Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan persamaan.  Pertukaran tersebut
dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa  seperti  :  isyarat , ungkapan
emosional  , berbicara atau bahasa tulisan , tetapi dilakukan dengan melalui bicara.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam
penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan komunikasi pada anak usia balita?
2. Bagaimana bentuk komunikasi pra bicara pada anak balita?
3. Bagaimana peran bicara dalam komunikasi pada anak balita?
4. Bagaimana teknik komunikasi pada anak balita?
5. Bagaimana SP untuk anak balita?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan komunikasi pada anak usia balita.
2. Mengetahui bentuk komunikasi pra bicara pada anak balita.
3. Mengetahui peran bicara dalam komunikasi pada anak balita.
4. Mengetahui teknik komunikasi pada anak balita.
5. Mengetahui a SP untuk anak balita.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Komunikasi Pada Anak Usia Balita (3-5 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata
ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus
kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat
tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih
belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang
dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas
dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

2.2. Bentuk Komunikasi Pra Bicara

Sebelum anak  siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi
tertentu yang sifatnya sementara.

2
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari  kata-kata sebagai,
bentuk  komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra
bicara  atau   (prespeech) yakni  :  tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.
Bentuk  komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga  bentuk komunikasi pra
bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
a. Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama  yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia
luar.  Melalui  tangisan dia  memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas,
lelah , dan  kebutuhan untuk diperhatikan.    Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi
hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan.   Perawat  harus banyak
berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan
bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu,  kebanyakan  kasus disebabkan karena orang tua yang
tidak cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam
menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal     frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan
karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi.  Frekwensi tangis seharusnya
menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.                    
b. Ocehan  dan  Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau “celoteh”
(babbling).
Ocehan timbul karena  bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan
gerakan mekanisme ‘ suara ‘. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi
seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang.
Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai
berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke – 6 &
ke – 8. Nilai celoteh :

3
 Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat
ketrampilan berbicara.  
 Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok
sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara. Contoh isyarat umum pada masa bayi :
 Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
 Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
 Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak
suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka. Contoh :
 mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum    & ramah.
 Menegangkan badan, gerakan membanting tangan / kaki,       roman muka
tegang & menangis.

2.3. Peran Bicara Dalam Komunikasi

Cara  berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah  menangis dan


menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain.  Bicara merupakan
ketrampilan  yang harus dipelajari  yang terdiri dari  :
Kata,  yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu
dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk
mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan  koordinasi  otot-otot, kemampuan mengait
kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan  anak, perlu  mengaitkan kata spesifik dengan objek  yang
spesifik .
Hal yang penting dalam belajar bicara   :

4
 Persiapan Fisik
Tergantung  Kematangan mekanisme bicara, contoh  Bayi baru lahir.
 Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 –
18 bulan,  saat yang tepat diajak bicara.
 Model untuk ditiru   (yang baik)
  Kesempatan praktek / untuk bertatih.
 Motivasi dan  tantangan.
 Bimbingan  :  
 Menyediakan model yang baik.
 Mengatakan dengan perlahan dan jelas
 Membetulkan kesalahan.
Setiap  individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada
kondisi yang mempengaruhi   :
 Faktor Kesehatan
 Kecerdasan
 Keadaan sosial ekonomi
 Jenis kelamin
 Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
 Dorongan  dari lingkungan
 Ukuran keluarga dalam hal  anak mendapat kesempatan berlatih.
 Urutan kelahiran
 Metode Pelatihan
 Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan
saudara kembarnya
 Hubungan dengan teman sebaya.
 Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial
anak, karena bicara  dapat   :
 Memuaskan kebutuhan dan keinginan
 Meminta perhatian dari orang lain.

5
 Meningkatkan hubungan sosial.
 Menentukan penilaiaan sosial.
 Sebagai dasar penilaian diri
 Sebagai prestasi akademik
 Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
 Mempengaruhi prilaku orang lain ( berbicara dengan keyakinan ).

2.4. Teknik Komunikasi Dengan Balita


1. Teknik Verbal
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang
mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang
disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang
dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

6
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan  pikiran anak
pada saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
g. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan
lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

2. Teknik Non Verbal


Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
a. Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda
dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/
menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca
beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak lebih riil dan nyata.
b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah
bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi
sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
 Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting

7
 Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
 Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan
anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
 Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan
ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal
tertentu.
c. Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan
respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota
keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak
adalah gambar keluarga.
d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang
berguna bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang
kehidupan) atau lingkungan keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah
untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak,
dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban/
kedekatan.
e. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga
merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan
hubungan keluarga.
f. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan
dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh
kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk
mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.

8
2.5. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Komunikasi Terapeutik (Memberikan
Makanan)
Pertemuan 1
Hari/Tanggal : 27 September 2013
Tempat : RS. Siti Hajar
2.5.1 Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Data Subjektif (DS) : Ibu klien mengatakan klien sudah BAB 3 kali
sejak pagi, mengeluh perutnya sakit dan tidak mau makan.
Data Objektif (DO) : Klien tampak lemah, bising usus hiperaktif dan
membran mukosanya pucat.
2. Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
Tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan yang
ditandai dengan bising usus hiperaktif, kurang minat pada makanan,
membrane mukosa pucat.
3. Tujuan Khusus: untuk membantu menyediakan asupan makanan seimbang
untuk mendukung proses metabolic pasien.
4. Tindakan keperawatan: memberikan makanan.

2.5.2. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Sp 1


1. Fase Perkenalan
a. Salam Terapeutik
P : “ Selamat pagi ibu. Halo adek.”
I : “Pagi mbak”
b. Perkenalan Diri Perawat
P : “ Perkenalkan Ibu, Saya perawat Fitria. Ibu bisa panggil saya
Pipit. Maaf sebelumnya Bu, saya bisa panggil ibu siapa?”
I : “Oh iya, panggil ibu Y aja mbak.”
P : “ Baik, bu. Kalo adek ganteng namanya siapa?”
A : ”Adek A”
P : “ Oke adek A ganteng. Kakak namanya kak Pipit. Toss dulu!”

9
A : “Yaay...!”
c. Menyepakati Pertemuan
P : “ Baiklah Bu, bagaimana kalau kita ngobrol sebentar, boleh bu?”
I : “Iya boleh”
P : “ Boleh ya dek?”
A : “He’em”
d. Melengkapi Identitas
P : “ Baiklah Ibu, Saya adalah mahasiswa keperawatan Poltekkes
Kemenkes Surabaya prodi Sidoarjo yang bertugas diruangan ini. Saya
perawat yang akan membantu merawat putra ibu hari ini dan besok. Saya
bertugas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Ibu jangan khawatir, nanti
ada rekan saya yang akan menggantikan saya saat jam tugas saya berakhir.
Kami siap melayani Ibu dan Adek A selama 24 jam.
I : “Baiklah kalau begitu saya juga akan membantu sebisa saya”
P : “ Adek A sayang, nanti Kak Pipit yang bantuin Bunda jagain
adek sampai adek sembuh, oke?”
A : “Iya kak”
e. Menjelaskan Peran Perawat dan Klien
P : “ Ibu, karena disini saya akan merawat Adek A, saya
mengharapkan kerja sama ibu agar Adek A cepat sembuh. Bagaimana
Bu?”
I : “Iya mbak, saya akan membantu”
f. Menjelaskan Tanggung Jawab Perawat dan Klien
P : “Ibu ingin Adek A agar cepat sembuh bukan?”
I : “Iya mbak, saya ingin anak saya cepat sembuh”
P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan keperawatan yang kami lakukan
akan menjadi tanggung jawab kami. Kami berharap kerja sama ibu dalam
semua tindakan yang kami lakukan agar adek A cepat sehat kembali.”
I : “Tentu, saya merasa tertolong”
P : “ Adek mau cepet sembuh kan ya? Biar bisa main sama temen-
temen lagi?”

10
A : “Iya kak, aku bosen di sini pingin main lagi”
g. Harapan Perawat dan Klien
P : “Ibu, harapan ibu agar adek A cepat sembuh juga menjadi
harapan kami. Jadi kalau ada yang dikeluhkan adek A ibu bisa sampaikan
pada saya agar saya bisa membantu.”
I : “Iya mbak, terima kasih”
h. Kerahasiaan
P : “Ibu jangan khawatir atau cemas. Ibu bisa sharing ke saya jika
ibu ada masalah atau keluhan yang ibu alami ayau adek A alami. Kita
mencari jalan keluarnya bersama. Tenang saja ibu, saya tidak akan
membicarakannya dengan orang yang tidak berhak tau.”
I : “Terima kasih, saya akan cerita semuanya kepada mbak”
i. Tujuan Hubungan
P : “Semua tindakan yang kami lakukan tentunya bertujuan untuk
kesembuhan adek A, oleh karena itu perlu adanya kerja sama yang baik
antara ibu dan kami agar tindakan yang kami lakukan dapat dilakukan
semaksimal mungkin dan adek A cepat sembuh. Bagaimana bu?”
I : ”Iya, saya juga akan membantu”
j. Pengkajian Keluhan Utama
P : ”Kalau boleh tau, apa keluhan Adek A sampai saat ini? Apa Adek
A mengeluhkan sesuatu pada ibu?”
I : “Perutku sakit kak, ga mau makan”
P : “Oh, begitu. Dari kemarin adek gamau makan dan perutnya
sakit?”
I : “Iya, mules rasanya kak”
P : “ Saya perhatikan memang adek A lemas sekali. Adek, adek
ganteng apanya yang sakit?”
A : “Perutnya kak”
P : “Perutnya sakit ya? Tadi sarapannya dihabisin nggak, ganteng?”
A : “Hehehe...nggak mau makan”

11
P : “ Oke, nanti kalo makan lagi makanannya dihabiskan ya? Biar
kuat, biar cepet sembuh. Oke? Toss dulu.”
A : “He’em”
« Kontrak yang akan datang
Topik
P : “ Baiklah bu, karena adek A kelihatannya lemas sekali dan dari kemarin
makannya hanya sedikit. Saya akan membawakan makanan untuk Adek A.
I : “Iya mbak , tolong ya”
P : “Kalo boleh tau, adek A sukanya makan apa ya bu? Nanti saya mintakan
ke bagian dapur.”
I : “ Suka makan ayam goreng kentucky”
Waktu
P : “Baiklah bu, adek biasanya makan jam berapa bu?“
I : “Kalo pagi makan jam 7, siangnya jam 12, terus malam jam setengah 7”
P : “ Oke bu. Adek, adek mau makan kapan? Habis ini ya?”
A : “I-iya kak”
P : “Oke, siap. Ibu, Saya permisi sebentar sekitar 30 menit. Tunggu ya bu,
saya mau menyiapkan makanan untuk adek A.”
I : “Iya”
Tempat
P : “Baiklah bu, nanti saya akan kembali kesini membawa makanan untuk
adek A. Adek biasanya makan dimana bu?”
I : “Makan sambil main”
P : “Adek mau makan dimana? Dikamar aja apa mau makan sambil jalan-
jalan di taman?”
A : “Sama main terus jalan-jalan”
Validasi Kontrak
P : “ Okee. Baiklah ibu, berhubung sebentar lagi waktunya makan siang,
saya pamit dulu untuk menyiapkan makan adek. 30 menit lagi saya kembali
kesini lagi.”
I : “Iya mbak”

12
P : “ Adek, Kak Pipit tinggal dulu ya? Sebentar lagi kakak balik lagi bawa
makan buat adek.”
A : “I-iya”

2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
P : “ Assalamualaikum ibu, hai ganteng.”
I : “Waalaikumsallam”
b. Validasi data
P : “Bagaimana ibu? Apa ada yang terjadi saat saya pergi tadi?”
I : “Tidak ada apa-apa”
P : “Adek waktu kakak pergi tadi habis ngapain aja?”
A : “Main mobil-mobilan”
c. Mengingatkan Kontrak Topik
P : “Baiklah bu, sesuai yang saya katakan tadi. Saya kesini
membawakan makanan untuk dek A. Saya mohon kerjasamanya ya bu”
I : “Iya”
d. Waktu
P : “Adek ganteng, sekarang waktunya makan. Makan yaa?”
A : “Iya deh kak”
e. Tempat
P : “ Adek jadinya mau makan di kamar aja apa sambil jalan-jalan?”
A : “Mau di kamar aja kak sambil main mobil-mobilan”

3. Fase Kerja
a. Persiapan Alat
 Piring
 Sendok
 Makanan dengan porsi sesuai program
 Celemek makan
 Serbet

13
 Gelas berisi air dan penutupnya
 Sedotan
b. Langkah Kerja
1. Cuci tangan
2. Mendekatkan peralatan makan ke klien
P : “ Adek ganteng, ini makannya. Makan yuk?”
A : “Iya”
3. Memasangkan celemek makan
P : “Adek pake ini dulu yaa, biar nggak tumpah ke baju
makanannya.”
A : “Iya”
4. Memberikan makanan
P : “ Adek mau disuapin bunda apa disuapin kakak?”
A : “Disuapin ibu”
P : “ Oke. Dihabisin ya makanannya biar cepet sembuh, biar kuat,
terus biar cepet pulang kerumah. Nanti bisa main lagi sama temen-
temennya.”
A : “Iya kak, pingin main”
5. Membereskan peralatan
P : “ Horee, makannya habis. Adek pinter ya bun?”
I : “Alhamdulillah , habis”
P : “ Adek minum dulu yaa?”
A : “Iya”
P : “ Gitu dong, jagoan makannya harus dihabisin. Biar cepet
sembuh. Toss dulu?”
A : “Horee”
6. Cuci tangan

c. Fase Terminasi
1. Evaluasi hasil
 Evaluasi subjektif

14
P : “Gimana ganteng? Sudah kenyang?”
A : “Udah kak”
 Evaluasi objektif
P : “ Adek A sepertinya sudah mulai mau makan ya bu. Nanti
kalo makan lagi, usahakan bisa habis lagi ya bu?”
I : “Iya mbak akan saya usahakan, terima kasih”
P : “ Sip bu. Adek kalo nanti makan lagi dihabisin yaa? Biar
kuat. Oke?”
A : “Iya kak”
2. Rencana Tindak Lanjut
P : “ Nanti kalo si adek mulai rewel lagi makannya atau adek nggak
cocok sama makanan disini, ibu bisa bawa makanan kesukaan adek.
Nggak apa-apa kok bu. Asalkan bukan makanan yang merangsang
seperti makanan yang baunya menyengat atau yang pedas.”
I : “Oh gitu ya mbak”
3. Salam Terapeutik
P : “ Baiklah bu, karena adek sudah selesai makan, saya mau permisi
dulu. Terimakasih atas kerja samanya. Kalau ibu butuh bantuan, ibu
bisa panggil saya di ruang perawat. Saya doakan adek A cepat
sembuh. Selamat siang bu.”
I : “Iya makasih ya mbak”
P : “Adek ganteng, kakak pamit dulu ya? kalo ada perlu, panggil
kakak aja, oke ganteng?”
A : “yaya”

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada usia balita, anak mulai mandiri dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain walaupun masih belum fasih dalam berbicara. Sebagian
anak mengalami stranger anxiety  yang menjadi penghambat dalam komunikasi. Orang
tua atau perawat harus konsisten dalam berkomunikasi (verbal/nonverbal) sesuai situasi
saat itu (misal tidak tertawa saat anak mengalami kesakitan karena tindakan tertentu).
Anak usia dibawah 5 tahun, hamper semuanya egosentris, mereka melihat segala
sesuatunya hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang
mereka sendiri. Gunakan kalimat yang singkat dan kata-kata yang familiar bagi anak.
Terdapat dua teknik dalam berkomunikasi dengan anak, yaitu secara verbal seperti
bercerita dan non verbal seperti menggambar dan menulis.

3.2 Saran
Makalah ini kami susun berdasarkan sumber penerbit dan pengetahuan serta diskusi
dari kelompok. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca. Serta membawa manfaat bagi lingkungan. Dengan cara berkomunikasi seperti
ini, perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan bimbigan bagi pasien. Perawat juga
akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri. Kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun agar makalah ini lebih sempurna.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-dalam-keperawatan-
komunikasi.html (26/10/15)

http://asuhankeperawatan4u.blogspot.co.id/2012/07/komunikasi-dalam-keperawatan-anak.html
(26/10/15)

http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-komunikasi-pada-anak.html (27/10/15)

17

Anda mungkin juga menyukai