A. STANDAR KOMPETENSI :
Memahami Ekaristi sebagai pengetahuan yang membantu para siswa dapat menghayati dan
menjadikan Ekaristi sebagai bagian dari hidupnya. Dengan demikian dapat mengamalkan nilai-nilai
Ekaristi dalam hidupnya.
B. KOMPENTENSI DASAR :
1.1 Memaknai dan mengenal ritus pembuka sebagai ritus yang mempersatukan umat yang
berhimpun.
K
R
E
A
P
N
y
e
is
r
a
k
P
E
3.1 RITUS PEMBUKA
Perayaan Ekaristi merupakan perayaan kehadiran Yesus Kristus dalam persekutuan umat
beriman. Perayaan ekaristi tidak dipimpin oleh awam tetapi oleh kaum tertabis (Imam, uskup,
Kardinal, Paus). Bagian pokok perayaan ekaristi adalah liturgy sabda dan liturgy ekaristi. Sebelum
liturgy sabda ada ritus pembuka dan sesudah liturgi ekaristi ada ritus penutup. Walaupun ada bagian
yang disebut sebagai bagian pokok, namun tidak berarti bagian-bagian lain yang bukan bagian-bagian
pokok tidak penting. Semuanya penting karena tiap-tiap bagian memiliki maknanya sendiri-sendiri.
Ekaristi juga sering disebut sakramen paling utama atau pusat seluruh kehidupan Kristen
karena ; 1). Dalam perayaan ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia dan puncak karya
manusia memuliakan Allah lewat Kristus dan Roh Kudus.
2). Dalam perayaan ekaristi kita merayakan misteri pembebasan kita dari dosa.
Dalam perayaan ekaristi mengalirlah rahmat kepada manusia. Manusia memperoleh pengudusan dan
Allah dimuliakan yang merupakan tujuan semua usaha dan karya manusia
Makna dasar ritus pembuka adalah kehadiran Kristus di tengah umat yang berhimpun dan
sedang berdoa.
Makna dasar Liturgi sabda adalah kehadiran Tuhan dalam sabdanya.
Makna dasar Liturgi ekaristi adalah: kehadiran Tuhan dalam roti dan anggur.
Makna dasar Ritus penutup adalah kehadiran Tuhan yang mengutus gereja dan menyertainya
dengan berkatnya.
Ritus pembuka bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat agar
dapat mendengarkan sabda Allah dan merayakan ekaristi dengan layak. Ritus pembuka kadang dapat
dilaksanakan secara khusus asalkan sesuai dengan kaidah-kaidah buku-buku liturgy (Pedoman Umum
misale Romawi-PUMR 46), misalnya misa pada rabu abu : bagian tobat dilaksanakan sesudah homili
sebagai tanggapan atas sabda Allah melalui pertobatan dan penerimaan abu (Sumber: Martasudjita, E.
Pr: Tinjauan Teologis liturgis dan pastoral, Yokyakarta: kanisius 2005)
4. Salam
Salam liturgis kita berbunyi:
P: Semoga damai sejahtera dari Allah bapa dan dari putraNya Yesus Kristus senantiasa
menyertai kita
U: Sekarang dan selama- lamanya
Kata-kata salam dari imam: “Tuhan sertamu”, mau menyatakan bahwa Tuhan sungguh-
sungguh hadir menyertai jemaat. Jawaban umat: “dan sertamu juga”, menunjukan bahwa
Tuhan yang sama juga hadir dalam diri imam.
Dengan demikian kata salam tidak dapat diganti dengan salam lain yang bersifat profan seperti
selamat pagi atau selamat datang bapak-bapak dan ibu-ibu. Salam harus bersifat ilahi dan
bukan bersifat profan.
5. Kata Pengantar
Kata pengantar berfungsi untuk menghantar jemaat untuk mengetahui tema atau inti mistereri
yang dirayakan. Kata pengantar mulai digunakan pada misa romawi Paulus VI 1970
Syarat-syaratnya:
Tidak boleh terlalu panjang
Menyinggung inti perayaan
Penutup kata pengantar berupa ajakan untuk penelitian bathin menjelang
pernyataan tobat
Saat kita mengucapkan saya mengaku, biasanya ada tepukan dada yang melambangkan
penyesalan. Sebenarnya bukan dada yang dimaksudkan tetapi hati karena dibalik dada ada
hati. Dan yang merusak hubungan dengan Allah adalah berawal dari hati. Dasar biblisnya
Luk 23:48, Luk 18: 13, Mark 7:21
Istilah-istilah yang berhubungan dengan pertobatan antara lain
Penitensi : Penyilihan
Indulgensi : Penghapusan siksa dosa
Absolusi: Pengampunan
7. Madah Kemuliaan
Kemualiaan mulai dikenal dalam Liturgi Romawi sekitar abad 6M. M
Madah kemuliaan digunakan terinspirasi nyanyian para malaikat di Betlehem pada saat
kelahiran Yesus.
Madah ini bertujuan untuk memuliakan Allah Bapa dan PutraNya. Dasar biblisnya Luk
2:14.
Dari segi liturgi, madah ini dinyanyikan pada hari-hari Minggu kecuali dalam masa adven
dan prapaskah. Madah kemuliaan juga dinyanyikan pada hari raya dan hari-hari pesta.
8. Doa Pembuka
Doa pembuka merupakan akhir sekaligus puncak ritus pembuka.
Doa pembuka ditujukan kepada Allah Bapa dengan perantaraan Putera dan persekutuan
Roh Kudus. Dan pada akhirnya umat menjawab amin sebagai tanda persetujuan
Doa ini dibuka dengan ajakan; “marilah berdoa”. Setelah itu diikuti dengan hening sekitar
sepuluh (10) detik.
Tujuan hening dalam doa pembuka adalah untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam
bathin mengungkapkan doa pribadi atau intensi pribadi kita masing-masing.
Isi doa pembuka mencakup hal-hal berikut:
Sebutan untuk Allah (pujian)
menyebutkan tema perayaan yang sedang kita rayakan
Permohonan kepada Allah Bapa lewat Pengantaraan PutraNya dalam Persatuan
dengan Roh Kudus. Jadi doa pembuka harus didoakan secara lengkap (menyebut
Bapa, Putra, dan Roh Kudus) yang mau mengungkapkan persatuan Trinitaris (Allah
Tritungal), yang secara tidak langsung mau mengungkapkan persatuan seluruh umat
(manusia) dengan Allah.
Persetujuan jemaat (Amin).
Doa pembuka merupakan salah satu doa presidensial yaitu: doa yang hanya didoakan oleh
Imam.
Disamping doa pembuka, ada doa-doa lain yang hanya dibawakan oleh Imam, yakni:
doa persiapan persembahan
doa syukur agung
doa sesudah komuni
BAHAN AJAR II
A. STANDAR KOMPETENSI:
Memahami Ekaristi sebagai pengetahuan yang membantu para siswa dapat menghayati dan
menjadikan Ekaristi sebagai bagian dari hidupnya. Dengan demikian dapat mengamalkan nilai-nilai
Ekaristi dalam hidupnya.
B. KOMPENTENSI DASAR:
2.2 Mengenal dan memahami liturgi sabda untuk diwartakan kembali lewat perkataan dan menjadi
daya yang hidup berkat kekuatan Roh Kudus.
A. Arti Liturgi
Kata liturgi berasal dari bahasa yunani yaitu leitourgia. Kata ini terbentuk dari kata ergon :
Karya dan Leitos: Bangsa.
Secara harafiah leitourgia berarti: kerja atau pelayanan untuk kepentingan bangsa.
Jadi liturgy berarti: kerja yang tidak dibayar atau pelayanan.
Dalam Perjanjian Baru liturgi berarti melayani (Flp 2: 25.30; Rm 13:6; Ibr 1:7) Liturgi
dihubungkan dengan pelayanan kepada Allah dan kepada sesama. Pelayanan tidak terbatas
hanya dalam bidang ibadat tetapi juga dalam bidang-bidang kehidupan lain di luar ibadat
(Senin,22/10/2012: XI IPS 1: Penjelasan)
B. Teologi Sabda
Manusia tidak dapat berpisah dari Allah,kata dan bahasa. Manusia dapat berkomunikasi dan
mengungkapkan diri, mengerti, memahami diri dan dunianya melalui bahasa. Ada bahasa
verbal (ungkapan bahasa dengan kata-kata), dan ada bahasa non Verbal (ungkapan bahasa
tanpa kata).
Seluruh misteri pewahyuan Allah kepada manusia disampaiakan melalui kata dan bahasa.
Dalam sebuah kata tidak ada kata kosong, tetapi ada isi. Artinya ada peristiwa yang mau
diungkapkan.
Sabda atau kata dalam kitab suci menunjukan dua hal sekaligus, yakni ungkapan bahasa dan
isi atau makna di balik ungkapan tersebut.
Isi hanya dapat diungkapkan melalui kata atau sabda. Misalnya, Allah bersabda “Jadilah
terang (Kej 1:2) maka kata jadilah terang tidak hanya merupakan ungkapan keinginan Allah
untuk membuat terang tetapi dalam kenyataan terang benar-benar terjadi. Apa yang
dikatakan Allah benar-benar terjadi dalam kenyataan. Kata-kata yang dikeluarkan dari mulut
Allah selalu berdaya guna dan tidak kosong (Ibr 4:2).
Sabda Allah memiliki daya dan kekuatan dinamis yang sanggup mengubah dan
menghasilkan sesuatu. “Firman yang keluar dari mulutku, ia tidak akan kembali kepadaKu
dengan sia-sia. Tetapi ia akan melaksanankan apa yang kukehendaki dan akan berhasil dalam
apa yang KUsuruhkan kepadanya” (Yes 55:10-11).
Jadi sabda Allah berdaya mencipta yaitu membuat “ada” yang tidak ada, menjadi ada sesuai
dengan sabdanya (Kej 1:1-2; 4b).
Pada perjanjian lama Allah berbicara lewat para Nabi, pada masa perjanjian baru ia berbicara
lewat anakNYA Yesus Kristus bukan hanya menyampaikan sabda Bapa kepada dunia tetapi
ia adalah “sang sabda” itu sendiri yang sejak kekal keluar dari mulut Bapa sebagai partner
kasih dan dialognya dalam kesatuan dengan Roh Kudus.
Sang Sabda selalu bersama dengan Allah dan segala sesuatu dijadikan dalam Dia (Yoh 1:3)
Puncak Sabda adalah ketika Sang Sabda menjadi manusia. Dan dimensi terdalam karya
keselamatan Allah adalah ketika kata dan tindakan Allah meresap dalam kehidupan manusia.
Gereja terbentuk karena sabda Allah juga. Gereja adalah kumpulan orang-orang beriman
yang dipanggil dan dipilih oleh Kristus melalui sabdaNya.
Dalam gereja dan pewartaannya Sabda Allah hadir dan dirayakan (Rm 10:8-18). Melalui
pewartaannya, kristus hadir, bersabda dan terus berkarya dalam dunia.
Kehadiran Kristus dalam pewartaan gereja diungkapkan oleh Konsili Vatikan II, “Kristus
hadir dalam sabdaNya, sebab ia sendiri bersabda bila kitab suci dibacakan dalam gereja (SC
7).
Pewartaan sabda bersifat sacramental. Hal ini dikaitkan dengan perkataan St. Agustinus
tentang sabda.
Bagi St. Agustinus Sabda dilihat sebagai sacramentum Audibile (sakramen yang dapat
didengar) dan sakramen sebagai Verbum Visibile sabda yang dapat dilihat).
Makna sakremental sabda terletak pada daya guna sabda yang berdaya mengubah dan
mencipta.
Bahasa dan kata yang dipakai dalam pewartaan adalah bahasa symbol. Melalui symbol
mengalirlah daya kekuatan Allah yang mengubah dan menyelamatkan.
Sebagaimana Allah, Kristus hadir dalam bahasa manusia yang terbatas. Bahasa manusia
tidak dapat mengungkapkan Allah secara lengkap. Allah tetap menjadi misteri bagi manusia.
Supaya dapat memahami dan mengenal Allah manusia mengugunakan bahasa Analogi.
Bahasa analogi artinya bahasa yang melihat kemiripan berdasarkan perbandingan. Melalui
Analogi kita dihantar kepada realitas yang ingin disampaikan. Hanya setelah Allah
menggunakan bahasa kita, kita bisa masuk dan menangkap Allah yang bersabda.
Jadi bukan kita yang pertama-tama datang kepada misteri Allah melainkan Allah yang
terlebih dahulu masuk ke dalam dunia kita agar kita dapat mengambil bagian dalam dunia
Allah dan berjumpa dengan Dia.
Dalam pewartaan terjadi komunikasi dan dialog antara Kristus dan jemaat. Komunikasi
berlangsung dalam bahasa dan kata manusia. Akan tetapi isi dan realitas melampaui
ungkapan bahasanya. Struktur dialogis tampak dalam perayaaan Sabda.
C. Liturgi Sabda
1. Bacaan Pertama
o Bacaan I selalu diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan dibacakan oleh Lektor
dengan suara lantang, jelas dengan pembawaan yang pantas dan penghayatan yang
mendalam.
o Kitab Perjanjian lama pada umumnya menceritakan tentang sejarah perencanaan
maupun keselamatan umat manusia, yakni kisah Penciptaan manusia, Manusia jatuh
dalam dosa, Panggilan Abraham, Panggilan Musa, dan Panggilan Israel.
o Perjanjian Lama mengungkapkan sejarah keselamatan Allah. Allah menjanjikan
keselamatan kepada manusia.
o Setiap pembacaan Kitab Suci selalu diawali dengan kata “ Bacaan I diambil dari
Kitab…” dan diakhiri dengan kata “Demikianlah Sabda Tuhan…”
2. Mazmur Tanggapan
o Dipilih sesuai dengan bacaan yang bersangkutan.
o Dianjurkan untuk dilagukan, terutama pada bagian refren.
o Fungsi mazmur untuk menopang permenungan atas sabda Allah.
o Di dalam Kitab Mazmur, terdapat kumpulan lagu untuk umat Israel, yang selalu
dinyanyikan di Bait Allah untuk sesama dan pribadi seseorang. Nyanyian ini
dinyanyikan untuk mengungkapkan syukur dan pujian kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yakni Sang Pencipta, Sang Penyelamat, dan Sang Pengampun. Selain itu juga
bertujuan untuk mengungkapkan permohonan, permasalahan yang dihadapi dalam
hidup umat beragama (cobaan).
o Tanpa disadari umat menyanyikan Mazmur bersama Yesus. Misalnya ketika upacara
hari Sabat, Yesus mendaras Mazmur bersama murid – muridnya pada perjamuan
malam terakhir, bahkan ketika Yesus diterpaku di kayu salib.
o Yesus telah mempercayakan dan menyerahkan Kitab Mazmur kepada umat-Nya agar
umat dapat memahami makna dari semuanya itu serta selalu mengingat akan Tuhan.
o Semua yang tertulis didalam kitab Mazmur pada waktu itu, memiliki makna yang
tidak jauh dari kehidupan masa kini. Sehingga akan menjadi sangat penting bagi kita
sebagai umat-Nya untuk memperkaya diri dengan iman, doa, pujian, seraya
mengucapkan atau menyanyikan Mazmur.
o Dengan demikian, Mazmur merupakan salah satu alat komunikasi bagi umat untuk
menyampaikan syukur, pujian, dan permohonan kepada Ia di Surga melalui utusan-
Nya Yesus Kristus dalam bentuk nyanyian.
3. Bacaan Kedua
o Bacaan II biasanya diambil dari Kitab Perjanjian Baru, dan pada umumnya diambil
dari Surat – surat.
o Bacaan II dibacakan setelah Mazmur Tanggapan.
5. Bacaan Injil
o Bacaan Injil diambil dari keempat Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
o Pada bacaan Injil diajak untuk mendengarkan sabda Allah. Bacaan Injil biasanya
diawali dengan kata – kata :
P : Tuhan sertamu
U : Dan sertamu juga
P : Inilah Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut Santo…
U : Dimuliakanlah Tuhan
(diikuti dengan tanda salib kecil di dahi, bibir dan dada).
Arti ketiga tanda salib kecil itu adalah:
Membuka pikiran untuk menerima sabda
Mengakuinya dengan mulut
Menyimpan didalam hati untuk dilaksanakan.
Dan diakhiri dengan kata – kata :
P : Demikianlah Injil Tuhan
U : Terpujilah Kristus
o Sebelum Injil dibacakan, biasanya diawali dengan pendupaan yang bersifat aromatik.
Tujuan pendupaan adalah untuk membuat suasana menjadi lebih sakral dan mistis.
Juga dipercaya sebagai pemurnian dan pengudusan.
Asap dupa dimaknai oleh umat Kristen sebagai salah satu sarana agar doa – doa
umat dapat tersampaikan atau didengarkan di Surga.
Selama pembacaan Inji usahakan pendupaan tetap menebarkan aromanya dan
asapnya.
Saat mendupakan umat, alat pendupaan digoyang 3 kali yakni ke tengah, kiri dan
kanan.
Penggunaan dupa saat misa antara lain;
Pada permulaan misa untuk menghormati altar dan salib
Waktu Injil dibacakan
Sesudah roti dan anggur disiapkan di atas altar untuk mendupai bahan
persembahan, salib, altar, imam dan jemaat
Saat hosti dan piala diperlihatkan kepada umat setelah konsekrasi.
Selain itu, kita juga melihat imam mendupai peti jenazah sebagai tanda hormat
kepada tubuh yang telah meninggal dan yang menjadi bait Roh kudus serta
sebagai tanda doa- doa umat beriman untuk orang meninggal.
o Bacaan Injil merupakan puncak dari liturgi sabda sehingga bacaan Injil dihormati
melebihi bacaan lain.
7. Homili / Khotbah
o Homili bertujuan untuk menyadari Sabda Allah bagi umat. Dapat juga diadakan tukar
menukar pengalaman iman, akan tetapi bukan berarti berdiskusi.
o Biasanya homili dilakukan dalam perayaan liturgi oleh Imam dan selalu berdasarkan
bacaan Injil pada hari itu (bacaan sesuai penanggalan liturgi).
o Homili itu sendiri adalah penjelasan atau penguraian tentang bacaan Kitab Suci dan
merupakan percakapan dari hati ke hati antara Allah dan manusia. Bukan persuasi,
bukan juga kritik apalagi agitasi politik, tetapi penjelasan/uraian atas Kitab Suci yang
telah dibacakan.
o Tanda salib sebelum dan sesudah homili tidak perlu.
o Dasar biblis homili adalah Injil Mrk 16:15.
o Homili berbeda dengan kotbah.
Homili adalah substansi kotbah. Kotbah berasal dari bahasa Arab khutba artinya:
pewartaan sabda Allah bertolak dari pengalaman iman dan tidak selalu
merupakan penjelasan teks kitab suci.
Sejak Vatikan II Kotbah dimasukan dalm liturgi sehingga kotbah sebenarnya
menjadi homily juga. Arti kotbah dan homili saat ini dicampuradukan.
Homili hanya dilakukan dalam perayaan liturgi oleh Imam dan selalu
berdasarkan teks yang ditentukan dalam penanggalan liturgi.
Sedangkan kotbah dapat dilakukan oleh umat dan tidak harus berdasarkan teks
yang ada dalam penanggalan liturgi, dapat dilakukan diluar perayaan liturgy dan
diarahkan untuk pertobatan orang.
o Hanya Imam yang berhomili karena Imam ditahbiskan untuk berhomili dan bersaksi.
Pada saat ditahbiskan menjadi diakon, uskup berpesan: Terimalah Injil Kristus ini dan
berusahalah supaya apa yang engkau percaya dan apa yang engkau ajarkan, engkau
laksanakan.
o Imam adalah Pribadi Kristus atau In Persona Christi sekaligus juga Pribadi Gereja
atau In Persona Ecclesiae. Dengan demikian Imam memiliki hak khusus untuk
berhomili dan kerjanya adalah menguraikan Wahyu Ilahi untuk memperkaya iman
umat.
8. Syahadat
o Syahadat diartikan juga sebagai tanggapan iman atau pernyataan Iman.
o Umat diajak untuk menyatakan iman dengan mengucapkan Syahadat bersama –
sama, baik antara Imam dengan umat, silih berganti antara umat disebelah kiri dengan
umat disebelah kanan, maupun didoakan/diucapkan secara bersama - sama.
o Adanya syahadat dengan maksud:
a. Agar jemaat mengiakan atau mengamini sabda Allah yang ba ru saja didengarkan
dalam bacaan dan homili
b. Agara jemaat dapat mengingat kembali pokok-pokok iman kepercayaan sebelum
memulai perayaan atau Liturgi Ekaristi.
o Syahadat selalu dipakai pada misa hari minggu, hari raya, serta hari khusus.
Dilakukan atau didoakan setelah homili.
9. Doa Umat
o Doa Umat biasanya dalam bentuk permohonan umat pada Allah di Surga. Doa Umat
didoakan secara bersama – sama dalam bentuk resmi dengan wujud pasrah. Bukan
untuk kepentingan pribadi saja, tetapi juga untuk seluruh Gereja bahkan seluruh
masyarakat.
Evangeliarium : buku yang berisi kumpulan bacaan dan juga bacaan Injil untuk
keperluan liturgis
Lectionarium : buku yang berisi kumpulan bacaan
LITURGI EKARISTI
A. STANDAR KOMPETENSI:
Memahami Ekaristi sebagai pengetahuan yang membantu para siswa dapat menghayati dan
menjadikan Ekaristi sebagai bagian dari hidupnya. Dengan demikian dapat mengamalkan nilai-nilai
Ekaristi dalam hidupnya.
B. KOMPENTENSI DASAR:
Memahami Liturgi Ekaristi sebagai pusat dan puncak Perayaan Ekaristi.
BAHAN AJAR IV
RITUS PENUTUP
A. STANDAR KOMPETENSI:
Memahami Ekaristi sebagai pengetahuan yang dapat membantu para siswa menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Ekaristi, dan menjadikan Ekaristi sebagai bagian dari kehidupannya.
B. KOMPENTENSI DASAR:
Memahami ritus penutup sebagai ritus pengutusan, dalam dan melaluinya umat diutus
mengamalkan rahmat Ekaristi dalam kehidupannya setiap hari sebagai seorang yang beriman.
C. INDIKATOR: - Menyebutkan unsur utama dalam ritus penutup
- Menyebutkan macam-macam rumusan pemberkatan
- Menjelaskan urutan perarakan keluar
- Menjelaskan urutan perarakan masuk
- Menjelaskan sejarah misa
E. MATERI POKOK : TATA PERAYAAN EKARISTI
Ritus penutup merupakan ritus untuk menutup seluruh rangkaian Perayaan Ekaristi. Ritus
penutup terdiri atas :
@. Pengumuman @. Pengutusan
@. Amanat Pengutusan @. Perarakan keluar
@. Berkat
BAHAN AJAR V
A. STANDAR KOMPETENSI:
Memahami Ibadat Sabda sebagai pengetahuan yang dapat membantu siswa dalam menghayati dan
mengamalkan Sabda dan kehendak Allah dalam hidupnya.
B. KOMPENTENSI DASAR:
Memahami Ibadat Sabda tanpa imam sebagai bagian dari upacara liturgi Gereja.
Pengantar
Ibadat sabda adalah ibadat yang dirayakan tanpa imam atau ibadat yang dipimpin oleh awam.
Ibadat sabda hadir untuk menjaga kemungkinan terhadap kekurangan imam dan juga untuk
lebih melibatkan umat. Dengan adanya ibadat sabda, awam pun ikut berperan menjadi
pemimpin dalam ibadat
Ibadat sabda dibagi atas beberapa bagian :
1. Ibadat Sabda Pada Hari Minggu:
2. Ibadat Sabda Pada Hari Biasa
3. Ibadat Tobat
3. Penutup
Doa penutup
Mohon Berkat Tuhan :
P : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama – lamanya
P : Semoga kita semua yang berhimpun disini dan semua orang yang kita kasihi, yang
kita doakan, dan yang mengharapkan doa – doa dari kita senantiasa diberkati oleh
Allah YMK, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus..
U : Amin.
Pengutusan :
P : Saudara/i ytk.... Dengan demikian ibadat sabda kita telah selesai, marilah kita
pulang membawa damai dan suka cita Kristus kepada sesama kita.
U : Syukur kepada Allah
Lagu Penutup
Tanda salib
Tambahan :
1. Hal – hal yang harus disiapkan waktu ibadat sabda adalah sbb :
Kata Pengantar
Doa pembuka
Bacaan
Renungan
Doa umat / doa permohonan
Doa penutup
Dll. (tinggal disesuaikan)
9. Pernyataan Tobat:
P: Menyadari bahwa kita adalah orang berdosa, maka marilah kita merendahkan diri di
hadapan Tuhan, kita menyesali dosa-dosa kita.
Doa tobat…………….
P: Semoga Allah yang maha kuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan
menghantar kita kepada kehidupan yang kekal
U: Amin
10. Litani tobat:
P : Bapa kami di surga, kami percaya kepada Bapa dan mengharapkan belaskasihan.Maka
kami berdoa kepadaMu. Kami terkurung dalam kesempitan cinta diri dan jarang mau
mencintai sesama dengan sungguh. Kami mohon ya Bapa...
U : Kasihanilah kami umatMu
P : Kami mudah mengadili orang lain dan lekas iri hati kepada sesama. Kami mohon ya
Bapa
U : Kasihanilah kami umatMu
P : Kami sering tersinggung dan sukar mengampuni. Kami kurang sabar dan cepat marah.
Kami mhn ya Bapa
U : Kasihanilah kami umatMu
P: Betapa sering kami melalaikan tanggung jawab dan puas dengan pekerjaan yang tidak
sungguh - sungguh. Kami mohon ya Bapa
U: Kasihanilah kami umatMu
P: Kami malas dan kurang berusaha, mengejar kesenangan sendiri dan bukan kehendak
Bapa. Kami mohon Ya Bapa
U: Kasihanilah kami umatMu
P: Kami sering malas berdoa dan hidup doa kami hanyalah karena rutin belaka. Kami
mohon ya Bapa
U: Kasihanilah kami umatMu
P: Marilah kita menyatukan segala doa dan permohonan kita dengan doa yang diajarkan
Yesus sendiri.
11. Bapa kami……
12. Doa Penutup
13. Berkat dan pengutusan
14. Lagu Penutup
BAHAN AJAR VI
A. STANDAR KOMPETENSI:
Memahami Ekaristi sebagai pengetahuan yang membantu para siswa dapat menghayati dan
menjadikan Ekaristi sebagai bagian dari hidupnya. Dengan demikian dapat mengamalkan nilai-nilai
Ekaristi dalam hidupnya.
B. KOMPENTENSI DASAR:
Memahami tata gerak dan sikap tubuh untuk membantu umat lebih menghayati Perayaan Ekaristi
serta mengikuti tata gerak dalam Perayaan dengan penuh kesadaran dan keyakinan atau iman yang
penuh.
C. INDIKATOR: - Menjelaskan perlunya tata gerak atau ekspresi manusiawi
- Menjelaskan pentingnya sikap tubuh yang seragam
- Menjelaskan makna masing-masing tata gerak
- Menyebutkan dasar biblis berkumpul bersama
- Menyebutkan dasar biblis masing-masing tata gerak
- Menyebutkan saat-saat yang tepat melakukan tata gerak
PENGANTAR :
Sebagai perayaan manusiawi, perayaan Ekaristi juga memerlukan ekspresi manusiawi.
Dengan adanya ekspresi manusiawi, maka tata gerak dan sikap tubuh menjadi bagian penting
dalam simbolisasi kebersamaan dan kesatuan gereja yang berdoa.
Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk
merayakan liturgi suci, sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap
batin yang sama pula. Dengan demikian jika sikap tubuh dapat dilakukan dengan baik, maka:
Seluruh perayaan memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun
Makna aneka bagian Perayaan dipahami secara tepat dan penuh
Partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan
2. Berdiri
Berdiri mengungkapkan:
© Kegembiraan. Gembira atas kebersamaan dan persaudaraan dalam Kristus
© Menyatakan kesiagaan dihadapan Allah
© Menyatakan kesiapan untuk bertemu dan berdialog dengan Allah
© Menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah dan Tuhan kita (Kej 18:8)
© Menunjukkan rasa syukur dan keakraban dengan Allah
© Mengungkapkan persaudaraan yang hidup yang dipersatukan bagi dan oleh Allah
Catatan :
Saat yang tepat untuk berdiri selama perayaan ekaristi berlangsung lihat buku TPE (Tata
Perayaan Ekaristi) yang baru.
3. Duduk
Sikap duduk menggambarkan:
© Mengharapkan sesuatu
© Mendengar atau mencerna suatu pesan
© Mendambakan sesuatu
© Menemukan makna hidup
© Menyambut sabda Allah dengan hati terbuka
© Bersedia untuk mendengarkan
© Saling membagi pengalaman
© Menggambarkan rasa damai, aman
Catatan :
Saat yang tepat untuk duduk selama perayaan ekaristi berlangsung lihat buku TPE (Tata Perayaan
Ekaristi) yang baru. Dasar biblisnya Mat 5:1, dan Luk 10:39
4. Berlutut
Berlutut mengungkapkan:
© Pengakuan iman akan misteri paskah
© Perendahan diri dihadapan Tuhan
© Peniruan kita akan sengsara Yesus di salib
© Kepasrahan kita
© Kelemahan dan ketakberdayaan kita dihadapan Tuhan Allah. Ketakberdayaan dan
kepasrahan juga dapat diungkapkan lewat tiarap.
Catatan :
Saat yang tepat untuk berlutut selama perayaan ekaristi berlangsung lihat buku TPE (Tata
Perayaan Ekaristi) yang baru. Berlutut biasanya dilakukan saat konsekrasi.
Dasar biblisnya: Filipi 2:10-11
5. Menundukkan Kepala
Menundukkan kepala dapat dilakukan ketika putra altar, lector, diakon sedang membawa salib,
lilin, dupa, Alkitab.
Menurut Punar 275a menudukkan kepala dapat dilakukan juga ketika mengucapkan :
© Allah Tritunggal
© Roh Kudus
© Perawan Maria
© Nama orang kudus yang diperingati dalam misa bersangkutan
6. Membungkuk
Menurut Punar 275b membungkuk bada dapat dilakukan saat:
© Menghormati Altar
© Sebelum memaklumkan Injil
© Saat syahadat ketika mengucapkan kata-kata dan Ia menjadi Manusia
© Dalam persiapan persembahan waktu mengucapkan doa dengan rendah hati dan tulus.
7. Mencium
Menurut Punar 273 : kalau mencium tidak sesuai dengan tradisi kebudayaan setempat, bisa
diganti dengan cara penghormatan lain seperti menempelkan kening pada benda-benda tersebut
atau meletakkan telapak tangan pada benda-benda tertentu.
8. Merentangkan Tangan
Merentangkan memiliki makna:
© Meniru Kristus yang tersalib
© Meniru Musa yang berdoa agar Allah melindungi bangsa Israel dari kejaran bangsa Mesir
© Menunjukan kesediaan dan keterbukaan
© Ketakberdayaan
© Penyerahan diri
9. Menumpangkan Tangan
Menumpangakan tangan melambangkan:
© Turunnya Roh Kudus (Epiklesis)
© Penganugerahan berkat