Anda di halaman 1dari 8

Berk. Penel.

Hayati Edisi Khusus: 3C (1–8), 2009

KEANEKAAN FUNGI PADA BEBERAPA MATA AIR DI CIOMAS BANTEN


Nia Rossiana
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran
Email niarossiana@yahoo.com.

ABSTRACT

The research concerning diversity of Fungi at 14 springs in Padarincang Serang was done. The method was carried out with survey
method and sampling water with grab sampling.. The parameters measured of isolation, identification, counting of colony quantity,
counting of attendance frequency, dominance index and diversity index and also examinining chemistry-physics of water. Correlation
analysis used to find out influence chemistry-physics of water to diversity of fungi. The result showed there were 28 species of fungi have
been found. The highest attendance frequency showed by Penicillium camemberty (85,17%). The highest dominance index was found
in the spring of Citaman (0,94) and The highest diversity index was found in the spring of Kalapa Siung (0,87). Correlation Analysis
showed that the increase value of DHL, TDS, Mg and CaCO3 will decrease the diversity of fungi in a significant manner, 28,7% for
DHL, 28,8% for TDS, 39,9% for Mg, 32,7% for CaCO3, beside another factors.

Key words: Penicillium, dominance index, diversity index, spring, Padarincang

PENGANTAR Salah satu sumber air adalah mata air. Mata air
merupakan sumber air yang muncul dengan sendirinya
Keanekaan hayati mendapat perhatian besar dari
ke permukaan dari dalam tanah. Sumber dari aliran airnya
para ilmuwan di seluruh dunia, begitu pula di Indonesia.
berasal dari air tanah yang mengalami patahan sehingga
Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat keanekaan
muncul ke permukaan. Aliran ini dapat bersumber dari air
hayati yang tinggi, salah satunya mikroorganisme. Setelah
tanah dangkal maupun dari air tanah dalam. Mata air yang
Convention on Biological Diversity ditandatangani pada
berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
tahun 1992, maka penelitian mengenai keanekaan hayati di
seluruh dunia banyak dilakukan, begitu pula di Indonesia. Di musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah
bidang mikrobiologi, masih banyak mikroorganisme yang dalam itu sendiri.
belum diketahui dan dimanfaatkan potensinya termasuk Mata air (spring) adalah pemusatan keluarnya air
fungi. tanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari
Spesies fungi diperkirakan 1.500.000 terdapat di dunia aliran air tanah. Menurut Todd (1980), berdasarkan sebab
dan sampai tahun 1996 baru 69.000 (4,6%) spesies telah terjadinya mata air diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
dideskripsi. Sejumlah 200.000 (13,3%) spesies tersebut mata air yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi (non
diperkirakan ada di Indonesia (Gandjar et al, 2006).Fungi gravitational spring) dan mata air yang dihasilkan oleh
yang memiliki habitat perairan tawar dikelompokkan ke tenaga gravitasi (gravitational spring). Mata�������������������
air yang
dalam fungi akuatik. Sebagian besar fungi akuatik adalah dihasilkan oleh tenaga non gravitasi meliputi: mata air
saprofit yang berperan penting dalam mendegradasi bahan vulkanik, mata������������������������������������������������
air
�����������������������������������������������
celah, mataair hangat, dan mata������������
air
�����������
panas.
organik dan daur ulang nutrisi dalam ekosistem perairan. Mata air gravitasi diklasifikasikan menjadi beberapa tipe,
Fungi akuatik secara garis besar termasuk fungi yang yaitu: mata air depresi (depresion spring) yang terbentuk
hanya tumbuh di air dan merupakan fungi terestrial yang bila permukaan air tanah terpotong oleh topografi; mata
melepaskan sporanya yang tersebar di air (Dix and Webster, air kontak (contact spring) terjadi bila lapisan yang lulus
1995). air terletak di atas lapisan kedap air; mata air artesis
Input paling utama kedalam perairan berasal dari (artesian spring) yang keluar dari akuifer tertekan; dan
tumbuhan yang daunnya gugur. Material ini mengandung mata air turbuler (turbulence spring) yang terdapat pada
endofit yang berasal dari terrestrial. Keberadaan endofit saluran-saluran alami pada formasi kulit bumi, seperti goa
menempatkan fungi kedalam kelas Hyphomycetes dengan lava atau joint. Mata air yang terdapat di daerah Ciomas
bentuk spora terspesialisasi sehingga dikenal dengan fungi merupakan sumber air yang digunakan oleh sebagian besar
ingoldian (Dix and Webster, 1995). penduduk.
 Keanekaan Fungsi pada Beberapa Mata Air

BAHAN DAN CARA KERJA bukit dengan elevasi antara 90 sampai 1750 meter di atas
permukaan laut (dpl).
Penelitian dilakukan dengan metode survey dan
Daerah kajian ditandai beberapa tipe vegetasi mulai
pengambilan contoh air dilakukan secara langsung (grab
dari pesawahan, hutan sekunder (pinus), hutan rawa,
sampling) (Alaerts dan Santika, 1984).
dan perkebunan lainnya. Berdasarkan data statistik yang
Analisis data meliputi pemeriksaan fungi yang terdiri
diperoleh dari Forum Cidanau Catchment Area (2002),
dari isolasi, identifikasi, perhitungan jumlah koloni,
kecepatan pertumbuhan penduduk adalah sekitar 3% per
frekuensi kehadiran, dominansi dan keanekaan fungi serta tahun di Desa Kramat Laban, Padarincang. Daerah ini
pemeriksaan sifat fisika-kimia air (Oksigen terlarut, daya mempunyai tingkat kerapatan populasi sekitar 23 orang/
hantar listrik, pH). hektar dengan kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai
Identifikasi jamur menggunakan buku penuntun petani.
Introductory Mycology Alexopolous dan Mims Berdasarkan peta topografi skala 1:25000, DAS
(1979),Illustrated Genera of Imperfect Fungi, karangan Cisuwarna mempunyai luas sekitar 24.6 km2. Rata-rata
Barnett (1960), Dematiaceous Hyphomycetes karangan gradien sungai Cisuwarna adalah sekitar 0.09103, suatu
Ellis (1971). kemiringan yang cukup curam dengan aliran yang cepat
Analisis Korelasi linear sederhana digunakan untuk pada musim hujan. Sumber air yang diekpsloitasi oleh warga
mengetahui hubungan antara keanekaan fungi dengan terletak di Desa Curuggoong, Kecamatan Padarincang,
sifat fisik kimia air. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat Kabupaten Serang, Banten. Secara Geografik, sumber air
perbedaannya dilakukan uji-t. terletak pada 06o12’13” S, 105o59’41.1” E sedangkan DAS
Cisuwarna berada antara 06o12’4”–06o 16’41” S dan 105o
HASIL 58’11”–106o 2’ 56” E.
Tinjauan Umum Lokasi Penelitian Jenis dan Jumlah Fungi
Lokasi penelitian terletak di sekitar D�����������������
������������������
esa Curug Goong, Berdasarkan pengamatan Pada 14 sumber mata air yang
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi diteliti, setelah melalui determinasi diperoleh sebanyak
Banten, terletak diantara Guning Karang, Gunung Parakasak, 28 jenis fungi, dapat dilihat pada Tabel 1.
dan zona konservasi Rawa Danau. Secara topografi, daerah Pada Tabel 1 diketahui bahwa mata air yang
kajian menunjukkan satuan-satuan morfologi lembah dan mengandung jumlah fungi terbanyak adalah mata air

Tabel 1. Hasil Identifikasi Jenis dan Jumlah Fungi Pada 14 Mata Air
No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml)
1 Mata air Cipanyaungan 1. Penicillium expansum Link ex S.F. Gray 161
2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
3. Penicillium roqueforti Thom
4. Aspergillus penicilloides Speg
5. Scopulariopsis candida Vuill
6. Penicillium camemberti Thom
2 Mata air Cibulakan 1. Monascus ruber v.Tieghem 235
2. Aspergillus penicilloides Speg
3. Scopulariopsis candida Vuill
4. Penicillium camemberti Thom
3 Mata air Cirahab Caringin 1. Monascus ruber v.Tieghem 1133
2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
3. Misellia sterilia
4. Penicillium camemberti Thom
5. Penicillium corylophilum Dierckx
6. Mucor plumbeus Bon
4 Mata air Cirahab Kopi 1. Penicillium sp 581
2. Eurotium chevalieri Mangin
3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
4. Aspergillus fumigatus Fres
5. Penicillium camemberti Thom
dilanjutkan
Rossiana 

Lanjutan Tabel 1

No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml)


5 Mata air Cibarugbug 1. Penicillium roqueforti Thom 2614
2. Penicillium sp1
3. Monascus ruber v.Tieghem
4. Aspergillus penicilloides Speg
5. Eurotium sp
6. Penicillium camemberti Thom
6 Mata air Cimodin 1. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 312
2. Thermomyces lanuginosus Tsikl
3. Aspergillus penicilloides Speg
4. Monascus ruber v.Tieghem
5. Mucor hiemalis Wehmer
6. Penicillium camemberti Thom
7. Penicillium corylophilum Dierckx
7 Mata air Citaman Ciketug 1. Aspergillus penicilloides Speg 1849
2. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
3. Penicillium paraherquei Abe ex G. Smith
4. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
5. Penicillium sp1
8 Mata air Cikadatuan 1. Neosartorya fischeri Malloch & Cain 2119
2. Penicillium sp1
3. Penicillium sp2
9 Mata air Citaman 1. Thermomyces sp 2508
2. Misellia sterilia
3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
10 Mata air Cidanghiang 1. Penicillium sp2 460
2. Stachybotrys chartarum (Ehreb. Ex Link) Hughes
3. Monascus ruber v.Tieghem
4. Mucor circinelloides v. Tieghem
5. Aspergillus penicilloides Speg
6. Eurotium chevalieri Mangin
7. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
8. Penicillium corylophilum Dierckx
11 Mata air Cikaret 1. Emericella variecolor, Berk & Broome (1857) 6372
2. Aspergillus penicilloides Speg
3. Eurotium chevalieri Mangin
4. Penicillium brevicompactum Dierckx
5. Penicillium chrysogenum Thom
6. Monascus ruber v.Tieghem
7. Penicillium camemberti Thom
8. Penicillium corylophilum Dierckx
12 Mata air Kalapa Siung 1. Monascus ruber v.Tieghem 110
2. Penicillium paraherquei Abe ex G. Smith
3. Eurotium sp1
4. Aspergillus sp
5. Cladosporium sp
6. Aspergillus penicilloides Speg
7. Misellia sterilia
8. Eurotium sp
9. Penicillium camemberti Thom
10. Penicillium corylophilum Dierckx
dilanjutkan
 Keanekaan Fungsi pada Beberapa Mata Air

Lanjutan Tabel 1

No. Lokasi Fungi yang Ditemukan TPC (c.f.u/ml)


13 Mata air Cipancur 1. Cladosporium sp 1288
2. Aspergillus penicilloides Speg
3. Penicillium camemberti Thom
4. Scopulariopsis candida Vuill
5. Mucor plumbeus Bon
6. Penicillium sp1
14 Mata air Cibanten 1. Stachybotrys chartarum (Ehreb. Ex Link) Hughes 2521
2. Mucor circinelloides v. Tieghem
3. Neosartorya fischeri Malloch & Cain
4. Monascus ruber v.Tieghem
5. Eurotium chevalieri Mangin
6. Penicillium camemberti Thom
7. Penicillium sp1

Cikaret dengan jumlah fungi/ml sampel air sebanyak 6.372 Dominansi Fungi
koloni, sedangkan jumlah fungi paling sedikit ditemukan Nilai indeks dominansi pada mata air dapat dilihat dari
pada mata air Kalapa Siung sebanyak 110 koloni fungi/ml tabel di bawah ini.
sampel.
Tabel 3. Nilai Indeks Dominansi (Simpson) pada 14 Mata Air
Frekuensi Kehadiran (FK) Fungi
Indeks
Nilai dari Frekuensi Kehadiran fungi pada 14 mata air No Lokasi
Dominansi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini 1 Mata air Cipanyaungan 0,28
2 Mata air Cibulakan 0,62
Tabel 2. Frekuensi Kehadiran Fungi di 14 Mata Air 3 Mata air Cirahab Caringin 0,32
No Spesies FK (%) 4 Mata air Cirahab Kopi 0,87
1 Penicillium camemberti 85,71 5 Mata air Cibarugbug 0,32
2 Penicillium corylophilum 35,71 6 Mata air Cimodin 0,52
3 Emericella variecolor 7,14 7 Mata air Citaman Ciketug 0,75
4 Aspergillus penicilloides 64,29 8 Mata air Cikadatuan 0,57
5 Eurotium chevalieri 21,43 9 Mata air Citaman 0,94
6 Penicillium brevicompactum 7,14 10 Mata air Cidanghiang 0,45
7 Penicillium chrysogenum 7,14 11 Mata air Cikaret 0,38
8 Monascus ruber 57,14 12 Mata air Kalapa Siung 0,13
9 Cladosporium herbarum 7,14 13 Mata air Cipancur 0,89
10 Penicillium paraherquei 14,29 14 Mata air Cibanten 0,28
11 Eurotium sp1 14,29

12 Aspergillus sp 7,14
13 Cladosporium sp 14,29
Pada Tabel 3, diketahui bahwa nilai indeks dominansi
14 Misellia sterilia 21,43 yang terbesar adalah mata air Citaman dengan nilai indeks
15 Eurotium sp2 7,14 dominansi 0,94, sedangkan nilai indeks dominansi yang
16 Penicillium expansum 7,14 terkecil adalah mata air Kalapa Siung dengan nilai indeks
17 Scopulariopsis candida 21,43 dominansi 0,13.
18 Neosartorya fischeri 64,29
19 Penicillium roqueforti 14,29 Keanekaan Fungi
20 Thermomyces lanuginosus 7,14
21 Mucor hiemalis 7,14
Hasil perhitungan keanekaan fungi pada mata air
22 Mucor plumbeus 14,29 ditunjukkan pada tabel berikut.
23 Penicillium sp1 21,43
24 Penicillium sp2 21,43
25 Stachybotrys chartarum 14,29
26 Mucor circinelloides 14,29
27 Thermomyces sp 7,14
28 Aspergillus fumigatus 7,14
Rossiana 

Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaan (Simpson) pada 14 Mata Air Hubungan Keanekaan Fungi dengan Sifat Fisika-
No Lokasi Indeks Diversitas Kimia Air
1 Mata air Cipanyaungan 0,72 Berikut ini hasil analisis korelasi dan distribusi t antara
2 Mata air Cibulakan 0,38
keanekaan fungi dengan beberapa sifat fisika-kimia air.
3 Mata air Cirahab Caringin 0,68
(Tabel 6)
4 Mata air Cirahab Kopi 0,13
5 Mata air Cibarugbug 0,68
Pada T�������������������������������������
��������������������������������������
abel 5�������������������������������
��������������������������������
terdapat empat parameter yang
6 Mata air Cimodin 0,48 menunjukkan korelasi negatif (–) dan signifikan, yaitu
7 Mata air Citaman Ciketug 0,25 DHL, TDS, Mg dan CaCO3. Korelasi negatif menunjukkan
8 Mata air Cikadatuan 0,43 bahwa kenaikan parameter tersebut akan menurunkan
9 Mata air Citaman 0,06 keanekaan fungi secara signifikan (berarti) masing-masing
10 Mata air Cidanghiang 0,55 sebesar 28,7% untuk Daya Hantar Listrik, 28,8% untuk
11 Mata air Cikaret 0,62
Padatan Terlarut Total, 39,9% untuk Magnesium, 32,7%
12 Mata air Kalapa Siung 0,87
untuk Kesadahan dan sisanya faktor lain.
13 Mata air Cipancur 0,11
14 Mata air Cibanten 0,72
Parameter lainnya menunjukkan korelasi negatif dan
tidak signifikan serta korelasi positif dan tidak signifikan.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa mata air dengan Nilai t-hitung dari parameter-parameter tersebut tidak
indeks keanekaan fungi terbesar adalah mata air Kalapa melampaui nilai t-tabel, yang berarti belum cukup bukti
Siung dengan nilai indeks keanekaan 0,87. Sedangkan yang menyatakan bahwa parameter-parameter tersebut
mata air dengan indeks keanekaan terkecil adalah mata air memengaruhi keanekaan fungi.
Citaman dengan nilai indeks keanekaan 0,06. Parameter yang menunjukkan korelasi negatif ���� (–)
dan tidak signifikan dengan keanekaan fungi, yaitu suhu,
Pemeriksaan Sifat Fisika-Kimia Air kalsium, natrium, sulfat, kalium dan alkalinitas. Koefisien
Hasil pemeriksaan sifat fisika-kimia air di lapangan korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) dari parameter-
dapat dilihat pada Tabel 5. parameter tersebut masing-masing sebesar –0,443 dan
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada 14 mata air 19,6% untuk Suhu, –0,193 dan 3,7% untuk kasium, –0,473
suhu air memiliki kisaran antara 21,6o C (mata air Kalapa dan 22,4% untuk natrium, –0,447 dan 19,9% untuk sulfat,
Siung) sampai 25,5o C (mata air Cirahab Caringin), daya –���������������������������������������������������
0��������������������������������������������������
,216 dan 4,7% untuk kalium serta –0,451 dan 20,3%
hantar listrik berkisar antara 55 µS/��������������������
c�������������������
m������������������
(mata air Kalapa untuk alkalinitas.
Siung) sampai 146 µS/�������������
����������������
c������������
m�����������
(mata air �����������������������
Cipancur), DO berkisar Parameter lain, seperti oksigen terlarut, pH, Nitrat,
antara 5,20 mg/L (mata air Cikadatuan) sampai 9,92 mg/L Nitrit dan Klorida menunjukkan korelasi positif (+) dan
(mata air Kalapa Siung), pH air berkisar antara 6,2 (mata tidak signifikan dengan keanekaan fungi. Koefisien korelasi
air Cirahab Kopi) sampai 7,9 (mata air Cikaret). (r) dan koefisien determinasi (r2) dari parameter-parameter

Tabel 5. Hasil Pengukuran Sifat Fisika-Kimia Air di Lapangan


Suhu air DHL
No Lokasi DO (mg/L) pH
(o C) (µS/cm)
1 Mata air Cipanyaungan 25 89 8,13 6,4
2 Mata air Cibulakan 23,7 123 9,59 6,9
3 Mata air Cirahab Caringin 25,5 125 5,53 6,8
4 Mata air Cirahab Kopi 25,3 128 5,85 6,2
5 Mata air Cibarugbug 23 128 8,46 6,9
6 Mata air Cimodin 23,8 133 6,02 6,7
7 Mata air Citaman Ciketug 24,9 128 5,53 6,7
8 Mata air Cikadatuan 24,8 91 5,20 6,7
9 Mata air Citaman 25,2 109 6,34 6,7
10 Mata air Cidanghiang 23,8 86 9,35 7,8
11 Mata air Cikaret 23,1 97 8,46 7,9
12 Mata air Kalapa Siung 21,6 55 9,92 7,6
13 Mata air Cipancur 24,6 146 7,40 7,2
14 Mata air Cibanten 24,2 141 8,29 7,1
 Keanekaan Fungsi pada Beberapa Mata Air

Tabel 6. Analisis Korelasi dan Uji-t antara Keanekaan Fungi dengan Sifat Fisika-Kimia Air di Mata Air daerah Padarincang, Serang
No Sifat Fisika-Kimia r r2 (%) t-hitung Keterangan
1 Suhu (o C) -0.443 19.6 1.711 Tidak Signifikan
2 DHL (µS/cm) -0.536 28.7 2.199 Signifikan
3 TDS (mg/L) -0.537 28.8 2.205 Signifikan
4 DO (mg/L) 0.427 18.2 1.636 Tidak Signifikan
5 pH 0.238 5.7 0.849 Tidak Signifikan
6 Nitrat (mg/L) 0.073 0.5 0.254 Tidak Signifikan
7 Nitrit (mg/L) 0.198 3.9 0.700 Tidak Signifikan
8 Mg (mg/L) -0.582 33.9 2.480 Signifikan
9 Ca (mg/L) -0.193 3.7 0.681 Tidak Signifikan
10 Cl (mg/L) 0.046 0.2 0.159 Tidak Signifikan
11 Na (mg/L) -0.473 22.4 1.860 Tidak Signifikan
12 SO4 (mg/L) -0.447 19.9 1.731 Tidak Signifikan
13 K (mg/L) -0.216 4.7 0.766 Tidak Signifikan
14 CaCO3 (mg/L) -0.572 32.7 2.416 Signifikan
15 Alkalinitas (mg/L) -0.451 20.3 1.750 Tidak Signifikan
Keterangan:
r =  Koefisien Korelasi
r2 =  Koefisien determinasi (%)
t-tabel =  2.180
Cetak Tebak =  Batas Maksimum/Minimum Hasil Analisa

tersebut masing-masing sebesar 0,427 dan 18,2% untuk organik berupa sisa-sisa daun yang berguguran. Fungi-fungi
Oksigen Terlarut, 0,238 dan 5,7% untuk pH, 0,073 dan ini tergolong sebagai fungi kontaminan, tetapi menurut Dix
0,5% untuk Nitrat, 0,198 dan 3,9% untuk Nitrit serta 0,046 dan Webster (1995), fungi akuatik adalah fungi terestrial
dan 0,2% untuk Klorida. yang melepaskan sporanya tersebar di air. Fungi-fungi ini
kemudian digolongkan ke dalam kelompok Hyphomycetes
PEMBAHASAN karena memiliki spora yang terspesialisasi. Fungi-fungi
ini memiliki bentuk konidia melingkar atau bulat, jenis
Jenis dan Jumlah Fungi
ini lah yang dikenal dengan aero-akuatik. Kelebihan dari
Berdasarkan dari hasil pengamatan jenis dan jumlah fungi yang memiliki bentuk konidia seperti ini adalah
fungi menunjukkan bahwa pada empat belas mata air di kemampuannya dalam bertahan walaupun dalam kondisi
daerah Ciomas Banten diperoleh sebanyak 28 jenis fungi, lingkungan air yang kering atau surut. Sporanya dapat
yaitu: Penicillium camemberti, Penicillium corylophilum, tetap tinggal di lumpur ketika air mengering, lalu sporanya
Emericella variecolor, Aspergillus penicilloides, Eurotium kembali dapat mengapung di atas permukaan air, kemudian
chevalieri, Penicillium brevicompactum, Penicillium berkoloni (Dix dan Webster, 1995).
chrysogenum, Monascus ruber, Penicillium funiculosum,
Cladosporium herbarum, Penicillium paraherquei, Frekuensi Kehadiran (FK) Fungi
Eurotium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Eurotium Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa fungi yang
sp, Penicillium expansum, Scopulariopsis candida, memiliki frekuensi kehadiran terbesar dimiliki oleh spesies
Neosartorya fischeri, Penicillium roqueforti, Thermomyces Penicillium camemberti (85,71%), artinya spesies ini
lanuginosus, Penicillium sp1, Penicillium sp2, Thermomyces hampir ditemukan di seluruh lokasi penelitian. Frekuensi
sp, dan Aspergillus fumigates�, Mucor circinelloides, Mucor kehadiran sedang dimiliki oleh dua spesies fungi, yaitu
hiemalis, dan Mucor plumbeus������������������������
, ����������������������
Stachybotrys chartarum, Aspergillus penicilloides (64,29%) dan Neosartorya fischeri
dan dari dua puluh delapan jenis fungi yang ditemukan (64,29%).
terdapat beberapa fungi yang tidak digolongkan ke dalam Penicillium sp merupakan fungi yang menghasilkan zat
fungi akuatik, yaitui Aspergillus sp, Mucor sp, dan Monascus antibiotik penicilin. Zat antibiotik ini dapat menghambat
ruber. Ketiga spesies fungi tersebut merupakan jenis-jenis pertumbuhan fungi lain sehingga spesies lain sulit untuk
fungi yang biasa ditemukan di tanah dan sampah-sampah tumbuh pada lokasi yang sama, sedangkan Aspergillus
Rossiana 

sp merupakan fungi kontaminan yang dapat tumbuh pada lain adalah phospor (dalam bentuk phospat), potassium,
berbagai macam substrat dan kemampuan koloninya untuk magnesium dan sulfur (yang disediakan dalam bentuk sulfat
tumbuh sangat cepat (Samson et al., 1981). maupun dalam bentuk organik, cystein atau methionine).
Neosartorya fischeri termasuk jenis fungi yang Mikronutrisi penting yang dibutuhkan oleh kebanyakan
habitatnya kosmopolit, mudah tumbuh di lingkungan fungi patogen adalah kalsium, besi, tembaga, mangan,
yang kurang baik dengan kadar air rendah. Neosartorya molybdenum, dan zinc (Atlas and Bartha, 1993).
fischeri dikenal sebagai fungi yang thermotolerant, mampu
tetap tumbuh dan berkembang walaupun dalam kisaran Keanekaan Fungi
suhu tinggi baik secara seksual maupun aseksual (Samson Pada Tabel 4 dapat dilihat mata air Kalapa Siung
et al., 1981). ditemukan sebanyak 10 spesies fungi berbeda. Lokasi
mata air Kalapa Siung terletak di tengah hutan yang
Dominansi Fungi kemungkinan menjadi penyebab dari beragamnya spesies
Berdasarkan nilai indeks pada Tabel 3, diketahui yang ditemukan. Sekeliling mata air Kalapa Siung dipenuhi
bahwa nilai indeks dominansi yang terbesar adalah mata dengan vegetasi yang rimbun. Hal ini memungkinkan fungi-
air Citaman dengan nilai indeks dominansi 0,94, sedangkan fungi yang ditemukan pada mata air Kalapa Siung dapat
nilai indeks dominansi yang terkecil adalah mata air Kalapa berasal dari vegetasi di sekitar mata air, karena fungi air
Siung dengan nilai indeks dominansi 0,13 sedangkan dapat berasal dari fungi terestrial yang melepaskan sporanya
dominansi maksimal adalah 1, hal ini menunjukkan bahwa yang tersebar di air. Input paling utamanya dapat berasal
dominansi jenis dipusatkan pada satu jenis saja, sedangkan dari daun-daun yang jatuh berguguran ke dalam mata air
nilai indeks dominansi yang lebih kecil dari 1 menunjukkan dan kemudian membusuk (Dix and Webster, 1995).
bahwa dominansi dipusatkan pada beberapa atau banyak
jenis (Odum, 1993). Hubungan Keanekaan Fungi dengan Sifat Fisika-
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diketahui Kimia Air
bahwa terdapat tiga mata air yang nilai indeks dominansinya Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Keanekaan
mendekati 1, yaitu mata air Citaman, mata air Cipancur dan fungi dipengaruhi oleh sifat fisik-kimia air, walaupun secara
mata air Cirahab Kopi. Ini menunjukkan bahwa dominansi makroskopis terlihat bening namun keaneka ragaman fungi
jenis dipusatkan hanya pada satu jenis saja. Pada mata air cukup tinggi.
Citaman dan mata air Cirahab Kopi, jenis fungi dipusatkan
pada Neosartorya fischeri, sedangkan mata air Cipancur KEPUSTAKAAN
jenis fungi dipusatkan pada Aspergillus penicilloides. Alaerts dan Santika, 1984. Alaerts, G dan Santika, 1984. Metode
Neosartorya fischeri merupakan fungi yang habitatnya Penelitian Kualitas Air. Usaha Nasional Indonesia.
kosmopolit, mudah tumbuh di lingkungan yang kurang Surabaya.
baik dengan kadar air rendah. Neosartorya fischeri juga Alexopoulus, C.J and Mims, C.W, 1979. Introductory Mycology.
dikenal sebagai fungi yang thermotolerant, tetap tumbuh Fourth Edition. John Willey and Son Inc, New York,
dan berkembang walaupun dalam kisaran suhu tinggi baik London, Sidney.
Arthana, IW, 2006. Studi Kualitas Air Danau Beratan, Buyan,
secara seksual maupun aseksual ( Samson et al., 1981).
dan Tamblingan di Bedugul Bali. Jurnal Ilmu Lingkungan
Aspergillus penicilloides memiliki sifat xerophylic,
Ecotrophic. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program
memungkinkan spesies tersebut untuk tetap hidup meskipun Pascasarjana, Universitas Udayana. Volume 1, Nomor 2:
dalam lingkungan berkadar air rendah sekalipun. Fungi jenis 34-38. Denpasar.
Aspergillus telah diketahui merupakan fungi yang sangat Atlas, R.M., and Richard Bartha, 1992. Microbial Ecology:
mudah dalam penyebarannya (Samson et al., 1981). Fundamentals and Applications. California: The Benjamin/
Atlas dan Bartha (1993) berpendapat bahwa sumber Cummings Publishing Company.
nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan fungi patogen. Barnert, HL, 1960. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess
Media untuk pertumbuhan fungi harus mengandung subtansi Publishing Company. Minneapolis.
Barus, T.A, 2002. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA
organik sebagai sumber C, sumber N, ion anorganik dalam
USU. Medan.
jumlah yang cukup sebagai nutrisi pertumbuhan dan Dix, NJ. and Webster J, 1995. Fungal Ecology. Chapter 9.
sumber vitamin. Sumber nitrogen baik organik maupun Chapman Hall.
anorganik dan bahan tambahan lain berupa mineral sebagai Ellis, MB, 1971. Dematiaceous Hyphomycetes. England:
pemacu tumbuh juga diperlukan. Makronutrisi penting yang Commonwealth Mycological Institute, Kew, Surrey.
 Keanekaan Fungsi pada Beberapa Mata Air

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal dan A. Oetari, 2006. Mikologi Dasar Safitri, R., I. Indrawati., N. Rossiana., M����������������������
. Miranti,
��������������������
2007. Buku
dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Laboratorium
Odum, E. P, 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi III. Penerjemah Mikrobiologi Dasar. Universitas Padjadjaran.
Ir. Tjahyono Samingan. Gadjah Mada University Press. Samson, RA., Ellen. SH., and�
���� Connie�����������������������������
�����������������������������������
����������������������������
A.N.V.O, 1981. Introduction
Yogyakarta. to Food-Borne Fungi. Central Bureau Voor Schimmel
Cultures.
Sudjana, 2002. Metoda Statistik. Bandung: Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai