Etik UMB
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
FEB Akuntansi Wahyu Anggraini, SE., M.Si
03
U001700009
Abstract Kompetensi
Kita perlu menetapkan Tujuan Setelah membaca modul ini, mahasiswa
hidup agar kita dapat termotivasi diharapkan mampu untuk :
untuk mencapai tujuan tersebut
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
manfaat penetapan tujuan dan
dapat memotivasi diri untuk
mencapai tujuan
Tujuan Hidup dan Motivasi Pencapaian Prestasi
1.1 Pendahuluan
Mengapa Tujuan Penting ?
Seorang pria yang sedang melakukan perjalan berhenti di sebuah
persimpangan. Di persimpangan tersebut d ia bertanya kepada seorang pria
tua, “jalan ini akan membawa saya kemana?” Si orang tua menjawab, “Tujuan
anda ingin pergi kemana?” Pria itu menjawab, “Saya tidak tahu” Kemudian
orang tua itu berkata, “Ambil jalan yang mana saja. Tidak ada bedanya kan?”
Memang benar, ketika kita tiodak tahu arah tujuan kemana kita akan pergi,
memilih jalan mana pun akan membawa kita sampai ke ujung jalan.
1.2 Pengertian Tujuan Hidup
Tujuan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh
manusia (Srijanti, dkk 2006). Tujuan merupakan pedoman dan arah bagi manusia untuk
bekerja dan mengisi kehidupannya. Dalam menjalani kehidupan, manusia diciptakan Allah
sebagai mahkluk yang digerakkan oleh sejumlah tujuan agar hidupnya menjadi bermakna.
Tujuan dapat juga dirumuskan untuk periode lebih lama dari 5 tahun.
Namun pencapaian tujuan akan lebih mudah dicapai dan dievaluasi jika di pecah dalam
periode yang relatif pendek. Ketika Anda sudah menetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam waktu satu, atau tiga atau lima tahun ke depan maka mulailah membuat catatan-
catatan tentang langkah-langkah yang sudah dan perlu dilakukan untuk
mewujudkannya.
- : < 1 tahun
- 1 – 3 tahun
- 3 – 5 tahun
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285)
adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik,
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya
yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya
tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut
dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut
akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan
menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Ahli lain yakni Gellerman menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani
menanggung segala risiko sebagai konsekuensi dari usahanya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara
berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu
bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai Tanggung Jawab Pribadi.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri
(internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk
mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara
tuntas materi pelajaran.
3. Berusaha bekerja kreatif.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang
diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya
memperoleh prestasi yang tinggi.
4. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas,
belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan
mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada
suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku.
Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme
perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut
konsep Woodworth (dalam As’ad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a)
intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu
berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau
melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi; kecenderungan untuk mengulang
perilaku secara terus menerus.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad) yang menegaskan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan
pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari
kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini
Daftar Pustaka
Artiningrum, Primi, Kurniasih, Augustina, Nurgroho, Arissetyanto, 2013,
Etika dan Perilaku Profesional Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta
Febe Victoria Chen, 2012, Soft Skill for success, Sikap Tepat Karier Hebat,BIP
Gramedia, Jakarta