Anda di halaman 1dari 9

F5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PTM DAN PM

PIS PK PAGERTOYA
PIS PK PAKIS
1. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR (F5) "DEMAM BERDARAH"

Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit
ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan
dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja. Penyebaran penyakit demam
berdarah di Indonesia masih cukup luas. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam
Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Kampanye PSN sudah digalakkan pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan dengan semboyan 3M, yakni menguras tempat penampungan air
secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menjadi sarang nyamuk. Dalam setiap persoalan kesehatan, termasuk dalam
upaya penanggulangan Demam berdarah, faktor perilaku senantiasa berperan penting.
Perhatian terhadap faktor perilaku sama pentingnya dengan perhatian terhadap faktor
lingkungan, khususnya dalam hal upaya pencegahan penyakit. Selain kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk, upaya lain dalam pengendalian vektor untuk mencegah kejadian Demam
berdarah dilakukan dengan menghindari terjadinya kontak dengan nyamuk dewasa.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor kebiasaan keluarga
diantaranya kebiasaan tidur siang, penggunaan kelambu siang hari, pemakaian anti nyamuk
siang hari dan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai yang dapat diubah atau
disesuaikan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kasus demam berdarah terhadap
anggota keluarga.

Permasalahan

Jumlah kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes RI, pada 2014 jumlah
penderita mencapai 100,347, 907 orang diantaranya meninggal. Pada 2015, sebanyak
129,650 penderita dan 1,071 kematian. Sedangkan di 2016 sebanyak 202,314 penderita dan
1,593 kematian. Pada tahun 2017, sejak Januari hingga Mei tercatat sebanyak 17.877 kasus,
dengan 115 kematian. Tahun 2017 kasus DBD berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun
sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka
kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 78,85 menjadi
26,10 per 100.000 penduduk.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Bentuk kegiatan : Home visite pasien demam berdarah di desa Tanjungsari

Tujuan :

1. Mencari faktor resiko demam berdarah di lingkungan rumah pasien

2. Mencari ada atau tidak anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti penyakit
demam berdarah

3. Memberikan pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dan penularannya

4. Memberikan pengetahuan mengenai pencegahan penyakit demam berdarah melalui PSN

Intervensi :

1. Menyarankan anggota keluarga yang mempunyai keluhan demam untuk memeriksakan


diri ke Puskesmas

2. Edukasi mengenai penyakit demam berdarah dan penularannya pada pasien dan
keluarganya

3. Edukasi mengenai pencegahan penyakit demam berdarah melalui PSN pada pasien dan
keluarganya

4. Pembagian bubuk abate

Pelaksanaan

Telah dilaksanakan kegiatan home visite pada Tn. S yang tinggal di Desa Tanjungsari,
Kecamatan Tersono pada Senin, 2 Maret 2020 pukul 08.00-10.00 WIB. Dilakukan
pemeriksaan jentik-jentik nyamuk pada bak-bak penampungan air yang ada di rumah, tempat
pembuangan sampah dan kebiasaan menggantung pakaian di rumah. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada anggota keluarga dengan keluhan demam. Pasien dan keluarga diajari untuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, mengganti air di tempat
penampungan air seminggu sekali, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup,
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang memadai, menggunakan kelambu
pada saat tidur siang, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan menghindari
kebiasaan menggantung pakaian dalam ruangan rumah. Pasien dan keluarga diberikan bubuk
abate dan diajarkan untuk menggunakannya.

Monitoring dan Evaluasi

Selain pelaksanaan home visite diperlukan tindakan lebih lanjut mengenai penyuluhan
kepada masyarakat desa tersebut agar pencegahan penyakit demam berdarah dapat dilakukan
secara luas di wilayah desa. Diperlukan koordinasi lebih lanjut terhadap bidan desa dan
perangkat masyarakat untuk melaporkan temuan penyakit demam berdarah yang belum
dilaporkan ke Puskesmas.

2. PENYULUHAN PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS DI


POSYANDU DESA PUJUT
Latar Belakang
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan melalui perantara ludah
atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru. TB paru merupakan salah
satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World
Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar
penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif
setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan
secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru dan tenaga kesehatan
atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal.
Permasalahan
-Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018)
- TB masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
- Angka morbiditas yang tinggi dan rendahnya kualitas hidup para penderita TB
- Banyaknya kegagalan pengobatan TB sehingga meningkatkan mortalitas pada penderita TB
Perencanaan
Bentuk Kegiatan: Penyuluhan tentang pengendalian dan pencegahan tuberkulosis

Tujuan:

1. Memberikan pengetahuan mengenai penyakit TB, penyebab dan cara penularannya


2. Memberikan pengetahuan mengenai pengobatan penyakit TB

Waktu Kegiatan: 21 Desember 2019 pukul 09.00-11.00 WIB

Tempat Kegiatan: Posyandu Desa Pujut

Peserta Kegiatan: Masyarakat Desa Pujut diikuti oleh kurang lebih 30 peserta.

Pelaksanaan

Telah dilaksanakan kegiatan Posyandu di Desa Pagerwojo. Kegiatan dimulai dengan senam
bersama peserta. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah, kolesterol
dan asam urat sesuai indikasi. Kemudian dilakukan penyuluhan tentang penyakit tentang
pengendalian dan pencegahan tuberkulosis oleh dokter internsip dan diakhiri dengan sesi
tanya jawab.

Monitoring dan Evaluasi

Sebagian besar masyakat memahami penyakit tuberkulosis dan gejalanya. Namun


masih belum mengetahui langkah untuk pengobatan TB. Saat sesi tanya jawab, banyak yang
mengajukan pertanyaan mengenai pengobatan TB.

3. KUNJUNGAN PENDERITA HIPERTENSI SEBAGAI TINDAK LANJUT PIS-


PK RW 02 DESA BANTENG
Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada sebagian
kasus tidak menunjukkan gejala apapun. Perkembangan hipertensi berlangsung secara
lambat-laun sehingga sering tidak disadari. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di
arteri yang bersifat sistemik dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama
Data Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, ans Treatment on High
Blood Pressure VII mengungkapkan, penderita hipertensi di seluruh dunia mendekati angka
1 miliar, artinya 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Lebih dari separuh atau sekitar
600 juta penderita, tersebar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil
rikesdas 2018 prevalensi hipertensi secara nasional yaitu 34.1%. Profil kesehatan jawa tengah
tahun 2017 menyebutkan jumlah penduduk berisiko (> 18 th) yang dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tahun 201 7 tercatat sebanyak 8.888.585 atau 36,53 persen. Dari hasil
pengukuran tekanan darah, sebanyak 1.153.371 orang atau 12,98 persen dinyatakan
hipertensi. Pemerintah melalui program PIS-PK mengupayakan adanya deteksi dini kasus
hipertensi dan tindak lanjut dari temuan kasus.
Permasalahan
- Prevalensi penderita hipertensi di Puskesmas Tersono semakin meningkat.
- Berdasarkan pendataan PIS-PK yang lalu di Desa Banteng tertinggi adalah penyakit
Hipertensi.
- Sebagian besar kasus stroke di puskesmas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
mengenai hipertensi dan komplikasinya.
Perencanaan dan Intervensi
Bentuk kegiatan : Kunjungan Rumah Pasien Hipertensi di RW 02 Desa Banteng
Tujuan :
1. Mencari faktor resiko Hipertensi pada pasien
2. Memberikan pengetahuan mengenai hipertensi dan komplikasinya pada pasien dan
keluarga pasien
3. Memberikan pengetahuan mengenai pengendalian hipertensi dan penanganan lebih lanjut
untuk pasien
Intervensi :
1. Edukasi mengenai hipertensi pada keluarga pasien
2. Edukasi mengenai pengendalian hipertensi dan penanganan lebih lanjut untuk pasien
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan kegiatan home visite pada pasien hipertensi yang tinggal di RW 02 Desa
Banteng, Kecamatan Tersono pada Selasa, 18 Februari 2019 pukul 11.00 -12.00 WIB.
Dilakukan wawancara dengan keluarga pasien terkait faktor resiko dan gejala yang muncul.
Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada pasien. Setelah itu dilakukan edukasi
mengenai penyakit hipertensi dan penanganan lebih lanjut.Pasien diminta untuk
memeriksakan diri ke puskesmas atau dokter sehingga bisa mendapatkan obat anti hipertensi.
Selain itu pasien juga diberikan pengetahuan mengenai bahan makanan apa saja yang bisa
menurunkan tekanan darah dan bagaimana gaya hidup yang baik bagi penderita hipertensi
sehingga tekanan darah dapat terus terkontrol.
Monitoring dan evaluasi
Selain pelaksanaan home visite diperlukan tindakan lebih lanjut mengenai penyuluhan
kepada masyarakat desa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi. Masyarakat
masih menganggap bahwa tensi tinggi bukanlah masalah yang berarti

4. KUNJUNGAN PENDERITA HIPERTENSI SEBAGAI TINDAK LANJUT PIS-


PK RW 07 DESA BOJA, KECAMATAN TERSONO
Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik negara maju
maupun negara berkembang. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada sebagian
kasus tidak menunjukkan gejala apapun. Perkembangan hipertensi berlangsung secara
lambat-laun sehingga sering tidak disadari. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di
arteri yang bersifat sistemik dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.
Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama
Data Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, ans Treatment on High
Blood Pressure VII mengungkapkan, penderita hipertensi di seluruh dunia mendekati angka
1 miliar, artinya 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Lebih dari separuh atau sekitar
600 juta penderita, tersebar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil
rikesdas 2018 prevalensi hipertensi secara nasional yaitu 34.1%. Profil kesehatan jawa tengah
tahun 2017 menyebutkan jumlah penduduk berisiko (> 18 th) yang dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tahun 201 7 tercatat sebanyak 8.888.585 atau 36,53 persen. Dari hasil
pengukuran tekanan darah, sebanyak 1.153.371 orang atau 12,98 persen dinyatakan
hipertensi. Pemerintah melalui program PIS-PK mengupayakan adanya deteksi dini kasus
hipertensi dan tindak lanjut dari temuan kasus.
Permasalahan
- Prevalensi penderita hipertensi di Puskesmas Tersono semakin meningkat.
- Berdasarkan pendataan PIS-PK yang lalu di Desa Boja tertinggi adalah penyakit Hipertensi.
- Sebagian besar kasus stroke di puskesmas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
mengenai hipertensi dan komplikasinya.
Perencanaan dan Intervensi
Bentuk kegiatan : Kunjungan Rumah Pasien Hipertensi di RW 02 Desa Boja
Tujuan :
1. Mencari faktor resiko Hipertensi pada pasien
2. Memberikan pengetahuan mengenai hipertensi dan komplikasinya pada pasien dan
keluarga pasien
3. Memberikan pengetahuan mengenai pengendalian hipertensi dan penanganan lebih lanjut
untuk pasien
Intervensi :
1. Edukasi mengenai hipertensi pada keluarga pasien
2. Edukasi mengenai pengendalian hipertensi dan penanganan lebih lanjut untuk pasien
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan kegiatan home visite pada pasien hipertensi yang tinggal di RW 07 Desa
Peron, Kecamatan Limbangan pada Senin, 17 Februari 2020 pukul 11.00 -12.00 WIB.
Dilakukan wawancara dengan keluarga pasien terkait faktor resiko dan gejala yang muncul.
Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada pasien. Setelah itu dilakukan edukasi
mengenai penyakit hipertensi dan penanganan lebih lanjut. Pasien diminta untuk
memeriksakan diri ke puskesmas atau dokter sehingga bisa mendapatkan obat anti hipertensi.
Selain itu pasien juga diberikan pengetahuan mengenai bahan makanan apa saja yang bisa
menurunkan tekanan darah dan bagaimana gaya hidup yang baik bagi penderita hipertensi
sehingga tekanan darah dapat terus terkontrol.
Monitoring dan evaluasi
Selain pelaksanaan home visite diperlukan tindakan lebih lanjut mengenai penyuluhan
kepada masyarakat desa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi. Masyarakat
masih menganggap bahwa tensi tinggi bukanlah masalah yang berarti.

5. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN


TIDAK MENULAR (F5) "DEMAM BERDARAH"

Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit
ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan
dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja. Penyebaran penyakit demam
berdarah di Indonesia masih cukup luas. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam
Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Kampanye PSN sudah digalakkan pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan dengan semboyan 3M, yakni menguras tempat penampungan air
secara teratur, menutup tempat-tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menjadi sarang nyamuk. Dalam setiap persoalan kesehatan, termasuk dalam
upaya penanggulangan Demam berdarah, faktor perilaku senantiasa berperan penting.
Perhatian terhadap faktor perilaku sama pentingnya dengan perhatian terhadap faktor
lingkungan, khususnya dalam hal upaya pencegahan penyakit. Selain kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk, upaya lain dalam pengendalian vektor untuk mencegah kejadian Demam
berdarah dilakukan dengan menghindari terjadinya kontak dengan nyamuk dewasa.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor kebiasaan keluarga
diantaranya kebiasaan tidur siang, penggunaan kelambu siang hari, pemakaian anti nyamuk
siang hari dan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai yang dapat diubah atau
disesuaikan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kasus demam berdarah terhadap
anggota keluarga.

Permasalahan
Jumlah kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes RI, pada 2014 jumlah
penderita mencapai 100,347, 907 orang diantaranya meninggal. Pada 2015, sebanyak
129,650 penderita dan 1,071 kematian. Sedangkan di 2016 sebanyak 202,314 penderita dan
1,593 kematian. Pada tahun 2017, sejak Januari hingga Mei tercatat sebanyak 17.877 kasus,
dengan 115 kematian. Tahun 2017 kasus DBD berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun
sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka
kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 78,85 menjadi
26,10 per 100.000 penduduk.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Bentuk kegiatan : Home visite pasien demam berdarah di desa Tersono

Tujuan :

1. Mencari faktor resiko demam berdarah di lingkungan rumah pasien

2. Mencari ada atau tidak anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti penyakit
demam berdarah

3. Memberikan pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dan penularannya

4. Memberikan pengetahuan mengenai pencegahan penyakit demam berdarah melalui PSN

Intervensi :

1. Menyarankan anggota keluarga yang mempunyai keluhan demam untuk memeriksakan


diri ke Puskesmas

2. Edukasi mengenai penyakit demam berdarah dan penularannya pada pasien dan
keluarganya

3. Edukasi mengenai pencegahan penyakit demam berdarah melalui PSN pada pasien dan
keluarganya

4. Pembagian bubuk abate

Pelaksanaan
Telah dilaksanakan kegiatan home visite pada Tn. A yang tinggal di Desa Tersono,
Kecamatan Tersono pada Selasa, 3 Maret 2020 pukul 08.00-10.00 WIB. Dilakukan
pemeriksaan jentik-jentik nyamuk pada bak-bak penampungan air yang ada di rumah, tempat
pembuangan sampah dan kebiasaan menggantung pakaian di rumah. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada anggota keluarga dengan keluhan demam. Pasien dan keluarga diajari untuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, mengganti air di tempat
penampungan air seminggu sekali, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup,
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang memadai, menggunakan kelambu
pada saat tidur siang, memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, dan menghindari
kebiasaan menggantung pakaian dalam ruangan rumah. Pasien dan keluarga diberikan bubuk
abate dan diajarkan untuk menggunakannya.

Monitoring dan Evaluasi

Selain pelaksanaan home visite diperlukan tindakan lebih lanjut mengenai penyuluhan
kepada masyarakat desa tersebut agar pencegahan penyakit demam berdarah dapat dilakukan
secara luas di wilayah desa. Diperlukan koordinasi lebih lanjut terhadap bidan desa dan
perangkat masyarakat untuk melaporkan temuan penyakit demam berdarah yang belum
dilaporkan ke Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai