Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT PENDIDIKAN

Hakikat Masyarakat, Peserta Didik , Guru / Pendidik,


dan Pembelajar Dalam Kehidupan

OLEH

KELOMPOK 5:

1.NUR ANISA SIMBOLON

2.RAMADANI SHOHIRO HASIBUAN

3.IRA SAFITRI

DOSEN MATA KULIAH:Dra.ROSDIANA,M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana Berkat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.

Kami tahu bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,karena tiada gading yang tak
retak dan kami adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan.Oleh karena
itu,kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari semuanya agar ke depannya dapat
lebih baik lagi.

Dan harapan kami untuk makalah ini adalah semoga dapat bermanfaat bagi semuanya
untuk mendukung serta menambah wawasan kita pada umumnya dan menambah wawasan
dalam belajar mata kuliah Filsafat Pendidikan pada khususnya.Dengan demikian untuk
perhatian,do’a dan dukungan dari semuanya,kami ucapkan terima kasih.

Kabupaten Batu Bara,29 Oktober 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

FILSAFAT PENDIDIKAN ................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4


1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 6

BAB II.................................................................................................................................... 7
2.1 Pendahuluan ...................................................................................................................... 7
2.2 Hakikat Masyakrakat. ........................................................................................................ 8
2.3 peserta Dididik. .............................................................................................................. 10
2.4 Guru/Pendidik ................................................................................................................. 14
2.5 Pembelajaran Dalam Kehidupan ...................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 22


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hakikat pendidikan merupakan sebuah sistem. Pendidikan merupakan salah satu bentuk
kegiatan manusia, yang berawal dari sesuatu yang bersifat aktual berkenaan dengan kondisi yang telah
ada pada peserta didik dan lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan belajar. Terkandung, dalam
kondisi-kondisi actual tersebut dimensi-dimensi psikologi, sosiologis, antropologi, ekologis,
teknologi,historis (waktu), kependudukan dan menejemen,yang menjadi titik tolak ukur kegiatan
pendidikan. Hal-hal yang ideal berhubungan dengan cita-cita yang secara langsung atau tidak langsung
tertuju pada sosok manusia idaman. Ini semua berhubungan dengan tujuan pendidikan dan tujuan hidup.
Pendidikan yang bersistem dan disajikan dengan rencana yang matang dapat menghadirkan nuansa
yang mendukung untuk mewujudkan hal yang positif dan yang diinginkan di Negara ini.

Dalam undang-undang, mengenai sistem pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa : “
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperuntukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dan perubahan kearah yang lebih baik adalah salah satu tujuannya” Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain
yang ada pada setiap individu yang belajar. Mouly dalam Yoto: mengemukakan bahwa belajar pada
hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkata dan yang pengalaman.Namun
semua hal tersebut, tidak sepenuhnya berjalan mulus. Tentu masalah-masalah akan muncul. Beberapa
kendala-kendala dapat muncul dari berbagai sebab. Sebab – sebab tersebut, jika tidak segera ditunggali
atau diatasi, secara pasti akan menyebabkan kegiatan belajar mengajar tidak dapat maksimal. Guru
sebagai pendidik yang mengetahui langsung, setidaknya tahu kendala-kendala yang ada. Seorang guru
dapat berperan sekali dalam dunia pendidikan. Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru
disekolah ialah memberi pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik
selaras dengan tujuan sekolah itu.

Siswa sekolah dasar sebagai anak didik yang seharusnya diberikan pendidikan sedini mungkin,
agar kelak semakin dewasa umurnya semakin berpendidikan, tidak menutup kemungkinan jika
pentransferan ilmunya tidak dilakukan dengan maksimal, tentukan berdampak pada masa depan
yang juga berbeda dengan pendidikan yang dioptimalkan. Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50%
kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi
perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya
ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan
berpengaruh terhadap perkembangan. Pemberian pendidikan sebaik mungkin sejak kecil,akan
membuat anak memiliki kemampuan yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana penjelasan mengenai Hakikat Masyarakat?

2.Apakah yang di maksud dengan peserta didik dan

penjelasannya ?

3.Bagaimana guru /pendidik dalam mendidik peserta didik?

4. Bagaimana pembelajaran dalam kehidupan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar kita semua, khususnya mahasiswa tahu tentang Hakikat Masyarakat itu seperti
apa.

2. Agar kita semua, khususnya mahasiswa tahu tentang mengenai peserta didik yang akan di
didik.

3. Agar kita semua, khususnya mahasiswa tahu tentang seperti apa seorang Guru/pendidik
yang akan mendidik peserta didiknya.

4. Agar kita semua ,khususnya mahasiswa tahu tentang Pembelajaran Dalam Kehidupan yang
akan di terapkan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Sebelum kami menjelskan Hakekat Pendidik , Pesrta Didik , dan masyarakat. Perlu
kiranya kami menjelaskan apa pendidikan itu. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian secara
umum adalah selalu berdasarkan pada apa yang dapat kita saksikan dalam semua macam
pendidikan, maka dengan demikian teranglah bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu
tuntunan dadalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun yang di maksud dengan pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam “pendidikan” mempunyai pengertian
suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung beberapa
unsur-unsur yang harus diperhatikan, diantaranya adalah :

1)Didalam bimbingan ada pembimbingnya ( pendidik ) dan yang dibimbing (terdidik).

2)Bimbingan mempunyai arah yang bertitik tolak pada dasar pendidikan dan berakhir pada
tujuan pendidikan.

3)Bimbingan berlangsung pada suatu tempat, lingkungan atau lembaga pendidikan tertentu.

4)Bimbingan merupakan proses, maka harus proses ini berlangsung dalam jangka waktu terntu.

5)Didalam bimbingan harus mempunyai bahan yang akan disampaikan pada anak didik untuk
mengembangkan pribadi seperti yang di inginkan.

6)Didalam bimbingan menggunakan metode tertentu.


2.2 Hakikat Masyakrakat.

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat


berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Dengan demikian
masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga
masyarakat itu. Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu
masyarakat (sosiologi) agar lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi
bagian daripadanya, karena tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara
pasif.Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban. Jadi,
manusia adalah subyek di dalam masyarakat dan masyarakat pasti dihubungkan dengan fungsi
dan kedudukan manusia di dalam masyarakat. Teori-teori tentang hakikat masyarakat yang
berkembang dan dianut dunia pada umumnya adalah :

1. Teori Atomistic

Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya negara seperti yang kita kenal
sekarang (pre social state) manusia sebagai pribadi adalah bebas dan independen. Dengan
demikian masyarakat dibentuk atas dasar kehendak bersama, untuk tujuan bersama
para kemudian menjadi warga masyarakat itu. Pribadi manusia sebagai individu memiliki
kebebasan, kemerdekaan dan persamaan diantara manusia lainnya. Karena didorong oleh
kesadaran tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat, dan masyarakat dalam
bentuknya yang formal ialah negara. Oleh sebab itu masyarakat adalah perwujudan kontrak
sosial, perjanjian bersama warga masyarakat itu. Berdasarkan asas pandangan atomisme ini
penghargaan kepada pribadi manusia adalah prinsip utama. Artinya setiap praktek tentang
kehidupan di dalam masyarakat selalu diarahkan bagi pembianaan hak-hak asasi manusia,
demi martabat manusia.

2.Teori Organisme

Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dan berkembang di dalam masyarakat.


Manusia lahir dalam wujud yang serba lemah, lahir dan bathin. Keadaannya dan
perkembangannya amat tergantung (dependent) kepada orang lain, minimal kepada
keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan di
dalam perkembangan menuju kedewasaan seseorang individu masih memerlukan bantuan
orang lain. Misalnya dalam penyesuaian kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu manusia
saling membutuhkan sesamanya dem ikelanjutan hidup dan kesejahteraannya.

Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme ialah :
a. Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas hak, kepentingan,
keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.

b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totalitas,
pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara yang ideal, dan bukan manusia sebagai
yang ideal.

3.Teori Integralistik

Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai satu lembaga yang mencerminkan
kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tidak dapat diingkari realita manusia sebagai
pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan di
dalam masyarakat. Jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu realita di dalam masyarakat,
seperti halnya masyarakat pun adalah realita diantara bangsa-bangsa di dunia ini dan
komplementatif. Masyarakat ada karena terdiri dari pada individu-individu warga
masyarakat Dan pribadi manusia, individuindividu Dalam masyarakat itu berkembang dan di
pengaruhi oleh masyarakat.

Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya dengan


kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga yang sadar tentang status
dirinya di dalam keluarga itu, sebagaimana ia menyadari tanggung jawab dan kewajibannya
atas integritas keluarga tersebut. Sewajarnya tidak bertentangan dengan kepentingan dan
terutama kehormatan dan martabat keluarga. Bahkan kehormatan keluarga adalah kehormatan
anggota keluarga, demikian pula sebaliknya.

Pelaksanaan asas-asas menurut teori integralistik yang dapat penulis samakan dengan
teori kekeluargaan adalah berdasarkan keseimbangan antara hak-hak (asasi) dan kewajiban-
kewajiban (asasi). Praktek tata kehidupan sosial berdasarkan kesadaran nilai-nilai, norma-
norma sosial yang berlaku dan dijunjung bersama baik oleh individu sebagai pribadi, maupun
oleh masyarakat sebagai lembaga. Kepentingan dan tujuan hidup individu meskipun amat
bersifat pribadi, tak dapat dipertentangkan dengan kepentingan dan tujuan sosial. Sebab tiap
individu menyadari hak dan kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa kebebasan
(kemerdekaan) dan hak-hak individu dengan sendirinya dibatasi oleh kemerdekaan dan hak-
hak individu lain di dalam masyarakat. Kesadaran atas nilai-nilai asasi demikian berarti
merupakan dasar bagi tiap individu untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal.

Kesadaran atas hak-hak asasi dan kewajiban dalam antar hubungan manusia sudah
pasti berdasarkan nilai-nilai sosial yang berlaku berdasarkan norma-norma nilai tertentu. Nilai-
nilai itulah sebagai asas normatif. Asas normatif merupakan dasar terwujudnya harmonis di
dalam masyarakat. Tetapi, pelaksanaan asas normatif ini sudah tentu berbeda dengan yang
berlaku di dalam masyarakat yang berlatar belakang pandangan filosofis atomisme atau
organisme. Dalam masyarakat menurut teori integralistik, asas kekeluargaan menjadi prinsip
kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, baik individu maupun keseluruhan.
Walaupun pada hakekatnya yang diutamakan adalah keseluruhan warga masyarakat, namun
pandangan integralistik tak mengabaikan individu. Karena realitas yang wajar ialah
menghormati pribadi sama dengan menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu totalitas.

Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.Pengertian ini
memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata
pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Jika menjelaskan
pendidik ini selalu dikaitkan dengan bidang tugas dan pekejaan, maka fareable yang melekat adalah
lembaga pendidika. Dan ini juga menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau
keahlian tertentu yang melekat pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau memberrikan
pendidikan. (Berman, 2013)

2.3 peserta Dididik.

1. Pengertian Peserta Didik


Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi
yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian
dalam semua transformasi peroses yang disebut pendidikan. Sebagai salah satu komponen
penting dalam system pendidikan, peserta didik juga disebut sebagai “raw material” (bahan
mentah). Dalam persepektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkankan dirinya melalui peroses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Berdasarkan beberapa defenisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah pengertian:
A. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia
merupakan insane yang unik.
B. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembangan, yang artinya peserta didik
tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditunjukkan
kepada dirinya sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.
C. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang, maka proses pemberian bantuan dan
bimbingan perlu mengacu pada tinfkat perkembangannya.
D. Peserta didik adalah individual yang memiliki ikemampuan untuk mandiri. Dalam
perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kea rah kedewasaan.

2. Hakikat Peserta Didik


Defenisi peserta didik di atas esensinya adalah setiap peserta didik yang berusaha
mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal dan nonformal menurut dan jenjang dan
jenisnya. Terdapat banyak sebutan yang berkaitan dengan “peserta didik” ini, sesuai dengan
konteksnya. Ada hal-hal yang esensial mengenai hakikat peserta didik.
1) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotirik.
2) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan
dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3) Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniature
orang dewasa.
4) Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal- hal tertentu banyak kesamaannya.
5) Peserta didik merupakan manusia bertanggungjawab bagi proses belajar pribadi dan
menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
6) Peserta didik memiliki daya adaptabilitas di dalam kelompok sekaligus mengembangkan
dimensi individualitsnya sebagai insan yang unik.
7) Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan
kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa, termasuk
gurunya.
8) Peserta didik merupakan insane yang visioner dan proaktif dalam menghadapi
lingkungannya.
9) Pesertata didik sejatinya berperilaku baik dan lingkungannya yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
10) Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang meski memiliki aneka keunggulan.

Pandangan ini didasari atas asumsi bahwa manusia merupakan insane yang selalu
berubah, tumbuh, berkembang menjadi pribadi yang maju dan sempurna. karena esensinya
manusia merupakan suatu keadaan dan keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan pada
kesemestaan alam, sehingga manusia iitu terbatas, pandangan behavioristik melihat peserta
didik sebagai manusia yang sepenuhnya adalah makhluk reaktif, dimana tingkah lakunya
dikontrol oleh factor-faktor yang bersumber atau memiliki kekuatan dari luar.
3. Kebutuhan Peserta Didik yang harus dipenuhi
Peserta didik merupakan insane yang memiliki aneka kebutuhan. Kebutuhan it terus
tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat sebagai manusia. Segala upaya pendidikan dan
perilaku pendewsaan harus terfokus pada pemenuhan kebutuha peserta didik tersebut. Amerika
Serikat (1995) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi
pengembangannya, yaitu seperti berikut ini:
1. Kebuthan intelektual, dimana pesrta didik memiliki rasa ingin tahu, tertmotivasi untuk
mencapai prestasi saat ditantang dan mampu berpikir untuk memecahkan masalah-masalah
yang kompleks.
2. Kebutuhan sosial, dimana peserta didik mempunyai harapan yang kuat untuk memiliki
dan dapat diterima oleh rekan-rekan mereka sambil mencari tempatnya sendiri di dunianya.
3. Kebutuhan fisik, dimana peserta didik “jatuh tempo” perkembangan pada tingkat yang
berbeda dan mengalami pertumbuhan yang cepat dan tidak beraturan.
4. Kebutuhan emosional dan psikologis, dimana peserta didik rentan dan sadar diri, dan
sering mengalami “mood swings” yang tidak terduga.
5. Kebutuhan moral, dimana peserta didik idealis dan ingin memilki kemauan kuat untuk
membuat dunia dirinya dan dunia luar dirinya menjadi empat yang lebih baik.
6. Kebutuhan homodivinous, di mana peserta didik mengakui dirinya sebagai makhluk yang
berketuhanan atau makhluk homoriligius alias insane yang beragama.

4. Sifat atau karakteristik peserta didik


Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada
pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawan dengan lingkungan sosialnya.
Utamanya, pemahaman peserta didik bersifat individual, meski pemahaman atas karakteristik
dominan mereka ketika berada di dalam kelompok juga menjadi penting. Ada empat hal
dominan dari karakteristik siswa.
1. Kemampuan dasar, misalnya, kemampuan kognifif atau intelektual, afektif, dan psikomotor
2. Latar belakang cultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama, dan sebagainya.
3. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
4. Cita-cita, pandangan kedepan, keyakinan diri dya tahan dan lain-lain.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan peserta didik

5. Pertumbuhan dan perkembangan


Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan, pertumbuhan sendiri
merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, C.P Chaplin (2000)
mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran-ukuran
bagian tubuh atau dari organism sebagai suatu keseluruhan.
a. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik merupakan perubahan fisik dari kecil atau besar dan pendek menjadi
panjang. Yang prosesnya terjadi sejak lahir hingga dewasa.pertumbuhan fisik dibagi menjai
dua:
1. Pertumbuhan sebelum lahir
2. Pertumbuhan sesudah lahir

2. Perkembangan
Perkembangan merupakan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman ,perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmani ke
dalam bagian-bagian fungsional atau kedewasaan/kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku
yang tidak dipelajari. Menurut Reni Akbar Hawadi (2001) perkembangan secara luas menunjuk
pada keseluruhan proses peruubahan dari potensi yang dimiliki individu.adapun macam-macam
perkembangan yaitu:
1. Perkembangan intelek
Intelek atau daya pikir seseorang berkembang ejalan dengan pertumbuhan syaraf otaknya.
Karena daya pikir otaknya atau kemampuan intelektual atau cara kemampuan berpikir
dipengaruhi oleh kematangan otaknya yang mampu menunjukkan fungsi otaknya secara baik.

2. Perkembangan emosi
Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang yang dimiliki oleh manusia
yang disertai oleh perubahan atau perilaku fisik

3. Perkembanga sosial
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak dapat berdiri sendiri.

4. Perkembangan bahasa
Fungsi pokok bahasa adalah komunikasi atau saran pergaualan dengan sesamanya.

5. Bakat khusus
Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang memerlukan
rangsangan atau laihan agar berkembang dengan baik.

6. Sikap, Nilai, dan Moral


Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan fsikis anak itu,anak itu akan mulai diperkenalkan
terhadap nilai-nilai,ditunjukkan mana yang boleh yang harus dilakukan dan yang dilarang.
(Dr.Syafnan, 2020)

2.4 Guru/Pendidik
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.Pengertian
ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita
melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur
pengetahuan, keterampilan. Jika menjelaskan pendidik ini selalu dikaitkan dengan bidang tugas
dan pekejaan, maka fareable yang melekat adalah lembaga pendidika. Dan ini juga
menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat
pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau memberrikan pendidikan.

a.Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.


Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :
1)Membimbing peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai
kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
2)Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu ; suatu keadaan dimana tindakan-tindakan
pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
3)Seorang penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan
keagamaan, dan lain sebagainya.
Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati manusia untuk
Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah :
1)Bertanggung moral.
2)Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.
3)Tanggung jawab kemasyarakatan.
4)Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.

b.Tujuan Pendidik.
Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan
sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak atau
pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah secara langsung sehingga
ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya. Orang tua disebut juga
sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak mempunayai kemampuan, waktu dan
sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang
dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.

c. Syarat-syarat dan Sifat-sifat yang Harus dimiliki oleh Seorang Pendidik.


Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat Jasmani dan Sehat Rohani. Menurut
H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :
1)Harus beragama.
2)Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
3)Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.
4)Harus memiliki perasaan panggilan murni.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :


1)Integritas peribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.
2)Integritas sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.
3)Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila yang
dipilihnya.
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki
sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang
diungkapkan oleh beliau adalah :
1)Memiliki sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
ridha Allah.
2)Seorang Guru harus jauh dari dosa besar.
3)Ikhlas dalam pekerjaan.
4)Bersifat pemaaf.
5)Harus mencintai peserta didiknya. (Berman, 2013)
2.5 Pembelajaran Dalam Kehidupan

Manusia memiliki kemampuan untuk selalu mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya. Kemampuan manusia semakin bertambah dengan banyaknya pengalaman yang didapat.
Belajar merupakan proses di mana manusia mencari pengalaman untuk terus bertahan hidup.
Menurut Burton (1984) dalam Siregar (2014: 4), “belajar adalah proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Gagne dan Berliner (1983: 252)
dalam Rifa’i (2011: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme
mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman.

Fontana (1981) dalam Winataputra (2007: 1.8) berpendapat bahwa belajar sebagai suatu
proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Seperti Fontana, Gagne (1985) dalam Winataputra (2007: 1.8) juga menyatakan bahwa “belajar
adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal
dari proses pertumbuhan”.

Slameto(2010: 2) menyampaikan bahwa belajar ialahsuatuproses usaha yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut
menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses, artinya belajar tidak dilakukan secara singkat
melainkan terus menerus (continu). Belajar adalah usaha, yang dilakukan oleh individu untuk
menjadi lebih baik, dan merupakan hasil dari perilaku sebelumnya yang berupa pengalaman.

SementaraSurya (1997) dalam Rusman (2015: 13),menjelasakan bahwabelajar sebagai


suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman pribadi itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Suraya menjelaskan bahwa belajar adalah proses, artinya bahwa belajar adalah
hasil dari sebuah tindakan yang dilakukan atau tidak tiba-tiba berubah. Lebih lanjut
belajar itu merupakan suatu tindakan yang disengaja.

Tindakan yang disengaja itu adalah untuk mencapai perubahan yang bertujuan.Rusman
(2015: 12)berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Pendapat tersebut
menempatkan belajar sebagai faktor dalam pembentukan karakter dan
perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh
kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar dengan baik, maka akan
menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik begitupun sebaliknya.

Howard L. Kingskey dalam Rusman (2015: 13) mengatakan bahwa learning is process
by which behavior (in the broader sence) os originated or changed through practice or
traning.Belajar adalah proses yang mana perilaku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktik atau latihan.Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat dari Surya yang
menjelaskan bahwa belajar merupakan hasil dari proses. Proses yang dimaksud oleh Howard L
kingkey berupa latihn atau praktik. Selanjutnya berdasarkan pendapat ahli diatas, hal yang
paling utama dalam belajar adalah terjadinya perubahan prilaku. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses secara sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan, belajar
ditandai dengan adanya perubahan perilaku secara menyeluruh yang diakibatkan oleh interaksi
secara individu maupun secara kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu sebagai akibat dari pengalaman yang berupa interaksi dengan
lingkungan sekitar. Melihat dari berbagai pendapat ahli, Rifa’i (2011: 82-83) menyebutkan
bahwa konsep belajar mengandung tiga unsur utama yaitu:

1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.


Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan perilaku siswa mengacu pada kemampuan
mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa memiliki sikap dan
nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik. Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar
atau belum belajar, diperlukan adanya perbandingan antara perilaku sebelum dan setelah
mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa
itu telah belajar.

2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.


Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku yang dipandang
mencerminkan belajar. Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik, seperti
tinggi badan, berat badan, dan kekuatan fisik, tidak dipandang sebagai hasil belajar.
Kematangan pada diri seseorang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, dan
kematangan itu menjadi prasyarat untuk belajar.
3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Seseorang yang mampu memahami proses belajar dan menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari belajar pada kehidupan nyata, maka ia akan mampu menjelaskan segala sesuatu
yang ada di lingkungannya. Belajar mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai
akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang
dapat diuraikan dan disimpulkan dari perubahan yang terjadi.

Perubahan perilaku pada setiap individu berbeda-beda bergantung dari pengalaman yang
mereka dapatkan. Pengalaman yang bermakna akan membentuk perilaku yang jauh lebih kuat.
Sama halnya dengan proses belajar pada siswa, ketika proses belajar kurang bermakna akan
mengakibatkan perubahan perilaku yang terjadi bersifat sementara. Karenanya dibutuhkan
proses pembelajaran yang variatif yang mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bertanya, mencari dan mencoba sendiri apa yang sedang mereka pelajari. Kegiatan semacam ini
memberi kesan tersendiri bagi siswa sebagai hal yang menarik dan tidak membosankan yang
berujung pada kebermaknaan sebuah pembelajaran. Dengan demikian, perubahan perilaku
sebagai hasil proses belajar akan maksimal.

Ciri – Ciri Belajar


Menurut Surya (1997) dalam Rusman (2015:14) ada delapan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu:
1) perubahan yang disadari dan disengaja.
2)perubahan yang berkesinambungan.
3) perubahan yang fungsional.
4) perubahan yang bersifat positif.
5) perubahan yang bersifat aktif.
6) perubahan yang bersifat permanen.
7) perubahan yang bertujuan dan terarah.
8) perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan yang disadari atau disengaja artinya adalah bahwa perubahan merupakan
hasil dari sebuah pemikiran. Perubahan dilakukan tanpa adanya paksaan dan terjadi atas dasar
keinginan. Perubahan berkesinambungan artinya bahwa perubahan yang terjadi merupakan
kelanjutan dari pengetahuan atau hasil dari perubahan sebelumnya. Perubahan yang fungsional
artinya bahwa perubahan yang baik, perubahan yang baik dimaksudkan bahwa perubahan yang
terjadi akibat dari belajar adalah perubahan yang dapat berfungsi untuk hal hal yang bersifat
positif. Perubahan yang bersifat aktif artinya adalah perubahan tersebut merupakan hasil dari
perbuatan yang dilakukan, bukan karena sebuah perlakuan dari luar.
Perubahan bersifat permanen diartikan sebagai perubahan yang berlangsung lama, dan
tetap. Perubahan tersebut bukan yang bersifat sementara. Perubahan yang terarah artinya
perubahan tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa atau diartikan lagi sebaai sebuah
perubahan yang disadari. Dan perubahan perilaku secara keseluruhan mempunyai arti bahwa
perubahan yang terjadi secara menyeluruh tidak bagian per bagian.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 3) menyampaikan bahwa ciri-ciri dari perubahan tingkah
lakudalam pengertian belajar, yaitu:
1) perubahan terjadi secara sadar.
2)perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
6) perubahanmencakupseluruh aspek tingkah laku.

Hakikat Pembelajaran
Kata pembelajaran diambil dari kata dasar “ajar” ditambah awalan “pe” dan akhiran
“an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (Susanto 2013: 19). Pembelajaran menurut
Briggs (1992) dalam Rifa’i (2011:191) adalah “seperangkat peristiwa (events) yang
mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh
kemudahan”. Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal
jika peserta didik melakukan self instruction dan bersifat eksternal dengan guru sebagai
pendidik. Sedangkan menurut Winkel (1991) dalam Siregar (2014:12), “pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dengan sengaja
dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara maksimal.

Pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk mengarahkan bagaimana siswa


berperilaku. Perilaku yang ditunjukan siswa harus sesuai dengan apa yang telah dirumuskan
dalam tujuan sebagai hasil dari pembelajaran. Hasil belajar akan diperoleh secara maksimal
ketika pembelajaran tersebut memberi makna bagi siswa. Untuk itu, kreativitas guru dalam
proses pembelajaran sangat diperlukan. Gagne (1977) dalam Siregar (2014: 16-17)
mengemukakan ada 9 prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, sebagai berikut: Menarik perhatian yaitu hal yang menimbulkan minat siswa
dengan mengemukakan sesuatu yang lucu, aneh, kontradiksi atau kompleks.Menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah
selesai mengikuti pelajaran.Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari.Menyampaikan
materi pelajaran.Memberikan bimbingan belajar yaitu melalui pertanyaan-
pertanyaan.Memperoleh kinerja/penampilan siswa yaitu siswa diminta untuk menunjukan apa
yang telah dipelajari.Memberikan balikan yaitu memberitahu seberapa jauh ketepatan
penampilan siswa.Menilai hasil belajar yaitu memberikan tes / tugas.Memperkuat retensi dan
transfer belajar yaitu merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman. Ketika guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai prinsip yang
ada, diharapkan akan tercipta pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran yang menarik akan
mampu menarik minat belajar siswa yang akan diiringi dengan hasil belajar yang meksimal.

Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat tersebut menekankan bahwa hasil belajar
berasal dari suatu interaksi. Interaksi adalah komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari sisi
guru,tindakmengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Sedangkan menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Hal ini berarti hasil belajar
merupakan cerminan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Cerminan ini
merupakan akibat dari terjadinya suatu proses interaksi anatar guru dan murid yang disebut
dengan proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dilandasi oleh sebuah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
Rifa’i (2011: 85) mengatakan “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar”. Sejalan dengan pernyataan Rifa’i, Susanto
(2013: 5) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar”. Gagne dalam Purwanto (2014: 42) menambahkan bahwa “hasil
belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di
lingkungan yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-
stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori”.
Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahaan tingkah laku atau perolehan perilaku yang
baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari (Anitah 2009: 2.19).
Gagne dalam Suprijono (2012: 5-6) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa:
(1) informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis;
(2) keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang;
(3) strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri;
(4) keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani;
(5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
objek tersebut.

Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12-13) menyebutkan bahwa hasil belajar yang dicapai
peserta didik merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut
yaitu: Faktor internal: merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan
kesehatan. Faktor eksternal: merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


merupakan perubahan perilaku siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dipengaruhi
oleh faktor dalam dirinya maupun dari luar. Perubahan perilaku pada siswa haruslah bersifat
menyeluruh menyangkut semua aspek. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara
seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya olehsiswa. Guru merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Susanto (2013: 13) menjelaskan
bahwa peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Sebab, siswa merupakan
organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Guru harus mampu melihat siswanya sebagai pribadi yang berbeda-beda, di mana kebutuhan
setiap siswa akan berbeda dengan siswa lain. Perlakuan yang tepat oleh guru akan membantu
siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi.
Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat
berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Untuk mengerti bentuk dan sifat
masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi) agar lebih baik
apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian daripadanya, karena tiap-
tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif.Sejarah perkembangan
masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban.

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen


manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan
tumpuan perhatian dalam semua transformasi peroses yang disebut pendidikan.

Pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk mengarahkan bagaimana siswa


berperilaku. Perilaku yang ditunjukan siswa harus sesuai dengan apa yang telah
dirumuskan dalam tujuan sebagai hasil dari pembelajaran. Hasil belajar akan diperoleh
secara maksimal ketika pembelajaran tersebut memberi makna bagi siswa. Untuk itu,
kreativitas guru dalam proses pembelajaran sangat diperlukan

3.2 Saran

Pelajarilah hakikat masyarakat, peserta didik , Guru/pendidik, dan


pembelajaran dalam kehidupan dengan baik,karena keempat hal tersebut memberi manfaat
bagi kita , baik seperti apa hakikat masyarakat, bagaimana peserta didik karakter atau sifat
nya, kita khusus nya mahasiswa jurusan pendidikan mengetahui bagaimana menjadi seorang
guru/ pendidik, dan yang terakhir kita bisa megetahui bagaimana pembelajaran dalam
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

(2020, Juli Kamis). Diambil kembali dari Karyatulisku: https://karyatulisku.com/hakikat-


belajar-hakikat-pembelajaran-hasil-belajar/

Berman, H. (2013, Juni JUMAT). Diambil kembali dari BLOG HERMAN HS:
http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.com/2013/08/hakikat-
masyarakat.html?m=1#:~:text=Masyarakat%20adalah%20suatu%20perwujudan%20keh
idupan,pula%20keseluruhan%20proses%20perkembangan%20kehidupan

Dr.Syafnan. (2020, September minggu). Diambil kembali dari Alexandra Pane :


https://syafnan.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2020/09/bab-vi-hakikat-peserta-
didik.html

Anda mungkin juga menyukai