Anda di halaman 1dari 5

HUMAN AGENCY

Human agency merupakan essence of humanness.

Bandura meyakini bahwa setiap manusia mengatur dirinya sendiri, proaktif, mampu melakukan
refleksi, dan mengorganisir dirinya sendiiri. Mereka juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
perilaku mereka sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang mereka inginkan (Bandura, 2001)

Human agency merupakan proses berekplorasi, manipulasi, dan mempengaruhi lingkungan untuk
mendapat hasil yang diinginkan.

Menurut Bandura ada 4 core features dari human agency :

1. Intentionality
Merujuk pada perilaku seseorang yang dilakukan secara sengaja. Dalam kata lain seperti
perencanaan namun disertai aksi. Contohnya, kita ingin menjadi seorang psikolog di rumah
sakit terkenal misalkan, maka kita akan memilih jurusan psikologi, dan mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan psikolog. Atau mungkin sebelum masuk jenjang perkuliahan kita uda
mulai baca-baca soal psikologi
2. Forethought
Ketika kita menentukan tujuan, maka kita akan membayangkan kira-kira hal apa yang akan
terjadi jika kita melakukan sesuatu. Contohnya, masih pake yang tadi ya yang tentang
pengen jadi psikolog, ditengah-tengah menempuh perkuliahan kita merasa malas nih, atau
ga kepengen belajar, kita jadi membayangkan “kalo w ga belajar kayaknya w gabakal jadi
psikolog de” akhirnya untuk menghindari kejadian tersebut kita bakal belajar, supaya jadi
psikolog.
3. Self-reactiveness
proses terjadinya monitoring dari kemajuan yang uda dia lakuin. Contohnya, uda selesai nih
menempuh S1 buat jadi psikolog, kita akan sadar kalo kita makin deket sama tujuan kita
kayak “W ud lewatin S1 beberapa step lg w bis jadi psikolog” gtu
4. Self Reflectiveness
Disini manusia biasanya memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan
tujuan hidupnya. Katanya yang paling crucial dalam self reflectiveness ini adalah self efficacy.

Self-Efficacy
Manusia berperilaku sesuai lingkungannya, salah satunya cognitive conditions. Cognitive factors ini
berhubungan dengan keyakinan mengenai bisa atau tidaknya seseorang melakukan sesuatu untuk
menghasilkan hal yang mereka inginkan dalam situasi tertentu.

Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
melakukan sesuatu. Self efficacy itu berbeda dengan outcome expectations, efficacy itu Cuma
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya melakukan sesuatu, sedangkan outcome
expectations lebih ke prediksi mengnai konsekuensi yang akan terjadi akibat suatu perilaku.
Contohnya, kalo A mau interview buat masuk organisasi dia yang kayak “oke w bisa lakuin interview
ini” terlepas dari ekspetasi bakal diterima. Keyakinan kalo dia bisa hadapin interview itu self efficacy
sedangkan kepercayaan adanya kemungkinan bakal diterima itu outcome expectation.

Self efficacy tidak merujuk pada kemampuan kita dalam motor skill seperti walking, reaching,
grasping. Juga tidak merujuk ketika kita dapat menampilkan designated behaviour tanpa rasa
gelisah, stress atau takut. Self efficacy itu sekedar penilaian bisa atau tidaknya kita melakukan
sesuatu di situasi tertentu. self efficacy ini beragam tergantung sama kompetensi yang dibutuhkan,
kehadiran orang lain, atau adanya competitor.

Ternyata ada 4 hal nih yang bisa mempengaruhi self-efficacy :

1. Mastery experiences
berkaitan sama pengalaman yang pernah dilalui di masa lalu. Contoh, si B masuk organisasi
divisi public relation misalnya, terus si B uda pernah nih ternyata berada di divisi tersebut
pada organisasi sebelumnya, maka si B kemungkinan akan berpikir “yang kemaren aja w bisa
pasti yang sekarang w bisa jalaninnya” Secara umum, pengalaman yang berhasil di masa lalu
meningkatkan self-efficacy sedangkan kegagalan cenderung menurunkan self efficacy.
Statement ini didukung sama beberapa collaries :
1. Successful performance meningkatkan self efficacy sejalan dengan kesulitan tugas yang
dihadapi. Contohnya misalkan seorang pebulu tangkis junior berhasil mengalahkan
pebulu tangkis yang lebih senior pasti bakal kayak seneng banget kan dan makin yakin
kalo dirinya tu mampu gtu.
2. Tugas yang dikerjakan sendirian akan lebih meningkatkan self efficacy daripada tugas
yang dikerjakan bersama.
3. Kegagalan akan menurunkan self-efficacy apabila kita merasa uda memberikan yang
terbaik
4. Kegagalan dalam keadaan tidak baik, tidak akan membuat self efficacy kita turun lebih
daripada ketika kita dalam kondisi maksimal. Krena kita akan mikir kayak “oh w wktu itu
lagi ada masalah, lagi kenapa2 gtu”
5. Kegagalan yang terjadi di kemudian hari setelah menguasai suatu bidang lebih
merugikan daripada kegagalan yang terjadi ketika kita belum menguasai sesuatu.
6. Terkadang keggagalan punya efek terhadap efficacy, terutama bagi orang-orang yang
memiliki ekspektasi yang tinggi.
2. Social modelling
Berkaitan sama pengalaman yang dialami orang lain. Self efficacy kita akan meningkat
apabila kita melihat orang lain dengan kompetensi yang sama dengan kita berhasil, dan akan
menurun apabila kita melihat teman kita gagal.
3. Social Persuasion
Social persuasion dapat berefek apabila orang tersebut mempercayai persuadernya. Nasihat
atau kritik yang diberikan dari sumber yang credible lebiw memiliki kekuatan dalam
meningkatkan atau menurunkankan self efficacy.
4. Physical and emotional states
Strong emotions seperti ketakutan yang intens, axiety akut, level stress yang tinggi lebih
memungkinkan untuk menurunkan self-efficacy. Karena ketika terjadi kegagalan kita berpikir
“oh w wktu itu lagi gabaik2 aja, lagi banyak masalah,dsb”

Manusia dapat belajar untuk mengontrol kehidupan mereka melalui proxy agency dan collective
efficacy.

Proxy agency
Ini itu mengenai bagaimana kita mapu mengandalkan orang lain untuk mencapai tujuan kita.
Contohnya, apabila AC dirumah kita rusak dan kita gapunya kemampuan untuk memperbaiki hal
tersebut, kita akan mempercayakannya kepada tukang AC. Bandura juga mengatakan gaada satu
orang pun yang punya waktu, energy, dan kemampuan dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena
itu, kita membutuhkan proxy agency untuk diandalkan dalam beberapa aspek. Tapi, terlalu
mengandalkan kompetensi dan kekuatan orang lain juga bisa melehkan sense of personal dan
collective efficacy orang tersebut.

Collective efficacy
Collective efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang terhadap orang lainnya dalam suatu
kelompok yang sama untuk menggapai tujuan yang diinginkan. Bandura bilang ada 2 teknik untuk
mengukur collective efficacy

1. Menggabungkan kemampuan individual tiap kelompok. Contohnya, tugas kelompok kan


pasti bagi2 tugas tu, dan mereka punya kemampuan yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya masing2
2. Mengukur kepercayaan diri setiao anggota kelompok tentang kemampuan untuk
mewujudkan apa yang mereka inginkan. Contohnya, setiap anggota sepak bola yang
memiliki kepercayaan diri yang rencah, namun entah darimana mereka yakin bahwa team
mereka akan melakukan yang terbaik.

Manusia bisa juga memiliki self efficacy yang tinggi namun collective efficacy yang rendah. Bandura
mengatakan perbedaan budaya mempengaruhi perbedaan level collective efficacy. Contohnya,
orang-orang di amerika mempunyai budaya yang individualistic, sehingga mereka akan cindering leih
ke self-efficacy dibandingkan collective efficacy serta mereka juga akan bekerja lebih baik dibawah
sistem yang idividualis. Sedangkan orang di China memiliki budaya collectivist, mereka akan
cenderung memiliki collective efficacy yang lebih besar dan bekerja lebih baik dibawah sistem
berkelompok. Bandura juga mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mengurangi collective
efficacy

1. Humans live in transnational world


Apa yang terjadi di suatu negara akan mempengaruhi negara lain. Contohnya kebakaran
hutan amazon yang menyebabkan terjadinya penipisan pada lapisan ozon, dan hal ini akan
berpengaruh pada kepercayaan setiap orang dalam membuat bumi yang lebih baik.
2. Teknologi terbaru yang tidak dipahami masyarakat. Contohnya orang dengan keyakinan
pada kemampuan mereka dalam menjaga mobil mereka dalam kondisi berjalan,
dikarenakan perubahan zaman yang membuat munculnya mobil modern dengan kntrol
komputerisasi, menurunkan personal efficacy dan collective efficacy dalam membentuk
mobil yang semakin rumit.
3. Pemerintahan yang kompleks, lapisan-lapisan birokrasi yang mencegah adanya perubahan
sosial. Biasanya orang-orang yang berusaha mengubah struktur birokasi dihadapi oleh
keputusasaan karena kegagalan. Keputusasaan ini akhirnya membuat masyarkat
menyebarkan kendali untuk membentuk masa depan mereka ke pejabat public.
4. Permasalahan seperti perang, kelaparan, kelebihan penduduk, kejahatan, bencana alam
merupakan masalah global dan membuat orang merasa tidak dapat berbuat apa2. Tapi
bandura percaya apabila orang-orang bertahan dengan usaha collective mereka dan tidak
berkecil hari, perubahan porisif mungkin terjadi.

Critique of Bandura
1. Teori bandura sudah menghasilkan beribu-ribu research studies oleh karena itu, bandura
menerima rating yang tinggi dalam kapasitas generate research. Bandura dapat dikatakan
penulis yang teliti dalam semua teori personality.
2. Falsifiability dalam teori bandura juga mendapatkan rating tinggi. Self efficacy theory yang
menyatakan bahwa keyakinan seseorang dalam personal efficacynya mempengaruhi
perilaku apa yang akan mereka lakukan, usaha yang akan mereka berikan dalam suatu
aktivitas, berapa lama mereka akan bertahan dalam suatu rintangan dan kegagalan, dan
resiliency following setbacks” statement ni memberikan kesan beberapa area yang mungkin
membawa kepada falsification dalam teori self efficacy.
3. Ability to organize knowledge juga mendapatkan rating tinggi, the triadic reciprocal
causation model merupakan konsep yang komprehensif yang menawarkan penjelasan
acquisition mengenai perilaku yang observeable
4. untuk terapis, guru, orang tua dan semua orang yang tertarik dengan acquisition dan
maintenance of new behaviour teori self efficacy ini berguna dan memberikan guideline
yang spesifik. Teori bandura ini menyarankan untuk menggunakan observation learning dan
modelling yang dapat digunakan untuk acquired behaviors
5. Teori sosial kognitif bandura juga tidak memiliki spekulasi yang tinggi, sehingga mempunyai
internal consistency yang sangat baik. Bandura bukannya tidak berspekulasi, tapi dia tidak
melampaui data empiris yang ia miliki.
6. Dalam hal parsimony pun bandura mencapai standard yang tinggi. Theory yang diberikan
simple, mudah, dan tidak banyak berhipotesis atau berspekulasi.

Concept of humanity
1. Manusia itu goal oriented
Manusia mengantisipasi masa depan dan berperilaku sesuai pada masa kini. Masa depan
tidak menentukan perilaku kita, tapi cognitive representation memiliki efek yang sangat kuat
pada perilaku saat ini. Bandura meyakini manusia memiliki tujuan yang jelas ga Cuma
general intentions and puposes.
2. Concept of humanity bandura menekankan pada optimistic karena bandura percaya setiap
manusia mampu mempelajari perilaku baru selama hidup mereka. Dysfunctional behaviour
juga dapat terjadi karena rendahnya self-efficacy, namun perilaku ini tidak perlu diteruskan
karena kebanyakan orang mempunyai kapasitas untuk berubah dengan mengamati perilaku
produktif orang lain dan menggunakan kemampuan cognitive mereka dalam memecahkan
maslah.
3. Teori sosial kognitif bandura lebih menekankan pada social factor dibandingkan biological
factors. Dalam triadic reciprocal kognisi bahkan dipengaruhi oleh dua faktor lainnya yang
lebih menekankan pada faktor social, yaitu lingkungan dan perilaku.
4. Bandura mempercayai bahwa setiap orang dapat mengontrol kehidupannya sendiri.
Bandura mendefinisikan kebebasan sebagai number of options yang tersedia bagi manusia
dan manusia mempunyai hak untuk memilih. Human agency mengatakan bahwa setiap
orang memililipersonal efficacy dan collective efficacy yang cukup untuk menginfluence
perilaku mereka.
5. Dalam causality vs telelology bandura dikatakan moderate. Human functioning merupakan
produk dari faktor lingkungan yang berinteraksi dengan perilaku, personal variables, dan
terutama cognitive activity.
6. Social cognitive theory menekankan pada kesadaran. Bandura mengatakan manusia tidak
menjadi thoughtless dalam proses pembelajaran. Mereka membuat penilaian tentang
begaiamana perilaku mereka mempengaruhi lingkungan. Setelah proses pembelajaran ini
lah terutama motor learning seperti berjalan, makan, menyetir mobil, manusia dapat
melakukannya secara tidak sadar.
7. Bandura juga mempercayai bahwa division of biological and social factors is a false
dichotomy. Manusia terbatas secara biological. Lingkungan sosial merekaa mengizinkan
mereka untuk menjangkau banyak perilaku, seperti modelling. Intinya baik biological ataupin
social itu punya kontribusi yang sama bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai