Kanker Serviks
( Biokimia )
Prodi S1 Kebidanan
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 5
D. Manfaat
Penulisan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
HPV ............................................................................................................6
B. Penggolongan
HPV .....................................................................................................6
C. Gejala
HPV ..................................................................................................................
8
D. Penyebab dan Resiko
HPV .........................................................................................8
E. Diagnosis
HPV ...........................................................................................................8
F. Pencegahan HPV dengan
Vaksinasi ............................................................................9
G. Himbaun Pemberian Vaksin
HPV ...........................................................................10
H. Prosedur Pemberian Vaksin
HPV ...............................................................................11
I. Pengobatan Infeksi
HPV ...........................................................................................12
A. Kesimpulan.............................................................................13
B. Saran .................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan
sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Sampai saat ini telah
tedapat 529.000 kasus baru dan 275.000 kasus kematian setiap tahun di seluruh
dunia yang diakibatkan oleh kanker. Lebih dari 80% dari kasus-kasus ini terjadi
di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Indonesia menempati urutan
keempat kasus kematian kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara
.Berdasarkan data WHO sebanyak 20.928 kasus kanker serviks terjadi di
Indonesia dan 9.498 kasus kematian akibat kanker serviks.
Pajanan Human Pappiloma Virus (HPV) dianggap sebagai penyebab utama
terjadinya kanker servik. Internasional Agency for Research on Cancer (IARC)
menyatakan 1000 sampel dari 22 negara menemukan adanya infeksi HPV
pada 99,7% kanker serviks (Gomez et al., 2016). Sedangkan faktor resiko
lainnya seperti paritas tinggi, jarak persalinan pendek, multiparner seksual,
hanya sebagai inisiator (Suwiyoga, 2007). Telah banyak dilakukan penelitian-
penelitian terkait Human Papilloma Virus (HPV) yang menjadi penyebab kanker
servik diantaranya seperti deteksi Human Papilloma Virus Tipe 16 sebagai
deteksi dini kanker serviks yang dilakukan pada wanita dengan menggunakan
sampel yang berupa urin, flour albus, serta saliva (Marlina et al., 2014).
Kemudian dilanjutkan dengan merancang serta menguji primer spesifik pada
pasien kanker serviks menggunakan metode multiplex PCR (Marlina et al.,
2015). Selanjutnya desain primer Multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR)
gen E6 HPV tipe 45 dan HPV tipe 52 (Marlina et al., 2015). Kemudian aplikasi
primer MPCR untuk gen E6 HPV Tipe 16 dan 18 pada pasien kanker serviks
(Marlina et al., 2015). Kemudian dilanjutkan dengan analisa variasi molekuler
gen E5, E6, E7 Human Papilloma Virus (HPV) dari isolat kanker serviks tipe 16
dan 18.
Baru-baru ini telah dilakukan penelitian mengenai mengenai cloning early
gene E6 Human Papillomavirus (HPV) sebagai pustaka genetik HPV tipe
16 (Marlina, Andani, Fanessia, 2016). Penelitian ini dapat menjadi dasar atau
sebagai langkah awal untuk mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV
tipe 16, Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan. Langkah dalam
mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV 16 dapat dilakukan
dengan tekhnik ekspresi gen. Teknik ekspresi ini merupakan salah satu
tekhnik rekayasa genetika yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk membuat
antigen spesifik dan protein recombinan dari gen E6 dan lebih lanjut dapat
dijadikan sebagai kandidat vaksin atau langkah awal dalam pembuatan vaksin
HPV terbaru (Jummah, 2014). Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengangkat judul ekspresi gen E6 dari Human
Papilloma Virus HPV tipe 16 sebagai langkah awal dalam pembuatan vaksin .
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk ekspresi dari gen E6 HPV
tipe 16 yang dapat dijadikan dasar atau langkah awal dalam pembuatan vaksin
terhadap virus HPV tipe 16 ?
C. Tujuan
Mengekspresikan gen E6 untuk mendapatkan protein rekombinan, yang di
analisa menggunakan SDS PAGE yang selanjutnya bisa dijadikan dasar atau
langkah awal sebagai dalam pembuatan vaksin.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data untuk penelitian
selanjutnya khususnya menjadi dasar pertimbangan dan acuan dalam pembuatan
vaksin terapetik yang sesuai untuk penderita kanker serviks khususnya di
Indonesia.
2. Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pencegahan dan
pengobatan kanker serviks.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HPV
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi
di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi virus ini
ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh, seperti lengan,
tungkai, mulut, serta area kelamin.
Infeksi virus HPV dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit penderita
atau melakukan hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi HPV
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan
sekitar dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan sekitar 70% dari
kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini. Infeksi yang
menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh, tergantung pada strain kutil itu.
Virus papiloma manusia (HPV) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang
paling umum.Banyak orang dengan HPV tidak menunjukkan gejala apa pun tapi
masih bisa menulari orang lain melalui kontak seksual. Gejala mungkin termasuk
kutil pada alat kelamin atau kulit di sekitarnya.Tidak ada obat untuk virus dan kutil
dapat menghilang dengan sendirinya. Pengobatan berfokus pada menghilangkan
kutil. Vaksin yang mencegah strain HPV yang paling mungkin menyebabkan kutil
kelamin dan kanker serviks direkomendasikan untuk anak laki-laki dan perempuan.
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin
dan kanker, serta menyebar lewat hubungan intim. HPV dapat menyerang siapa
saja, baik pria maupun wanita. Virus HPV sering dialami oleh remaja dan orang
dewasa muda yang aktif berhubungan intim, yaitu pada pria berumur 20-24 tahun
dan wanita berumur 16-19 tahun.
6
dengan gejala kutil kelamin, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tipe HPV,
baik HPV tipe risiko rendah dan risiko tinggi.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa 58% pasien kutil anus dan kutil
kelamin di RSUD. Dr. Soetomo terinfeksi oleh HPV risiko rendah yaitu HPV 6 dan
HPV 11. HPV tipe risiko tinggi menginfeksi 42% pasien yaitu HPV tipe 18, 51, 52,
82.HPV risiko rendah biasanya merupakan infeksi tunggal atau infeksi gabungan
dengan sesama golongan HPV risiko rendah, sedangkan HPV risiko tinggi
merupakan infeksi gabungan dengan HPV risiko rendah.
Manifestasi dari infeksi HPV risiko rendah yang paling umum pada laki-laki yaitu
kutil kelamin. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia.
Meskipun jinak dan tidak terkait dengan kematian, namun penyakit ini merupakan
sumber tekanan psikososial dan ketidaknyamanan fisik. Sebagian besar pasien
(81%) mengalami penurunan kualitas hidup yang ringan. Dampak utama yaitu rasa
malu untuk memeriksaan diri ke dokter sehingga menyebabkan keterlambatan
diagnosa dan pemerian terapi yang tepat. Apabila penderita kutil daerah kelamin
dan anus tersebut tetap melakukan hubungan seksual, maka penderita tersebut
akan menjadi sumber penularan virus pada pasangan seksualnya.
Infeksi HPV risiko tinggi biasanya merupakan infeksi gabungan dengan HPV
risiko rendah, sehingga satu penderita bisaterinfeksi lebih dari satu tipe HPV. Infeksi
HPV risiko tinggi ini bisa menyebabkan kanker daerah kelamin. Jika kutil kelamin
terdapat area batang penis makadalam perkembanganya akan bisa menyebabkan
kanker penis yang invasif. Sekitar sepertiga hingga seperempat kanker penis invasif
berhubungan dengan infeksi HPV risiko tinggi. Infeksi pria biasanya tanpa gejala
dan bisa menyebabkan penyebaran virus dan meningkatkan risiko kanker pada
pasangan seksual.
Data penelitian retrospektif menunjukkan bahwa Sekitar 40% dari karsinoma
penis invasif disebabkan oleh HPV risiko tinggi yaitu HPV 16, 18, sedangkan HPV 6
dan HPV 11 sebagai tipe HPV yang paling sering terdeteksi pada tumor penis.
Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terinfeksi HPV yaitu dengan
melakukan vaksinasi yang diberikan dalam beberapa kali pemberian pada mereka
yang belum penah melakukan hubungan seksual. Biasanya diberikan pada anak-
anak usia sekitar 12 tahun. Saat ini sudah tersedia 3 jenis vaksin yaitu Cervarix
yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe HPV 16 dan 18, Gardasil
generasi pertama yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6, 11,
16, 18), dan Gardasil 9 yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6,
11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, and 58.
Salah satu risiko terinfeksi HPV yaitu berganti-ganti pasangan seksual,
hubungan seksual dengan pasangan yang berjenis kelamin sama, misalnya laki-laki
behubungan seksual dengan laki-laki atau wanita behubungan seksual dengan
wanita (homoseksual), atau hubungan seksual dengan pasangan yang berjenis
kelamin sama dan jenis kelamin berbeda, misalnya laki-laki behubungan seksual
7
dengan laki-laki dan wanita atau wanita behubungan seksual dengan wanita dan
laki-laki (biseksual).
Mengingat bahwa infeksi HPV pada laki-laki biasanya tidak menunjukkan gejala,
maka berperilaku seksual yang sehat dengan pasangan seksual yang berjenis
kelamin berbeda dan setia pada pasangan dapat mencegah penularan infeksi HPV
dan menurunkan risiko kejadian kanker pada organ kelamin. Apabila sudah terdapat
kutil di daerah kelamin, maka segera memeriksakan diri ke dokter agar segera
mendapatkan penanganan yang tepat dan menurunkan risiko kejadian kanker di
daerah kelamin.
C. Gejala HPV
Infeksi virus HPV sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun pada beberapa
kasus, virus ini dapat bertahan hingga menimbulkan gejala berupa
tumbuhya kutil di permukaan kulit. Kutil bisa tumbuh di lengan, tungkai, wajah, dan
kelamin. Berikut adalah ciri-ciri kutil pada kulit sesuai dengan area tumbuhnya :
1) Kutil yang tumbuh di bahu, lengan, dan jari tangan.
Kutil yang tumbuh di area ini berbentuk benjolan yang terasa kasar. Kutil ini
dapat terasa sakit dan rentan mengalami perdarahan.
2) Kutil yang tumbuh pada telapak kaki (plantar warts)
Berbentuk bejolan keras dan terasa kasar, sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman saat menapak.
3) Kutil di daerah wajah
kutil di wajah memiliki permukaan yang datar (flat warts). Pada anak-anak,
lebih sering muncul di daerah rahang bawah.
4) Kutil kelamin
Kutil kelamin berbentuk seperti kembang kol dan bisa tumbuh pada kelamin
wanita maupun laki-laki. Selain di kelamin, kutil juga bisa tumbuh di dubur dan
menimbulkan rasa gatal.
8
E. Diagnosis HPV
Diagnosis infeksi HPV dapat dilihat melalui munculnya kutil pada kulit. Namun,
seperti telah dikatakan, kutil bisa saja tidak tumbuh dan celakanya infeksi HPV pada
kelamin wanita berisiko menimbulkan kanker serviks. Untuk melihat adanya infeksi
HPV yang berisiko mengakibatkan kanker serviks, dokter dapat melakukan
pemeriksaan:
Tes IVA
Prosedur ini dilakukan dengan meneteskan cairan khusus asam asetat pada
area kelamin atau genital. Jika mengalami infeksi HPV, warna kulit akan
berubah menjadi putih.
Pap smear
Pap smear bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi serviks yang
mengarah pada kanker akibat infeksi HPV. Pap smear dilakukan dengan
mengambil sampel sel serviks untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium.
Tes HPV DNA
Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi adanya unsur genetik (DNA) dari
virus HPV yang berisiko tinggi menimbulkan kanker serviks.
9
Perempuan di atas 15 tahun diajurkan untuk menjalani 3 kali vaksinasi HPV,
dengan jarak waktu 2 bulan antara vaksinasi pertama dan kedua, serta 6
bulan antara vaksinasi kedua dan ketiga.
Tidak hanya pada wanita, vaksinasi juga perlu dilakukan pada pria untuk
mencegah penyebaran HPV. Pria dan wanita antara usia 27 hingga 45 tahun
atau yang sudah aktif berhubungan seksual, namun belum pernah menerima vaksin
HPV juga masih dapat melakukan vaksinasi, tetapi sebaiknya konsultasikan dahulu
dengan dokter mengenai manfaat dan risikonya. Pria juga bisa
melakukan sunat untuk mengurangi risiko penularan HPV pada pasangan
seksualnya. Di samping vaksinasi, terdapat sejumlah langkah pencegahan yang
dapat dilakukan, di antaranya:
1. Melakukan pemeriksaan rutin
Makin cepat terdeteksi, infeksi HPV bisa segera ditangani.
2. Tidak menyentuh kutil secara langsung
Jika tidak sengaja menyentuh dengan tangan, segera cuci tangan setelahnya.
3. Melakukan hubungan seksual yang aman
Melakukan hubungan seksual yang aman artinya tidak bergonta-ganti
pasangan dan menggunakan kondom.
4. Memakai alas kaki
Memakai alas kaki ketika beraktivitas di luar rumah adalah salah satu upaya
agar tidak tertular infeksi HPV di tempat umum.
Berikut ini adalah penjelasan untuk kelompok penerima vaksin HPV:
a) Anak-anak
Vaksin HPV akan bekerja lebih baik jika diberikan sebelum seseorang
berisiko terpapar virus HPV, yaitu sebelum aktif secara seksual atau ketika masih
anak-anak. Oleh karena itu, vaksin ini idealnya diberikan kepada anak perempuan
maupun laki-laki yang berusia 9–14 tahun. Pada anak-anak, vaksin HPV perlu
diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak pemberian 6–12 bulan antarvaksin.
b) Remaja dan dewasa
Vaksin HPV dapat diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah
menerima atau belum lengkap menerima vaksin HPV ketika masih anak-anak.
Vaksin HPV dapat diberikan kepada remaja usia 15 tahun hingga orang dewasa
berusia 26 tahun. Orang dewasa usia 27–45 tahun juga bisa mendapatkan vaksin
HPV, tetapi perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Vaksin HPV dapat
diberikan kepada orang dewasa yang telah menikah atau aktif secara seksual. Akan
tetapi, vaksin ini bukan alat pengganti kondom yang dapat melindungi dari infeksi
menular seksual lainnya. Pada remaja dan orang dewasa, vaksin HPV perlu
diberikan sebanyak 3 kali. Vaksin kedua diberikan setelah 1–2 bulan vaksin
pertama, kemudian vaksin ketiga diberikan setelah 6 bulan vaksin kedua.
G. Himbauan Pemberian Vaksin HPV
10
Vaksin HPV umumnya tidak direkomendasikan atau ditunda pemberiannya pada
orang dengan kondisi berikut:
Memiliki atau pernah mengalami reaksi alergi yang parah terhadap vaksin
HPV
Memiliki alergi terhadap lateks atau ragi
Sedang hamil, meskipun vaksin ini tidak memberikan efek yang buruk
terhadap ibu hamil dan janin
Menderita penyakit berat
Sebelum Pemberian Vaksin HPV dokter akan melakukan tanya jawab
mengenai riwayat kesehatan, riwayat alergi, serta gaya hidup pasien,
termasuk aktivitas seksualnya. Setelah itu, dokter juga akan menjelaskan
keuntungan dan risiko yang bisa didapatkan pasien dari menerima vaksin
HPV. Jika pernah menerima vaksin HPV, dokter akan menanyakan tentang
waktu pemberian vaksin HPV sebelumnya, dan menanyakan apakah pasien
mengalami alergi atau efek samping setelah mendapatkan vaksin. Tujuannya
adalah untuk menghindari kemungkinan munculnya reaksi alergi atau efek
samping dari vaksinasi HPV.
11
Menghindari aktivitas seksual di usia remaja atau sebelum menikah
Tidak berganti-ganti pasangan
Menggunakan kondom
Menghindari hubungan seksual dengan seseorang yang tidak diketahui
riwayat aktivitas seksualnya
Menghindari rokok
Menjalani pap smear secara rutin setelah aktif secara seksual
Risiko Pemberian Vaksin HPV
Walau jarang terjadi, vaksin HPV dapat menimbulkan beberapa efek samping
berikut ini:
Nyeri di area suntikan
Kemerahan di area suntikan
Pembengkakan di area suntikan
Sakit kepala
Demam
Mual dan muntah
Lelah dan lemas
Nyeri otot atau sendi
Untuk menghindari efek samping yang berbahaya, segera hubungi dokter jika
muncul keluhan berupa:
Pembengkakan pada wajah dan tenggorokan
Kesulitan bernapas
Rasa gatal di seluruh tubuh
Pusing berputar atau penglihatan berkunang-kunang
13
B. Saran
Mungkin hanya ini yang dapat saya wacanakan,masih banyak kesalahan
dari penulisan makalah ini karena saya hanya seorang manusia adalah tempat
salah dan dosa. Saya juga membutuhkan saran dan kritikan agar bisa menjadai
motivasi saya untuk lebih baik lagi kedepannya dan juga saya ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah Biokimia Ibu Sri Hidayanti,
M.Kes
DAFTAR PUSTAKA
Lukacs, et al. (2020). The Quadrivalent HPV Vaccine Is Protective Against Genital
Warts: A Meta-Analysis. BMC Public Health, 20, pp. 691.
Centers for Disease Control and Prevention (2020). HPV Home. About HPV.
Centers for Disease Control and Prevention (2020). Vaccines and Preventable
Diseases.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Imunisasi. Sekilas tentang Vaksin HPV.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016). Imunisasi. Seputar Pekan Imunisasi Dunia
2016.
14