Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit
bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman
dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pertumbuhan.
Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta
faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara
pengamatan tanah di lapangan disebut pedologi. Apabila tanah yang
dipelajari berkaitan dengan pertumbuhan tanaman disebut edaphologi.
Dengan meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah maka
Ilmu Tanah menjadi ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat
mempelajari dengan baik perlu pengelompokan lebih lanjut ke dalam
bidang-bidang yang lebih khusus. Beberapa bidang khusus dalam Ilmu
Tanah tersebut salah satunya adalah fisika tanah. Fisika tanah adalah ilmu
yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstrur tanah, struktur tanah,
konsistensi, bulk density, porositas tanah, warna tanah dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat fisik tanah?

C.  Tujuan Penulis
1. Mengetahui sifat fisik tanah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SIFAT FISIK TANAH


Tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari
ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara lateral atau horizontal
maupun secara vertikal. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung
pada ruang pori pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah
(tekstur dan struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruangan tergantung
pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas
tersebut menentukan kemudahan untuk bersirkulasi dengan udara. Sifat-
sifat pendukung lainnya adalah warna dan suhu tanah. Warna
mencerminkan jenis mineral penyusunan tanah, reaksi kimiawi, intensitas
dan akumulasi bahan-bahan yang terjadi, sedangkan suhu merupakan
indicator energy matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun
tanah.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh :
1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan
penyusun tanah.
2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusunan partikel-partikel.
3. Keseimbangan antara suplai air, energy dan bahan dengan
kehilangannya.
4. Intensitas reaksi kimiaawi dan biologi yang telah atau sedang
berlangsung.

2
1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusunan tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%).
Tabel system USDA klasifikasi ukuran, jumlah, dan luas permukaan
fraksi-fraksi tanah.

Berdasarkan tabel diatas, semakin ukuran separat berarti semakin


banyak jumlah dan semakinluas permukaannya per satuan bobot tanah,
yang menunjukkan makin padatnya partikel-partikel per satuan volume
tanah. Hal ini berrti makin banyak ukuran pori mikro yang berbentuk ,
sebaliknya jika ukuran separat makin besar. Tanah yang didominasi pasir
akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar), tanah yang didominasi
debu akan banyak mengandung pori-pori meso (sedang), sedangkan yang
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil). Sehingga
semakin dominan fraksi pasir akan semakin kecil daya menahan tanah
terhadap ketiga material ini, dan sebaliknya jika liat yang dominan.
Sebagai hasilnya maka :

1. Makin makro (besar) tanah akan makin mudah akar untuk


berpenetrasi, serta semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi
,tetapi semakin mudah pula air untuk hilang dari tanah, dan
sebaliknya.
2. Semakin mikro (kecil) tanah akan semakin sulit akar untuk
berpenetrasi, serta makin sulit air dan udara untuk bersikulasi , tetapi
air yang da tidak mudah hilang dari tanah.

3
3. Maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi yang ideal,
sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai
ketersediaan yang optimum bagi tanaman,namun dari segi nutrisi
tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu.

Perbedaan jumlah dan luas permukaan partikel-partikel per satuan


volume tanah, maka jika tanah yang telah dibasahi dirasakan dengan kulit
jari-jari tangan, maka fraksi pasir akan terasa kasar dan tidak lekat, fraksi
debu akan terasa agak halus dan agak lekat, tetapi tidak licin, sedangkan
fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin.

Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi:

a. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang


mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir dan pasir
lempung (3 macam).
b. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang
mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau
liat berpasir ( 3 macam)
c. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

Berdasarkan perbandingan secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan,


misalnya indra kulit merasakan partikel-partikel :

1. Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket. (tanah berpasir)
2. Sebaliknya,jika partikel tanah terasa halus, dan engket. (tanah liat)
3. Tanah yang bertekstur debu akan mempunyai partikel –partikel yang
terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket.
4. Tanah yang bertekstur lempung akan mempunyai partikel yang
mempunyai rasa secara proporsional.

4
Diagram segitiga kelas tekstur Tanah USDA

Hasil penetapan menurut metode rasa ini akan makin baik apabila
untuk setiap titik pengamatn dilakukan beberapa kali, paling tidak tiga
kali.

Dilaboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua


metode yaitu metode pipet (kurang teliti) atau metode hydrometer (lebih
teliti).

2. Struktur

Ukuran partikel struktur merupakan kenampakan bentuk atau


susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual)
hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel yang disebut
ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Tanah yang partikel-
partikelnya belum bergabung, terutama yang bersetruktur pasir, disebut
tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah berstruktur liat yang
terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dank eras

5
jika kering) atau apabila dilumat air membentuk pasta disebut juga tanpa
struktuk.

Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaturan tekstur terhadap


kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susuna antar-ped atau agregat
tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susuna antar
partikel prier. Oleh karna itu tanah yang berstruktur baik akan mempunyai
kondisi drainase dan aersi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan
perakran tanaman berpenetrasi dan mengabsorpsi (penyerap) hara dan air,
sehingga pertumbuhan san produksi menjadi lebih baik.

Penanaman melindungi agregat tanah dari hantaman air hujan,


sehingga makin rapat tajuk tanam akan makin baik pengaruhnya terhadap
agregat tanah. Lal (1979) mengemukakan bahwa struktur tanah
mempunyai peranan sebagai regulator yang:

1. Menyambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-


pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan durabilitasnya
2. Mengatur ritensi dan pergerakan air tanah
3. Difusi gas dari dank e atmosfer
4. Mengontrol proliferasi (pertumbuhan) akar dan perkembangannya

Kemudin secara langsung atau tak tangsung terkait dengan:

1. Erosi air atau angin


2. Penggenangan dan areasi tanah
3. Stress tanaman akibat kekerinagan
4. Pelindian atau kehilanagn hara hara tanaman
5. Temperature tanah

Dilapangan, struktur tanah dideskripsikan menurut:

1. Tipe, indicator bentuk dan susuna ped, yaitu: bulat, lempeng, balok dan
prisma
2. Kelas, indikator berbentuk struktuk yang berbentuk dari ped-ped
penyusunannya, menghasilkan 7 tipe struktur tanah, sebagaimana
tertera pada table 3.4
3. Gradasi, indicator derajat agregasi atau perkembangan struktur yang
dibagi menjadi:
a) tanpa struktur, jika agregasi tak terlihat atau berbatas tidak jelas atau
baur dengan bata- batas alamiah
b) lemah, jika ped sulit berbantuk tetapi terlihat
c) sedang, jika ped dapat terbentuk dengan baik, than lama dan
jelas,tetapi tak jelas pada tanah utuh

6
d) kuat, jika ped kuat, pada tanah utuh jelas terliha anatara tanah ped
terikat lemah namun tahan jika dipindahkan dan hanya terpisah
apabila terganggu.

Mekanisme Pembentukan Struktur


Ada lima mekanisme utama yang menyantukan pertikel-partikel ini
meliputi:
1. aktivitas penetrasi akar pada saat berkembang
2. pergerakan air yang mengikuti arah perkembangan akar
menyebabkan terjadinya pengikisan dan pemecahan tanah yang
kemudian memicu pembentukan ped
3. aktivitas keluar masuknya fauna tanah
4. pembahan dan pengeringan yang merenggang ciutkan partikel-
partikel
5. pencairan dan pembekuan yang juga merenggang ciutkan partikel-
petrikel

Stabilitas ped yang terbentuk (juga agregat) terganggu pada dua kondisi
yaitu:

1. keutuhan tanah permukaan ped pada saat rehidrasi


2. kekuatan ikatan antar koloid partikel didalam ped pada saat basah

Stabilitas ped ini dapat ditentukan melalui metode penyaringan


basah. Dalam metode ini, tanah kering diletakan pada saringan.

3. Konsistensi Tanah

Apabila struktur merupakan hasil keragaman gaya-gaya fisik


(kimiawi dan biologi) yang bekerja dalam hal tanah, makan konsistensi
merupakan kethanan tanaha terhadap tekana gaya-gaya diluar, yang
merupakan indicator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya=gaya
fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat
kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah
kehilnagan sifat kelekatan (stickness) dan kelenturan (plasticity), menjadi
gembur (friable) dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku (coherent)
pada saat kering.

Konsistensi ditetapkan dalam tiga kadar air tanah yaitu:

1. Konsistensi basah (pada kabar air sekitar kapasitas lapangan (field-


cappacity) untuk menilai: (a) derajat keletakan tanah terhadap benda-
benda yang menempelinya yang deskripsikan menjadi tak lekat, agar
lekat, lekat dan sangat lekat, serta (b) drajat kelenturan tanah terhadap

7
perubahan bentuk,yaitu nonplatis (kaku), agak plastis, plastis dan sanagt
plastis.
2. Konsistensi kelembaban (kadar air antara kapasitas lapangan dan kering
udara), untuk memilih derajat kegemburan keteguhan tanah, dipilah
menjadi: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh dan
ekstrem teguh.
3. Konsistensi kering (kadar air kondisi kering udara) untuk menilai
derajat kekerasan tanah, yaitu: lepas, lunak, agak keras, sangat keras,
dan ektrem keras.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi:

(1)Tekstur,
(2)Sifat dan jumlah koloid organic maupun anorganik,
(3) struktur dan trutama
(4) kadar air tanah.

Indek untuk klasifikasi tanah yaitu:

1. Tanah-tanah berPLA tinggi mengindifikasikan banyak mengandung


partikel-partikel yang halus atau berbentuk lempeng
2. Tanah-tanah berPLA tinggi tetapi berangka plastis rendah
mengindikasikan banyak menggandung partikel-partikel berukuran
sedang
3. Tanah-tanah berPLA dan berangka plastis tinggi berarti banyak
mengandung partikel berbentuk lempeng
4. Koefisien permeabilitas liat akan menurun dengan cepat apabila kadar
air menurun hingga BPR= 0

4. Bobot Tanah

Bobot merupakan kerapatan tanah persatuan volume yang dinyatakan


dalam dua batasan yaitu:

1. Kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel


padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan
partikel 2,6 g cm -3, dan
2. Kerapatan massa (Bobot Isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang dikering - ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan
massa tanah berbandingan lurus dengan tingkat kekasaran partikel-
partikel tanah, makin kekasaran makin berat.

8
5. Porositas
Prositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara,
sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah
yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk
pergerakan air dan udara masuk- keluar tanah secara leluasa, Sebaliknya
jika tanah tidak poreus.
Dalam masalah porositas persatuan volume tanah ini ada tiga fenomena
yang perlu diperhatikan secara seksama, yaitu:
1. Dominasi fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori-
pori makro (dari 5.700 partikel per g tanah terbentuk. Pada kondisi
lapangan, sebagaian besar ruang pori terisi oleh udara, sehingga pori-
pori makro disebut juga pori terisi oleh udara, sehingga pori-pori
makro disebut juga pori aerasi, atau dari segi kemudahan nya dilalui
air (permeabilitas) disebut juga sebagai pori drainase.
2. Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori-pori
mikro. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air,
sehingga pori-pori mikro ini disebut juga pori kapiler.
3. Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso
dalam jumlah sedang. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup
mudah masuk-keluar tanah, sebagai air akan tertahan. Dilapangan,
sebagaian besar ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang
seimbang, sehingga pori-pori meso termasuk juga pori drainase,
sehingga cukup permeable.

Apabila dikaitkan dengan tekstur tanah, maka permeabilitas atau perkolasi:

1. Lambat merupakan karakter tanah bertekstur halus atau tanah


mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau
liat berpasir,
2. Sedang merupakan karakter tanah bertekstur sedang atau tanah
berlempung, terdiri dari:

9
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang
bertekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus,
b. Tana bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir
sangat halus, lempung , lempung berdebu atau debu, dan
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat,
lempung liat berpasir atau lempung liat berdebu
3. Cepat merupakan karakter tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir ,
yaitu tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir
atau pasir berlempung.

6. Aerasi Tanah
Aerasi tanah merupakan istilah yang mengindikasikan kondisi tata-udara
(keluar-masuknya udara) dalam tanah. Aerasi baik berarti keluar-
masuknya udara dari dan kedalam tanah terjadi tanpa hambatan,
sedangkan aerasi buruk berarti sebaiknya. Padatan haberaerasi buruk,
Baver, baver (1951) mengemukakan akan terjadi penghambatan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman akibat tertekannya:
1. Pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman;
2. Respirasi akar
3. Absorpsi (penyerapan) air dan unsure hara. Menurut Lawton cit.
Kohoke (1980), serapan hara yang paling terganggu adalah kalium,
kemudian kalsium, magnesium, nitrogen dan fosfer.
4. Akivitas mikrobia yang terkait dengan kesuburan tanah.

Hal ini terutama terkait dengan proses respirasi akar tanaman yang
menyerap O3 dari udara tanah dan melepaskan CO2 sehingga jika aerasi
buruk akan terjadi akumulasi CO2 dan deficit O2 konsekuensinya respirasi
akar dan aktivitas mikrobio aerobik (mutlak butuh oksigen) yang terlibat
dalam penyedian hara akan terganggu. Apabila respirasi terganggu, maka
penyerapan hara melalui mekanisme aktif yang terganggu, maka
penyerapan hara melalui mekanisme aktif yang membutuhkan energy
kimiawi (ATP) hasil proses respirasi juga akan terhambat. Kemudian

10
secara keseluruhan akan menghambat perkembangan akar dan
pertumbuhan tanaman.

Menurut Kohnke (1980), urutan kepekaan tanaman terhadap aerasi tanah


yang buruk atau defisiensi oksigen adalah sebagia berikut:

1. Peka : tomat, kentang, bietgula, kacang pea dan barley;


2. Sedang : jagung , gandum, oat, dan kedelai;
3. Agaktahan : sorgum (dapat terendam beberapa hari), rumput sudah dan
read canary, dan
4. Tolerans : willow, padi, cattail, dan beberapa sedge yang dapat
menyerap udara kedalam perakarannya yang terggelam. Pada padi
mekanisme ini menjadi karena adanya interkoneksi pembuluh udara
dalam korteks yang dapat menyuplai oksigen asalkan trubusnya
menyembul ke udara.

7. Temperatur Tanah

Temperature (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting,


secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap
kelebaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobial, dan enzimatik,
dekomposisi serasah/sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman.

Temperature tanah sangat mempengaruhi aktivitas microbial tanah.


Aktivitas ini sangat terbatas pada temperature di bawah 10˚C, laju
optimum aktivitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada
temperature 18 - 30 ˚C, seperti bakteri pengikat N pada tanah drainase
baik. Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperature sekitar 30
˚C.Pada temperature di atas 30 ˚C, lebih banyak unsur K-tertukar
dibebaskan ketimbang pada temperature yang lebih rendah, sehingga
penyerapannya oleh akar juga mengikat.Pada temperature di atas 40 ˚C,
mikrobia umumnya menjadi inaktif.

Temperatur adalah istilah untuk menyatakan intensitas atau level


panas yang berfungsi sebagai indikator level atau derajat aktivitas

11
molekuler. Dalam “Handbook of Chemistry and Physics”, temperature
didefinisikan sebagai “kondisi suatu bodi yang menentukan transfer panas
ke atau dari bodi lainnya.”Temperatur dinyatakan dalam derajat:

a) Skala sentigrade pada tahun 1742 oleh Anders Celcius (ahli


Astronomi Swedia), yang kemudian paling umum digunakan di dunia.
Satu sentigrade = 1/100 dari total perbedaann antara temperature air
pada titik beku dan titik didih di bawah tekanan atmosfer baku {700
mm Hg (merkuri)}.
b) Interval temperature ini juga digunakan untuk menyatakan
temperature absolut (derajat Kelvin), namun skalanya dimulai pada ̶
273,18 ˚C sebagai titik nol, dan
c) Pada tahun 1724 seorang blower gelas bangsa Jerman “Fahrenheit”
mengembangkan system gradasi temperature dengan menggunakan
temperature terbeku dari campuran ammonium khlorida ̶es ̶ air
sebagai titik nol dan panas darah sebagai titik 100 ˚F (Kohnke, 1980).
d) Hubungan ketiga skala temperature ini adalah:

˚K = ˚C + 273 ˚C = (˚F – 32) × 0.556

˚K – 273 = ˚C = 0,556 ˚F – 17,8

Jumlah panas yang ada dalam suatu bodi disebut sebagai kapasitas
thermal atau kapasitas panas. Kapasitas thermal suatu substansi dapat
didefinisikan sebagai jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah
temperatur per satuan bobot massa substansi tersebut. Satuan kapasitas
panasa dalah gram per kalori (g cal-1), yaitu jumlah panas yang
dibutuhkan untuk mengubah temperatur 1 gram air dari 15 menjadi 16
˚C. Panas spesifik adalah kapasitas panas suatu substansi yang
dihubungkan dengan sifat air ini, yang berpanas-spesifik air = 1 cal g -1,
sedangkan kebanyakan mineral-mineral penyusun tanah berpanas-

12
spesifik hamper 0,2cal g-1. Secara umum semua substansi berkapasitas-
panas lebih kecil dari air (Kohnke, 1980).
Temperatur tanah ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor,
dengan dua sumbe rpanas, yaitu radiasi sinar matahari dan langit
(dominan), serta konduksi dan interior tanah (sangat sedikit). Faktor –
factor eksternal (lingkungan) yang berperan menyebabkan terjadinya
perubahan temperature tanah meliputi:
1) Radiasi solar. Jumlah panas matahari yang mencapai permukaan bumi
adalah 2 cal-1 cm-2 menit-1atau 2 langleys menit-1, namun yang benar-
benar diterima oleh permukaan tanah jauh berkurang, tergantung
pada: a) sudut-sudut antar matahari – muka tanah yang dipengaruhi
oleh latitude, musim, waktu, kecuraman dan arah lereng, serta altitude
lokasinya, dan b) insulasi oleh udara, uap air, awan, debu, kabut, salju,
tetanaman dan mulsa.
2) Radiasi dari langit, yang berkontribusi relatif besar dalam menyuplai
panas pada tanah di areal yang sinar mataharinya dapat menembus
atmosfer bumi.
3) Konduksi panas dari atmosfer. Oleh karena konduksi panas yang
menerobos udara adalah sedikit, maka efeknya terhadap temperature
tanah hanya penting apa pula terjadi kontak dengan tanah.
4) Kondensasi, merupakan proses eksothermik. Apabila uap air dari
atmosfer atau dari kedalaman tanah yang berada berkondensasi di
dalam tanah maka akan terjadi peningkatan temperature tanah, hingga
5˚C atau lebih.
5) Evaporasi, merupakan proses endothermik yang berefek kebalikan (4).
6) Curah hujan, berperan menurunkan tempetur tanah.
7) Insulasi, dapat berupa tanaman penutup tanah mulsa, salju, awan dan
asap yang menghalangi sampainya radiasi matahari ke permukaan
tanah, dan
8) Vegetasi, melalui pengaruhnya terhadap transpirasi, repleksi radiasi
dan energy yang digunakannya untuk fotosintesis akan menurunkan

13
temperature iklim mikro dan secara tidak langsung juga temperature
tanah.

Faktor-faktor internal (tanah) yang berperan meliputi :

1) Kapasitas thermal. Tanah mineral kering mempunyai panas spesifik


hampir 0,2 cal g-1, yang berate setiap cm3 (biasanya disingkat cc)
tanah kering yang tersusunoleh 50% padatandan 50% ruang pori akan
mempunyai panas spesifik sebesar 0,5 x 2,65 x 0,2 = 0,265 cal cm3
(atau rerata 0,25 cal cm3) oleh karena panas spesifik udara sangat kecil
sehingga dapat diabaikan.
Tanah yang pori-porinya terisi air akan berpanas-spesigik 0,265 {+
(0,5 x 1,0) = 0,675 cal cm-3, yang nilainya akan menurun tergantung
proporsi kadar air tanahnya. Panas spesifikes hanya 0,5cal cm-3. Panas
spesifik gambut secara gravimetris (bobot) akan jauh lebih besar
ketimbang tanah mineral, tetapi secara volumetric tidak banyak
berbeda. Tanah organic biasanya mempunyai banyak ruang pori,
sehingga dalam keadaan jenuh akan berpanas-spesifik besar, yaitu
sekitar 0,9cal cm-3.
2) Konduksivitas dan difusivitas thermal. Konduksi vitas bahan-bahan
pembentuk tanah dan sebagian besar partikel-partikel tanah adalah
sekitar 0,005 cal detik-1 cm-1 ˚C-1. Udara berkonduktivitas 100 kali
lebih kecil sedangkan air hanya sekitar seperlima ketimbang mineral
pembentuk tanah tersebut. Oleh karena itu, tanah-tanah berstruktur
lepas lagi kering akan mempunyai konduktivitas thermal yang sangat
rendah (0,0003 – 0,0005 cal detik-1 cm-1 ˚C-1).
3) Aktivitas Biologi menghasilkan panas, sehingga makin besar aktivitas
ini akan banyak panas yang dibebaskan ke tanah. Tanah yang
berkadar BOT, hara, dan udara tinggi, serta berkelembaban cukup
akan mempunyai temperature yang beberapa derajat lebih tinggi
ketimbang tanah yang biologisnya tidak aktif.
4) Radiasi dari Tanah keatmosfer yang terjadi secara kontinu, makin
tinggi temperature tanah akan makin besar radiasinya.

14
5) Strukur, Tekstur dan Kelembaban Tanah. Tanah padat mempunyai
konduktivitas thermal lebih besar ketimbang tanah yang gembur,
akibat udara yang mengisi tanah gambar ini mempunyai konduktivitas
thermal yang jauh lebih rendah ketimbang air, apalagi ketimbang
partikel-partikel tanah.
6) Garam-garam terlarut, mempengaruhi evaporsi, kesuburan tanah dan
aktivitas biologis tanah, sehingga secara tidak langsung berpengaruh
terhadap temperature tanah. Kadar garam yang tinggi akan menekan
aktivitas biologi sini.

Klasifikasi tanah menurut perbedaan temperature tertera pada Tabel


berikut.
Tabel.Klasifikasi tanah menurut perbedaan temperatur

Rerata temperature Beda temperature rmusim panas – musim dingin


tanah tahunan (˚C) (˚C)

≥5 <5
<8 Frigid Isofrigid
8 – 15 Mesik Isomesik
15 – 22 Thermik Isothermik
>22 Hyperthermik Isohyperthermik

8. warna tanah

Warna merupakan salah satu sifat fisik yang lebih banyak


digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai
efek langsung terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh
lewat dampak terhadap temperature dan kelembapan tanah.

Warna tanah dapat meliputi putih, merah coklat,kelabu, kuning,


dan hitam. Kadangkala ada juga kebiruan atau kehijauan.

15
Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna
komponen penyusunnya.

Tanah basah atau lembab terlihat lebih gelap ketimbang tanah


kering, karena terkait dengan perbedaan nyata dari sifat refraktif ( aksi
pembiasan cahaya ).warna digunakan sebagai indicator kesuburan atau
kapasitas produktivitas lahan, secara umum dikatakan bahwa makin gelap
tanah berarti makin tinggi produktivitasnya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit
bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman
dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pertumbuhan.
Fisika tanah adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tanah seperti
tekstrur tanah, struktur tanah, konsistensi, Bobot tanah, porositas tanah,
aerasi tanah, temperature tanah, warna tanah dan lain-lain.

B. SARAN
- Sebaiknya mahasiswa mencari ilmu tentang sifat – sifat dasar fisika
tanah.
- Mahasiswa sebaiknya sering sering membaca dan menulis buku.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, N et al.1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit univ. Lampung

Kohnke, H. 1980. Soil Physics. TMH ed. Tata McGraw-Hill Publ.


Co. Ltd, New Delhi.

Lal, R. 1979.Physical Characteristic of Soil of the Tropics: Determination and


Management. In Soil Physical Properties and Crops Production in the
Tropics (edited by Lal R. And D.J.Greenland).A wiley-Intersci. Publ.
John Wiley & Sons, Chichester.

Nerpin, S.V.1979.Physics of the soil. Jerusalem: Israel Program for Scientific


Translations.

17

Anda mungkin juga menyukai