HAKIKAT MANUSIA
OLEH :
KELOMPOK 5
Kami tahu bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena tiada gading yang tak retak dan kami adalah manusia biasa yang memilki
banyak keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari semuanya agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
Dan harapan kami untuk makalah ini adalah semoga dapat bermanfaat
bagi semuanya untuk mendukung serta menambah wawasan kita pada umumnya
dan menambah wawasan dalam belajar mata kuliah Filsafat Pendidikan pada
khususnya. Dengan demikian untuk perhatian, doa dan dukungan dari semuanya,
kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Hakikat Manusia ..................................................................................... 5
2.2 Aspek-aspek Hakikat Manusia.................................................................................. 5
2.4 Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan .................................................... 12
A. Asas-asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia ........................... 12
B. Asas-asas Kemungkinan Pendidikan.................................................................... 14
2.4 Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia ...................................................... 16
A. Pendidikan Sebagai Humanisasi ....................................................................... 16
B. Pendidikan dan Hak Asasi Manusia.................................................................. 17
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya di dunia. Karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal
dan pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan
kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk membahas Hakikat Manusia
dengan berbagai aspek penjelasan di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Semua melahirkan rasa cemas dan rasa takut dalam diri manusia sendiri
terhadap Tuhan. Akan tetapi, dibalik itu semua, diiringi juga dengan rasa hormat,
rasa kagum dan rasa segan karena Tuhan yang begitu luhur dan begitu suci.Semua
itu bisa menggugah kesediaan dari manusia untuk bisa bersujud dan berserah diri
kepada Sang Pencipta. Tidak hanya itu saja, menyadari akan Maha Kasih
SayangNya Sang Pencipta, maka kepadaNya-lah, manusia bisa berharap dan
berdoa. Dengan demikian, dibalik dari adanya rasa cemas dan takut yang muncul,
muncul juga adanya segenggam harapan yang bisa mengimplikasikan kesiapan
guna mengambil tindakan yang jauh lebih baik di dalam hidupnya.
Manusia menjadi bagian dari alam semesta, sehingga manusia tak berbeda
dari alam itu sendiri. Sebagai salah satu bagian dari alam semesta, manusia tetap
harus tunduk terhadap hukum alam, hukum kualitas, hukum sebab-akibat atau
stimulus-respon. Manusia dipandang sebagai hasil puncak mata rantai evolusi
alam semesta, sehingga mekanisme tingkah laku menjadi kian efektif.
Yang esensial dari manusia itu sendiri ialah badannya, bukan dari jiwa
atau rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dari wujudnya, yang terdiri atas
zat (daging, tulang dan urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual
atau rohaniah pada diri manusia, dipandang hanya sebagai resonansi saja dari
berfungsinya badan atau organ tubuh.Pandangan hubungan antara badan dan jiwa
seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968).
Idealisme
Dualisme
Maka dari itu, manusia terdiri atas 2 substansi yang berbeda (badan dan
jiwa) maka antara keduanya itu tak terdapat hubungan yang bisa saling
mempengaruhi satu sama lain (S.E. Frost Jr., 1957), namun demikian jika di
setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau justru
sebaliknya. Contoh jika jiwa sedang sedih, maka secara paralel, badan juga
tampak murung atau malah menangis. Pandangan yang terjadi hubungan antara
badan dan jiwa itu dikenal sebagai Paralelisme (J.D. Butler, 1968).
Sebagaimana yang sudah Anda alami jika memang manusia sadar akan
keberadaan dirinya sendiri, kesadaran manusia akan dirinya sendiri juga menjadi
suatu bentuk perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau
sosok pribadi yang menjadi kenyataan paling riil dalam kesadaran manusia.
Sebagai makhluk individu, manusia menjadi satu kesatuan yang tak bisa dibagi,
mempunyai perbedaan dengan manusia yang lain, sehingga memiliki karakteristik
atau sifat yang unik dan menjadi subjek yang otonom.
Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan dampak negatif dari
kebudayaan terhadap manusia, kadang masyarakat terombang-ambing diantara
adanya 2 relasi kecenderungan. Di satu pihak ada yang melestarikan bentuk lama
atau disebut juga dengan tradisi, sementara untuk di lain sisi ada yang terdorong
untuk menciptakan hal yang baru atau disebut juga dengan inovasi.
6. Manusia sebagai Makhluk Susila
Dalam uraian yang terdahulu, sudah dikemukakan jika manusia sadar akan
diri dan lingkungannya, memiliki potensi dan kemampuan untuk bisa berpikir dan
berkehendak dengan bebas, bertanggung jawab, hingga memiliki potensi untuk
berlaku atau berbuat baik. Maka dari itulah, eksistensi manusia mempunyai aspek
kesusilaan. Sebagai makhluk yang otonom atau makhluk yang mempunyai
kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif tindakan yang harus
dipilih.
1. Asas Potensialitas
2. Asas Dinamika
4. Asas Sosialitas
Manusia itu makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dengan
kehidupan bersama dengan sesamanya akan terjadi hubungan timbal baalik.
Kenyataan ini memberikan kemingkinan manusia untuk dapat dididik. Sebab,
pendidikan itu dapat disampaikan melalui interaksi antar sesama manusia dan dari
interaksi itulah manusia dapat belajar secara langsung.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk berperilaku
baik atau buruk. Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan
dalam nilai dan sistem tertentu serta diarahkan untuk menjadi manusia yang ideal,
yaitu manusia yang sesuai dengan nilai atau norma yang bersumber dari agama
maupun budaya yang diakui.
2.4 Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia
Hak-hak Asasi Manusia adalah sejumlah hak yang berakar dalam kodrat
setiap pribadi manusia yang justru karena kemanusiaannya yang tidak dapat
dicabut oleh siapapun juga, karena kalau dicabut hilang pula kemanusiaannya
Hak-hak Asasi Manusia adalah sejumlah hak yang berakar dalam kodrat setiap
pribadi manusia yang justru karena kemanusiaannya yang tidak dapat dicabut oleh
siapapun juga, karena kalau dicabut hilang pula kemanusiaannya.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan akan dan potensi
di dalam dirinya. Dimana saat kelahirannya, manusia tidak dapat secara
langsung dapat mengembangkan potensi yang Ia miliki dan Ia juga belum bisa
secara pribadi menjadi manusia seutuhnya. Dimana dengan adanya potensi
serta akan menjadi manusia yang seutuhnya, Ia perlu dididik dan mendidik
diri.
HakhakAsasiManusiaadalahsejumlahhakyangberakardalamkodratsetiappri
badimanusiayangjustrokarenakemanusiaannyayangtidakdapatdicabutolehsiapa
punjuga,karenakalaudicabuthilangpulakemanusiaannya.Dan salah satu dari
hak manusia yaitu Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk
mendapatkan pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi
internasional belakangan ini untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak
asasi manusia.
Hak asasi manusia diinjak-injak oleh penguasa pemerintahan monarki dan
absolutisme, tercatat dalam sejarah di Eropa. Pada awalnya, melalui
pendidikan hak asasi diupayakan agar diperoleh setiap individu warga negara.
Selanjutnya, hak asasi manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan
demokrasi pendidikan. Pendidikan harus bersifat demokratis, dan
dilaksanakan kewajiban belajar. Mengenai hal ini, sehari setelah proklamasi
kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah menyatakan bahwa pendidikan
adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai kendala,
program wajib belajar telah dimulai sejak tahun 1950 dan sampai kini terus
diupayakan. Orang tua, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah
mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai jaminan
akan hak pendidikan bagi setiap individu atau warga negara. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam UU Rl No. 20 Tahun 2003.
3.2 Saran
Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia pasti memiliki potensi yang ada
pada dirinya. Dimana potensi ini harus digali agar dapat menjadi manusia
yang sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia, salah satu nya dengan
melaksanakan pendidikan. Dimana untuk pendidikan sendiri, khususnya di
Indonesia sudah ada undang-undang yang mengatur nya yaitu UU Rl No. 20
Tahun 2003. Sehingga dengan adanya penjaminan tersebut, manusia atau
masyarakat Indonesia diharapkan dapat menjadi manusia atau masyarakat
yang sejalan dengan hakikat nya dan menjadi manusia yang berkualitas yang
dapat mengembangkan serta memajukan diri sendiri dan negara nya ke arah
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA