15238
Vol. 3 No. 1, April 2016: 78-86
ISSN : 2355-6226
E-ISSN 2477-0299
RINGKASAN
Dari jumlah penjualan barang elektronik yang terus meningkat, Indonesia memiliki potensi
limbah elektronik yang cukup besar dan setiap tahun terus bertambah. Dari jumlah tersebut,
perangkat elektronik bekas sebagian besar diolah oleh sektor informal dengan cara yang tidak
ramah lingkungan karena ketiadaan kebijakan khusus tentang limbah ini. Jika hal ini terus terjadi,
banyak pihak yang akan memanfaatkannya untuk menjadikan Indonesia menjadi salah satu tujuan
pembuangan limbah elektronik ilegal di masa yang akan datang. Untuk mengatasinya, pemerintah
harus memulai menjalankan sejumlah strategi pengelolaan limbah elektronik dengan dukungan
berbagai stakeholder. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan QSPM dengan responden yang
berasal dari beberapa pihak yang terkait dengan pengelolaan limbah elektronik, maka diketahui
bahwa strategi prioritas yang harus dilakukan saat ini adalah mengembangkan infrastruktur
pengelolaan limbah elektronik ramah lingkungan sehingga sistem pengolahan dan daur ulang
dapat berjalan dengan skema ramah lingkungan.
78
Trina Ayuni Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
pengolahan, daur ulang dan pembuangan dan sebuah gaya hidup. Ketersediaan perangkat
limbah elektronik secara ramah lingkungan. elektronik dengan kecepatan inovasi teknologi
yang menawarkan fungsionalitas lebih, ukuran
yang lebih kecil dan desain yang lebih baru di
REKOMENDASI KEBIJAKAN pasaran dalam waktu yang konstan menyebabkan
barang elektronik dengan model lama tidak lagi
® Dari sejumlah alternatif strategi, diketahui memuaskan dan mendorong pengguna untuk
bahwa strategi prioritas pengelolaan limbah menggantinya dengan perangkat elektronik yang
elektronik ramah lingkungan adalah baru dalam kurun waktu yang lebih cepat.
pengembangan infrastruktur pendukung Berkurangnya rentang hidup perangkat elektronik
dengan teknologi ramah lingkungan. tersebut menyebabkan perangkat elektronik
® Strategi pengembangan infrastr uktur menjadi lebih cepat menjadi rongsokan dan
pendukung dapat dilaksanakan melalui menjadi limbah elektronik. Greenpeace (2005)
kebijakan mengoptimalkan realisasi investasi menyebutkan bahwa setiap tahun diperkirakan
dalam bisnis daur ulang limbah elektronik dunia menghasilkan 20-50 juta ton limbah
melalui program pembangunan infrastruktur elektronik, dan dapat menjadi 40-70 juta ton pada
pengelolaan limbah elektronik formal dan tahun 2015 (Schroeder 2013). Hal ini menjadikan
kebijakan meningkatkan pasokan limbah limbah elektronik menjadi salah satu aliran limbah
elektronik sebagai bahan baku fasilitas dengan pertumbuhan tercepat di dunia baik dari
pengolahan dengan program pengembangan segi kuantitas dan toksisitas serta tumbuh pada
infrastruktur program pengumpulan. tingkat 3-5 persen per tahun atau sekitar tiga kali
® Perancangan program pengembangan lebih cepat dari timbulan sampah rumah tangga
infrastruktur pengelolaan limbah elektronik yang normal (Schwarzer et al. 2005). Sedangkan
formal dilakukan dengan penggunaan data dari The Global E-Waste Monitor yang
teknologi ramah lingkungan dan d i kel ua rk a n o l eh UN U (Ba l d é 2 0 1 4 ),
pembangunan fasilitas pengolahan dan daur menunjukkan bahwa jumlah limbah elektronik
ulang terpadu. Sedangkan perancangan dunia pada tahun 2014 telah mencapai 41,8 juta
program pengembangan infrastruktur ton yang terdiri dari 1 juta ton lampu (seperti
program pengumpulan dilakukan melalui lampu Light Emitting Diode, lampu pijar), 3 juta ton
kegiatan menempatkan sejumlah dropbox di peralatan teknologi informasi berukuran kecil
berbagai tempat publik dan menginisiasi (seperti ponsel, Global Positioning System, kalkulator,
penyelenggaraan drop-off day. printer), 6,3 juta ton layar dan monitor (seperti TV,
monitor, laptop, notebook, dan tablet), 7 juta ton
peralatan pendingin dan pembekuan (seperti
I. PENDAHULUAN kulkas, freezer, AC, pompa pemanas), 11,8 juta ton
peralatan berukuran besar (seperti mesin cuci,
Kebutuhan akan layanan informasi dan kompor listrik, mesin fotokopi), dan 12,8 juta ton
pengolahan data telah menempatkan barang peralatan berukuran kecil (seperti vacuum cleaner,
elektronik menjadi kebutuhan hidup sehari-hari microwave, radio, toaster). Jumlah ini diperkirakan
79
Vol. 3 No. 1, April 2016 Strategi Pengelolaan Limbah Elektronik
terus tumbuh mencapai 49,8 juta ton pada tahun II. SITUASI TERKINI
2018 dengan tingkat pertumbuhan tahunan 4-5
persen. Prakiraan timbulan limbah elektronik di
Limbah elektronik memiliki karakteristik Indonesia pernah dikeluarkan oleh organisasi
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), STEP-Initiative dan menunjukan bahwa pada
oleh karena itu pengelolaan limbah elektronik tahun 2012, perangkat listrik dan elektronik yang
membutuhkan pengelolaan khusus untuk beredar untuk dijual di pasar Indonesia berjumlah
menghindari potensi bahayanya terhadap 1,361 metrik kilotonnes atau sekitar 1,361 juta kg.
lingkungan dan kesehatan di mana beberapa zat Dua tahun kemudian, perangkat listrik dan
B3 diantaranya bersifat karsinogenik yang dapat elektronik yang diperkirakan masih digunakan atau
memicu penyakit kanker (Sudaryanto et al. 2009). beredar dalam masyarakat, baik dalam kondisi
Wacana penyusunan peraturan khusus limbah masih berfungsi seperti awal pembelian maupun
elektronik pun tidak kunjung terlaksana sehingga sudah diperbaiki hanya tinggal berjumlah 616 juta
mengakibatkan pengelolaan limbah elektronik di kg. Sehingga perangkat yang telah menjadi limbah
tanah air menjadi permasalahan yang belum dapat elektronik pada tahun 2014 diprediksi berjumlah
diawasi dan sangat kompleks karena terkait 745 metrik kilotonnes atau sekitar 745 juta kg, dan
dengan berbagai aspek kehidupan di masyarakat. belum ada data yang dapat mengidentifikasi
Kondisi ini menjadikan per masalahan penyebaran dan cara pengelolaan limbah
pelaksanaan dari rencana penerapan konsep elektronik tersebut di wilayah Indonesia.
pengelolaan limbah elektronik ramah lingkungan Untuk mengatur limbah elektronik, selama ini
menjadi stagnan. Konsep ramah lingkungan pemerintah mengkategorikan limbah elektronik ke
sendiri diterapkan untuk memastikan bahwa dalam limbah bahan berbahaya dan beracun
penggunaan atau pengelolaan limbah, material (limbah B3). Oleh sebab itu pengaturan dan
bekas dan material scrap dikelola dengan cara yang pengelolaan limbah elektronik mengacu kepada
akan menghemat sumber daya alam, dan peraturan yang mengatur tentang limbah B3 dan
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan sampah, yaitu UU No. 32 tahun 2009 tentang
terhadap efek samping yang mungkin timbul dari Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
limbah dan material yang digunakan (OECD Hidup; PP No. 101 tahun 2014 tentang
2007). Hal ini meliputi tujuan mencegah, Pengelolaan Limbah B3; dan UU No. 18 tahun
meminimalkan, memulihkan dan membuang 2008 tentang pengelolaan sampah. Namun
limbah dengan cara yang ramah terhadap seluruh peraturan ini hanya mengatur secara
lingkungan dan mempertimbangkan kendala umum dan tidak mengatur secara spesifik definisi,
sosial, teknologi dan ekonomi. Berdasarkan uraian kriteria maupun alur pengelolaan limbah
di atas, maka diperlukan adanya perumusan elektronik.
strategi untuk mendorong terlaksananya Lemahnya kerangka hukum ini akhirnya
pengelolaan limbah elektronik ramah lingkungan berdampak pada masih seringnya terjadi
di Indonesia dengan menggunakan analisis pelanggaran yang selain merugikan negara juga
SWOT dan analisis QSPM untuk menentukan mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan
strategi prioritas dari alternatif strategi yang ada. masyarakat karena tidak dilakukan melalui cara
80
Trina Ayuni Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
yang ramah lingkungan. Seperti misalnya tersebut tidak dapat dipantau oleh pemerintah.
pengiriman limbah elektronik dari luar negeri ke Sedangkan dampak pencemaran akibat
dalam wilayah Republik Indonesia yang masih pengelolaan limbah elektronik yang tidak ramah
terjadi walaupun pelarangan importasi limbah lingkungan telah terjadi di beberapa wilayah di
elektronik telah diatur dalam UU No.32 tahun Indonesia. Seperti kasus pencemaran lingkungan
2009 pasal 69 ayat 1 dan UU No.18 tahun 2008 yang terjadi di Kampung Pesarean, Kecamatan
pasal 39 ayat 2. Sebagai negara kepulauan, Adiwerna, Kabupaten Tegal. Kampung ini
Indonesia memiliki banyak pelabuhan yang memiliki beberapa industri logam yang melakukan
tersebar di pulau-pulau luar sehingga limbah peleburan alumunium, timbal, tembaga, seng dan
elektronik atau perangkat elektronik bekas dari aki bekas. Hasil sisa kegiatan industri logam telah
luar negeri masuk ke pasar nasional melalui menimbulkan tumpukan limbah logam seperti
pelabuhan-pelabuhan ini dengan memanfaatkan dari balok timbal (lead ingot) yang dihasilkan dan
keterbatasan petugas dan fasilitas layanan standar menjadi bahan baku industri aki, elektronika,
pengawasan terhadap importasi barang-barang pelapisan logam, cat, kaca dan lainnya. Pada tahun
yang dilarang masuk ke tanah air, serta pemalsuan 2011, hasil uji sampel daerah yang dilakukan
atau penggunaan dokumen perizinan yang tidak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhadap 50
sesuai. Hal ini kemudian diduga memberikan warga Desa memberikan data bahwa sebanyak 46
kontribusi signifikan terhadap jumlah limbah orang telah tercemar timbal dan dari jumlah
elektronik yang ada di Indonesia, walaupun data tersebut, 12 orang sudah masuk dalam kondisi
mengenai importasi ilegal limbah elektronik bahaya karena terpapar sejumlah zat berbahaya.
Tabel 1. Prakiraan Konsumsi Domestik Perangkat Listrik dan Elektronik dan yang dihasilkan di
Indonesia pada tahun 2012 dan 2014
Jumlah (total dalam juta) 2012 244.47 The International Monetary Fund -
Penduduk World Economic Outlook (IMF
WEO)
Daya Beli (USD per Penduduk) 2012 4,958 IMF WEO
United Nations University Institute
Perangkat Listrik (kg per Penduduk) 2012 5.6 for the Advanced Study of
dan Elektronik Sustainability - Sustainable Cycles
yang beredar di (UNU-IAS SCYCLE 2015)
Pasar
(total dalam metric 2012 1,361 UNU IAS SCYCLE (2015)
-
kilotonnes)
Limbah (kg per Penduduk) 2014 3.0 UNU IAS SCYCLE (2015)
Elektronik yang -
dihasilkan (total dalam metric 2014 745 UNU-IAS SCYCLE (2015)
kilotonnes)
Sumber: StEP-initiative.org
81
Vol. 3 No. 1, April 2016 Strategi Pengelolaan Limbah Elektronik
82
Trina Ayuni Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
Penggunaan teknologi daur ulang ramah jawab mencegah terjadinya polusi karena salah
lingkungan untuk pengelolaan limbah elektronik satu aturan yang penting dari perspektif
dapat meningkatkan nilai recovery dari elemen yang pengendalian polusi menjadi persyaratan daur
terkandung pada limbah elektronik. Teknologi ulang yang ramah lingkungan. Memasukkan
ramah lingkungan untuk pengelolaan limbah perspektif ramah lingkungan dalam menyusun
elektronik dapat dilakukan di tiga tingkatan aturan menjadi sangat penting agar stakeholder
pengolahan. Semua tingkatan pengolahan limbah menjadi jelas dengan kewajiban mereka dan dapat
elektronik ini berdasarkan aliran material (material mengidentifikasi jumlah biaya yang digunakan.
flow). Setiap tingkatan terdiri dari unit pengerjaan Dalam hal melaksanakan sinergi, pemerintah
di mana limbah elektronik diperlakukan dan yang pusat dapat mendorong setiap pemerintah daerah
dihasilkan di tingkatan pengolahan pertama untuk memiliki setidaknya satu fasilitas
berfungsi sebagai input pada tingkatan pengolahan dan daur ulang limbah elektronik
pengolahan kedua. Setelah tingkatan pengolahan formal. Keberadaan fasilitas ini ke depannya dapat
ketiga, residu dibuang atau dibawa ke fasilitas dipertimbangkan untuk masuk ke dalam salah satu
pengolahan, penyimpanan dan pembuangan atau bobot penilaian piala Adipura sebuah provinsi
insinerator. Efisiensi pengerjaan di tingkatan untuk kategori pengelolaan sampah dan limbah
pertama dan kedua menentukan jumlah residu B3, atau salah satu kriteria penilaian proper
yang dihasilkan ke fasilitas pengolahan, (program penilaian peringkat kinerja perusahaan
penyimpanan dan pembuangan atau insinerator. dalam pengelolaan lingkungan) khususnya bagi
Penggunaan teknologi daur ulang limbah perusahaan elektronik.
elektronik ramah lingkungan membutuhkan Sedangkan pengembangan infrastruktur
teknologi canggih dan proses, yang tidak hanya program pengumpulan yang dilakukan dengan
sangat mahal, tetapi juga membutuhkan tujuan agar pasokan bahan baku untuk fasilitas
keterampilan dan pelatihan khusus untuk pengolahan limbah elektronik dapat stabil untuk
pengoperasiannya. Oleh karena itu perlu menjamin proses pengolahan dapat berjalan
dilakukan peningkatan kapasitas sumber daya dengan rutin dan fasilitas terus mendapatkan
manusia khususnya dalam hal keahlian untuk keuntungan bisnis, dilakukan melalui kegiatan
mengenali atau menentukan adanya konstituen antara lain:
berbahaya atau berpotensi berbahaya serta a. Penempatan dropbox di berbagai tempat
konstituen yang diinginkan yaitu material yang Pembuatan dropbox untuk ditempatkan di
memiliki nilai untuk dipulihkan kembali. sejumlah lokasi adalah salah satu cara untuk
mengumpulkan limbah elektronik yang berada di
2. Pembangunan fasilitas pengolahan dan daur
masyarakat maupun perkantoran. Kegiatan ini
ulang terpadu
bersifat voluntary karena membebaskan pengguna
Kebutuhan operasional sebuah fasilitas
perangkat elektronik untuk menyerahkan
pengolahan dan daur ulang adalah adanya lokasi
perangkat elektronik bekasnya ke dropbox tidak
pengumpulan, pembongkaran dan pemisahan,
mendapatkan pembayaran dari si pembeli atau
daur ulang, pengolahan serta pembuangan.
hendak menjualnya kembali ke toko retailer atau
Selama proses daur ulang berjalan, fasilitas
barang bekas. Penempatan dropbox harus disertai
pengolahan dan daur ulang terpadu bertanggung
83
Vol. 3 No. 1, April 2016 Strategi Pengelolaan Limbah Elektronik
dengan adanya petugas yang dapat memberikan coba agar sebuah sistem pengelolaan limbah
penjelasan dan mengarahkan peng guna elektronik ramah lingkungan dapat terlaksana,
elektronik yang akan menyumbangkan perangkat baik dalam bentuk pelaksanaan EPR seperti yang
elektronik bekasnya. Oleh karena itu dropbox telah diamanatkan dalam UU No. 18 tahun 2009,
dapat ditempatkan seperti di area sarana maupun sebagai upaya mendorong masyarakat
pendidikan, yaitu sekolah maupun kampus di untuk melakukan kegiatan 3R terhadap perangkat
mana kesadaran untuk menjaga kelestarian elektronik bekas mereka.
lingkungan dapat ditanamkan dengan mudah b. Penyelenggaran drop-off day
melalui media mengajar, di pusat retail elektronik Drop-off day merupakan suatu kegiatan di mana
atau di pasar. Suatu penempatan dropbox yang masyarakat atau pengguna elektronik dapat
tidak dilengkapi dengan adanya petugas tidak akan menyumbangkan perangkat elektronik bekasnya
efektif mengundang masyarakat untuk kepada penyelenggara acara, dalam hal ini dapat
berpartisipasi dalam kegiatan ini. Hal ini telah dikelola oleh pemerintah maupun swasta, di suatu
beberapa kali terjadi pada beberapa kegiatan tempat yang telah ditentukan dan berlangsung
lingkungan di mana program dropbox gagal selama satu hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
dijalankan karena rendahnya tingkat partisipasi mengurangi timbulan limbah elektronik,
masyarakat untuk menyumbangkan perangkat khususnya yang berasal dari rumah tangga atau
elektroniknya ke dalam dropbox yang tidak konsumen individu ke landfill. Penyelenggara drop-
didampingi oleh petugas. off day dapat menentukan jenis perangkat yang bisa
Untuk pembuatannya, dropbox dapat dibuat diserahkan dalam kegiatan drop-off ini, seperti
oleh produsen, recycler, dan retailer. Sedangkan TV, komputer (desktop, monitor, laptop dan
drop box yang dikelola swadaya dapat dikelola dan printer), mesin faks, DVD player, projector,
dipromosikan oleh komunitas lokal LSM atau peralatan games, ponsel, vacuum cleaner,
asosiasi pemerhati masalah lingkungan. Dropbox microwave, alat-alat listrik seperti bor listrik,
yang dibuat oleh produsen, recycler dan retailer gergaji listrik dan lainnya. Sedangkan untuk tidak
dapat menerapkan sistem insentif berupa menyulitkan penyelenggara, perangkat elektronik
voucher per perangkat elektronik bekas yang berukuran besar seperti mesin cuci dan kulkas
dikembalikan. Voucher ini dapat digunakan tidak perlu diterima pada drop-off day, tetapi dapat
sebagai potongan harga ketika membeli perangkat mengarahkan pengguna pada bentuk kegiatan lain
elektronik baru. Voucher ini disediakan oleh atau lokasi lain.
produsen yang diambil dari biaya tambahan yang Kegiatan drop-off day juga dapat diinisiasi
ditambahkan pada harga penjualan perangkat sebagai kegiatan rutin seperti halnya kegiatan car
yang disebut sebagai tipping fee atau biaya untuk free day serta dapat difungsikan sebagai media
pengolahan limbah. Hal inilah yang terus kampanye untuk meningkatkan kesadaran
mendapatkan tentangan dari sejumlah produsen masyarakat tentang isu limbah elektronik melalui
karena ketakutan mereka akan dampak dari biaya media elektronik atau media cetak.
tambahan tersebut akan membebani pembeli dan Dari perancangan kegiatan di atas, kemudian
mengurangi tingkat penjualan produk mereka. dapat dibuat skema rancangan pengelolaan
Namun sistem ini perlu mulai dilakukan dan diuji limbah elektronik melalui pelaksanaan strategi
84
Trina Ayuni Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan
pembangunan infrastr uktur pendukung pengolahan dan daur ulang serta program
khususnya untuk pembangunan fasilitas pengumpulan limbah elektronik (Gambar 1).
Publishing.
REFERENSI Schroeder, H. 2013. E-waste Management in
Canada: Current Topics White Paper Series.
Baldé CP, Wang F, Kuehr R, Huisman J. 2015. The Schroeder & Schroeder Inc.: Canada.
global e-waste monitor 2014. Bonn (DE): Schwarzer, S., De Bono, G., Giuliani, S., Kluser, P.,
United Nations University. Peduzzi. 2005. 'E-waste, the hidden side of
Greenpeace. 2005. Toxic Tech Pulling the Plug on IT equipments manufacturing and use.
Dirty Electronics. Policy Brief. Greenpeace Policy Brief. United Nations Environment
International. Programme.
[OECD] Organization for Economic Co- [StEP Initiative] Solve the E-waste Problem
operation and Development. 2007. Organization. Overview of e-waste related
Guidance Manual on Environmentally Sound information. StEP-Initiative [Internet].
Management of Waste. Paris (FR): OECD [Diunduh 2016 Juni 14]. Terdapat pada:
85
Vol. 3 No. 1, April 2016 Strategi Pengelolaan Limbah Elektronik
86