Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila sebagai sebuah ideologi hanya seperti sebuah formalitas. Ia ada


hanya menjadi sebuah pelengkap, tetapi perjalanan hidup masyarakatnya sendiri
terkadang jauh dari nilai-nilai Pancasila. Terkadang bukan hanya salah
masyarakat sendiri, melainkan juga salah pemerintah yang kurang menanamkan
dan memberi teladan penerapan nilai-nilai Pancasila pada masyarakatnya.
Pancasila saat ini sudah mulai dilupakan bahkan dianggap tidak sesuai dengan
perkembangan jaman. Elemen masyarakat, bahkan yang sangat disayangkan para
pemangku kepentingan sendiri tidak memahami nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila itu sendiri. Lalu adakah yang bisa menjamin tingkah laku mereka sesuai
dengan kepribadian Pancasila?

Apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi yang semakin


memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat luar, masuknya
paham, nilai, pandangan, doktrin yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia masuk tanpa adanya filter. Belum lagi, masa lalu kelam Bangsa
Indonesia, yakni rongrongan paham-paham komunis yang juga ternyata pada saat
ini masih tumbuh subur di masyarakat. Yang dikhawatirkan paham-paham ini
tidak kemudian menampakkan dirinya ke permukaan, akan tetapi mereka
melakukan operasi-operasi bawah tanah yang tertutup, masuk dalam sistem dan
suatu saat dengan kekuatan penuh mereka akan menampakkan dirinya. Hal ini
juga harus mendapatkan perhatian serius oleh semua elemen masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa dampak positif dan negatif pancasila menghadapi tantangan abad?

2. Bagaimana peran pancasila menghadapi tantangan abad?

1.3 Tujuan penulisan

1. Mengetahui dampak positif dan negatif pancasila menghadapi tantangan


abad

2. Mengetahui peran pancasila menghadapi tantangan abad

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya
globalisasi batasan- batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga
berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat.

Untuk menyamakan pemahaman, perlu dikutip sebuah referensi dari :

“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era
globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap
sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh
anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni
Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari
Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di
Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.

Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka,


yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat
bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan
adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak
cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut,
sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah
terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari.

Kemudian Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono,


M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan
pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang
mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme,
konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan

2
intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya
tarik pembelajaran Pancasila.

Dan Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang


terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya
kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial
yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa
Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai
Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.

Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi


implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan
masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui


pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di
semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada
kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). Menanggapi pernyataan
Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr.
Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan
diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri
bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak.

Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan


otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar
warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat
merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta
meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.

3
“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah
Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila
ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia
Prof. Dr. Hamdi Moeloek.

Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan


nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi
menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-
nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya
saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan
bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam
ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh
agama, etnik, dan kepentingan.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Positif dan Negatif Pancasila Menghadapi Tantangan abad

Globalisasi banyak berdampak negatif bagi pancasila. Namun tentu masih


terdapat juga dampak positif dari globalisasi, seperti adanya globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula
irasional menjadi rasional. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong
untuk berpikir lebih maju. Kita sebagai warga negara indonesia tentunya harus
tetap menjaga dan melestarikan pancasila dengan cara menerapkan dan menjalani
nilai-nilai pancasila, memahami apa pentingnya pancasila, serta menanamkan
pada diri sendiri bahwa pancasila merupakan jati diri bangsa yang harus di
pertahankan kekokohannya. Dengan menjalankan hal tersebut, di harapkan
Pancasila tetap menjadi pandangan yang memiliki nilai besar di dalam negara dan
tidak akan pernah luntur meski perkembangan zaman terus berubah

Pengaruh globalisasi terhadap pancasila ialah berdampak pada bangsa dan


individu. Salah satu nya munculnya sifat sikap Individualistik. Masyarakat merasa
dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk sosial, Gaya Hidup Kebarat-Baratan. Tidak semua budaya
Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain, kesenjangan sosial.

Era globalisasi banyak memunculkan berbagai alat teknologi modern yang


mendatangkan budaya luar masuk ke Indonesia dan menjadi suatu hal yang bisa di
ikuti . Masuknya era globalisasi ini membuat banyaknya fenomena di mana sudah
tidak adanya batasan, yang seakan memudar dikarenakan terjadi berbagainya
perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehingga saat ini kebanyakan masyarakat itu tumbuh di atas
kepribadian bangsa asing. Mereka kehilangan jati diri yang sudah jelas tergambar

5
dari nilai-nilai luhur Pancasila. Pemahaman masyarakat terhadap pancasila sudah
sangat berbeda jauh.

3.2 Peran Pancasila Menghadapi Tantangan Abad

Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan


komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan
kaidah yang sama. Dengan kata lain, kultur-kultur yang berbeda antar bangsa
seolah melebur menjadi satu. Globalisasi kemudian menyentuh aspek-aspek
penting kehidupan manusia dan menciptakan tantangan baru dalam upaya untuk
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Menurut Suparlan (2012),
dampak negatif adanya globalisasi di antaranya adalah kemungkinan terjadinya
pergeseran dan pertentangan nilai yang dapat menyebabkan perubahan gaya hidup.

Pancasila merupakan dasar ideologi negara yang mengandung nilai-nilai


budaya sejak zaman nenek moyang dulu. Pancasila disusun dari lima sendi utama
yang diusulkan oleh para pendiri bangsa dengan memikirkan kepentingan negara.
Ideologi memainkan peran penting dalam integrasi suatu negara, terutama pada
negara-negara berkembang (Ubaidillah, 2000), sehingga tidak merupakan hasil
pemikiran dari satu golongan saja, namun nilai-nilai kebudayaan seluruh
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila berisi nilai-nilai bangsa
Indonesia yang juga harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara kemudian dihadapkan pada fenomena


globalisasi. Globalisasi membawa tatanan baru dengan menghapus batas antar
negara. Dampak negatif dapat terasa jika banyak budaya asing masuk ke
Indonesia lalu menggerus nilai-nilai asli bangsa Indonesia. Sebagai contoh,
globalisasi ini telah mempengaruhi salah satu aspek budaya kita, yaitu gotong
royong (Tinggi et al., 2011). Globalisasi membawa Indonesia pada masyarakat
yang lebih individualis. Padahal, seperti yang kita ketahui, gotong-royong
merupakan konsep yang dijunjung tinggi oleh para pendahulu kita melalui sila
keempat.

6
Pancasila memiliki kedudukan yang tetap sebagai ideologi, artinya isinya
tidak boleh diubah-ubah. Namun, bukan berarti Pancasila akan menjadi kuno.
Pancasila sendiri memiliki sifat yang lebih terbuka dan tidak tertutup terhadap
perubahan pola kehidupan yang terjadi pada masyarakat. Pancasila bersifat aktual
dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Yang dimaksud
“menyesuaikan diri” di sini tidak berarti bahwa Pancasila harus mengubah nilai
yang dikandungnya, tetapi ia mampu mengeksplisitkan wawasan secara konkret,
sehingga mempertajam kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah
teraktual. Maka dari itu, interpretasi ideologi harus dilaksanakan secara rasional
dan kritis dengan menghadapkan berbagai masalah dan berbagai pandangan hidup
yang silih berganti, sehingga terungkap makna operasionalnya.

Di era globalisasi, dunia seakan berubah menjadi sebuah komunitas global


dimana setiap anggotanya saling berinteraksi satu sama lain tanpa memandang
apakah negara tersebut maju atau berkembang, desa atau kota, semuanya akan
berinteraksi. Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia masih harus berjuang
untuk peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Keadaan yang dimiliki setiap anggota
berbeda, dan hal inilah yang menjadi alasan mengapa Indonesia tidak dapat maju
jika mengikuti negara lain yang memiliki kondisi ataupun kebiasaan berbeda. Apa
yang dianggap baik bagi kita belum tentu baik bagi pihak lain, begitupun
sebaliknya. Berpegang teguh pada nilai bangsa yang tercantum pada Pancasila
mendorong negara untuk memahami kelemahan serta kekuatan dirinya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Talcott Parsons (2007) dalam bukunya yang
berjudul Social System (Sistem Sosial). Parsons berpendapat bahwa ada empat
paradigma fungsi yang harus terus dilakukan agar masyarakat tetap eksis dan
lestari. Pertama, masyarakat perlu memelihara sistem nilai budaya yang dianut. Di
Indonesia, kasusnya terjadi pada pemeliharaan Pancasila sebagai pedoman budaya
masyarakat. Kedua, masyarakat harus mampu menyesuaikan dengan perubahan,
yang dalam tulisan ini adalah globalisasi. Ketiga, terdapat fungsi integrasi dari
unsur masyarakat yang beragam secara terus-menerus. Integrasi dapat terjadi
apabila seluruh lapisan masyarakat memiliki pedoman kehidupan yang sama,
yakni Pancasila. Terakhir, masyarakat perlu memiliki tujuan bersama yang lahir

7
dari Pancasila dan terus-menerus diperbaiki oleh pemimpin dan dinamika
masyarakatnya.

Pada kenyataannya, kita harus mengakui bahwa Pancasila sendiri belum


mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Penghayatan dan pemahaman
akan nilai Pancasila belum benar-benar diresapi, dibuktikan dengan banyaknya
implementasi budaya asing yang tidak pas dengan budaya Indonesia. Pancasila
perlu disosialisasikan dan ditanamkan kembali, khususnya bagi anak muda dalam
prosesnya untuk mengembangkan dirinya untuk menjadi masyarakat yang modern
dan dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu tantangan terberat dalam
melawan arus negatif globalisasi adalah menyiapkan pendidikan bagi anak muda
yang akan melakukan pembangunan Indonesia di masa mendatang. Diharapkan
kemajuan negara Indonesia kelak dapat sesuai dengan visi dan misi yang telah
dituangkan para pembela negara pada Pancasila.

Pancasila memiliki peranan penting sebagai filter (penyaring) nilai-nilai baru.


Rakyat Indonesia perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap
perkembangan zaman, tetapi Pancasila diperlukan untuk mempertahankan nilai
budaya asli. Pancasila dapat digunakan untuk memilah mana saja nilai yang dapat
diserap untuk kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, Pancasila tidak kaku dan menutup jalan bagi adanya perubahan. Pancasila
justru memberi kesempatan bagi nilai-nilai baru untuk tumbuh dalam negara
dengan tetap berada di bawah kepribadian bangsa

Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan


patriotism di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang dilakukan
harus selalu didasrakan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila
yang antara sila satu yang lain saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu
kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan
bersikap bertindak dan bertingkah laku. Berbagai tantangan sudah dialamai
bangsa Indonesia untuk menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan

8
keyakinan kita bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai
ideologi sejati di negara Indonesia.

Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap bertindak dan
bertutur kata yang sesuai dengan norma Pancasila. Seringkali kita mendengar
demonstrasi-demonstrasi yang anarkhis dilakukan mahasiswa mengatasnamakan
perjuangan atas nama rakyat yang ujung2nya pengrusakan fasilitas-fasilitas
pemerintah, membakar mobil dan lain-lain. Juga terjadinya kerusuhan-kerusuhan
pertandingan sepak bola yang dilakukan oleh suporter masing- masing
kesebelasan yang merasa tidak puas akan kekalahan timnya. Dan juga tawuran
pelajar masih juga terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia.

Mengapa pancasila menjadi ideologi bangsa indonesia? seperti yang kita tahu
penerapan pancasila sebagai ideologi negara adalah dengan hidup rukun dan
saling toleransi. Visi dari pancasila adalah menjunjung tinggi ketuhanan,
kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai
ideologi negara? karena pancasila diangkat dari nilai istiadat, religius, dan
kebudayaan yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat indonesia.

Pancasila juga bisa dijadikan prinsip hidup berbangsa ditengah derasanya


perkembangan teknologi yang makin berkembang. Dan sebagai generasi milenial
kita harus bisa mengamalkan nilai nilai yang ada di Pancasila. Penanaman nilai
pancasila kepada generasi milenial membuat mereka semakin pintar, adil,
toleransi dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Kedudukan
pancasila sendiri sangatlah penting dalam kehidupan bernegara, yaitu sebagai jiwa
bangsa indonesia, menjadi pribadi bangsa indonesia, sebagai dasar negara, dan
menjadi sumber dari segala hukum. Pancasila juga mengalami perubahan saat
masa orde lama, orde baru, dan masa reformasi. Makna pancasila dalam ideologi
negara adalah nilai yang terkandung dalam pancasila dijadikan acuan dalam
mencapai suatu yang diinginkan, dan nilai yang ada di pancasila juga merupakan
kesepakatan bersama.

Peran pancasila di era milenial sangatlah penting. Tapi bisa kita lihat
sekarang banyak sekali generasi milenial yang tidak mengamalkan nilai nilai yang

9
terkandung di dalam pancasila di kehidupan sehari hari. Banyak generasi muda
yang menyepelekan pentingnya nilai nilai pancasila, tidak hanya generasi muda
tapi masi banyak sekali warga indonesia yang menyepelekan hal itu.

Di zaman seperti ini rakyat indonesia seperti lupa dengan jati dirinya, nilai
pancasila perlahan - lahan mulai dilupakan. Masyarakat indonesia khususnya
generasi Milenial mulai terbawa dengan zaman yang serba mudah ini. Hal ini
sangat lah buruk untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat seperti
melupakan perjuangan para pahlawan yang ingin memerdekakan Indonesia,
mereka malah asyik membanggakan budaya asing dan melupakan bangsa sendiri.

Generasi milenial adalah generasi yang berkembang dan berdampingan


dengan teknolgi. Kehidupan generasi ini terutama mengenai kehidupan sosial
sangat bergantung pada teknologi. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
internet membuat generasi milenial lebih memilih menggunkan internet sebagai
sumber informasi.

Tantangan pancasila di era globalisasi adalah masih melebarnya kesenjangan


sosial karena masih terjadi sentralisasi pembangunan ekonomi pada wilayah
tertentu. Semangat nasionalisme di generasi muda juga mulai menurun. Hal ini
bisa dilihat banyaknya generasi muda yang menganggap budaya barat lebih
modern daripada budaya sendiri. Kita sebagai masyarakat indonesia harus
bersikap tegas dengan menolak budaya yang bisa merusak tatanan nilai budaya
nasional.

Salah satu cara untuk menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia pada
era globalisasi ini tidak terlepas dari peran pancasila, selain itu dengan adanya
globalisasi juga dapat menghilangkan batasan-batasan antar negara satu dan
lainnya sehingga ketika tidak ada batasan tersebut beberapa kebudayaan dari
negara luar bisa dengan mudah masuk dan diterima oleh masyarakat Indonesia.

Meskipun begitu, tetap kita harus bisa memfilter dengan baik agar terasa
manfaat dari dampak globalisasi yakni dapat menambah wawasan dan

10
mempererat hubunggan antar negara serta tidak ada dampak negatif dari dampak
globalisasi tersebut. Oleh karena itu, generasi muda terutama pada era milenial
dan seterusnya sebagai pilar bangsa harus memiliki rasa patriotisme dan
nasionalisme agar tetap bertahan dengan nilai budaya bangsa Indonesia.

Dari banyaknya generasi, yang dikhususkan dan diutamakan untuk


ditanamkan nilai pancasila adalah generasi milenial dan setelahnya, hal tersebut
dikarenakan generasi milenial hidup dan berdampingan dengan berkembangnya
ilmu dan teknologi atau yang sering kita dengar dengan IPTEK.

Beberapa Penjelasan peran Pancasila :

3.2.1 Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral

Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila berkaitan dengan sikap moral


maupun tingkah laku semua warga Indonesia. Berbicara mengenai sikap moral
Lickona (2012:57) membaginya kedalam tiga komponen (component of good
character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling
atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Sikap
moral tersebut mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-
nilai kebaikan. Ketiga unsur moral tersebut bertujuan pada terbentuknya individu-
individu yang memiliki kematangan terhadap moral dalam kehidupannya.
Moralitas berujung pada tingkah laku yang ditampilkan oleh individu dalam
kehidupan kesehariannya yang mana seseorang dapat dikatakan memiliki karakter
apabila perilakunya sesuai dengan kaidah-kaidah moral.

Dalam wujud mengaktualisasikan Pancasila, yaitu bagaimana nilai-nilai


Pancasila dijabarkan dalam bentuk norma-norma dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta hubungannya dalam penyelenggaraan negara. Selain itu,
dalam mengaktualisasikan Pancasila juga diperlukan suatu kondisi yang dapat
menunjang terlaksananya proses aktualisasi Pancasila tersebut, baik kondisi yang
berkaitan dengan sikap setiap warga negara Indonesia dan wujud realisasi nilai-
nilai Pancasila. Kesepakatan kita sebagai suatu kesepakatan yang luhur untuk

11
mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila mengandung
konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara dan setiap sikap tingkah laku kita dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan lain perkataan, bagi bangsa Indonesia
mengaktualisasikan Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral.

3.2.2 Tantangan Penerapan Pancasila Pada Generasi Milenial

Semangat persatuan dan kesatuan merupakan bentuk dari semangat Pancasila


yang kemudian diterapkan dalam kehidupan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia. Pancasila
merupakan suatu nilai yang memberikan dasar-dasar yang bersifat Fundamental
dan Universal baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan begitu, Pancasila dijadikan pedoman pada generasi milenial untuk tetap
menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Pesatnya perkembangan ilmu teknologi menjadi kekhawatiran terbesar dalam


perubahan karakter dan juga tingkah laku generasil milenial. Generasi milienial
atau generasi Y (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat ini berumur
antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif.

Generasi ini akan memainkan peranan penting dalam keberlangsungan


kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi milenial memiliki semangat
produktivitas yang tinggi serta memiliki relasi yang baik antar generasi lainnya.
Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung
menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat mudah dipengaruhi oleh
trend dan budaya luar. Hal inilah yang menjadi titik
kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita.

Perkembanga teknologi masih menjadi hambatan untuk mendekatkan dan


menyatukan anak bangsa akibat dari tidak seimbangnya antara perilaku milenial

12
dengan penerapan Pancasila adalah ciri khas bangsa kita, seperti gotong royong
yang mulai memudar seirng berjalannya waktu. Hal ini menjadikan generasi
milenial menjadi yang individualis, serta kurangnya rasa Nasionalisme dan
Patriotisme.

Untuk membatasi diri dari pengkisisan jati diri bangsa akibat pesatnya
perkembangan teknologi dan upaya-upaya memecah bangsa, maka bangsa ini
harus kembali kepada Pancasila. Langkah antisipasi ini dapat dilakukan dengan
cara : Pendidikan Agama yang harus menjadi peranan penting untuk membentuk
ketakwaan pada diri generasi muda Indonesia, pendidikan Pancasila yang harus
ditanamkan sehingga dapat menjadi pedoman dan landasan bagi generasi muda,
menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk
membangkitkan semangat Pancasila, menanamkan dan melaksanakan ajaran
agama dan keyakinan dengan sebaik-baiknya, menumbuhkan semangat
nasionalisme, contohnya mencintai produk dalam negeri, dan yang terakhir adalah
lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, maupun
budaya bangsa

Sosialisasi tentang nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan agar generasi


milenial yang akan menjadi penerus bangsa ini tidak lupa dan bisa terus menjaga
jati diri Bangsa Indonesia. Mengingat bahwa di era industri 4.0 ini, para generasi
millenial akan dituntut untuk berlomba-lomba menciptakan inovasi dan juga
berpikiran kreatif sehingga dikhawatirkan banyak remaja akan mulai melupakan
jati diri Bangsa Indonesia. Berkembangnya ilmu teknologi menjadi pengaruh
terbesar dalam perubahan karakter dan juga tingkah laku generasi milenial. Akibat
dari perkembangan ilmu teknologi tersebut, pancasila kini sedikit demi sedikit
mulai tergerus oleh globalisasi.

3.1.4 Pengaruh Pancasila Terhadap Kehidupan Bermasyarakat

Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambang dan hanya menjadi
formalitas yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia. Kehadiran Pancasila pada
saat ini bukan berasal dari hati nurani bangsa Indoensia. Bukti dari semua itu
adalah tidak aplikatifnya sila-sila yang terkandung pada Pancasila dalam

13
kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan realita yang ada dalam masyarakat,
aplikasi sila-sila Pancasila jauh dari harapan. Banyaknya kerusuhan yang berlatar
belakang SARA (suku, ras, dan antargolongan), adanya pelecehan terhadap hak
azasi manusia, gerakan separatis, lunturnya budaya musyawarah, serta ketidak
adilan dalam masyarakat membuktikan tidak aplikatifnya Pancasila. Adanya hal
seperti ini menjauhkan harapan terbentuknya masyarakat yang sejahtera, aman,
dan cerdas yang diidamkan melalui Pancasila.

Sebenarnya bangsa Indonesia bisa berbangga dengan Pancasila, sebab


Pancasila merupakan ideologi yang komplit. Bila dibandigkan dengan pemikiran
tokoh nasionalis Cina, dr. Sun Yat Sen, Pancasila jauh lebih unggul. Sun Yat Sen
meunculkan gagasan tentang San Min Chu I yang berisi tiga pilar,yaitu
nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Gagasan Sun Yat Sen ini mampu
mengubah pemikiran bangsa Cina di selatan.Dengan gagasan ini, Sun Yat Sen
telah mampu mewujudkan Cina yang baru, modern, dan maju. Apabila San Min
ChuI-nya Sun Yat Sen mampu untuk mengubah bangsa yang sedemikian besar,
seharusnya Pancasila yang lebih komplit itu mampu untuk mengubah Indonesia
menjadi lebih baik.

Di Indonesia, sejak diresmikannya Pancasila sampai sekarang, penerapan


Pancasila masih ‘jauh bara dari api’. Yang terjadi pada saat ini bukan penerapan
Pancasila, melainkan pergeseran Pancasila.Ketuhanan yang menjadi pilar utama
moralitas bangsa telah diganti dengan keuangan. Kemanusiaan yang akan
mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal telah digantikan dengan kebiadaban
dengan banyaknya pelanggaran terhadap hak azasi manusia. Persatuan yang
seharusnya ada sekarang telah berubah menjadi embrio perpecahan dan
disintegrasi. Permusyawarahan sebagai sikap kekeluargaan berubah menjadi
kebrutalan. Sementara itu, keadilan sosial berubah menjadi keserakahan.

Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga


dilakukan oleh pihak penguasa. Pada masa tertentu, secara sistematis Pancasila
telah dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasaan. Tindakan
yang dilakukan terhaap Pancasila ini turut menggoncang eksistensi Pancasila.
Pancasila seakan-akan momok yang menakutkan, sehingga oleh sebagian

14
masyarakat dijadikan sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan salah satu
pihak.

Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah


bermetamorfosa dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing
Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan
berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang
membahayakan potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik
Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal,
gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan sendirinya akan menjadi
gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai manusia dan warga bangsa
dan negara Indonesia.

Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu


sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain
memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan
pencapaian masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa
Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati
Pancasila sebagai warisan budaya bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal,
sehingga pengamalannya merupakan tuntutan batin dan nalar setiap manusia
Indonesia.

Dari berbagai kenyataan di atas timbul berbagai pertanyaan, apakah pancasila


sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kalau pancasila
masih cocok di Indonesia, dalam hal ini siapa yang salah, bagaimana membangun
Indonesia yang lebih baik sehingga sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam makalah ini dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :

Globalisasi dengan segala dampak yang ditimbulkannya bagi bangsa Indonesia


semestinya memberikan pengaruh positif. Oleh karena itu tantangan nyata bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dihadapi saat ini adalah
bagaimana merespon tantangan abad dengan pedoman pada nilai etika pancasila
sebagai warisan budaya luhur bangsa indonesia. pancasila harus diyakini oleh
seluruh elemen masyarakat sebagai nilai-nilai moralitas sehingga arus globalisasi
tetap terjawab dengan nilai Pancasila

16
DAFTAR PUSTAKA

https://humanitor.wordpress.com/2016/11/10/fungsi-dan-peran-pancasila/

https://www.kompasiana.com/image/dithameifa12/6140bfab010190425b2049d2/per
an-pancasila-di-era-milenial

http://lpmedentsundip.com/pancasila-dan-perannya-dalam-menghadapi-arus-
globalisasi/

https://www.google.co.id/amp/s/yoursay.suara.com/amp/kolom/2021/06/06/184043
/pengaruh-globalisasi-terhadap-nilai-nilai-pancasila

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10775/7 Syifa Siti


Aulia.pdf?sequence=1&isAllowed=y

17

Anda mungkin juga menyukai