Anda di halaman 1dari 14

Vaksinasi HPV sebagai Pencegahan

Kanker Serviks
( Biokimia )

Dosen Penghimpun : Sri Hidayanti, M.Kes

Disusun Oleh : Nur Istiqomah (30220017 )

Prodi S1 Kebidanan

STIKES Abdurrahman Palembang

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena karunianya, saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Vaksinasi
HPV sebagai Pencegahan Kanker Serviks ”. Makalah ini saya susun
dengan mengumpulkan materi berdasarkan sumber buku-buku yang
sebagai penunjang utama dan internet sebagai tambahan untuk
melengkapi. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai
pembuka yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan
makalah.  Pembahasan yang menjelaskan penjabaran dari 3 sub
bab yang akan di bahas dalam makalah ini. Penutup yang berisi
tentang kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari
makalah. Makalah ini juga  di lengkapi  dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini
akan saya terima dengan senang hati.
Akhir kata semoga keberadaan makalah ini  dapat  bermanfaat 
bagi  semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 11 Juni 2021

        Penyusun          

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 5
D. Manfaat
Penulisan ................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
HPV ............................................................................................................6
B. Penggolongan
HPV .....................................................................................................6
C. Gejala
HPV ..................................................................................................................
8
D. Penyebab dan Resiko
HPV .........................................................................................8
E. Diagnosis
HPV ...........................................................................................................8
F. Pencegahan HPV dengan
Vaksinasi ............................................................................9
G. Himbaun Pemberian Vaksin
HPV ...........................................................................10
H. Prosedur Pemberian Vaksin
HPV ...............................................................................11
I. Pengobatan Infeksi
HPV ...........................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................13
B. Saran .................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan
sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Sampai saat ini telah
tedapat 529.000 kasus baru dan 275.000 kasus kematian setiap tahun di seluruh
dunia yang diakibatkan oleh kanker. Lebih dari 80% dari kasus-kasus ini terjadi
di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Indonesia menempati urutan
keempat kasus kematian kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara
.Berdasarkan data WHO sebanyak 20.928 kasus kanker serviks terjadi di
Indonesia dan 9.498 kasus kematian akibat kanker serviks.
Pajanan Human Pappiloma Virus (HPV) dianggap sebagai penyebab utama
terjadinya kanker servik. Internasional Agency for Research on Cancer (IARC)
menyatakan 1000 sampel dari 22 negara menemukan adanya infeksi HPV
pada 99,7% kanker serviks (Gomez et al., 2016). Sedangkan faktor resiko
lainnya seperti paritas tinggi, jarak persalinan pendek, multiparner seksual,
hanya sebagai inisiator (Suwiyoga, 2007). Telah banyak dilakukan penelitian-
penelitian terkait Human Papilloma Virus (HPV) yang menjadi penyebab kanker
servik diantaranya seperti deteksi Human Papilloma Virus Tipe 16 sebagai
deteksi dini kanker serviks yang dilakukan pada wanita dengan menggunakan
sampel yang berupa urin, flour albus, serta saliva (Marlina et al., 2014).
Kemudian dilanjutkan dengan merancang serta menguji primer spesifik pada
pasien kanker serviks menggunakan metode multiplex PCR (Marlina et al.,
2015). Selanjutnya desain primer Multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR)
gen E6 HPV tipe 45 dan HPV tipe 52 (Marlina et al., 2015). Kemudian aplikasi
primer MPCR untuk gen E6 HPV Tipe 16 dan 18 pada pasien kanker serviks
(Marlina et al., 2015). Kemudian dilanjutkan dengan analisa variasi molekuler
gen E5, E6, E7 Human Papilloma Virus (HPV) dari isolat kanker serviks tipe 16
dan 18.
Baru-baru ini telah dilakukan penelitian mengenai mengenai cloning early
gene E6 Human Papillomavirus (HPV) sebagai pustaka genetik HPV tipe
16 (Marlina, Andani, Fanessia, 2016). Penelitian ini dapat menjadi dasar atau
sebagai langkah awal untuk mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV
tipe 16, Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan. Langkah dalam
mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV 16 dapat dilakukan
dengan tekhnik ekspresi gen. Teknik ekspresi ini merupakan salah satu
tekhnik rekayasa genetika yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk membuat
antigen spesifik dan protein recombinan dari gen E6 dan lebih lanjut dapat
dijadikan sebagai kandidat vaksin atau langkah awal dalam pembuatan vaksin
HPV terbaru (Jummah, 2014). Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengangkat judul ekspresi gen E6 dari Human
Papilloma Virus HPV tipe 16 sebagai langkah awal dalam pembuatan vaksin .

4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk ekspresi dari gen E6 HPV
tipe 16 yang dapat dijadikan dasar atau langkah awal dalam pembuatan vaksin
terhadap virus HPV tipe 16 ?

C. Tujuan
Mengekspresikan gen E6 untuk mendapatkan protein rekombinan, yang di
analisa menggunakan SDS PAGE yang selanjutnya bisa dijadikan dasar atau
langkah awal sebagai dalam pembuatan vaksin.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data untuk penelitian
selanjutnya khususnya menjadi dasar pertimbangan dan acuan dalam pembuatan
vaksin terapetik yang sesuai untuk penderita kanker serviks khususnya di
Indonesia.
2. Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pencegahan dan
pengobatan kanker serviks.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HPV
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi
di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi virus ini
ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area tubuh, seperti lengan,
tungkai, mulut, serta area kelamin.
Infeksi virus HPV dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit penderita
atau melakukan hubungan seks dengan penderita. Sebagian besar infeksi HPV
tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan
sekitar dan tidak menimbulkan gejala. Meski begitu, diperkirakan sekitar 70% dari
kasus kanker serviks di dunia disebabkan infeksi virus ini. Infeksi yang
menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh, tergantung pada strain kutil itu.
Virus papiloma manusia (HPV) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang
paling umum.Banyak orang dengan HPV tidak menunjukkan gejala apa pun tapi
masih bisa menulari orang lain melalui kontak seksual. Gejala mungkin termasuk
kutil pada alat kelamin atau kulit di sekitarnya.Tidak ada obat untuk virus dan kutil
dapat menghilang dengan sendirinya. Pengobatan berfokus pada menghilangkan
kutil. Vaksin yang mencegah strain HPV yang paling mungkin menyebabkan kutil
kelamin dan kanker serviks direkomendasikan untuk anak laki-laki dan perempuan.
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin
dan kanker, serta menyebar lewat hubungan intim. HPV dapat menyerang siapa
saja, baik pria maupun wanita. Virus HPV sering dialami oleh remaja dan orang
dewasa muda yang aktif berhubungan intim, yaitu pada pria berumur 20-24 tahun
dan wanita berumur 16-19 tahun.

B. Penggolongan Penyakit HPV


Berdasarkan risiko perkembangan menjadi kanker, virus HPV digolongkan
menjadi dua golongan yaitu HPV risiko rendah dan HPV risiko tinggi. Beberapa tipe
HPV risiko rendah yaitu HPV 6, 11, 40, 42, 43, 44, 54, sedangkan HPV risiko tinggi
yaitu HPV 16, 18, 26, 31, 33,35, 39, 45, 51, 52, 58, 82.Infeksi HPV risiko rendah
biasanya ditemukan pada kutil kelamin, kutil anus, dan papillomatosis pada orang
dewasa atau remaja, sedangkan HPV risiko tinggi bisa menyebablan karsinoma
penis invasif.
Infeksi pada laki-laki biasanya tidak menunjukkan gejala sehingga bisa
menularkan ke pasangan dan meningkatkan risiko kejadian kanker. Penentuan HPV
risiko tinggi atau rendah ini, penting untuk memprediksi perkembangan penyakit,
menjadi tumor jinak atau kanker ganas. Penelitian kami dilakukan pada pasien

6
dengan gejala kutil kelamin, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tipe HPV,
baik HPV tipe risiko rendah dan risiko tinggi.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa 58% pasien kutil anus dan kutil
kelamin di RSUD. Dr. Soetomo terinfeksi oleh HPV risiko rendah yaitu HPV 6 dan
HPV 11. HPV tipe risiko tinggi menginfeksi 42% pasien yaitu HPV tipe 18, 51, 52,
82.HPV risiko rendah biasanya merupakan infeksi tunggal atau infeksi gabungan
dengan sesama golongan HPV risiko rendah, sedangkan HPV risiko tinggi
merupakan infeksi gabungan dengan HPV risiko rendah.
Manifestasi dari infeksi HPV risiko rendah yang paling umum pada laki-laki yaitu
kutil kelamin. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. 
Meskipun jinak dan tidak terkait dengan kematian, namun penyakit ini merupakan
sumber tekanan psikososial dan ketidaknyamanan fisik.  Sebagian besar pasien
(81%) mengalami penurunan kualitas hidup yang ringan. Dampak utama yaitu rasa
malu untuk memeriksaan diri ke dokter sehingga menyebabkan keterlambatan
diagnosa dan pemerian terapi yang tepat. Apabila penderita kutil daerah kelamin
dan anus tersebut tetap melakukan hubungan seksual, maka penderita tersebut
akan menjadi sumber penularan virus pada pasangan seksualnya.
Infeksi HPV risiko tinggi biasanya merupakan infeksi gabungan dengan HPV
risiko rendah, sehingga satu penderita bisaterinfeksi lebih dari satu tipe HPV. Infeksi
HPV risiko tinggi ini bisa menyebabkan kanker daerah kelamin. Jika kutil kelamin
terdapat area batang penis makadalam perkembanganya akan bisa menyebabkan
kanker penis yang invasif. Sekitar sepertiga hingga seperempat kanker penis invasif
berhubungan dengan infeksi HPV risiko tinggi. Infeksi  pria biasanya tanpa gejala
dan bisa menyebabkan penyebaran virus dan meningkatkan risiko kanker pada
pasangan seksual.
Data penelitian retrospektif menunjukkan bahwa Sekitar 40% dari karsinoma
penis invasif disebabkan oleh HPV risiko tinggi yaitu HPV 16, 18, sedangkan HPV 6
dan HPV 11 sebagai tipe HPV yang paling sering terdeteksi pada tumor penis.
Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terinfeksi HPV yaitu dengan
melakukan vaksinasi yang diberikan dalam beberapa kali pemberian pada mereka
yang belum penah melakukan hubungan seksual. Biasanya diberikan pada anak-
anak usia sekitar 12 tahun.  Saat ini sudah tersedia 3 jenis vaksin yaitu Cervarix
yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe HPV 16 dan 18, Gardasil
generasi pertama yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe  6, 11,
16, 18), dan Gardasil 9 yang memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6,
11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, and 58.
Salah satu risiko terinfeksi HPV yaitu berganti-ganti pasangan seksual,
hubungan seksual dengan pasangan yang berjenis kelamin sama, misalnya laki-laki
behubungan seksual dengan laki-laki atau wanita behubungan seksual dengan
wanita (homoseksual), atau hubungan seksual dengan pasangan yang berjenis
kelamin sama dan jenis kelamin berbeda, misalnya laki-laki behubungan seksual

7
dengan laki-laki dan wanita atau wanita behubungan seksual dengan wanita dan
laki-laki (biseksual).
Mengingat bahwa infeksi HPV pada laki-laki biasanya tidak menunjukkan gejala,
maka berperilaku seksual yang sehat dengan pasangan seksual yang berjenis
kelamin berbeda dan setia pada pasangan dapat mencegah penularan infeksi HPV
dan menurunkan risiko kejadian kanker pada organ kelamin. Apabila sudah terdapat
kutil di daerah kelamin, maka segera memeriksakan diri ke dokter agar segera
mendapatkan penanganan yang tepat dan menurunkan risiko kejadian kanker di
daerah kelamin. 

C. Gejala HPV
Infeksi virus HPV sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun pada beberapa
kasus, virus ini dapat bertahan hingga menimbulkan gejala berupa
tumbuhya kutil di permukaan kulit. Kutil bisa tumbuh di lengan, tungkai, wajah, dan
kelamin. Berikut adalah ciri-ciri kutil pada kulit sesuai dengan area tumbuhnya :
1) Kutil yang tumbuh di bahu, lengan, dan jari tangan.
Kutil yang tumbuh di area ini berbentuk benjolan yang terasa kasar. Kutil ini
dapat terasa sakit dan rentan mengalami perdarahan.
2) Kutil yang tumbuh pada telapak kaki (plantar warts)
Berbentuk bejolan keras dan terasa kasar, sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman saat menapak.
3) Kutil di daerah wajah
kutil di wajah memiliki permukaan yang datar (flat warts). Pada anak-anak,
lebih sering muncul di daerah rahang bawah.
4) Kutil kelamin
Kutil kelamin berbentuk seperti kembang kol dan bisa tumbuh pada kelamin
wanita maupun laki-laki. Selain di kelamin, kutil juga bisa tumbuh di dubur dan
menimbulkan rasa gatal.

D. Penyebab dan Fakor Risiko HPV


Virus HPV hidup dalam sel permukaan kulit yang masuk melalui luka di kulit.
Penyebaran infeksi HPV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit
penderita. Sebagian besar virus HPV menimbulkan kutil pada bagian tubuh,
sedangkan sebagian kecil lainnya dapat memasuki tubuh melalui hubungan seksual.
Ibu hamil juga dapat menularkan virus ini pada bayinya saat persalinan. Ada
beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko infeksi virus HPV, yaitu:
 Sering berganti pasangan seksual.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Memiliki luka terbuka pada kulit.
 Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia.
 Melakukan hubungan seksual melalui anus.

8
E. Diagnosis HPV
Diagnosis infeksi HPV dapat dilihat melalui munculnya kutil pada kulit. Namun,
seperti telah dikatakan, kutil bisa saja tidak tumbuh dan celakanya infeksi HPV pada
kelamin wanita berisiko menimbulkan kanker serviks. Untuk melihat adanya infeksi
HPV yang berisiko mengakibatkan kanker serviks, dokter dapat melakukan
pemeriksaan:
 Tes IVA
Prosedur ini dilakukan dengan meneteskan cairan khusus asam asetat pada
area kelamin atau genital. Jika mengalami infeksi HPV, warna kulit akan
berubah menjadi putih.

 Pap smear
Pap smear bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi serviks yang
mengarah pada kanker akibat infeksi HPV. Pap smear dilakukan dengan
mengambil sampel sel serviks untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium.
 Tes HPV DNA
Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi adanya unsur genetik (DNA) dari
virus HPV yang berisiko tinggi menimbulkan kanker serviks.

F. Pencegahan HPV dengan Vaksinasi


Langkah utama untuk mencegah infeksi HPV adalah melakukan vaksinasi HPV.
Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari
infeksi human papillomavirus (HPV). Vaksin ini bisa diberikan kepada anak-
anak yang memasuki masa remaja, baik perempuan maupun laki-laki, serta kepada
orang dewasa yang belum pernah atau belum lengkap mendapatkan vaksin HPV.
HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi kulit, termasuk kutil kelamin.
Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit penderita, terutama
ketika berhubungan seksual. Selain infeksi kulit, virus HPV juga dapat menyebabkan
beberapa jenis kanker di bagian belakang tenggorokan, pangkal lidah, amandel, dan
di organ kelamin, seperti kanker serviks, vulva, vagina, penis, dan anus.
Atas rekomendasi World Health Organization (WHO), Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi dasar
lengkap. Meski tidak dapat mengobati infeksi virus HPV, vaksinasi ini sangat
bermanfaat untuk mencegah dan menurunkan jumlah kasus kanker genital,
terutama kanker serviks.
Vaksin tersebut bertujuan untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko
menimbulkan kanker serviks. Usia yang dianjurkan untuk mendapat vaksin
HPV adalah 9-26 tahun. Berikut ini adalah anjuran dalam vaksinasi HPV:
 Perempuan berusia di bawah 15 tahun dianjurkan untuk menjalani 2 kali
vaksinasi HPV, dengan selang waktu 6 bulan.

9
 Perempuan di atas 15 tahun diajurkan untuk menjalani 3 kali vaksinasi HPV,
dengan jarak waktu 2 bulan antara vaksinasi pertama dan kedua, serta 6
bulan antara vaksinasi kedua dan ketiga.
Tidak hanya pada wanita, vaksinasi juga perlu dilakukan pada pria untuk
mencegah penyebaran HPV. Pria dan wanita antara usia 27 hingga 45 tahun
atau yang sudah aktif berhubungan seksual, namun belum pernah menerima vaksin
HPV juga masih dapat melakukan vaksinasi, tetapi sebaiknya konsultasikan dahulu
dengan dokter mengenai manfaat dan risikonya. Pria juga bisa
melakukan sunat untuk mengurangi risiko penularan HPV pada pasangan
seksualnya. Di samping vaksinasi, terdapat sejumlah langkah pencegahan yang
dapat dilakukan, di antaranya:
1. Melakukan pemeriksaan rutin 
Makin cepat terdeteksi, infeksi HPV bisa segera ditangani.
2. Tidak menyentuh kutil secara langsung
Jika tidak sengaja menyentuh dengan tangan, segera cuci tangan setelahnya.
3. Melakukan hubungan seksual yang aman
Melakukan hubungan seksual yang aman artinya tidak bergonta-ganti
pasangan dan menggunakan kondom.
4. Memakai alas kaki
Memakai alas kaki ketika beraktivitas di luar rumah adalah salah satu upaya
agar tidak tertular infeksi HPV di tempat umum.
Berikut ini adalah penjelasan untuk kelompok penerima vaksin HPV:
a) Anak-anak
Vaksin HPV akan bekerja lebih baik jika diberikan sebelum seseorang
berisiko terpapar virus HPV, yaitu sebelum aktif secara seksual atau ketika masih
anak-anak. Oleh karena itu, vaksin ini idealnya diberikan kepada anak perempuan
maupun laki-laki yang berusia 9–14 tahun. Pada anak-anak, vaksin HPV perlu
diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak pemberian 6–12 bulan antarvaksin.
b) Remaja dan dewasa
Vaksin HPV dapat diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah
menerima atau belum lengkap menerima vaksin HPV ketika masih anak-anak.
Vaksin HPV dapat diberikan kepada remaja usia 15 tahun hingga orang dewasa
berusia 26 tahun. Orang dewasa usia 27–45 tahun juga bisa mendapatkan vaksin
HPV, tetapi perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Vaksin HPV dapat
diberikan kepada orang dewasa yang telah menikah atau aktif secara seksual. Akan
tetapi, vaksin ini bukan alat pengganti kondom yang dapat melindungi dari infeksi
menular seksual lainnya. Pada remaja dan orang dewasa, vaksin HPV perlu
diberikan sebanyak 3 kali. Vaksin kedua diberikan setelah 1–2 bulan vaksin
pertama, kemudian vaksin ketiga diberikan setelah 6 bulan vaksin kedua.
G. Himbauan Pemberian Vaksin HPV

10
Vaksin HPV umumnya tidak direkomendasikan atau ditunda pemberiannya pada
orang dengan kondisi berikut:
 Memiliki atau pernah mengalami reaksi alergi yang parah terhadap vaksin
HPV
 Memiliki alergi terhadap lateks atau ragi
 Sedang hamil, meskipun vaksin ini tidak memberikan efek yang buruk
terhadap ibu hamil dan janin
 Menderita penyakit berat
 Sebelum Pemberian Vaksin HPV dokter akan melakukan tanya jawab
mengenai riwayat kesehatan, riwayat alergi, serta gaya hidup pasien,
termasuk aktivitas seksualnya. Setelah itu, dokter juga akan menjelaskan
keuntungan dan risiko yang bisa didapatkan pasien dari menerima vaksin
HPV. Jika pernah menerima vaksin HPV, dokter akan menanyakan tentang
waktu pemberian vaksin HPV sebelumnya, dan menanyakan apakah pasien
mengalami alergi atau efek samping setelah mendapatkan vaksin. Tujuannya
adalah untuk menghindari kemungkinan munculnya reaksi alergi atau efek
samping dari vaksinasi HPV.

H. Prosedur Pemberian Vaksin HPV


Vaksin HPV akan diberikan melalui suntikan ke dalam otot (injeksi
intramuskular), biasanya pada lengan bagian atas. Selain di lengan atas, dokter juga
dapat melakukan penyuntikan vaksin HPV di paha bagian atas. Vaksin HPV akan
diberikan sebanyak 0,5 ml dalam sekali suntik. Berikut ini adalah tahap-tahap
vaksinasi HPV:
Dokter akan membersihkan area yang akan disuntik dengan kapas
beralkohol.
Dokter akan menjepit kulit di sekitar area suntik dengan tangan.
Dokter akan menyuntikkan vaksin HPV hingga ke dalam otot melalui
permukaan kulit.
Dokter akan memberikan kain kasa beralkohol untuk menekan area suntikan
ketika jarum suntik dilepas guna mencegah perdarahan.
Anak-anak dan remaja perempuan akan diberi tahu kapan waktu vaksinasi HPV
perlu dilakukan. Pemberitahuan ini biasanya disampaikan melalui sekolah atau oleh
dokter. Orang tua yang anak perempuannya sudah menjalani vaksinasi HPV dosis
pertama tapi melewatkan dosis kedua, harus segera memberitahukan hal ini kepada
dokter.
Setelah pemberian vaksin HPV, pasien disarankan untuk beristirahat terlebih
dahulu selama 15 menit usai penyuntikan. Tujuannya adalah untuk memantau
kondisi dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya efek samping. Meskipun
vaksinasi HPV dapat mencegah kanker serviks, penerima vaksinasi tetap
disarankan untuk melakukan upaya pencegahan lainnya, seperti:

11
 Menghindari aktivitas seksual di usia remaja atau sebelum menikah
 Tidak berganti-ganti pasangan
 Menggunakan kondom
 Menghindari hubungan seksual dengan seseorang yang tidak diketahui
riwayat aktivitas seksualnya
 Menghindari rokok
 Menjalani pap smear secara rutin setelah aktif secara seksual
 Risiko Pemberian Vaksin HPV
Walau jarang terjadi, vaksin HPV dapat menimbulkan beberapa efek samping
berikut ini:
 Nyeri di area suntikan
 Kemerahan di area suntikan
 Pembengkakan di area suntikan
 Sakit kepala
 Demam
 Mual dan muntah
 Lelah dan lemas
 Nyeri otot atau sendi
Untuk menghindari efek samping yang berbahaya, segera hubungi dokter jika
muncul keluhan berupa:
 Pembengkakan pada wajah dan tenggorokan
 Kesulitan bernapas
 Rasa gatal di seluruh tubuh
 Pusing berputar atau penglihatan berkunang-kunang

I. Pengobatan Infeksi HPV


Sebagian besar kasus HPV dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati.
Namun bagi yang telah terdiagnosis mengalami infeksi HPV, terutama wanita yang
mengalami kutil kelamin, dokter kandungan akan menganjurkan penderita untuk
melakukan tes kembali dalam waktu 1 tahun.
Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk mengetahui apakah penderita
masih terinfeksi HPV dan adakah perubahan sel pada serviks (leher rahim), yang
berisiko menimbulkan kanker serviks. Sedangkan untuk mengobati kutil yang
muncul akibat infeksi HPV, tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
Pemberian obat oles
Untuk kutil di kulit, dokter dapat memberikan obat oles yang berisi asam salisilat.
Asam salisilat berfungsi mengikis lapisan kutil secara bertahap.
Pengangkatan kutil
Jika obat oles tidak berhasil menghilangkan kutil, dokter dapat melakukan
pengangkatan kutil dengan cara:
12
- Krioterapi, yaitu membekukan kutil dengan cairan nitrogen.
- Kauter, yaitu pembakaran kutil dengan aliran listrik.
- Operasi.
Sinar laser.
Berbagai penanganan terhadap kutilini tidak dapat membunuh virus HPV, 
sehingga kutil dapat tumbuh kembali selama virus masih ada di dalam tubuh. Hingga
saat ini tidak ada pengobatan yang dapat membunuh HPV. HPV dapat hilang
dengan sistem kekebalan tubuh yang baik.
Meski demikian, upaya penanganan wajib dilakukan. Karena jika tidak ditangani
dengan baik, infeksi HPV dapat menyebabkan komplikasi berupa:
 Luka pada mulut dan saluran pernapasan atas
Luka ini dapat timbul di lidah, tenggorokan, laring, atau hidung.
 Kanker
Beberapa jenis kanker yang dapat timbul adalah kanker serviks, kanker anus,
dan kanker pada saluran pernapasan atas. Gejala kanker serviks pada
stadium awal biasanya tidak khas, bahkan bisa tidak bergejala sama sekali.
 Gangguan kehamilan dan persalinan
Komplikasi ini bisa terjadi pada wanita hamil yang menderita infeksi HPV
dengan kutil kelamin.Perubahan hormon dapat membuat kutil kelamin
menyebar dan menghalangi jalan lahir. Pada beberapa kasus, kutil tersebut
juga dapat mengalami perdarahan dan menularkan infeksi HPV ke bayi saat
dilahirkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan
sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Sampai saat ini telah
tedapat 529.000 kasus baru dan 275.000 kasus kematian setiap tahun di seluruh
dunia yang diakibatkan oleh kanker. Lebih dari 80% dari kasus-kasus ini terjadi
di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Indonesia menempati urutan
keempat kasus kematian kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara.
Langkah utama untuk mencegah infeksi HPV adalah melakukan vaksinasi
HPV. Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari
infeksi human papillomavirus (HPV). Vaksin ini bisa diberikan kepada anak-
anak yang memasuki masa remaja, baik perempuan maupun laki-laki, serta
kepada orang dewasa yang belum pernah atau belum lengkap mendapatkan
vaksin HPV.

13
B. Saran
Mungkin hanya ini yang dapat saya wacanakan,masih banyak kesalahan
dari penulisan makalah ini karena saya hanya seorang manusia adalah tempat
salah dan dosa. Saya juga membutuhkan saran dan kritikan agar bisa menjadai
motivasi saya untuk lebih baik lagi kedepannya dan juga saya ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing matakuliah Biokimia Ibu Sri Hidayanti,
M.Kes

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, et al. (2020). Human Papillomavirus Vaccines: An Updated Review. Vaccine


(Basel), 8(3), pp. 391.

Lukacs, et al. (2020). The Quadrivalent HPV Vaccine Is Protective Against Genital
Warts: A Meta-Analysis. BMC Public Health, 20, pp. 691.

American Cancer Society (2020). Cancer A-Z. HPV Vaccines.


British Columbia Centre for Disease Control (2020). Who and When. Preparing for A
Positive Experience.

Centers for Disease Control and Prevention (2020). HPV Home. About HPV.

Centers for Disease Control and Prevention (2020). Vaccines and Preventable
Diseases.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Imunisasi. Sekilas tentang Vaksin HPV.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016). Imunisasi. Seputar Pekan Imunisasi Dunia
2016.

National Cancer Institute (2019). About Cancer. Human Papillomavirus (HPV)


Vaccines.

14

Anda mungkin juga menyukai