1 Al-Quran adalah pedoman bagi umat islam. Mengingat Al-Qur’an adalah
otoritas utama sebagai pedoman umat Islam, dapatlah difahami jika terdapat berbagai ragam metode untuk menafsirkannya. Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan perhatian para ulama selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan Al-Qur’an dan menerjemahkan misi-misinya. Tafsir Sebagai hasil karya manusia, muncul keanekaragaman dalam corak penafsirannya merupakan hal yang tak terhindarkan Al-Qur’an mengandung ayat-ayat yang berdimensi aqidah, syari'ah dan akhlak semata, akan tetapi juga memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan (sains). Al-Qur’an selalu mengajak kepada manusia untuk bersikap ilmiah dengan melihat, membaca, memperhatikan, memikirkan, mengkaji serta memahami dari setiap fenomena yang ada terlebih lagi terhadap beberapa fenomena alam semesta, yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena itu bisa dikembangkan sains dan teknologi untuk perkembangan umat manusia dan dengan itu pula akan didapatkan pemahaman yang utuh dan lengkap. 2 Tafsir merupakan hasil pemikiran manusia tentang penjelasan maksud firman- firman Allah Swt yang sesuai dengan kemampuan manusia yang dipengaruhi oleh beberapa hal sehingga banyak terjadi perbedaan-perbedaan penafsiran baik dari masa ke masa atau dari satu tempat ke tempat lain. Pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu 3 Pengertian tafsir ‘Ilmi yaitu penafsiran Al-Qur’an melalui pendekatan ilmu pengetahuan sebagai salah satu dari berbagai dimensi ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an. Atau tafsir ilmi adalah upaya menafsirkan ayat-ayat Alquran yang dikolerasikan dengan ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu eksperimen) guna mengungkapkan kemukjizatan Alquran 4 Fungsi-fungsi dalam menafsirkan ayat-ayat Kauniyah
Fungsi-fungsi dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah, diantaranya
adalah: a. Tabyîn, yaitu menjelaskan teks al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. I’jaz (Mengungkap kemukjizatan al-quran), yaitu pembuktian atas
kebenaran teks al-quran menurut ilmu pengetahuan dan teknologi yang selanjutnya dapat memberikan dorongan atau stimulant yang nantinya dapat ditindaklanjuti oleh para ilmuwan dalam meneliti dan mengobservasi ilmu pengetahuan lewat penafsiran teks-teks al-Quran
c. Istikhraj al-ilm, yaitu adanya isyarat penemuan teori ilmu
pengetahuan baru di nama teks ayat-ayat al-quran berisi isyarat- isyarat ilmiah yang dapat diteliti 5 Lahirnya metode-metode penafsiran disebabkan oleh tuntutan perkembangan masyarakat yang dinamis. Untuk menghadapi kondisi yang demikian, para pakar tafsir ikut mengantisipasinya dengan menyajikan penafsiran-penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan umat yang semakin beragam. Dalam tafsir ilmi adalah ijtihad mufassir untuk mengungkap hubungan ayat- ayat kauniyah di dalam al-Qur’an dengan penemuan-penemuan ilmiah yang bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan al-Qur’an 6 Menurut Dr.Abdul Mustaqim munculnya tafsir ‘Ilmi ini karena dua faktor yaitu: - Faktor Internal Internal yang terdapat dalam teks Al-Quran, dimana sebagian ayat-ayatnya sangat menganjurkan manusia untuk melakukan penelitian dan pengamatan terhadap ayat-ayat kauniah. Terdapat ayat al-qur’an yang disinyalir memberikan isyarat untuk membangun teori-teori ilmiah dan sains modren,karena seperti dikatakan Muhammad Syahrur wahyu al-Qur’an tidak mungkin bertentangan dengan akal dan realitas. - Faktor Eksternal Adanya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan sains modern. Dengan ditemukannya teori-teori ilmu pengetahuan,para ilmuwan muslim(pendukung tafsir ilmi)berusaha untuk melakukan kompromi antara al-Qur’an dan sains serta mencari justifikasi teologis terhadap sebuah teori ilmiah. Mereka juga membuktikan kebenaran al-qur’an secara ilmiah justifikasi teologis terhadap sebuah teori ilmiah. Mereka juga membuktikan kebenaran al-qur’an secara ilmiah 7 Memanfaatkan ilmu pengetahuan manusia dengan tujuan untuk menguatkan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an adalah salah satu contoh dari usaha pengejawantahan metode tafsir saintis. Dalam metode penafsiran ini, terdapat beberapa kriteria: 1. Lebih menekankan pada penemuan-penemuan sains dan menjadikannya sebagai tolok ukur memahami ayat-ayat Al-Qur’an. 2. Penyerupaan. 3. Tidak menghiraukan kriteria-kriteria teologis dan kondisi yang ada pada saat ayat turun. 4. Mempersiapkan kemunculan aliran pemikiran eklektis dan penafsiran material terhadap ayat-ayat Al-Qur’an 8 Tafsir bercorak ilmi adalah kecenderungan menafsirkan Al-Qur’an dengan memfokuskan penafsiran pada kajian bidang ilmu pengetahuan, yakni untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan Ilmu dalam Al-Qur’an. Kajian tafsir ini adalah untuk memperkuat teori-teori ilmiah dan bukan sebaliknya. Alasan yang melahirkan penafsiran ilmi adalah karena seruan Al-Qur’an pada dasarnya adalah sebuah seruan ilmiah, yaitu seruan yang didasarkan pada kebebasan akal dari keragu-raguan dan prasangka buruk, bahkan Al-Qur’an mengajak untuk merenungkan fenomena alam semesta, atau seperti juga banyak kita jumpai ayat-ayat Al-Qur’an ditutup dengan ungkapan-ungkapan. 9 Cara kerja tafsir ilmi kita bisa lihat dari definisi tafsir ilmi itu sendiri yaitu: Upaya menafsirkan al- Qur’an dengan teori-teori ilmiah di mana antara al- Qur’an dan sains terdapat kesesuaian sehingga mufassir dapat mengkompromikan keduanya melalui sebuah karya yang disebut tafsir ilmi. Objek dari tafsir ilmi ini adalah ayat-ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat al-Qur’an yang memberikan isyarat tentang realita alam semesta atau penciptaan segala sesuatu yang bersifat ilmiah 1 Contoh ayat tafsir ilmi terdapat pada: 0 - Q.S. Al-‘Alaq :2 : ٍ ۚ َسانَ ِمنْ َعل ق َ ق ااْل ِ ْن َ ََخل Artinya: dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Pada penafsiran kelasik ayat ditafsirkan dengan segumpal darah yang
membeku, namun dalam dunia kedokteran di artikan dengan zigot, sesuatu yang hidup, yang menggantung pada dinding rahim perempuan, dan ini menjadi bukti bahwa penafsiran Alquran dengan menggunakan sains akan terus berkembang - Q.S Al-Fil (105:3) َوأَرْ َس َل َعلَ ْي ِه ْم طَ ْيرًا أَبَابِي َل Artiny: “Dan kami utus atas mereka burung ababil” Menurut Muhammad Abduh lafal thairan dapat diartikan sebagai hewan yang terbang di langit, baik yang bertubuh kecil maupun besar. Thairan (burung) di sini juga dapt diartikan sebagai mikroba pada zaman sekarang. Karena ia adalah hewan yang terbang di langit baik nampak maupun tidak. - QS. Yaasin: 38 َ َِوال َّش ْمسُ تَجْ ِريْ لِ ُم ْستَقَ ٍّر لَّهَا ٰۗذل ك تَ ْق ِد ْي ُر ْال َع ِزي ِْز ْال َعلِي ۗ ِْم Artinya : Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Pada masa-masa sebelumnya, para mufassir menafsirkan ayat ini dengan gerakan lahiriah matahari yang berjalan sehari-hari atau per musim. Akan tetapi, pada masa kini, berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah dan sains baru, para ahli tafsir menafsirkan ayat tersebut dengan gerakan matahari menuju suatu titik tertentu yang di situ terdapat planet Vega 1 Tafsir ilmi boleh dijadikan sebagai rujukan dengan beberapa Syarat : Pertama, 1 hasil penafsiran Al-Qur’an tidak boleh keluar dari tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an, yaitu sebagai kitab hidayah. Apa pun upaya penafsiran ilmiah atau temuan i’jaz Al-Qur’an harus diarahkan kepada hidayah. Kedua, harus ada unsur yang menunjukkan keagungan Al-Qur’an. Jangan sampai upaya membahas tafsir ilmi malah merendahkan Al-Qur’an bila dibandingkan dengan temuan- temuan sains yang sedemikian maju. Ketiga, pastikan tidak ada kontradiksi antara ayat-ayat kauniyah yang menjadi dasar pengembangan temuan ilmiah dengan Al-Qur’an dan sains. 1 Tafsir ‘ilmi lahir dari paradigma bahwa Al-Qur’an tidak bertentangan dengan 2 akal sehat dan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an tidak hanya memuat halal-haram atau ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah saja, namun Al-Qur’an juga mengandung isyarat ilmu pengetahuan yang luas dan dalam. 1 Tafsir Ilmi Al-Qur’an bersifat tematik, misalnya tentang: air, binatang, matahari, 3 bulan, dan lain-lain. Tafsir Al-Qur’an difokuskan pada pendalaman ayat-ayat yang berhubungan dengan fenomena-fenomena kealaman dengan pendekatan ilmu pengetahuan. Untuk melakukan Tafsir Al-Qur’an maka harus menguasai bahasa Arab. Untuk dapat melakukan Tafsir Ilmi maka harus menguasai ilmu pengetahuan. Bahasa Arab masih terjaga sampai dengan sekarang, belum terkontaminasi, sehingga dapat diterjemahkan dan ditafsirkan secara sempurna. 1 Dalam menanggapi tafsir ‘ilmi ini, para ulama ada dua kelompok yakni menolak 4 dan mendukung. Bahkan banyak ulama-ulama kontemporer yang bersikap lebih moderat seperti al-Ghamrawi. Kita tidak bisa mengklaim kebenaran bahwa teori-teori ilmiah ini adalah sebagai bentuk final dari penafsiran ayat, dalam artian al-Qur’an adalah bukan kitab ilmu pengetahuan melainkan kitab yang menjadi petunjuk dan rahmat bagi kehidupan manusia baik spiritual maupun material yang bisa dikembangkan melalui ilmu pengetahuan. 1 terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang disinyalir memberikan isyarat untuk 5 membangun teori-teori ilmiah dan sains modern, karena seperti dikatakan Muhammad Syahrur, wahyu al-Qur’an tidak mungkin bertentangan dengan akal dan realitas (revelation does not contradict with the reality). 1 Tokoh-tokoh penggiat tafsir ilmi ini dari pengarang kitab-kitab tafsir yang 6 bercorak tafsir ‘ilmi dintaranya : 1. Fakhrudin Al-Razi dengan karyanya Tafsir al-Kabir / Mafatih Al-Ghayib, 2. Thanthawi Al-Jauhari dengan karyanya Al- Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim , 3. Hanafi Ahmad dengan karyanya Al- Tafsir al-‘Ilmi li al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an , 4. Abdullah Syahatah dengan karyanya Tafsir al-Ayat al-Kauniyah, dan yang lainnya. 1 Metode dalam Tafsir Ilmi: Memanfaatkan ilmu pengetahuan manusia dengan 7 tujuan untuk menguatkan kandungan ayat-ayat al-Qur’an adalah salah satu contoh dari usaha pengejawantahan metode tafsir ‘ilmi atau tafsir saintis. Dalam metode penafsiran ini terdapat beberapa kaidah, diantaranya : 1. Kaidah Kebahasaan, 2. Memperhatikan Korelasi Ayat, 3. Berdasarkan Fakta Ilmiah yang Telah Mapan dan 4, Pendekatan Tematik 1 Kajian tafsir ilmi tidak dalam kerangka menjustifikasi kebenaran temuan ilmiah 8 dengan ayat-ayat Al-Qur'an, juga tidak untuk memaksakan penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an hingga seolah-olah berkesesuaian dengan temuan ilmu pengetahuan. Kajian tafsir ilmi berangkat dari kesadaran bahwa Al-Qur'an bersifat mutlak, sedang penafsirannya, baik dalam perspektif tafsir maupun ilmu pengetahuan, bersifat relatif 1 Penyusunan Tafsir Ilmi dilakukan melalui serangkaian kajian yang dilakukan 9 secara kolektif dengan melibatkan para ulama dan ilmuwan, baik dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, LIPI, LAPAN, Observatorium Bosscha, dan beberapa perguruan tinggi 2 Pendekatan tafsir ‘ilmi yang menggabung jalin sains dan teknologi dalam 0 memahami makna ayat-ayat suci al-Qur’an seiring dengan perkembangan masa kini