Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY. G DENGAN DIABETES MELITUS


DI IRNA ANGGREK RSU MITRA DELIMA
Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah
(KMB)

OLEH :
ANITA CRISTYA DEWI
1920091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

1. PENGERTIAN
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel
dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya
(ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh
tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon
yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar
gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa
sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur
tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas
(Shadine, 2010)

2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan
kedalam 2 kategori klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1
namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah
kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer
2015 dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)


Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu:
1. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi :
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula
kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun
kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu,
tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin
makan.
b. Sering merasa haus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus
sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis,
minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar
gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan
keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang
mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang
keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati maka
akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan
mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10
kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas
diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015)
2. Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,
2015) adalah:
- Kesemutan
- Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
- Rasa tebal dikulit
- Kram
- Mudah mengantuk
- Mata kabur
- Biasanya sering ganti kaca mata
- Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun
- Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4 kg.

4. PATOFISIOLOGI

Reaksi autoimun Obesitas, usia, genetik


DM Tipe 1 DM tipe 2

Sel beta pancreas hancur Sel beta pancreas rusak

Defisiensi insulin

Proses anabolisme Liposis meningkat Penurunan penggunaan


glukosa

Kerusakan antibodi
Gliserol asam lemak Hiperglikemi
bebas
Penurunan imun tubuh
aterosklerosis ketoasidosis Ketidakstabilan kadar
Neuropati sensori perifer glukosa darah

Nyeri
abdomen,
Nekrosis luka
mual muntah,
koma

Ganggren

Defisit nutrisi
Aktivitas Kerusakan
terganggu integritas kulit

Intoleransi
aktivitas

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Tabel pemeriksaan gula darah
No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl


2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3 Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl
b. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
1. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
- Memperbaiki kesehatan umum penderita
- Mengarahkan pada berat badan normal
- Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
- Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita Prinsip diet DM,adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya
diikuti pedoman 3 J yaitu:
- Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi
atau ditambah
- Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
- Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi
penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of
relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:
BPR= BB(kg) X 100%
TB(cm) -100
Keterangan :
a. Kurus (underweight) :BPR<90%
b. Normal (ideal) :BPR 90% -110%
c. Gemuk (overweight) :BPR >110%
- Obesitas apabila:BPR> 120%
- Obesitas ringan :BPR 120% -130%
- Obesitas sedang :BPR 130% - 140%
- Obesitas berat :BPR 140 – 200%
- Morbid :BPR > 200%
2. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita
DM adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
11/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya
b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
olahraga akan dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya
pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
4. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan
cara (edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil,
bearti harus diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan
untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan
melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi
komplikasi
6. Melakukan perawatan luka
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan,
membersihkan luka pada luka kotor yang bertujuan untuk
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai
terjadi hiperhidrasi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program.

b. Penatalaksanaan medis
1. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak
berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai
dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam
mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi
oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan
insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien
dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan
untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn
yang dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerja
insulin beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian
dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan
frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.
Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja
sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun,
karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri,
maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular
(R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai
dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali
untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial
untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi insulin
yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.

2. Obat Antidiabetik Oral


a. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD
generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi
lebih cepat, karena adanya non ionic-binding dengan
albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian
juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah.
Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih
dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18
metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid
memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau
metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada
pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini
selain merangsang pelepasan insulin dari fungsi sel beta
pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
b. Golongan Biguanid Metformin
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia
jika digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan
secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat
menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien
lanjut usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu.
Serum kretinin yang rendah disebakan karena massa otot
yang rendah pada orangtua.
c. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat
alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.
Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan
penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun
kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat
tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang
mengalami diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal
dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka
yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada
dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis.
d. Thiazolidinediones
Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR
alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif
untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan
hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan
gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .

7. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II
akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi
menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
A. Komplikasi Akut
- Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,2015).
- Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari
gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa
lapar) dan gejala neuro- glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran
menurun sampai koma) (PERKENI, 2015).
- Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat
tinggi (600- 1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala
asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit
meningkat (PERKENI, 2015).
B. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang
terdiri dari:
- Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
- Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
- Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di
mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera
atau penyakit
- Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit
dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.
- Ulkus diabetikum

8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk
menunjang diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar
dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien,umur, keluhan utama.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan
pada esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala,
menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM.

2. Pengkajian Pola Gordon


a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi
dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga
menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan
kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan
dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan
mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal
Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya
defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengarui status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek ,
mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri)
dan pengeluaran glukosa pada urine(glukosuria). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot,
gangguan istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma.
Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan
aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang
luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka
yang sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi
sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak
dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik,
persaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reasi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah
penderita.

3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan
pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas
normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak
elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening,
dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis
metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan
sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
g. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering
merasa kesemutan
h. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa
nyeri, bisa terasa baal
i. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
b. Diagnosis
- Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi
insulin
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
- Infeksi b.d peningkatan Leukosit
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

c. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen
gula darah b.d tindakan hiperglikemia
resistensi insulin keperawatan selama Observasi :
1x 24 jam maka - Identifikasi
ketidakstabilan gula kemungkinan
darah membaik penyebab
Kriteria hasil : hiperglikemia
- Kestabilan - Monitor tanda dan
kadar glukosa gejala
darah membaik hiperglikemia
- Status nutrisi Terapeutik :
membaik - Berikan asupan
- Tingkat cairan oral
pengetahuan Edukasi :
meningkat - Ajurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian insulin
Edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Identifikasi
pengobatan yang
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan
untuk menjalani
program
pengobatan
dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat
dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan
mengosomsi obat
sesuai indikasi
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen cedera fisik tindakan Observasi :
Keperawatan 1 x24 - Identifikasi
jam diharapkan identifikasi lokasi,
nyeri menurun karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi,
- Tingkat nyeri kualitas,intensitas
menurun nyeri
- Penyembuhan - Identifikasi skala
luka membaik nyeri
- Tingkat cidera Terapeutik :
menurun - Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab
dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetic
Edukasi teknik nafas
dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik nafas
dalam
- Jelaskan prosedur
teknik nafas dalam
Intoleransi Setelah dilakukan Terapi aktivitas
aktivitas tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan selama - Identifikasi defisit
dengan imobilitas 1x24 jam intoleransi tingkat aktivitas
aktivitas membaik - Identifikasi
Kriteria hasil : kemapuan
- Toleransi aktivitas berpartisipasi dalam
membaik aktivitas tertentu
- Tingkat keletihan Terapeutik :
menurun - Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuiakan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang di
pilih
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
Manajenen program
latihan
Observasi :
- Identifikasi
pengetahuan dan
pengalaman
aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk
memulai/
melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat
aktivitas fisik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN DIABETES


MELITUS DI IRNA ANGGREK RSU MITRA DELIMA

1. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Wajak
MRS tgl/ jam : Senin, 05 April 2021/ 13.15 WIB
Tgl Pengkajian : Selasa, 06 April 2021/ 08.00 WIB
Ruangan : Irna Anggrek
No. Reg : 120546
Dx. Medis : Diabetic Foot ec Diabetes Melitus type 2

Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Wajak
Hub. Dengan klien : Suami

Keluhan utama : terdapat luka pada jempol kaki kiri


Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSU Mitra Delima dengan keluhan badan terasa
lemah, mual muntah dan kepala pusing,terdapat luka di jempol kaki
kiri, 1 minggu yang lalu luka pada jempol berisi caran kemudian cairan
pecah, keluar nanah dan terasa nyeri.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasein mengatakan menderita penyakit Diabetes sejak 4 tahun yang
lalu ,pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit karna penyakit
Diabetes, klien hanya berobat ke bidan, untuk obat diabetes tidak rutin
diminum
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan dalam keluarga yang menderita penyakit seperti
pasien adalah ayah pasien.

Activity daily living


No ADL Di Rumah Di RS
1 Pola Nutrisi Makan 3x/hari Makan 3x/hari
(nasi, sayur dan (nasi, sayur dan
lauk pauk) lauk pauk)
Diet DM
2 Pola Eliminasi BAK 5-6 kali BAK 5-6
/hari, warna kali/hari, warna
kuning kuning
BAB setiap Belum BAB
pagi, semenjak di RS
konsistensi
lunak
3 Pola Istirahat Tidur 6-7 Tidur sering
jam/hari terbangun
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2x/hari, Pasien mandi 1
keramas setiap kali pagi, belum
2 hari sekali keramas saat di
RS
5 Pola Aktivitas Aktivitas Aktivitas
normal tanpa terkadang
bantuan dibantu
keluarga

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : komposmentis
GCS : 456
Tensi : 125/82 mmHg
Nadi : 82x/min
RR : 20 x/min
Suhu : 36,7 0C
SpO2 : 99 %

Pemeriksaan Fisik
Kepala : normal, tidak teraba benjolan
Mata : simetris, anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : simetris, secret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : mukosa lembab
Telinga : simetris
Leher : tidak teraba DVJ, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjer thyroid
Thorax :
Paru - paru
I: Bentuk dada Normal Chest, dada simetris kiri dan
kanan, pergerakan dinding dada sama, tidak ada
menggunakan otot bantu pernapasan, irama napas
reguler
P: tidak teraba massa, Tidak ada nyeri tekan, taktil
fremitus kiri dan kanan kuat
P: bunyi sonor di kedua paru
A: Vesikuler +/+, Rhonchi -/- Wheezing -/-
Jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan
P: Batas jantung kanan atas : ICS II linea para sternalis
dextra.
Batas jantung kanan bawah : ICS IV linea para
sternalis sinistra dextra.
Batas jantung kiri atas : ICS II linea para sternalis
sinistra.
Batas jantung kiri bawah : ICS IV linea media
clavicularis sinistra
A: Bj 1, Bj 2 irama teratur, tidak ada suara tambahan
Abdomen :
I: tidak nampak benjolan
A: BU (+) 12x/min
P: tidak teraba massa,
P: timpani seluruh kuadran
Genetalia : tidak terpasang kateter
Ekstremitas : tidak terdapat edema, terdapat luka pada jempol kaki
kiri, terpasang infud pada tangan kiri
Atas : Kanan: tonus otot 5
Kiri : tonus otot 5
Bawah : Kanan: tonus otot 5
Kiri : tonus otot 5

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 05 April 2021
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
SARS-CoV 2 Antigen Negatif Negatif
Eritrosit 4.2 10ʌ6/uL 3.5 ~ 5.5
Hemoglobin 12.7 g/dL 11.4 ~ 15.1
Hematokrit 37.4 % 38 ~ 42
MCV 90.0 fL 82 ~ 92
MCH 30.6 Pg 27.0 ~ 31.0
MCHC 34.0 % 32.0 ~ 37.0
RDW-CV 11.8 % 11.0 ~ 17.0
Trombosit 412.000 103/µL 1500000 ~ 450000
Leukosit 10.800 sel/ 4700 ~ 11300
SGOT 9 U/L 10 ~ 36
SGPT 10 U/L 0.8 ~ 12
Ureum 27 mg/dl 10 ~ 50
Creatinin 0.6 mg/dl 0.5 ~ 1.1
Glukosa Darah 88 mg/dl 27 ~ 42
Sewaktu
PT Pasien 15.8 detik 11 ~ 18
INR 1.00 detik 0.8 ~ 12
APTT Pasien 5.0 detik 4.0 ~ 12.0
Anti HIV Non Reaktif Non reaktif
HBsAg Non reaktif Non reaktif

Tanggal 06 April 2021


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Natrium (Na) 142 mmol/L 136 ~ 145
Kalium (K) 3.3 mmol/L 3.5 ~ 5.2
Klorida (Cl) 103 mmol/L 96 ~ 108
Glukosa Darah Puasa 218 mg/dL 60 ~ 100
HBA1C 11.9 % 4.5 ~ 6.5
Setara dengan rerata gula darah 296.0 mg/Dl

Terapi
- IVFD NS 20 tpm
- Injeksi Cefuroxime 2 x 1 gram i.v
- Injeksi Antrain 3 x 1 gram (k/p) nyeri
- Injeksi Ondan 3x4 mg i.v
- Injeksi Levemir 0-0-0-12 iu sc
- Injeksi Novorapid 8-8-8 iu sc
- Konsul ortho

2. ANALISA DATA
Nama : Ny. G Ruang : Irna Anggrek
Usia : 50 tahun No. Reg : 120546
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS : Resistensi insulin Ketidakstabilan
Pasien mengatakan badan kadar glukosa
terasa lemah darah
DO :
Tensi : 124/81 mmHg
Nadi : 84x/min
Suhu : 36,60C
RR : 16 x/min
Gula darah puasa : 218 mg/dL
HBA1C : 11,9 %
Pasien terlihat lemah
2 DS : Nyeri akut Agen pencedera
Klien mengatakan nyeri pada fisik
kakinya yang luka, keluarga
pasien mengatakan pasien
tidak nyaman dengan lukanya
DO :
Tensi : 124/81 mmHg
Nadi : 84x/min
Suhu : 36,60C
RR : 16 x/min
Gula darah puasa : 218 mg/dL
Skala nyeri : 6
Pasien meringis kesakitan
Pasien tampak gelisah
Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
3 DS : Neuropati perifer Gangguan
Pasien mengatakan terdapat integritas
luka pada jempol kaki kiri, kulit/jaringan
bernanah dan nyeri
DO :
Tensi : 124/81 mmHg
Nadi : 84x/min
Suhu : 36,60C
RR : 16 x/min
Gula darah puasa : 218 mg/dL
Leukosit : 10.800
Luka pada jempol kaki terlihat
bernanah, dan kemerahan
3. RUMUSAN DIAGNOSIS
Nama : Ny. G Ruang : Irna Anggrek
Usia : 50 tahun No. Reg : 120546
No Diagnosis Keperawatan
1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer

4. INTERVENSI
Nama : Ny. G Ruang : Irna Anggrek
Usia : 50 tahun No. Reg : 120546
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakstabilan kadar Setalah dilakukan Manajemen hiperglikemi
glukosa darah Tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam - Identifikasi
kestabilan gula darah kemungkinan
meningkat dengan hiperglikemi
kriteria hasil : - Monitor kadar gula
- Kadar glukosa - Monitor tanda dan
dalam darah gejala hiperglikemi
membaik Terapiutik
- Mengantuk - Berikan asupan
menurun cairan oral
- Pusing menurun - Konsultasi dengan
- Lelah menurun medis jika terjadi
perubahan kondisi
Edukasi
- Anjurkan monitor
gula darah secara
mandiri saat
dirumah
- Ajarkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin
- Kolaborasi dengan
ahli gizi
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan dengan agen Tindakan keperawatan Observasi
pencedera fisik selam 1 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapakan tingkat karakteristik, durasi
nyeri menurun dengan ,kualitas dan
kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala
menurun nyeri
- Meringis - Identifikasi nyeri
menurun non verbal
- Frekuensi nadi Terapitik
membaik - Berikan Teknik
- Tekanan darah nonfarmakologis
membaik Edukasi
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Jelaskan strategi
untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgesik jika perlu
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan luka
kulit dan jaringan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam - Monitor
neuropati perifer diharapakan integritas karakteristik luka
kulit dan jaringan - Monitor tanda-
meningkat dengan tanda infeksi
kriteria hasil : Terapiutik
- Perfusi - Bersihkan luka
meningkat dengan cairan NaCl
- Elastisitas - Bersihkan jaringan
meningkat nekrosis
- Kemerahan - Berikan salep yang
menurun sesuai ke kulit jika
- Cairan berbau perlu
menurun Edukasi
- Nyeri menurun - Jelasakan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
prosedur
debridement
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik

1. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : Ny. G Ruang : Irna Anggrek
Usia : 50 tahun No. Reg : 120546
No Hari/Tgl No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1 Rabu, 1 - Mengidentifikasi S:
07/04/2021 kemungkinan pasien
hiperglikemi mengatakan
- Memonitor kadar badan lemah,
gula pusing, mual
- Memonitor tanda O :
dan gejala Tensi : 127/82
hiperglikemi mmHg
- Memberikan asupan Nadi : 90x/min
cairan oral RR : 18X/min
- Berkonsultasi Suhu : 37,3 0C
dengan medis jika Sp02 98%
terjadi perubahan HbAIc : 11,9%
kondisi A:
- Menganjurkan masalah belum
monitor gula darah teratasi
secara mandiri saat P :
dirumah Lanjutkan
- Mengajarkan intervensi
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Mengajarkan
pengelolaan
diabetes
- Berkolaborasi
pemberian insulin
- Berkolaborasi
dengan ahli gizi
2 2 - Mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, Pasien
durasi ,kualitas dan mengatakan
intensitas nyeri nyeri pada
- Mengidentifikasi jempol yang
skala nyeri luka
- Mengidentifikasi O:
nyeri non verbal Skala nyeri : 6
- Memberikan teknik Tensi : 127/82
nonfarmakologis mmHg
- Mengajarkan teknik Nadi : 90x/min
nonfarmakologis RR : 18X/min
untuk mengurangi Suhu : 37,3 0C
rasa nyeri Sp02 98%
- Menjelaskan strategi Pasien tampak
untuk meredakan merintih
nyeri A:
- Berkolaborasi Masalah belum
pemberian analgesik teratasi
jika perlu P:
Lanjutkan
intervensi
3 3 - Memonitor S:
karakteristik luka Pasien
- Memonitor tanda- mengatakan luka
tanda infeksi pada jempol
- Membersihkan luka kaki, keluar
dengan cairan NaCl nanah dan
- Membersihkan kemerahan
jaringan nekrosis O:
- Memberikan salep Tensi : 127/82
yang sesuai ke kulit mmHg
jika perlu Nadi : 90x/min
- Menjelasakan tanda RR : 18X/min
dan gejala infeksi Suhu : 37,3 0C
- Mengajarkan Sp02 98%
prosedur perawatan Luka Nampak
luka secara mandiri basah, keluar
- Berkolaborasi untuk pus, dan
prosedur kemerahan
debridement A : masalah
- Berkolaborasi belum teratasi
pemberian antibiotik Lanjutkan
intervensi
4 Kamis, 1 - Mengidentifikasi S:
08/04/2021 kemungkinan pasien
hiperglikemi mengatakan
- Memonitor kadar badan lemah
gula berkurang,
- Memonitor tanda pusing
dan gejala berkurang, tidak
hiperglikemi mual
- Memberikan asupan O :
cairan oral Tensi : 120/81
- Berkonsultasi mmHg
dengan medis jika Nadi : 84x/min
terjadi perubahan RR : 16x/min
kondisi Suhu : 36,3 0C
- Menganjurkan Sp02 99%
monitor gula darah GD1 : 143
secara mandiri saat mg/Dl
dirumah GD2 : 176
- Mengajarkan mg/dL
kepatuhan terhadap A :
diet dan olahraga masalah teratasi
- Mengajarkan sebagian
pengelolaan P:
diabetes Lanjutkan
- Berkolaborasi intervensi
pemberian insulin
- Berkolaborasi
dengan ahli gizi
5 2 - Mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, Pasien
durasi ,kualitas dan mengatakan
intensitas nyeri nyeri pada
- Mengidentifikasi jempol
skala nyeri berkurang
- Mengidentifikasi O:
nyeri non verbal Skala nyeri : 4
- Memberikan teknik Tensi : 120/81
nonfarmakologis mmHg
- Mengajarkan teknik Nadi : 84x/min
nonfarmakologis RR : 16x/min
untuk mengurangi Suhu : 36,3 0C
rasa nyeri Sp02 99%
- Menjelaskan strategi GD1 : 143
untuk meredakan mg/Dl
nyeri GD2 : 176
- Berkolaborasi mg/dL
pemberian analgesik A :
jika perlu Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
6 3 - Memonitor S:
karakteristik luka Pasien
- Memonitor tanda- mengatakan luka
tanda infeksi tidak basah
- Membersihkan luka seperti kemarin,
dengan cairan NaCl nanah berkurang
- Membersihkan O:
jaringan nekrosis Tensi : 120/81
- Memberikan salep mmHg
yang sesuai ke kulit Nadi : 84x/min
jika perlu RR : 16x/min
- Menjelasakan tanda Suhu : 36,3 0C
dan gejala infeksi Sp02 99%
- Mengajarkan GD1 : 143
prosedur perawatan mg/Dl
luka secara mandiri GD2 : 176
- Berkolaborasi untuk mg/dL
prosedur Produksi ous
debridement berkurang, luka
- Berkolaborasi dibalut dengan
pemberian antibiotik kassa
A : masalah
belum teratasi
Lanjutkan
intervensi
7 Jumat, 1 - Mengidentifikasi S:
09/04/2021 kemungkinan pasien
hiperglikemi mengatakan
- Memonitor kadar badan tidak
gula lemas, tidak
- Memonitor tanda pusing dan tidak
dan gejala mual
hiperglikemi O:
- Memberikan asupan Tensi : 122/84
cairan oral mmHg
- Berkonsultasi Nadi : 82x/min
dengan medis jika RR : 18x/min
terjadi perubahan Suhu : 36,8 0C
kondisi Sp02 99%
- Menganjurkan GD1 : 113
monitor gula darah mg/Dl
secara mandiri saat GD2 : 161
dirumah mg/dL
- Mengajarkan A:
kepatuhan terhadap masalah teratasi
diet dan olahraga P:
- Mengajarkan monitoring
pengelolaan kadar gula darah
diabetes
- Berkolaborasi
pemberian insulin
- Berkolaborasi
dengan ahli gizi
8 2 - Mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, Pasien
durasi ,kualitas dan mengatakan
intensitas nyeri nyeri pada luka
- Mengidentifikasi berkurang
skala nyeri O:
- Mengidentifikasi Skala nyeri : 4
nyeri non verbal Tensi : 122/84
- Memberikan teknik mmHg
nonfarmakologis Nadi : 82x/min
- Mengajarkan teknik RR : 18x/min
nonfarmakologis Suhu : 36,8 0C
untuk mengurangi Sp02 99%
rasa nyeri GD1 : 113
- Menjelaskan strategi mg/Dl
untuk meredakan GD2 : 161
nyeri mg/dL
- Berkolaborasi A:
pemberian analgesik Masalah teratasi
jika perlu sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
9 3 - Memonitor S:
karakteristik luka Pasien
- Memonitor tanda- mengatakan luka
tanda infeksi sudah membaik,
- Membersihkan luka nanah tidak
dengan cairan NaCl keluar
- Membersihkan O:
jaringan nekrosis Tensi : 122/84
- Memberikan salep mmHg
yang sesuai ke kulit Nadi : 82x/min
jika perlu RR : 18x/min
- Menjelasakan tanda Suhu : 36,8 0C
dan gejala infeksi Sp02 99%
- Mengajarkan GD1 : 113
prosedur perawatan mg/Dl
luka secara mandiri GD2 : 161
- Berkolaborasi untuk mg/dL
prosedur Produksi pus
debridement sedikit, luka
- Berkolaborasi tampak agak
pemberian antibiotik mengering
A : masalah
belum teratasi
Lanjutkan
intervensi

Bululawang, 10 April 2021


Pembimbing Lahan Mahasiswa

Erra Dwi Noviyanti S.Kep, Ns Anita Cristya Dewi


CONTOH KASUS
1. Ny. G datang ke poli penyakit dalam untuk control, dari hasil
pengkajian didapatkan luka pada jempol kaki kiri namun luka tampak
bersih, pasien mengatakan rutin melakukan home care untuk
perawatan lukanya, pasien juga minum obat diabetes secara rutin.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tensi 120/80 mmHg, nadi
82x/min, suhu 36,4 0C, pernapasan 16x/min, hasil pemeriksaan
glukosa darah puasa 94 mg/dl, glukosa darah 2 jam PP 125 mg/dl.
Berdasarkan kasus diatas diagnosa yang tepat adalah ?
a. Kesiapan peningkatan pengetahuan
b. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
c. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif
d. Manajemen Kesehatan keluarga efektif

Anda mungkin juga menyukai