PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut tidak hanya menimpa orang-orang dewasa saja melainkan juga terjadi
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Usia prasekolah merupakan
populasi yang sangat rentan terutama ketika menghadapi situasi yang membuat
stress dan ketakutan selama sakit dan dirawat inap dirumah sakit. Hal ini
keseluruhan, belum bisa menentukan prilaku yang dapat mengatasi distress dan
koping yang digunakan oleh anak belum berkembang dengan sempurna seperti
anak dibawah usia 6 tahun kurang mampu berpikir tentang suatu peristiwa secara
anak akan minta dukungan kepada orang terdekatnya misalnya orangtua atau
dipeluk, di dekap saat merasa ketakutan, cemas, saat merasa kesakitan dan minta
1
2
Lingkungan rumah sakit akan menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak,
suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah asing, berbagai macam
bunyi dan bau yang khas dapat membuat anak mengalami traumatik dan
tidur dan penuh ketakutan. Anak akan mengalami masa yang sulit karena tidak
menjalani Hospitalisasi akan menimbulkan perasaan tidak aman. Hal ini akan
panjang. Anak akan terus tinggal dan dirawat dirumah sakit sampai batas yang
sangat rentan mengalami stress sebagai akibat perubahan keadaan sehat dan
rutinitas lingkungan dirumah sakit, hal ini terjadi akibat keterbatasan anak dalam
merasa takut apabila menghadapi sesuatu yang dapat mengancam integritas diri
dan tubuhnya sehingga cenderung membuat anak menjadi stress atau distress
Stress atau distress merupakan stress yang negatif. Distress dihasilkan dari
sebuah proses yang memaknai sesuatu dengan hal yang buruk, respon yang
3
digunakan selalu negatif dan ada indikasi mengganggu integritas diri sehingga
menjadi sebuah ancaman. Respon distress pada anak di tujukan dengan rasa
ketakutan, menarik diri, menolak ketemu dengan orang lain, menempel terus ke
orang yang dia kenal, gangguan tidur, agresif, marah, cenderung berkelakukan
kekerasan (UNICEF, 2009). Distress yang di rasakan akan membuat anak menjadi
kelelahan akibat menangis terus, tidak mau berinteraksi dengan perawat, rewel,
harus mengganti line setiap 72-96 jam, akan tetapi tidak semua pemasangan infus
dapat bertahan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (Alexander et al, 2010).
abocate melalui transkutan pinset tajam yang steril dan disambungkan dengan
spuit untuk memasukkan obat atau cairan langsung ke pembuluh darah vena
nyeri bagi pasien termasuk anak-anak, sehingga dapat membuat anak menjadi
tindakan invasif ini di butuhkan terapi untuk meminimalkan rasa distress pada
anak. Terapi yang bisa digunakan untuk meminimalkan rasa ketakutan pada saat
Terapi ini biasanya dilakukan dengan bantuan pihak keluarga, misalkan ibu,
pengasuh anak maupun orang terdekat menurut anak. Terapi ini menimbulkan
dampak positif bagi anak pada saat melakukan prosedur perawatan pemasangan
infus, anak merasa lebih nyaman saat di dekap, ketakutan mulai menurun terapi
ini juga dapat mencegah perilaku anak yang tidak terkontrol pada saat tindakan.
dunia mencapai 148 juta 958 anak dengan insiden anak yang dirawat dirumah
ketakutan dan stress saat menjalani perawatan (Heri & Intan, 2017). Di Amerika
prosedur tindakan invasive dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut mengalami
anak prasekolah yang dirawat inap pada Juni-Agustus 2019 sebanyak 120 0rang
rata skor distress pada anak usia 3-12 tahun setelah dilakukan dekapan keluarga
dan pemberian posisi duduk saat dilakukan pemasangan infus lebih rendah dari
pada anak yang tidak diberikan dekapan. P <0,05 (p= 0,025). Pengukuran
proporsi skor distress pada kelompok control mempunyai rerata 3,70 dengan
standard deviasi 0,483 dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi adalah 4. Hasil
analisis skor Distress anak saat dilakukan pemasangan infus menunjukan bahwa
nilai p skor Distress sebesar 0,00001 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
nilai p < 0, 05 maka hasil tersebut menunjukan bahwa terjadi perubahan respon p=
(0,000) nyeri pada kelompok bounding rata-rata 2,60 (1,06) berbeda dengan
dilakukan untuk mengatasi nyeri dari pada stimulus kutaneus, meskipun kedua
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh dekapan keluarga terhadap
distress anak usia prasekolah saat dilakukan pemasangan infus di Rumkital Dr.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Suratani Tanjungpinang.
2. Tujuan Khusus
inap responden pada penelitian di ruang Subi kecil Rumkital Dr. Midiyato
Suratani Tanjungpinang.
b. Diketahui distress anak saat akan dilakukan pemasangan infus sebelum dan
sesudah intervensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikasi
pemasangan infus.
c. Bagi Peneliti
2. Manfaat Akademik