Anda di halaman 1dari 4

Bisa mematikan, ini gejala dan cara mencegah badai sitokin pada Covid-19 Rabu, 25 Agustus 2021 |

05:10 WIB Sumber: Kompas.com KONTAN.CO.ID - Jakarta. MC kondang Deddy Corbuzier mengaku
keselamatannya sempat terancam oleh Covid-19 dan badai sitokin belum lama ini. Apa itu badai sitikon?
Bagaimana gejala dan cara mencegah badai sitokin pada penderita Covid-19? Badai sitokin pada
penderita Covid-19 kembali menjadi pembicaraan setelah presenter Deddy Corbuzier mengaku
mengalaminya belum lama ini. Deddy Corbuzier mengaku hampir mati karena terkena Covid-19 dan
mengalami badai sitokin. Sindrom badai sitokin mengacu pada sekelompok kondisi medis ketika sistem
kekebalan memproduksi terlalu banyak sinyal inflamasi, kadang-kadang menyebabkan kegagalan organ
dan kematian. Melansir dari Very Well Health, badai sitokin bukanlah penyakit, melainkan masalah medis
serius yang dapat terjadi karena beberapa penyebab tertentu. Kondisi ini juga kadang-kadang disebut
sindrom pelepasan sitokin, CRS, atau hanya badai sitokin. Badai sitokin mendapat perhatian lebih karena
pandemi Covid-19. Badai sitokin tampaknya menjadi bagian dari alasan beberapa orang dengan Covid-
19 mengalami kondisi yang serius. Apa itu badai sitokin? Secara garis besar, badai sitokin adalah riam
respons imun yang berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah serius. Sistem kekebalan
mengandung banyak komponen berbeda yang membantu tubuh melawan infeksi. Kondisi ini mencakup
berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui molekul sinyal, yang dikenal sebagai
sitokin. Terdapat berbagai jenis stokin dengan fungsi yang berbeda-beda. Beberapa membantu merekrut
sel-sel kekebalan lainnya, sementara yang lainnya membantu dengan produksi antibodi atau sinyal rasa
sakit. Beberapa membuat pembekuan darah lebih mudah. Beberapa membantu menghasilkan
peradangan yang dapat membuat pembuluh darah lebih bocor dari biasanya. Kelompok sitokin lain
membantu meredam respons peradangan tubuh. Baca juga: Deddy Corbuzier mengalami badai sitokin,
ini pengertian dan gejalanya Hal ini merupakan resoins keseimbangan yang penting karena terlalu
banyak peradangan menyebabkan masalah tersendiri. Dalam keadaan normal, sitokin ini membantu
mengoordinasikan respons sistem kekebalan untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri.
Masalahnya, terkadang respons peradangan tubuh bisa lepas kendali, menyebabkan lebih banyak
kerugian daripada kebaikan. Kadang-kadang tubuh memproduksi terlalu banyak sitokin inflamasi dan
tidak cukup sitokin yang memodulasi peradangan. Sitokin inflamasi mulai "menyerbu" di luar kendali,
tanpa umpan balik yang cukup dari sitokin anti-inflamasi. Pada orang yang mengalami sindrom badai
sitokin, sitokin tertentu hadir dalam darah dalam jumlah yang lebih tinggi dari normal. Pada pasien Covid-
19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi tampaknya terlibat dalam pengembangan sindrom gangguan
pernapasan akut, penyebab utama kematian pada orang yang berurusan dengan penyakit Covid-19.
Baca juga: Efek samping vaksin Covid-19 Moderna lebih berat dari yang lain, ini penyebabnya Gejala
badai sitokin Covid-19 Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang ini
hanya gejala ringan seperti flu. Di lain waktu, gejala badai sitokin pada penderita Covid-19 bisa parah dan
mengancam jiwa. Beberapa gejala yang mungkin muncul pada penderita Covid-19 karena badai sitokin
meliputi: Demam dan kedinginan Kelelahan Pembengkakan ekstremitas Mual dan muntah Sakit otot dan
sendi Sakit kepala Ruam Batuk Sesak napas Napas cepat Kejang Getaran Kesulitan mengkoordinasikan
gerakan Kebingungan dan halusinasi Kelesuan dan respons yang buruk Tekanan darah yang sangat
rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi gejala kemunculan sindrom badai sitokin
yang parah. Jantung mungkin tidak memompa sebaik biasanya. Akibatnya, badai sitokin dapat
mempengaruhi beberapa sistem organ sehingga berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan
kematian. Cara mencegah badai sitokin pada penderita Covid-19 Cara mencegah terjadinya badai sitokin
pada penderita Covid-19 adalah secepat mungkin berobat jika sudah dinyatakan positif terinfeksi virus
corona. Oleh karena itu, setelah hasil tes PCR positif, Anda harus menemui dokter untuk penanganan
yang lebih baik. Itulah gejala dan cara mencegah badai sitokin yang bisa terjadi pada pasien Covid-19.
Semoga pandemi corona ini segera berakhir. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gejala
Badai Sitokin pada Pasien Covid-19 yang Harus Diwaspadai",

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Bisa mematikan, ini gejala dan cara mencegah badai
sitokin pada Covid-19", Klik untuk baca: https://newssetup.kontan.co.id/news/bisa-mematikan-ini-gejala-
dan-cara-mencegah-badai-sitokin-pada-covid-19.
Editor: Adi Wikanto

Mengenal Badai Sitokin yang Bisa


Sebabkan Kematian pada Pasien
Covid-19
Kompas.com - 16/05/2020, 18:03 WIB

BAGIKAN: 
 

Komentar

ShutterstockIlustrasi virus corona, penularan virus corona di transportasi umum


Penulis Irawan Sapto Adhi

 | 

Editor Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com – Virus corona baru yang memiliki nama resmi SARS-CoV-2 dianggap


dapat menyebabkan badai sitokin pada paru-paru pasien yang terinfeksi virus tersebut.

Kondisi itulah yang disebut-sebut dapat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.

Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang,


Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine
strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan
memproduksi sitokin.

Baca juga: WHO Ingatkan Anak Muda Juga Berisiko Terkena Covid-19 yang Parah

Untuk dipahami, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk
melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan
reseptor sel tersebut untuk memicu reaks peradangan.

Sejumlah 60% keuntungan dari artikel Health Kompas.com disalurkan untuk warga
terdampak Covid-19.

Bagikan artikel-artikel Health Kompas.com yang bermanfaat di media sosial agar lebih


banyak warga terbantu. — Bagikan artikel ini

“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya
dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah saat menjadi pemateri
dalam Webinar tentang Upaya Pengobatan Covid-19 di Indonesia yang diadakan
Politeknik Indonusa Surakarta bekerja sama dengan PC PAFI Surakarta, Sabtu
(16/5/2020).
Paru-paru mengalami peradangan
Dia menjelaskan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat
respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan
tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh
berusaha keras membunuh virus.

Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah
selesai.

Baca juga: Apakah Virus Corona pada Pasien yang Telah Sembuh Benar-benar Hilang?

Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan
jaringan paru-paru.

Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga
membuat pasien sulit bernapas.

Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal


dunia atau tak bisa bertahan.

“Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu


pernapasan,” jelas Mahirsyah.

Anda mungkin juga menyukai