PERTEMUAN KE SEMBILAN
MAKALAH MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA, DAN MANUSIA
KERAGAMAN KESETARAAN
Dosen:
Muhammad Asrar,S.KM.,MPH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah praktek ini dengan judul “MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
BUDAYA, DAN MANUSIA KERAGAMAN KESETARAAN ”. Terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan terselesaikan
makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah masih kurang sempurna.Oleh karena itu, dengan senang
hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas
pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut
kegiatan yang melibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada
umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan
turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan
tersebut umumnya sacral atau dianggapsuci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku
atau etnis tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral
tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat
berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis.Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan
etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.
Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya diIndonesia
merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, karena itu
manusia adalah mahluk budaya.
B. RUMUSAN MASALAH
• Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia sebagai makhluk budaya?
• Apa yang dimaksud dengan apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan?
• Apa yang dimaksud dengan etika dan estetika budaya?
• Apa yang dimaksud dengan problematika kebudayaan?
• Apa yang dimaksud dengan hakikat keragaman dan kesetaraan manusia?
• Apa yang dimaksud dengan kemajemukan dalam dinamika sosial budaya?
C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang manusia sebagai makhluk
budaya dan manusia keragaman dan kesetaraan
b. Tujuan khusus
• Mengetahui tentang hakikat manusia sebagai makhluk budaya
• Mengetahui tentang apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
• Mengetahui tentang etika dan estetika budaya
• Mengetahui tentang problematika kebudayaan
• Mengetahui tentang hakikat keragaman dan kesetaraan manusia
• Mengetahui tentang kemajemukan dalam dinamika sosial budaya
D. MANFAAT
1
Sebagai pembelajaran mahasiswa menambah dan memperluas pengetahuan
serta sebagai sarana mengaplikasikan keilmuan tentang manusia sebagai makhluk
budaya dan manusia keragaman dan kesetaraan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini ada empat
macam, yaitu alam, tumbuhan, ia adalah salabinatang, dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki
makhluk tersebut sebagai berikut:
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila
dibanding dengan makhluk yang lainnya. Manusia tidak hanya sekedar homo, tetapi human
(manusia yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan
sisi kemanusiaanya.
Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal budi.manusia mampu
menciptakan kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia, baik
dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu manusia dapat dikatakan sebagai pencipta
kebudayaan dan makhluk berbudaya. Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi
manusia,sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
3
segmental atau dalam arti persial. Misalkan manusia dikatakan sebagai homo
economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus, zoon politicon dan
sebagainya.
Dalam bahas Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, culture bisa diartikan
sebagai mengolah tanah atau bertani. Dengan demikian bisa kata budaya ada hubungan
nya dengan kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan, dalam hal
pertanian. Definisi kebudayaan telah banyak di kemukakan oleh banyak ahli. Beberapa
contoh sebagai berikut:
a) Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik
b) Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan megandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan. Serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan
intelektualdan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c) Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang didalam nya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d) Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e) Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi
pekertinya. [4]
4
sosial, religi, seni dan lain-lainyang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
5
karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi
nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya
manusiauntuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainnya.
D. MEMANUSIAKAN MANUSIA
Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam dirinya.
Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak biasa dikatakan memiliki
perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi, sedangkan manusia memiliki
akal budi yang biasa memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang
mendorong perilaku baik sebagai manusia.
E. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia (masyarakat, suku, atau
bangsa) memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kelompok lain, yang membentuk ciri dan
menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian kebudayaan menjadi identitas dai
persekutuan hidup manusia.
Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan
hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
1. Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah peroses pemindahan, penerusan, pemilikan dan
pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan
budaya bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan
datang.
Dalam hal pewarisan budaya dapat muncul masalah antara lain: sesuai atau tidaknya
budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
6
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak
sesuai lagi dengan budaya warisan.
2. Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
keadaan yang fungsinya tidak sesuai bagi kehidupan yang dapat menimbulkan sebuah
masalah.
3. Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebarannya unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat kemasyarakat
yang lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke
masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat Barat (negara-negara
Eropa) masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika).
Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara
meluas
7
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian
rupa, yang menganggap hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang
sudah memililki secara turun-temurun.
f) Sikap Etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku
bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap
semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan
suku, agama, ras, dan antargolongan.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah
lokal, Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota
masyarakat dalam memandang kebudayaan orang lain. Sikap etnosentrisme dapat
menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi
terhadap budaya lain
g) Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan , sering kali disalahgunakan
oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan
manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk
kesehatan tetapi dalam penggunaannya disalahgunakan yang justru menggangu
kesehatan.
8
berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian pula kita sebagai
bagian dari satu masyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat lainnya.
9
majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan
vertical.
a) Ras
Berdasarkan karakter biologis, pada umunya manusia di kelompokan
dalam berbagai ras. manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi
badan,warna kulit, mata, hidung dan karakteristik fisik lainnya .
jadi ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan cirri fisik
biologis.
Ciri utama pembeda antar ras antara lain ciri alamiah rambut pada badan ;
warna alami rambut, kulit, dan iris mata ,bentuk lipatan penutup mata,;
bentuk hidung serta bibir; bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Misalnya, ras melayu secara umum bercirikan kuli sawo matang,rambut ikal,
bola mata hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit
hitam dan berambut keriting.
10
mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan dalam sutau
bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan
menentukan sendiri ciri kelompok yang di terima kelompok lain dan dapat di
bedakan dari kelompok populasi lain.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan
jumlah etnik yang besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar untuk
di tentukan. Sebuah buku pintar rangkuman pengetahuan sosial, lengkap
menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa Indonesia ada 400 buah ( Sugeng
HR, 2006 ).klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya di dasarkan
system lingkaran hukum adat.
Van volleheven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di
Indonesia (Koentjaraningrat,1990). Keanekaragaman kelompok etnik ini
dengan sendirinya memunculkan keanekaragaman di kebudayaan di
Indonesia. Jadi berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional, bangsa
Indonesia adalah heterogen.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini
ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, ia adalah salabinatang, dan manusia. Kelebihan
manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal budi.manusia mampu menciptakan
kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia,
baik dengan alam maupun manusia lainnya. Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai
yang berisi keharusan/tuntutan untuk berkesusaian dengan hakikat dari manusia. Hakikat
manusia bisa dipandang secara segmental atau dalam arti persial. Misalkan manusia
dikatakan sebagai homo economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus,
zoon politicon dan sebagainya.
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Rafael raga maran. Manusia dan kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar.
Jakarta.Rineka 2007
13