir mustahil menemukan kegagalan dalam

proses pencucian karpet itu). Pemahaman terhadap DPMO ini sangat

penting dalam pengukuran keberhasilan aplikasi program peningkatan

kualitas Six Sigma.23

23
Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 7

49
d. Mengembangkan rencana pengumpulan data

Tahap berikut setelah penetapan atau pemilitan karakteristik

kualitas kunci dalam proyek Six Sigma adalah dalam menetapkan rencana

untuk pengumpulan data. Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas

dapat dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: pada tingkat proses (process

level), tingkat output (output level), dan tingkat outcome (outcome level).

1) Pengukuran pada tingkat proses adalah mengukur setiap langkah atau

aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan

oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan dan mempengaruhi

karakteristik kualitas output yang diinginkan. Tujuan dari pengukuran

pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur

setiap langkah dalam proses, dan menggunakan ukuran-ukuran ini

untuk mengendalikan dan meningkatkan proses operasional serta

memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu

diproduksi atau diserahkan kepada pelanggan. Beberapa contoh

pengukuran pada tingkat proses yang mendeskripsikan kualitas

adalah: lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya

panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konfirmasi

terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, cycle time, lama waktu

belajar mahasiswa untuk persiapan menghadapi suatu ujian, dan lain-

lain.

50
2) Pengukuran pada tingkat output adalah mengukur karakteristik

kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan

terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang diingkan pelanggan.

Beberapa contoh pengukuran pada tingkat output adalah banyaknya

unit produk yang ditetapkan (banyak produk cacat), diameter dari

produk yang dihasilkan, nilai mahasiswa ketika menempuh suatu

ujian, dan lain-lain.

3) Pengukuran pada tingkat outcome adalah mengukur bagaimana

baiknya suatu produk (barang dan jasa) itu memenuhi kebutuhan

spesifik dan ekspektasi rasional dari pelanggan, jadi mengukur tingkat

kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk (barang dan jasa)

yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat

tertinggi dalam pengukuran kinreja kualitas. Beberapa contoh tingkat

pengukuran pada tingkat outcome adalah: banyaknya keluhan

pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh

pelanggan, tingkat kepuasan penggan, dan lain-lain.24

2.1.12. Analisis Pareto

Joseph juran pernah menyebutkan bahwa sebagian besar

permasalahan kualitas hanya berasal dari beberapa penyebab. Ia

menyebut teknik ini Analisis Pareto(pareto analysis) yang berasal dari

24
Vincent Gaspersz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hal 100

51
nama Vilfredo Pareto (1848-1923), seorang ekonom Italia yang

mengamati bahwa 85 persen kekayaan di Milan dimiliki oleh hanya 15

persen dari penduduknya.Sebagai contoh, dalam sebuah analisis

mengenai 200 jenis kegagalan mesin mobil di lapangan, hanya 5 yang

menjadi penyebab sepertiga dari semua kegagalan, sementara 25 menjadi

penyebab dari dua pertiga kegagalan. Analisis Pareto membantu untuk

memisahkan “beberapa faktor yang penting” dengan “banyak yang tidak

penting” dan memberikan arahan untuk pemilihan proyek perbaikan.

Distribusi Pareto (Pareto Distribution) adalah salah satu jenis

distribusi dimana sifat-sifat yang diobservasi diurutkan dari yang

frekuensinya terbesar hingga terkecil.Pareto Diagram (Pareto Diagram)

adalah histogram data yang mengurutkan data dari yang frekuensinya

terbesar hingga terkecil.Analisis Pareto seringkali digunakan untuk

menganalisis data yang dikumpulkan dilembar pemeriksaan.25

2.1.13. Diagram Sebab Akibat

Variasi dalam output proses dapat terjadi karena berbagai

penyebab yang telah kita catat sebelumnya. Suatu diagram sebab akibat

(cause-andeffect diagram) adalah metode grafik sederhana untuk

membuathipotesis mengenai rantai penyebab dan akibat serta untuk

25
Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal87

52
menyaring potensi penyebab dan mengorganisasikan hubungan antar

variabel.

Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab akibat di

Jepang, sehingga diagram ini juga disebut diagram Ishikawa. Karena

strukturnya, diagram ini juga disebut sebagai diagram tulang

ikan.Struktur umum diagram sebab akibat. Pada akhir garis horizontal,

sebuah permasalahan dituliskan.Setiap cabang yang menunjuk ke ranting

untuk mewakili suatu kemungkinan penyebab.Cabang-cabang yang

menunjuk ke sebab-sebab merupakan kontributor tersebut.Diagram sebab

akibat disusun dalam suatu atmosfer brainstorming. Semua orang dapat

terlibat dan merasa bahwa mereka adalah bagian yang penting dari proses

pemecahan masalah.Biasanya kelompok-kelompok kecil yang diambil

dari wilayah operasi atau manajemen bekerja dengan seorang fasilitator

terlatih dan berpengalaman.Fasilitator tersebut bertugas memandu

perhatian kepada diskusi mengenai masalah yang dibicarakan dan sebab-

sebabnya, bukan pada pendapat.

Sebagai teknik kelompok, metode sebab akibat membutuhkan

interaksi yang signifikan antara anggota kelompok.Fasilitator yang

mendengarkan para peserta dengan hati-hati dapat mencatat ide-ide yang

penting.Suatu kelompok dapat bekerja lebih efektif dengan cara

memikirkan masalah tersebut secara lebih luas ambil mempertimbangkan

53
faktor faktor lingkungan, politik, kepegawaian, dan bahkan kebijakan

pemerintah, jika mungkin.26

2.2.Kerangka Pemikiran

Kualitaskinerja dan pelayanan merupakan satu hal yang harus

mendapat perhatian khusus bagi jurusan yang ingin memuaskan mahasiswa

dalam mencapai kepuasaan kinerja dan pelayanan yang maksimal.Oleh

karena itu, berbagai hal perlu dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan

kualitaskinerja dan pelayanan. Agar hal tersebut bisa tercapai, salah satu

caranya adalah dengan menggunakan sistem manajemen kualitas kinerja dan

pelayanan yang baik untuk menjamin agar semua proses berjalan sesuai

dengan ekspektasi atau keingiinan mahasiswa dalam mencapai

kualitaskinerja dan pelayanan yang sudah dibuat.

Oleh sebabitu,kualitas kinerja dan pelayanan yang baik dapat

membantu mahasiswa dalam melakukan segala hal yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan kepuasan mahasiswa.Melalui Six Sigma ini

masalah-masalah yang terjadi guna meningkatkan kualitas diidentifikasi

secara bertahap dengan pendekatan DMAIC. Di dalam tahap pertama, yaitu

define merupakan tahap dimana dilakukan proses penelaahan masalah

terlebih dahulu agar masalah tersebut dapat dimengerti. Setelah itu berlanjut

ke tahap measure dimana dilakukan pengumpulan atau analisis data yang

26
Evans, Lindsay, dan Fitriati, Pengantar Six Sigma (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal 187

54
berhubungan dengan masal1ah tersebut. Kemudian tahap analyze dimana

dilakukan identifikasi akar permasalahannya, kemudian improve, berupa

tindakan pencegahan dan perbaikan terhadap proses tersebut secara

berkesinambungan. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan

penelitian sampai pada tahap improve,tidak melanjut ke tahap control.

2.3. Hipotesis

Berdasarkan pada kerangka pemikiran di atas diduga bahwa

pengukuran kinerja dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensikinerja yang

diberikandalam memuaskan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

BAB III

55
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gedung B Jurusan Teknik Mesin

Universitas Negeri Jakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada saat mahasiswa tidak

sedang melakukan proses perkuliahan atau sedang istirahat.

3.2 Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, kuantitatif adalah: “penelitian yang terdiri dari

kejelasan tujuan, pendekatan, subjek, sampel sumber data yang sudah mantap

dan rinci sejak awal, begitupun dengan langkah penelitian hipotesis dan

disain serta pengumpulan data dan analisis data”. Sedangkan rancangan

penelitian menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif adalah

penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa

menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan variabel

lain.27Cara yang dilakukan dalam pengambilan data yaitu dengan cara survei.

Peenelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

27
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 177

56
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok.

3.3 Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Teknik Mesin

Universitas Negeri Jakarta gedung B dari angkatan tahun 2011 sampai

dengan tahun 2014.

Teknik Sampling Purposive yaitu “teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu”.28 Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu

proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah

sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan

berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri

sampel yang ditetapkan.Jadi sampel yang peneliti ambil dalam penelitian ini

yaitu berjumlah 136 sampel atau 136 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa

Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa suatu

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.29Dalam melakukan perhitungan

28
Sugiyono.Metode Penelitian Bisnis(Bandung: Alfabeta, 2008), hal 122
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal 140

57
kuesioner, peneliti menggunakan skala likert.Skala likert merupakan metode

pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.30

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, sebelumnya penulis

mencari data yang diperlukan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Jakarta Gedung B. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

jawaban atau keluhan mahasiswa terhadap kinerja dosen maka peniliti

membuat kuesioner dan menyebarkankuesioner dengan cara

mendatangimahasiswa atau responden kemudian peneliti menjelaskan kepada

mahasiswa atau responden tentang tata cara prosedur pengisian kuesioner.

3.6 Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji Validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan

rumus Bivariate Pearson (korelasi pearson product moment). Analisis

dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total

mengunakan rumus sebagai berikut:

n(ƩXY) – (ƩX)( ƩY)


rxy=
√[ƩX2 – (ƩX)2][ ƩY2 – (ƩY)2

30
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung : Alfabeta, 2012), hal 132

58
Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

n = Jumlah subjek yang diteliti

ƩX = Jumlah X (Skor Item)

ƩY = Jumlah Y (Skor Item)

ƩX2 = Jumlah kuadrat X

ƩY2 = Jumlah kuadrat X

ƩXY =Jumlah kuadrat antara X dan Y

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikan

0,05. Kriteria pengujian adalah Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen

atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total

(dinyatakan valid).31

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas yang digunakan adalah menggunakan metode

Cronbach’s Alpha.

kƩσb2
r=[ ][1– ]
(k – 1) σt 2

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas instrumen (Cronbach Alpha)

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

31
Meryana, Wike, dan Dhita, Penilaian Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan
Menggunakan Metode Serqual (Service Quality) dan Six Sigma (Studi Kasus Pada “Restoran
Dahlia” Pasuruan), Jurnal, hal 3

59
Ʃσb2 = Total varians butir

Σt 2 = Total varians

a. Menghitung total varians butir (Ʃσb2)

X2
ƩX2 –
n
σb 2 =
n

Keterangan:

Σb 2 = Varians butir pertama

X2 = Total X

ƩX2 = Total X2

n = Jumlah responden

b. Menghitung Total Varians (Σt2)

Y2
ƩY2 –
n
σt2 =
n

Keterangan:

Σt 2 = Varians butir kedua

Y2 = Total Y

ƩY2 = Total Y2

n = Jumlah responden

Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai

koefisien yang diperoleh > 0,60.

60
3. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome berdasarkan atribut

Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome berdasarkan

atribut ini bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan DPMO dan

level sigma tiap atribut.

a. Pengukuran tingkat kepuasan atribut

= (kepuasan / target kepuasan) x 100%

b. Pengukuran DPMO

DPMO = [1 – tingkat kepuasan)] x 1.000.000

c. Pengukuran nilai six sigma

Nilai six sigma = normsinv [1 – (DPMO / 1.000.000)] + 1,5

4. Menggunakan metode Service Quality

a. Menjumlahkan nilai harapan (Y) dan kepuasan (X) dari setiap atribut

seluruh responden.

ƩYi ƩXi
Ῡ= Ẍ=
n n

Keterangan:

X =Nilai rata-rata tingkat kepuasan

Y = Nilai rata-rata tingkat harapan

n = Jumlah responden

61
b. Menghitung rata-rata dari rata-rata harapan (Ῡ) dan kepuasan (Ẍ).

ƩῩi ƩẌi
Y= X=
A A

Keterangan:

X = Nilai rata-rata seluruh faktor tingkat kepuasan

Y = Nilai rata-rata seluruh faktor tingkat harapan

A = Jumlah atribut yang mempengaruhi kepuasan

c. Menghitung gap/kesenjangan antara nilai rata-rata kepuasan dengan

nilai rata-rata harapan.

NSi = Ẍ – Ῡ

Keterangan:

NSi = Nilai servqual (gap) tiap atribut

d. Menghitung rata-rata dari seluruh kesenjangan (gap) seluruh atribut.

ƩNSi
NSv =
A
Keterangan:

NSv = Nilai rata-rata servqual/gap per atribut tiap dimensi.32

32
Meryana, Wike, dan Dhita, Penilaian Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan
Menggunakan Metode Serqual (Service Quality) dan Six Sigma (Studi Kasus Pada “Restoran
Dahlia” Pasuruan), Jurnal, hal 4

62
5. Digram Pareto

Diagram Pareto dilakukan untuk menganalisis dan untuk

mengetahui tingkat DPMO paling besar atau paling tinggi yang

menimbulkan keluhan/ketidakpuasaan mahasiswa.

6. Diagram Fishbone

Diagram Fishboneatau diagram sebab akibat digunakan agar

dapat melihat sebab terjadinya permasalahan yang terjadi dalam

pelayanan pada Gedung B Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Unversitas Negeri Jakarta.

63
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Penelitian

Pada penelitian ini dalam mengambil data penelitian, peneliti

menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Jurusan Teknik

Mesin Universitas Negeri Jakarta Gedung B dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kinerja yang sudah diberikan dosen kepada mahasiswa. Mahasiswa

yang mengisi kuesioner yang diberikan peneliti merupakan mahasiswa yang

masih aktif atau masih melakukan proses perkuliahan yaitu pada mahasiswa

angkatan 2011 sampai dengan mahasiswa angkatan 2014.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan 136 responden dan

membuat 20 pertanyaan dan 5 jawaban yang salah satu harus dipilih. 1 orang

responden menjawab 2 persepsi yaitu persepsi tingkat kepuasan dan persepsi

tingkat harapan.Kuesioner tingkat kepuasan adalah kuesioner tentang

kepuasan yang mahasiswa sudah rasakan dari kinerja yang diberikan

dosen.Sedangkan kuesioner tingkat harapan adalah tentang harapan

mahasiswa untuk kedepannya dengan harapan dapat meningkatkan kinerja

dosen.

64
4.2 Data Hasil Penelitian

4.2.1. Fase Define (Perumusan)

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan

mengidentifikasi permasalahan guna menetukan proyek Six Sigma.Fase

Define merupakan tahapan awal dalam pendekatan Six Sigma dari

DMAIC. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada mahasiswa bagaimana kinerja

yang sudah diberikan dosen kepada mahasiswa, apakah dalam

pelaksanaan kinerja yang diberikan sesuai dengan apa yang mahasiswa

harapkan ataukah sebaliknya yaitu mahasiswa kurang puas dengan

kinerja yang diberikan dosen. Oleh karena itu, pada tahap define akan

dilakukan langkah-langkah dengan menggunakan metode 5W+H adalah

sebagai berikut:

a. What (Apa yang akan diselesaikan)

Rencana yang akan dilakukan adalah untuk meningkatkan

kualitas kinerja atau pelayanan yang diberikan dosen kepada

mahasiswa.

b. Why (Apakah permasalahan tersebut penting)

Rencana ini sangatlah penting karena dengan adanya usaha

untuk meningkatkan kualitas kinerja atau pelayanan, maka akan

terjadi pengurangan ketidakpuasan mahasiswa terhadap kinerja yang

65
diberikan dosen dan untuk meningkatkan kualitas kinerja atau

pelayanan.

c. Where (Dimana akan diselesaikan)

Rencana ini dilakukan di Gedung B Jurusan Teknik Mesin.

d. When (Kapan permasalahan akan diselesaikan)

Untuk dapat menyelesaikan rencana pada waktu yang tepat,

penyelesaian masalah harus diselesaikan dengan respon yang

secepat-cepatnya.

e. Who (Siapa yang bertanggung jawab pada rencana tindakan tersebut)

Dalam hal ini peneliti adalah orang yang bertanggung jawab

dalah rencana tindakan tersebut.

f. How (Bagaimana cara menyelesaikannya)

Adapun proses yang akan dilakukan pada tahap awal adalah

dengan mengindentifikasi permasalahan yang dirasakan mahasiswa

terhadap kinerja atau pelayanan yang diberikan dosen agar

kedepannya lebih baik lagi dalam memberikan kinerja atau

pelayanan.

4.2.2. Fase Measure (Pengukuran)

Fase pengukuran adalah tahap ke dua dari Six Sigma DMAIC.

Setelah menentukan rencana penelitian, peneliti melakukan observasi

atau bertanya langsung kepada mahasiswa tentang apa yang ia rasakan

terhadap kualitas kinerja ataau pelayanan yang diberikan dosen. Dari

66
jawaban mahasiswa tersebut, peneliti dapat menyimpulkan keluhan atau

permasalahan yang dirasakan mahasiswa dan kemudian dari keluhan

atau permasalahan tersebut peneliti membuat kuesioner yang bertujuan

untuk mengetahui dan mengukur kepuasan yang dirasakan mahasiswa

terhadap kualitas kinerja atau pelayanan yang diberikan dosen.

Pada tahap ini, hasil jawaban kuesioner yang sudah terisi dapat

diolah sebagai berikut:

1. Melakukan Uji Validitas

Dalam melakukan uji validitas, semua pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner penelitian diolah

menggunakan uji validitas yang bertujuan untuk mengetahui valid

dan sahihnya suatu pertanyaan.Hasil dari uji validitas yang sudah

dilakukan, dapat disimpulkandan dinyatakan bahwa semua

pertanyaan atau soal yang diberikan peneliti kepada mahasiswa

adalah valid, karena semua pertanyaan atau soal lebih dari r Tabel

atau dalam arti r Hitung > dari r Tabel maka dapat dinyatakan

semua pertanyaan atau soal tersebut valid.r Tabel yang ditentukan

adalah 0,1672 didapat dari jumlah responden yaitu 136 responden.

Setelah melakukan uji validitas, peneliti melakukan

pengelompokan pertanyaan berdasarkan atribut pertanyaan.Tiap

atribut bertujuan untuk melakukan pengelompokon pertanyaan-

pertanyaan yang peneliti lakukan.Pada proses pengelompokan

67
terdapat 5 dimensi atribut yaitu Tangible (Bukti Nyata), Reliability

(Kehandalan), Responsive (Kesigapan), Assurance (Jaminan),

Empathy (Perhatian).

a) Tangible (Bukti Nyata)

1) Penampilan dosen yang terjaga dan selalu rapi secara

keseluruhan

b) Reliability (Kehandalan)

1) Dosen menyampaikan silabus perkuliahan kepada

mahasiswa pada pertemuan pertama

2) Dosen menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran

di setiap pertemuan perkuliahan

3) Dosen melakukan perkuliahan sesuai prosedur

(pendahuluan, inti, dan penutup) dan relevan dengan tujuan

pembelajaran

4) Dosen menggunakan metode yang tepat (diskusi,

demonstrasi, dan simulasi)

5) Dosen menguasai materi perkualiahan dengan baik

6) Dosen menggunakan media pembelajaran dengan tepat

7) Materi yang diberikan dosen diiringi/imbangi dengan tugas

yang tepat

8) Dosen memanfaatkan sumber belajar secara maksimal

(buku, modul, jurnal, dll)

68
9) Dosen memenuhi jumlah tatap muka minimal 14 minggu

dalam satu semester

10) Dosen melakukan penilaian dengan menggunakan

perangkat tes (tulis, lisan, praktek, dll) yang diujikan sesuai

kompetensi

c) Responsive (Kesigapan)

1) Dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta

perbaikan nilai

2) Dosen datang tepat waktu pada saat jam perkuliahan

d) Assurance (Jaminan)

1) Dosen merespon dengan benar pertanyaan-pertanyaan

mahasiswa

2) Proses pembelajaran yang diberikan dan dilakukan dosen

dapat dicontoh/dituru mahasiswa

3) Dosen melibatkan mahasiswa secara aktif dalam

perkuliahan

4) Dosen memberikan toleransi pada saat anda terlambat

datang

e) Empathy (Perhatian)

1) Dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila

perkuliahan ditunda/tidak berjalan sesuai jadwal

69
2) Dosen memberikan koreksi, umpan balik dan nilai pada

latihan/tugas yang dikerjakan mahasiswa

3) Dosen menginformasikan hasil ujian dan tugas secara jelas

dan transfaran

2. Melakukan Uji Reliabilitas

Dalam melakukan Uji Reliabilitas menggunakan metode

Cronbach Alphadapat diketahui jika nilai reliabilitas kurang dari

0,60 maka relibilitas instrumen rendah/buruk.Dibawah ini hasil

pengolahan data melalui uji reliabilitas menggunakan metode

Cronbach Alpha.

Tabel 4.1Koefisien Reliabilitas

Dimensi Koefisien Reliabilitas Nilai Keterangan


Kritis
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Kepuasan Harapan Kepuasan Harapan

T(Bukti Nyata) 1,04 1,04 0,60 Dapat Dapat


Diterima Diterima

Rel 0,96 1,00 0,60 Dapat Dapat


(Kehandalan) Diterima Diterima

Res 1,03 1,04 0,60 Dapat Dapat


(Kesigapan) Diterima Diterima

Ass (Jaminan) 1,02 1,03 0,60 Dapat Dapat


Diterima Diterima

Em (Perhatian) 1,02 1,03 0,60 Dapat Dapat


Diterima Diterima

70
Dalam Uji Reliabilitas menggunakan metodeCronbach

Alphayang sudah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa kuesioner

atau angket yang diberikan peneliti kepada mahasiswa memiliki

tingkat reliabilitas tinggi, karena hasil dari jawaban kuesioner lebih

dari 0,60. Maka dapat dinyatakan kuesioner yang diberikan peneliti

memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

3. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi perusahaan

Gap ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan

mahasiswa terhadap kinerja yang diberikan dosen, semakin tinggi

gapnya maka semakin tidak puas mahasiswa terhadap kinerja yang

diberikan dosen. Gap yang memiliki angka tertinggi adalah pada

atribut Res 1 yaitu dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam

meminta perbaikan nilai yang memiliki nilai gap -1,59.

4. Pengukuran Baseline Kinerja Pada Tingkat Outcome Berdasarkan

Atribut

Pengukuran baseline kinerja pada tingkat outcome,

dilakukan secara langsung pada mahasiswa yang menerima output

(pelayanan) dari suatu proses. Setelah dilakukan pengolahan data,

dapat diketahui bahwa pada atribut Rel9, Res1, Res2, Ass 2, Em1,

Em 2 dan Em3 memiliki nilai sigma dibawah rata-rata. Maka Rel9,

Res1, Res2, Ass 2, Em1, Em 2, dan Em3 harus dilakukan penelitian

lebih mendalam lagi di tahap Analyze dan Improve.

71
4.2.3. Fase Analyze (Analisis)

1. Menentukan Kapabilitas Proses.

Dapat diketahui bahwa terdapat 7 atribut yang memiliki

nilai sigma dibawah rata baseline tingkat outcome yaitu Rel9, Res1,

Res2, Ass 2, Em1, Em 2, dan Em3.

Tabel 4.2 Kapabilitas Proses

Butir Atribut Tingkat Target Deskripsi Kesalahan


Pertanyaan DPMO Kepuasan

P 14 Rel 9 370.000 5 Dosen memenuhi jumlah tatap


muka minimal 14 minggu
dalam satu semester

P 19 Res 1 400.000 5 Dosen selalu membantu dan


mengarahkan dalam meminta
perbaikan nilai

P 15 Res 2 340.000 5 Dosen datang tepat waktu pada


saat jam perkuliahan

P8 Ass 2 300.000 5 Proses pembelajaran yang


diberikan dan dilakukan dosen
dapat dicontoh/dituru
mahasiswa

P 13 Em 1 330.000 5 Dosen menginformasikan


kepada mahasiswa apabila
perkuliahan ditunda/tidak
berjalan sesuai jadwal

P 16 Em 2 310.000 5 Dosen memberikan koreksi,


umpan balik dan nilai pada
latihan/tugas yang dikerjakan
mahasiswa

P 18 Em 3 380.000 5 Dosen menginformasikan hasil


ujian dan tugas secara jelas
dan transfaran

72
2. Diagram Pareto

Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan diagram

pareto untuk mengetahui tingkat DPMO paling besar atau paling

tinggi yang menimbulkan keluhan/ketidakpuasan mahasiswa.

Dibawah Ini Gambar Diagram Pareto:

Tingkat DPMO
450.000
400.000
400.000 370.000 380.000
340.000 330.000
350.000
300.000 310.000
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0
Rel 9 Res 1 Res 2 Ass 2 Em 1 Em 2 Em 3

Diagram Pareto

Gambar 4.1 Diagram Pareto

Dapat diketahui bahwa Res1 memiliki tingkat DPMO yang

paling tinggi.Setelah diketahui, maka selanjutnya dilakukan

penelitian lebih mendalam tentang faktor atau penyebab Res 1

memiliki tingkat DPMO tertinggi. Diagram sebab akibat dapat

menggambarkan proses terjadinya permasalahan yang ada didalam

Res 1.

73
3. Diagram Sebab Akibat

Diaram sebab akibat bertujuan untuk mengetahui sebab

terjadinya permasalahan yang terjadi pada atribut Res1.Dapat

diketahui sebelumnya bahwa Res 1 memiliki tingkat DPMO

tertinggi.

Dosen
Metode
Dosen kurang merespon
keluhan mahasiswa
Dosen kurang transfaran dalam
menginformasikan nilai dan hasil
Metode pembelajarankurang ujian
tepatdenganmateri yang diberikan
Kurangnya arahan dan peranan
dosen untuk membantu dan
Kurangnya evaluasi perkuliahan memotivasi mahasiswa agar lebih
terarah

Kurangnya bantuan
dan arahan dosen
ketika mahasiswa
memintaperbaikan
nilai

Materi pembelajaran kurangKurangnya sarana/prasaranayang


diimbangi media pembelajaran dapat membantu danmempermudah
dalam meminta perbaikan nilai

Materi
Sarana/Prasarana

Gambar 4.2 Diagram Sebab Akibat

74
Diagram sebab akibat untuk faktor kurangnya bantuan dan

arahan dosen ketika mahasiswa meminta perbaikan nilai adalah

sebagai berikut:

a) Dosen

1) 1Untuk mengatasi kurangnya respon dosen terhadap keluhan

mahasiswa adalah dengan cara memperhatikan apa yang

menjadi keluhan mahasiswa kemudian didalami apa faktor

penyebabnya yang membuat mahasiswa mengeluh-eluhkan

masalah yang dihadapinya. Respon dan perhatian dosen sangat

dibutuhkan mahasiswa yang sedang terlibat masalah atau

kesulitan dalam proses belajarnya.

2) Untuk mengatasi kurang transfarannya dosen dalam

menginformasikan nilai dan hasil ujian adalah dengan cara

melakukan penilaian secara transfaran agar mahasiswa tidak

bertanya-tanya tentang kurang baiknya nilai yang didapat

dengan nilai atau hasil yang sudah dipikirkan dan dibayangkan

sebelumnya. Transfaran nilai dapat membantu mahasiswa

dalam menentukan kepuasan terhadap hasil nilai yang

didapatnya dan dapat membantu dosen dalam menghadapi

ketidak puasannya mahasiswa dengan nilai yang didapatnya.

3) Untuk mengatasi kurangnya arahan dan peranan dosen untuk

membantu dan memotivasi mahasiswa agar lebih terarah

75
adalah dengan cara memperhatikan mahasiswanya agar lebih

terarah dan sesuai dengan apa yang diingikan dosen yaitu

menjadi lulusan yang berkompeten dan berwawasan luas dan

juga agar dapat lulus tepat waktu.

4) Untuk mengatasi kurang adanya evaluasi perkuliahan adalah

dengan cara melakukan evaluasi perkuliahan mulai dari

absensi, nilai tugas dan nilai ujian yang dapat membantu

mahasiswa apabila ada faktor yang dapat membuat nilai mata

kuliah mahasiswa kurang baik segera ditegur atau diberi

arahan untuk memperbaiki perkuliahannya dengan cara

memberikan tugas-tugas.

b) Metode

Untuk mengatasi kurang tepatnya antara materi pelajaran

dengan metode pembelajaran yang dilakukan adalah dengan cara

merubah metode pembelajaran itu tersebut karena kurang sesuai

dengan materi yang disampaikan. Jika materi dan metode tidak

sesuai dapat membingungkan mahasiswa dalam menerima materi

yang disampaikan oleh dosen. Oleh karena itu, metode

pembelajaran yang tepat sangat memberikan efek yang besar

terhadap proses belajar karena materi pelajaran yang diterima

dapat diterima dengan baik.

76
c) Materi

Untuk mengatasi kurang imbangnya antara materi

pembelajaran dengan media pembelajaran adalah dengan cara

memberikan pelayanan media pembelajaran yang dibutuhkan dan

yang diperlukan pada saat proses belajar berlangsung. Media

pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat mudah

diterima dengan baik oleh mahasiswa.

d) Sarana/Prasarana

Untuk mengatasi kurangnya sarana/prasarana yang dapat

membantu dan mempermudah dalam meminta perbaikan nilai

adalah dengan cara mencari solusi yang lebih efektik agar

mahasiswa yang ingin memperbaiki nilai tidak mengalami

kesulitan dalam melakukan proses perbaikan nilai. Perlunya

sarana/prasarana yang dapat mempermudah dalam mengatasi

masalah yang ada, oleh karena sarana/prasarana sangat

dibutuhkan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah yang

dianggap sulit untuk dilakukan.

77
4.2.4. Fase Improve (Peningkatan)

Setelah sumber dan akar penyebab dari masalah ketidakpuasan

telah teridentifikasi, maka selanjutnya dilakukan rencana tindakan

sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Rencana Tindakan Dengan Metode 5W+1H

Jenis 5W+H Deskripsi Jawaban Usulan

What Apa yang menjadi target Kurangnya bantuan dan arahan 1. Adanya evaluasi perkuliahan setelah
utama dari perbaikan dosen ketika mahasiswa meminta UTS dan UAS
atau peningkatan perbaikan nilai 2. Dosen harus lebih transfaran dalam
kualitas? menginformasikan absensi, hasil tugas
Tujuan Utama

dan ujian
3. Adanya respon yang baik kepada
mahasiswa yang ingin meminta
perbaikan nilai
4. Perbaikan nilai hanya bisa dilakukan
pada nilai D terkecuali apabila dosen
keliru dalam melakukan penilaian

Why Mengapa rencana 1. Memperbaiki nilai mata 1. Dalam melakukan perbaikan nilai dapat
tindakan itu akan kuliah membantu mahasiswa dalam
Alasan Kegunaan

diperlukan? 2. Mempermudahmengambil memperbaiki nilai yang kurang baik


mata kuliah prasyarat 2. Karena dalam melakukan perbaikan nilai
Penjelasan tentang 3. Membantu kelulusan tepat dapat memudahkan mahasiswa dalam
kegunaan dari rencana waktu mengambil mata kuliah selanjutnya
tindakan yang dilakukan. (prasyarat)
3. Perbaikan nilai dapat membantu
mahasiswa dalam memenuhi kelulusan
yang tepat waktu
Where Dimana rencana tindakan Di Gedung BJurusan Teknik Rencana perbaikan akandilaksanakan di
itu akan dilaksanakan? Mesin Fakultas Teknik Gedung BJurusan Teknik Mesin
Lokasi

Apakah aktivitas itu Universitas NegeriJakarta FakultasTeknik Universitas NegeriJakarta


harus dikerjakan disana? untuk mempersingkat waktu perbaikan nilai

When Bilamana aktivitas Dapat mempercepat dan 1. Dalam melakukan perbaikan nilai yang
rencana tindakan itu akan mempermudah proses kurang baik, dapat segera
terbaik untuk perbaikan nilai memperbaikinya dengan cara menemui
dilaksanakan? Apakah dosen dan menanyakan nilai atau meminta
Urutan

aktivitas itu dapat perbaikan nilai dengan caraujian remedial


dikerjakan kemudian? 2. Rencana perbaikan nilai ini akan
dilaksanakan secepatnya ketika
mahasiswa sudah diberikan ujian
perbaikan

78
Who Siapa yang akan Yang akan melakukan aktivitas Mahasiswa yang ingin melakukan perbaikan
mengerjakan aktivitas tindakan itu ialah mahasiswa itu nilai disarankan untuk menemui dosen yang
rencana tindakan itu? sendiri bersangkutan dan meminta ujian remedial.
Apakah ada orang lain
yang dapat mengerjakan
Orang

aktivitas rencana
tindakan itu? Mengapa
harus orang itu yang
ditunjuk untuk
mengerjakan aktivitas
itu?

79
How Bagaimana Aktivitas yang akan dilakukan Usulan evaluasi perkuliahan:
mengerja1kan aktivitas adalah meminta perbaikan nilai:
rencana tindakan itu? 1. Mahasiswa menghadap dosen untuk
Apakah metode yang menanyakan perkuliahan
digunakan sekarang, 2. Dosen memperlihatkan hasil
merupakan metode perkuliahan mahasiswa
terbaik? Apakah ada cara 3. Untuk memperbaiki perkuliahan
lain yang lebih mudah? mahasiswa disarankan untuk
mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dosen
4. Mahasiswa mrngisi tugas yang
diberikan dosen
5. Mahasiswa menemui dosen untuk
mengumpulkan tugas
6. Dosen memberikan nilai dari tugas
yang diberikan
7. Dosen memberitahukan kepada
mahasiswa bahwa nilai perkuliahan
mahasiswa teresebut sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan dosen
8. Evaluasi perkuliahan selesai
Metode

Usulan perbaikan nilai:

1. Mahasiswa menanyakan nilai yang


kurang baik ke dosen
2. Dosen memperlihatkan hasil evaluasi
mahasiswa
3. Untuk perbaikan nilai mahasiswa
disarankan mengikuti ujian perbaikan
4. Mahasiswa kemudian meminta form
perbaikan nilai di TU
5. Mahasisaw kembali menemui dosen
6. Dosen memberikan soal ujian
perbaikan
7. Mahasiswa menjawab soal ujian
perbaikan kemudian mengumpulkan
ke dosen
8. Dosen mengoreksi hasil jawaban
mahasiswa
9. Dosen memberikan nilai baru dan
menandatangani di form perbaikan
nilai
10. Mahasiswa mengumpulkan form
perbaikan nilai ke TU
11. TU mengentri nilai baru

80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian dilakukan, dari 20 pertanyaan kuesioner yang

peneliti sebarkan kepada mahasiswa/responden, dapat disimpulkan

bahwa 20 pertanyaan valid dan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Pada level sigma, rata-rata yang didapat dari 20 pertanyaan adalah 2.20.

Dalam penelitian ini terdapat nilai sigma terendah dan nilaisigma

tertinggi, nilai sigma terendah 2.10 dan memiliki tingkat kepuasan 60%.

Sedangkan nilai sigma yang tertinggi yaitu 2.29 dan memiliki tingkat

kepuasan tertinggi yaitu 79%.

2. Berdasarkan akar penyebab ketidakpuasan mahasiswa yang terdapat pada

P19/Res1 yang sudah dijelaskan pada gambar 4.2 dalam diagram sebab

akibat, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya bantuan

dan arahan dosen ketika mahasiswa meminta perbaikan nilai.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai

dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan dalam

penelitian yaitu:

1. Penelitian ini tidak mengacu pada kajian-kajian teori Standar Pelayanan

Minimum.

81
2. Penelitian ini tidak melakukan proses FGD (Focus Group Discussion).

3. Penelitian ini tidak mengacu pada regulasi penilaian di UNJ.

4. Penelitian ini tidak mengacu pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan

Tinggi (BAN-PT).

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat, maka penulis menyarankan:

Program Studi Teknik Mesin S1 UNJ harus mengacu pada

standarisasi pelayanan minimum yang dikeluarkan dari Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang bertujuan untuk menetapkan

tolak ukur atau butir-butir pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh

Program Studi Teknik Mesin S1 secara bertahap dan berkelanjutan dalam

memberikan kualitas dan kuantitas suatu pelayanan.

82
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. A. 1987. Pendidikan Dari Masa Ke Masa. Bandung: Armico.
Agung,Iskandar.2012.Strategi Penerapan Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan
(ESD) Di Sekolah. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Asep Jihad,Suyanto. 2013.Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan
Kualitas Guru Di Era Global. Jakarta: Esensi.
Arikunto,Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Fandy,Tjiptono. 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Fahmi,Irham. 2010. Manajemen Kinerja: Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Lindsay,Evans.Afia R. Fitriani. 2007. Pengantar Six Sigma. Jakarta:
Salemba Empat.
Mangkunegara,A.A.Anwar Prabu. 2012. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika
Aditama.
Meryana, Wike, dan Dhita.Desember 2013.Penilaian Kepuasan Konsumen
Terhadap Kualitas Pelayanan Menggunakan Metode Serqual (Service
Quality) dan Six Sigma (Studi Kasus Pada “Restoran Dahlia” Pasuruan).
Jurnal Universitas Brawijaya.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali
Pers.
Santoso,Haryo. Januari 2006.Meningkatkan Kualitas Layanan Industri Jasa
Melalui Pendekatan Integrasi Metoda Serqual-Six Sigma Atau Serqual-
QFD.Jurnal Undip Vol, 1, No. 1.
Sadulloh,Uyoh. 2008. PengantarFilsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Bisinis. Bandung: Alfabeta.
Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Rohman,Muhamad, Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan: Analisis dan
Solusi Terhadap Kinerja Manajemen Kelas Strategi PengajaranYang
Efektif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

83
Vincent, Gasper. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma.Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja: Konsep, Desain dan Teknik
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Wisnubroto,Petrus, Theo Anggoro. 3November 2012. Analisis Kualitas Pelayanan


Jasa Dengan Metode Six Sigma Pada Hotel Malioboro In
Yogyakarta.Jurnal Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
Periode III Yogyakarta.
Wibowo.2013. Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

84
LAMPIRAN

85
Lampiran 1: Kuesoiner Istrumen Penelitian

PETUNJUK PENGISIAN

Anda diminta untuk mengisi jawaban sesuai dengan keadaan nyata yang anda

rasakan selama berada di Gedung Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Jakarta, dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu kotak yang sesuai

dengan pilihan jawaban dengan skala penilaian sebagai berikut:

1 : Sangat Tidak Setuju

2 : Tidak Setuju

3 : Netral

4 : Setuju

5 :Sangat Setuju

Contoh Pengisian Kuesioner

Pilihan
Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4 5

1 Dosen menyampaikan silabus perkuliahan kepada √


mahasiswa pada pertemuan pertama

86
Nama:

Pilihan Jawaban

No Pertanyaan Kepuasan Harapan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Dosen menyampaikan silabus perkuliahan kepada mahasiswa pada pertemuan pertama

2 Dosen menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran di setiap pertemuan perkuliahan

3 Dosen melakukan perkuliahan sesuai prosedur (pendahuluan, inti, dan penutup) dan relevan
dengan tujuan pembelajaran

4 Dosen memberikan toleransi pada saat anda terlambat datang

5 Dosen melibatkan mahasiswa secara aktif dalam perkuliahan

6 Dosen menggunakan metode yang tepat (diskusi, demonstrasi, dan simulasi)

7 Dosen menguasai materi perkualiahan dengan baik

8 Proses pembelajaran yang diberikan dan dilakukan dosen dapat dicontoh/dituru mahasiswa

9 Dosen merespon dengan benar pertanyaan-pertanyaan mahasiswa

10 Dosen menggunakan media pembelajaran dengan tepat

11 Materi yang diberikan dosen diiringi/imbangi dengan tugasyang tepat

12 Dosen memanfaatkan sumber belajar secara maksimal (buku, modul, jurnal, dll)

13 Dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan ditunda/tidak berjalan sesuai


jadwal

14 Dosen memenuhi jumlah tatap muka minimal 14 minggu dalam satu semester

15 Dosen datang tepat waktu pada saat jam perkuliahan

16 Dosen memberikan koreksi, umpan balik dan nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan
mahasiswa

17 Dosen melakukan penilaian dengan menggunakan perangkat tes (tulis, lisan, praktek, dll)
yang diujikan sesuai kompetensi

18 Dosen menginformasikan hasil ujian dan tugas secara jelas dan transfaran

19 Dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai

20 Penampilan dosen yang terjaga dan selalu rapi secara keseluruhan

87
Lampiran 2: Tabel r
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
df = (N-2)
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

101 0.1630 0.1937 0.2290 0.2528 0.3196


102 0.1622 0.1927 0.2279 0.2515 0.3181
103 0.1614 0.1918 0.2268 0.2504 0.3166
104 0.1606 0.1909 0.2257 0.2492 0.3152
105 0.1599 0.1900 0.2247 0.2480 0.3137
106 0.1591 0.1891 0.2236 0.2469 0.3123
107 0.1584 0.1882 0.2226 0.2458 0.3109
108 0.1576 0.1874 0.2216 0.2446 0.3095
109 0.1569 0.1865 0.2206 0.2436 0.3082
110 0.1562 0.1857 0.2196 0.2425 0.3068
111 0.1555 0.1848 0.2186 0.2414 0.3055
112 0.1548 0.1840 0.2177 0.2403 0.3042
113 0.1541 0.1832 0.2167 0.2393 0.3029
114 0.1535 0.1824 0.2158 0.2383 0.3016
115 0.1528 0.1816 0.2149 0.2373 0.3004
116 0.1522 0.1809 0.2139 0.2363 0.2991
117 0.1515 0.1801 0.2131 0.2353 0.2979
118 0.1509 0.1793 0.2122 0.2343 0.2967
119 0.1502 0.1786 0.2113 0.2333 0.2955
120 0.1496 0.1779 0.2104 0.2324 0.2943
121 0.1490 0.1771 0.2096 0.2315 0.2931
122 0.1484 0.1764 0.2087 0.2305 0.2920
123 0.1478 0.1757 0.2079 0.2296 0.2908
124 0.1472 0.1750 0.2071 0.2287 0.2897
125 0.1466 0.1743 0.2062 0.2278 0.2886
126 0.1460 0.1736 0.2054 0.2269 0.2875
127 0.1455 0.1729 0.2046 0.2260 0.2864
128 0.1449 0.1723 0.2039 0.2252 0.2853
129 0.1443 0.1716 0.2031 0.2243 0.2843
130 0.1438 0.1710 0.2023 0.2235 0.2832
131 0.1432 0.1703 0.2015 0.2226 0.2822
132 0.1427 0.1697 0.2008 0.2218 0.2811
133 0.1422 0.1690 0.2001 0.2210 0.2801
134 0.1416 0.1684 0.1993 0.2202 0.2791
135 0.1411 0.1678 0.1986 0.2194 0.2781
136 0.1406 0.1672 0.1979 0.2186 0.2771

88
Lampiran 3: Nilai Rata-Rata Tingkat Kepuasan

Pertanyaan X Y X2 Y2 XY

P1 512 9747 2123 712415 37897

P2 499 9747 1941 712415 36425

P3 491 9747 1883 712415 35927

P4 499 9747 1949 712415 36250

P5 500 9747 1922 712415 36427

P6 488 9747 1858 712415 35797

P7 525 9747 2123 712415 38288

P8 477 9747 1757 712415 34972

P9 530 9747 2140 712415 38524

P10 532 9747 2182 712415 38869

P11 513 9747 2021 712415 37310

P12 483 9747 1843 712415 35483

P13 461 9747 1691 712415 33858

P14 435 9747 1501 712415 31912

P15 454 9747 1632 712415 33421

P16 470 9747 1702 712415 34170

P17 490 9747 1868 712415 35858

P18 427 9747 1493 712415 31415

P19 414 9747 1416 712415 30553

P20 538 9747 2254 712415 39059

89
Lampiran 4: Nilai Rata-Rata Tingkat Harapan

Pertanyaan X Y X2 Y2 XY

P1 613 12255 2829 1117233 55813

P2 608 12255 2784 1117233 55441

P3 610 12255 2802 1117233 55551

P4 604 12255 2762 1117233 55147

P5 621 12255 2887 1117233 56471

P6 612 12255 2816 1117233 55780

P7 623 12255 2909 1117233 56697

P8 614 12255 2842 1117233 55985

P9 610 12255 2810 1117233 55736

P10 610 12255 2800 1117233 55944

P11 613 12255 2835 1117233 55880

P12 614 12255 2824 1117233 55864

P13 609 12255 2803 1117233 55560

P14 602 12255 2740 1117233 55035

P15 607 12255 2769 1117233 55314

P16 597 12255 2711 1117233 54560

P17 612 12255 2818 1117233 55855

P18 623 12255 2915 1117233 56767

P19 631 12255 2987 1117233 57538

P20 622 12255 2912 1117233 56695

90
Lampiran 5: Uji Validitas

r Hitung Keterangan

No Butir Tingkat Tingkat r Tabel Tingkat Tingkat


Pertanyaan Harapan Harapan
Kepuasan Kepuasan

1 P1 0,7306 0,6228 0,1672 Valid Valid

2 P2 0,5360 0,7084 0,1672 Valid Valid

3 P3 0,5964 0,6319 0,1672 Valid Valid

4 P4 0,3807 0,7103 0,1672 Valid Valid

5 P5 0,4058 0,6286 0,1672 Valid Valid

6 P6 0,6756 0,7063 0,1672 Valid Valid

7 P7 0,5727 0,6613 0,1672 Valid Valid

8 P8 0,7284 0,6909 0,1672 Valid Valid

9 P9 0,5306 0,7861 0,1672 Valid Valid

10 P 10 0,6365 1,0738 0,1672 Valid Valid

11 P 11 0,4982 0,6657 0,1672 Valid Valid

12 P 12 0,6517 0,6541 0,1672 Valid Valid

13 P 13 0,6138 0,6890 0,1672 Valid Valid

14 P 14 0,5970 0,7993 0,1672 Valid Valid

15 P 15 0,6961 0,7016 0,1672 Valid Valid

16 P 16 0,4678 0,7750 0,1672 Valid Valid

17 P 17 0,6171 0,7777 0,1672 Valid Valid

18 P 18 0,5590 0,7067 0,1672 Valid Valid

19 P 19 0,6004 0,7744 0,1672 Valid Valid

20 P 20 0,3795 0,6930 0,1672 Valid Valid

91
Lampiran 6: Penentuan Atribut Pertanyaan

Dimensi Atribut Pertanyaan Atribut

Tangible Penampilan dosen yang terjaga dan selalu rapi secara keseluruhan T1
(Bukti Nyata)

Dosen menyampaikan silabus perkuliahan kepada mahasiswa pada pertemuan pertama Rel1

Dosen menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran di setiap pertemuan perkuliahan Rel2

Dosen melakukan perkuliahan sesuai prosedur (pendahuluan, inti, dan penutup) dan relevan Rel3
dengan tujuan pembelajaran

Dosen menggunakan metode yang tepat (diskusi, demonstrasi, dan simulasi) Rel4
Reliability
Dosen menguasai materi perkualiahan dengan baik Rel5
(Kehandalan)
Dosen menggunakan media pembelajaran dengan tepat Rel6

Materi yang diberikan dosen diiringi/imbangi dengan tugas yang tepat Rel7

Dosen memanfaatkan sumber belajar secara maksimal (buku, modul, jurnal, dll) Rel8

Dosen memenuhi jumlah tatap muka minimal 14 minggu dalam satu semester Rel9

Dosen melakukan penilaian dengan menggunakan perangkat tes (tulis, lisan, praktek, dll) Rel10
yang diujikan sesuai kompetensi

Responsive Dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai Res1

(Kesigapan) Dosen datang tepat waktu pada saat jam perkuliahan Res2

Dosen merespon dengan benar pertanyaan-pertanyaan mahasiswa Ass1

Assurance Proses pembelajaran yang diberikan dan dilakukan dosen dapat dicontoh/dituru mahasiswa Ass2

(Jaminan) Dosen melibatkan mahasiswa secara aktif dalam perkuliahan Ass3

Dosen memberikan toleransi pada saat anda terlambat datang Ass4

Dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan ditunda/tidak berjalan Em1


sesuai jadwal
Empathy
Dosen memberikan koreksi, umpan balik dan nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan Em2
(Perhatian) mahasiswa

Dosen menginformasikan hasil ujian dan tugas secara jelas dan transfaran Em3

92
Lampiran 7:Koefisien Validitas Berdasarkan Tiap Atribut

Koefisien Validitas Keterangan

Dimensi Atribut Tingkat Tingkat r Tabel Tingkat Tingkat


Kepuasan Harapan Kepuasan Harapan

Tangible T1 0,3795 0,6930 0,1672 Valid Valid

(Bukti nyata)

Rel1 0,7306 0,6228 0,1672 Valid Valid

Rel2 0,5360 0,7084 0,1672 Valid Valid

Rel3 0,5964 0,6319 0,1672 Valid Valid


Reliability Rel4 0,5756 0,7063 0,1672 Valid Valid
(Kehandalan) Rel5 0,5727 0,6613 0,1672 Valid Valid

Rel6 0,6265 1,0738 0,1672 Valid Valid

Rel7 0,4982 0,6657 0,1672 Valid Valid

Rel8 0,6517 0,6541 0,1672 Valid Valid

Rel9 0,5970 0,7993 0,1672 Valid Valid

Rel10 0,6171 0,7777 0,1672 Valid Valid

Responsive Res1 0,6004 0,7744 0,1672 Valid Valid

(Kesigapan) Res2 0,6961 0,7016 0,1672 Valid Valid

Ass1 0,5306 0,7861 0,1672 Valid Valid

Assurance Ass2 0,7284 0,6909 0,1672 Valid Valid

(Jaminan) Ass3 0,4058 0,6286 0,1672 Valid Valid

Ass4 0,3807 0,7103 0,1672 Valid Valid

Empathy Em1 0,6138 0,6890 0,1672 Valid Valid

(Perhatian) Em2 0,4678 0,7750 0,1672 Valid Valid

Em3 0,5590 0,7067 0,1672 Valid Valid

93
Lampiran 8: Kepuasan, Harapan, dan Gap Tiap Atribut

Customer Satisfaction

Dimensi Atribut Pertanyaan K H Gap

Tangible Penampilan dosen yang terjaga dan selalu rapi secara keseluruhan 3,95 4,57 -0,62

Dosen menyampaikan silabus perkuliahan kepada mahasiswa pada pertemuan pertama 3,76 4,50 -0,74

Dosen menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran di setiap pertemuan 3,66 4,47 -0,81
perkuliahan

Dosen melakukan perkuliahan sesuai prosedur (pendahuluan, inti, dan penutup) dan 3,61 4,48 -0,87
relevan dengan tujuan pembelajaran

Dosen menggunakan metode yang tepat (diskusi, demonstrasi, dan simulasi) 3,58 4,50 -0,92

Dosen menguasai materi perkualiahan dengan baik 3,86 4,58 -0,72


Reliability Dosen menggunakan media pembelajaran dengan tepat 3,91 4,48 -0,57

Materi yang diberikan dosen diiringi/imbangi dengan tugas yang tepat 3,77 4,50 -0,73

Dosen memanfaatkan sumber belajar secara maksimal (buku, modul, jurnal, dll) 3,55 4,51 -0,96

Dosen memenuhi jumlah tatap muka minimal 14 minggu dalam satu semester 3,19 4,42 -1,23

Dosen melakukan penilaian dengan menggunakan perangkat tes (tulis, lisan, praktek, dll) 3,60 4,50 -0,90
yang diujikan sesuai kompetensi

Responsive Dosen selalu membantu dan mengarahkan dalam meminta perbaikan nilai 3,04 4,63 -1,59

Dosen datang tepat waktu pada saat jam perkuliahan 3,33 4,48 -1,15

Dosen merespon dengan benar pertanyaan-pertanyaan mahasiswa 3,89 4,48 -0,59

Assurance Proses pembelajaran yang diberikan dan dilakukan dosen dapat dicontoh/dituru mahasiswa 3,50 4,51 -1,01

Dosen melibatkan mahasiswa secara aktif dalam perkuliahan 3,67 4,56 -0,89

Dosen memberikan toleransi pada saat anda terlambat datang 3,66 4,44 -0,78

Dosen menginformasikan kepada mahasiswa apabila perkuliahan ditunda/tidak berjalan 3,38 4,47 -1,09
sesuai jadwal
Empathy
Dosen memberikan koreksi, umpan balik dan nilai pada latihan/tugas yang dikerjakan 3,45 4,38 -0,93
mahasiswa

Dosen menginformasikan hasil ujian dan tugas secara jelas dan transfaran 3,13 4,58 -1,45

94
Lampiran 9: Pengukuran Baseline Kinerja Pada Tingkat Outcome

Berdasarkan Atribut

Atribut r Tingkat r Tingkat GAP Target Tingkat DPMO Nilai


Kepuasan Harapan Kepuasan Kepuasan Sigma

T1 3,95 4,57 -0,62 5 79% 210.000 2,29

Rel1 3,76 4,50 -0,74 5 75% 250.000 2,25

Rel2 3,66 4,47 -0,81 5 73% 270.000 2,23

Rel3 3,61 4,48 -0,87 5 72% 280.000 2,22

Rel4 3,58 4,50 -0,92 5 71% 290.000 2,21

Rel5 3,86 4,58 -0,72 5 77% 230.000 2,23

Rel6 3,91 4,48 -0,57 5 78% 220.000 2,28

Rel7 3,77 4,50 -0,73 5 75% 250.000 2,25

Rel8 3,55 4,51 -0,96 5 71% 290.000 2,21

Rel9 3,19 4,42 -1,23 5 63% 370.000 2,13

Rel10 3,60 4,50 -0,90 5 72% 280.000 2,22

Res1 3,04 4,63 -1,59 5 60% 400.000 2,10

Res2 3,33 4,48 -1,15 5 66% 340.000 2,16

Ass1 3,89 4,48 -0,59 5 77% 230.000 2,27

Ass2 3,50 4,51 -1,01 5 70% 300.000 2,20

Ass3 3,67 4,56 -0,89 5 73% 270.000 2,23

Ass4 3,66 4,44 -0,78 5 73% 270.000 2,23

Em1 3,38 4,47 -1,09 5 67% 330.000 2,17

Em2 3,45 4,38 -0,93 5 69% 310.000 2,19

Em3 3,13 4,58 -1,45 5 62% 380.000 2,12

Mean 3,57 4,50 -0,92 5 71% 307.000 2,20

95
Lampiran 10: SOP Evaluasi Perkuliahan
SOP EVALUASI Dibuat Oleh Emirio Alvy Rezky
PERKULIAHAN
Direvisi Oleh -

Tanggal 18/12/2015 Disetujui -


Pembuatan Oleh

Revisi - Jumlah Hal. 3


Terakhir

1. TUJUAN
Prosedur untuk evaluasi perkuliahan bertujuan untuk mengevaluasi mata
kuliah yang sedang diambil agar mahasiswa lebih terarah dan termotivasi.

2. RUANG LINGKUP
Prosedur evaluasi perkuliahan meliputi tentang tata caramelakukan
evaluasi perkuliahan dimulai dari absensi, tugas-tugas dan ujian.

3. SARANA
1. Lembar soal atau tugas perkuliahan

4. DEFINISI
Evaluasi perkuliahan adalah proses untuk membimbing mahasiswa
dalam memperbaiki perkuliahan yang sedang dijalaninya. Evaluasi
perkuliahan sangat membantu mahasiswa pada saat mahasiswa mengalami
nilai tugas atau ujian yang kurang memuaskan.

96
5. PROSEDUR
1. Mahasiswa menghadap dosen untuk menanyakan perkuliahan yang
dijalaninya
2. Dosen memperlihatkan hasil perkuliahan mahasiswa
3. Untuk memperbaiki perkuliahan mahasiswa disarankan untuk
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen
4. Mahasiswa mengisi tugas yang diberikan dosen
5. Mahasiswa menemui dosen untuk mengumpulkan tugas yang sudah
selesai dikerjakan
6. Dosen memberikan nilai dari tugas yang diberikan
7. Dosen memberitahukan kepada mahasiswa bahwa nilai perkuliahan
mahasiswa tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dosen
8. Evaluasi perkuliahan selesai.

97
Lampiran 11: Diagram Alir Proses Evaluasi Perkuliahan
STANDAR OPERATING Kode :
PROSEDURE

Nama SOP : EVALUASI PERKULIAHAN Tanggal Dikeluarkan :

UNIT PENDIDIKAN DAN JAMINAN MUTU No. Revisi :

No Kegiatan Mahasiswa Dosen

1 Mahasiswa menghadap dosen untuk


menanyakan perkuliahan yang dijalaninya
2 Dosen memperlihatkan hasil perkuliahan
mahasiswa
3 Untuk memperbaiki perkuliahan mahasiswa
disarankan untuk mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan dosen
4 Mahasiswa mengisi tugas yang diberikan
dosen
5 Mahasiswa menemui dosen untuk
mengumpulkan tugas yang sudah selesai
dikerjakan
6 Dosen memberikan nilai dari tugas yang
diberikan
7 Dosen memberitahukan kepada mahasiswa
bahwa nilai perkuliahan mahasiswa tersebut
sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
dosen
8 Evaluasi perkuliahan selesai

98
Lampiran 12: SOP Ujian Remedial

SOP UJIAN REMEDIAL Dibuat Oleh Emirio Alvy Rezky

Direvisi Oleh -

Tanggal 18/09/2015 Disetujui -


Pembuatan Oleh

Revisi - Jumlah Hal. 3


Terakhir

1. TUJUAN
Prosedur untuk perbaikan nilai yang kurang baik bertujuan untuk
memperbaiki nilai yang kurang baik dengan cara ujian perbaikan.

2. RUANG LINGKUP
a. Prosedur perbaikan nilai meliputi penyajian informasi tentang tata
cara syarat-syarat perbaikan nilai.
b. Perbaikan nilai hanya bisa dilakukan pada nilai D terkecuali apabila
dosen keliru dalam melakukan penilaian

3. SARANA
a. KRS bukti nilai yang kurang baik
b. Form perbaikan nilai

4. DEFINISI
Perbaikan nilai adalah proses perbaikan nilai yang kurang baik apabila
mahasiswa mengalami nilai yang kurang baik untuk segera menemui
dosen yang bersangkutan untuk meminta perbaikan nilai dengan cara ujian
perbaikan yang bertujuan mendapatkan nilai baru.

99
5. PROSEDUR
1. Mahasiswa menghadap dosen untuk menanyakan nilai yang kurang
baik
2. Dosen memperlihatkan hasil evaluasi mahasiswa
3. Untuk perbaikan nilai mahasiswa disarankan ikut ujian perbaikan dan
meminta form perbaikan nilai ke TU
4. Mahasiswa kembali menghadap dosen untuk meminta ujian perbaikan
untuk mendapatkan nilai baru atau menggantikan nilai yang kurang
baik
5. Mahasiswa mengisi lembar ujian perbaikan
6. Setelah selesai mengisi soal ujian perbaikan mahasiswa kembali
menghadap dosen untuk menyerahkan jawaban dari soal yang
diberikan dosen
7. Dosen mengoreksi hasil jawaban ujian perbaikan mahasiswa
8. Setelah hasil jawaban dikoreksi dosen memberikan nilai baru dan
menandatangani form perbaikan nilai
9. Mahasiswa mengumpulkan form perbaikan nilai di TU dan TU
mengentri atau memasukan nilai baru.

100
Lampiran 13: Diagram Alir Proses Ujian Remedial
STANDAR OPERATING Kode :
PROSEDURE

Nama SOP : UJIAN REMEDIAL Tanggal Dikeluarkan :

UNIT PENDIDIKAN DAN JAMINAN MUTU No. Revisi :

No Kegiatan Mahasiswa Dosen TU Siakad

1 Dosen mengumumkan nilai ke papan


pengumuman sebelum batas
pengentrian nilai di siakad
2 Mahasiswa melihat nilai di papan tulis
atau papan pengumuman
3 Mahasiswa mengajukan perbaikan nilai

4 Mahasiswa mengambil form perbaikan


nilai di TU
5 Mahasiswa mengisi form perbaikan
nilai didepan dosen
6 Dosen memberikan ujian remedial
(tugas atau ujian remedial)
7 Mahasiswa mengerjakan tugas atau
melaksanakan ujian remedial
8 Dosen mengoreksi tugas atau ujian
remedial
9 Dosen menggabungkan nilai sebelum
ditambah nilai remedial

10 Dosen mengentri nilai di siakad

101
Lampiran 14: SOP Komplain Nilai

SOP KOMPLAIN NILAI Dibuat Oleh Emirio Alvy Rezky

Direvisi Oleh -

Tanggal 18/09/2015 Disetujui -


Pembuatan Oleh

Revisi - Jumlah Hal. 3


Terakhir

1. TUJUAN
Prosedur untuk perbaikan nilai dosen salah entri bertujuan untuk
memperbaiki nilai yang kurang baik atau melakukan komplain kepada
dosen dengan nilai yang diterima mahasiswa.

2. RUANG LINGKUP
a. Prosedur perbaikan nilai dosen salah entri meliputi penyajian
informasi tentang tata cara syarat-syarat komplain atau perbaikan
nilai.
b. Komplain nilai hanya bisa dilakukan apabila dosen keliru dalam
melakukan penilaian

3. SARANA
c. KRS bukti nilai yang kurang baik
d. Form perbaikan nilai

4. DEFINISI
Komplain nilai adalah proses perbaikan nilai yang kurang baik apabila
mahasiswa mengalami nilai yang kurang baik untuk segera menemui
dosen yang bersangkutan untuk menanyakan nilai yang kurang baik
dengan cara komplain nilai.

102
5. PROSEDUR
1. Mahasiswa menghadap dosen untuk menanyakan nilai atau komplain
nilai yang kurang baik
2. Dosen melihat data hasil perkuliahan mahasiswa
3. Untuk perbaikan nilai mahasiswa disarankan meminta form perbaikan
nilai ke TU
4. Mahasiswa mengisi form perbaikan nilai
5. Dosen mengisi nilai baru yang salah di entri
6. Mahasiswa menyerahkan form komplain nilai baru ke TU
7. TU mengentri atau memasukan nilai baru.

103
Lampiran 15: Diagram Alir Proses Komplain Nilai
STANDAR OPERATING Kode :
PROSEDURE

Nama SOP : KOMPLAIN NILAI Tanggal Dikeluarkan :

UNIT PENDIDIKAN DAN JAMINAN MUTU No. Revisi :

No Kegiatan Mahasiswa Dosen TU Siakad

1 Mahasiswa menghadap dosen


untuk menanyakan nilai atau
komplain nilai yang kurang
baik
2 Dosen melihat data hasil
perkulihann mahasiswa
3 Untuk perbaikan nilai
mahasiswa disarankan
meminta form perbaikan nilai
ke TU
4 Mahasiswa mengisi form
perbaikan nilai didepan dosen
5 Dosen mengisi nilai baru
yang salah di entri di depan
mahasiswa
6 Mahasiswa menyerahkan
form komplain nilai baru ke
TU
7 TU mengentri atau
memasukan nilai baru

104
Emirio Alvy Rezky dilahirkan di Desa Pantaimakmur

Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi pada tanggal 14Januari 1993 dari ayah

yang bernama Tajudin Abdullah dan ibu bernama Siti Rocmani. Penulis

merupakan anak ke Dua dari Empat bersaudara. Penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar di MIAttaqwa 34 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian

Penulis melanjutkan pendidikan di MTs Attaqwa 07 dan tamat pada tahun 2007.

Penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Tarumajayadan lulus pada tahun

2010. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan kuliah diJurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta tamat tanggal 26 Januari 2016.

105

Anda mungkin juga menyukai