Anda di halaman 1dari 33

Syella Elnida Depari

1911110487
A 2019 1
KONSEP PUSKESMAS

1. Definisi puskesmas
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.
Pasal 1, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan


kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia yang memberikan pelayanan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung
berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten, dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembagan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. (Nopiani, Sasmito.C.(2019). Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di
Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak. Jurnal Ilmu
manajemen dan Akuntansi.7(1),2)
Menurut Ilham Akhsanu Ridho (2008:143) Puskesmas adalah suatu unit
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan,
yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan. (Sanah,N.(2017). PELAKSANAAN FUNGSI PUSKESMAS (PUSAT
KESEHATAN MASYARAKAT) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN DI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN
PASER. Jurnal Ilmu Pemerintahan. 5(1),307)
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Putri,W.,
Yuliyatni, P., Aryani,P., Sari, K., Sawitri A. (2017). Modul Pembekalan Manajemen
dan Program Puskemas Dasar-dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Ilmu Kedokteran Pencegahan, Program Studi ii
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.)
Puskesmas merupakan organisasi internasional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau
oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut di selenggarakan
dengan menitik berat kan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guga mencapai
derajat kesehatan yang optimal , tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. (Sari, R. (2020). ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN
KESEHATAN DI PUSKESMAS RUMBIO JAYA KECAMATAN RUMBIO JAYA
KABUPATEN KAMPAR. Skripsi. FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU.)
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajad
kesehatan masyarakat yang setinggitingginya diwilayah kerjanya. (Kemenkes,2014)

2. Fungsi dan tujuan puskesmas


Fungsi :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwlayah
kerjanya.
2. Pusat peberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka msyarakat, keluarga
dan msyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaan, serta ikut menerapkaan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas adalah : UKM dan UKP

3. Visi dan misi puskesmas


Visi : mewujudkan “Kecamatan Sehat” menuju terwujudnya “Indonesia Sehat”
adalah gambaran masyarakat kecematan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, meiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Misi :
- Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan diwilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
- Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan msyarakat di wilayah
kerjnya. Puskesmas akan selalu berupaua agar setiap keluarga dan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdiaya dibidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
- Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
4. Program puskesmas
Program Puskesmas : Program Wajib dan Program Pengembangan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
4) Upaya Keluarga Berencana
5) Upaya Perbaikan Gizi
6) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
7) Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada, yakni:
1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Upaya Kesehatan Olah Raga
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyaraka
4) Upaya Kesehatan Kerja
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Upaya Kesehatan Jiwa
7) Upaya Kesehatan Mata
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9) Upaya Pembinaan Peng an Pengobatan Tradisional

5. Peran perawat di puskesmas


Perawat Puskesmas diharapkan minimal dapat melaksanakan enam peran yaitu
sebagai :
1. Penemu kasus
Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus
serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit.
2. Pendidik kesehatan ;
Sebagai pendidik kesehatan, perawat Puskesmas harus mampu :
a. mengkaji kebutuhan klien.
b. mengajarkan agar melakukan pencegahanh tingkat pertama dan
peningkatan kesehatan klien kepada individu, keluarga,kelompok
masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit.
c. menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan dari suatu
penyakit.
d. menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan, baik untuk
topik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olah raga, manajemen
stres, penyakit dan pengelolaan penyakit.
e. memberikan informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup
antara lain informasi yang tepat tentang penyakit, pengobatan.
f. menolong pasien/kllien menyeleksi informasi kesehatan yang
bersumber dari buku buku,koran,televisi atau teman.
3. pemberi pelayanan kesehatan ;
Perawat puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok/masyarakat berupa: asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat yang utuh/holistik, komprehensif meliputi pemberian asuhan pada
pencegahan tingkat pertama, tingkat kedua maupun tingkat ketiga.
4. koordinator dan kolaborator;
Perawat Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan
kesehatan yang diterima oleh keluarga dari berbagai program, dan bekerja
sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta
sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait
lainnya.
5. Konselor
Konselor adalah pemberi pelayanan konseling kesehatan yang telah
dilatih keterampilan konseling kesehatan dan dinyatakan mampu. Konseling
adalah kegiatan yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan
pengetahuan kesehatan, pencegahan penyakit, mempromosikan perubahan
perilaku menuju PHBS, membantu/memfasilitasi pemecahan berbagai
masalah kesehatan
6. Panutan atau model peran (role model)
Role model adalah teladan/panutan, seseorang yang memberikan
teladan dan berperilaku yang bisa diikuti orang lain.

6. Wilayah kerja puskesmas


Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur
lainnya. Pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh bupati dan walikota,
dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kebupaten/kota. Sasaran penduduk
yang dilayani Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas (Herlambang,
2016).

Untuk perluasan jangakauan pelayanan kesehatan, maka sebuah Puskesmas ditunjang


dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana disebut dengan Puskesmas
pembantu dan Puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk
satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas dapat satu kelurahan. Puskesmas di
ibukoa kecamtan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
Puskesmas pembantu yang berfungsi sebagai pusat ujukan bagi Puskesmas kelurahan
dan mempunyai fungsi koordinasi. Dengan adanya undang-undang otonomi daerah,
setiap daerah tingkat II mempunyai kesempatan mengembangkan Puskesmas sesuai
rencana strategis bidang kesehatan sesuai situasi dan kondisi daerah tingkat II
(Herlambang, 2016).
7. Faktor - faktor penghambat pelayanan puskesmas
Dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor yang penting guna tercipta dan
terwujudnya pelaksanaan pelayanan secara efektif. Seperti yang dikemukakan oleh
H.A.S Moenir adalah sebagai berikut:
a. Faktor Kesadaran
Kesadaran menunjukkan suatu keadaan pada jiwa seseorang, yaitu merupakan titik
temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu
keyakinan, ketenangan, ketetapan hati dan keseimbangan dalam jiwa yang
bersangkutan. Dengan adanya kesadaran pada pegawai atau petugas, diharapkan
mereka dapat melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan, kesungguhan, dan
disiplin.
b. Faktor Aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan
seseorang.Dalam organisasi kerja aturan dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang
berwenang mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi kerja tersebut.Peraturan
tersebut harus diarahakan kepada manusia sebagai subyek aturan, artinya mereka yang
membuat, menjalankan dan mengawasi pelaksanaan aturan itu, maupun manusia
sebagai obyek aturan.
c. Faktor Organisasi
Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya,
namun terdapat beberapa perbedaan dalam penerapannya.Sasaran pelayanan ditujukan
secara khusus kepada manusia yang memiliki watak dan kehendak yang
multikompleks. Organisasi perusahaan yang dimaksud yakni mengorganisir fungsi
pelayanan baik dalam struktur maupun mekanismenya yang akan berperan dalam
mutu dan kelancaran pekerjaan.
d. Faktor Pendapatan
Pendapatan ialah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan atau
pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan/organisasi, baik dalam
bentuk uang, maupun fasilitas, dalam jangka awaktu tertentu. Pada dasarnya
pendapatan harus dapat memenuhi kebutuhan baiak untuk dirinya sendiri maupun
keluarga.
e. Faktor Kemampuan dan Keterampilan.
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan
tugas/pekerjaan berarti dapat melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan
barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan.Kata kemampuan dengan sendirinya
juga merupakan kata sifat/keadaan yang ditujukan pada sifat atau keadaan seseorang
yang dapat melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan-ketentuan yang ada.
f. Faktor Sarana Pelayanan.
Sarana pelayanan yang dimaksud adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja
dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang
sedang membangun dalam organisasi kerja tersebut. Peranan sarana pelayanan sangat
penting disamping unsur manusianya sendiri, antara lain
(1) sarana kerja yang meliputi peralatan kerja, perlengkapan kerja dan perlengkapan
bantu atau fasilitas,
(2) fasilitas pelayanan yang meliputi fasilitas ruangan, telepon umum dan alat
panggil.
8. Psinsip penyelenggaraan puskesmas
Prinsip penyelenggaraan pusekesmas (Kemenkes,2014) adalah:
1. Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam
upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,
kelurga , kelompok dan msyarakat.
2. Puskesmas menggerkakan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan diwilayah kerjanya.
3. Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat.
4. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama ,budaya dan kepercayaan
5. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehtan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikaan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
9. Apakah ukp dan ukm masuk kedalam program puskesmas
Upaya Kesehatan Sebagai Unit Pelaksana Teknis, Puskesmas bertigas menjalankan
kebijakan kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Terkait hal tersebut, Puskesmas
berperan dalam menyelenggarakan:
a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan
b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat
esensial dan pengembangan.
Yang dimaksud upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
1. pelayanan promosi kesehatan;
2. pelayanan kesehatan lingkungan;
3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
4. pelayanan gizi; dan
5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
6. surveilans dan sentinel SKDR Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut wajib
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung standar pelayanan minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di
masing-masing Puskesmas.

Sementara itu, upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama meliputi:


a. rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan, Puskesmas juga
menyelenggarakan upaya penunjang meliputi:
• manajemen Puskesmas;
• pelayanan kefarmasian;
• pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
• pelayanan laboratorium.
10. Integrasi antara puskesmas dan program kerja nya
Langkah langkah integrasi promosi kesehatan dalam program kesehatan:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan- kegiatan sebagai berikut:
1. Pengkajian
- Pengkajian maslah penyakit terbanyak pada kelompok masyarakat
- Pengkajian masalah yang terkait dengan pencapaian cakupan program
- Pengkajian terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada
- Pengkajian terhadap sumber daya dan tenaga yang dimilki
- Pengkajian terhadap keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam
promosi kesehatan diberbagai tatanan
- Pengkajian tentang pelaksanaan integritas yang telah dilakukan
2. Menggakang komitmen dan dukungan dari lintas program dan sektor dalam
pelaksanaan integrasi melalui pertemuan lintas program dan lintas sektor
terkait dalam promosi kesehatan
3. Menyusun perencaaan integrasi promosi kesehatan dengan program program
kesehatan
b. Penggerakan pelaksanaan
1. Melaksanakan integrasi promosi kesehatan dalam programkesehatan di
kabupaten/kota sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama.
2. Melaksanakan pertemuan koordinasi lintas program dan sektor secara berkala
untuk menyelaraskan kegiatan.
c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan , pengendalian dan penilaian dilakukan pada setiap tahap fungsi
manajemen.
11. Tugas dan wewenang puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat ( Kemenkes.2014)
1. Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan masyarkat, puskesmas
berwenang untuk :
- Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
- Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
- Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
- Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait
- Melaksaanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
- Melaksanakan pencatatan, pelaposan dan evaluasi terhadap akses, mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan dan
- Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi upaya kesehatan peseorangan, puskesmas
berwenang untuk :
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi ada individu, keluarga,
kelompok dna masyarakat.
- Menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
- Menyelenggarakan pelyanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama
inter dan antar profesi.
- Melaksanakan rekam medis.
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
- Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
- Mengoordinasi dan melaksanakan pembinaan pasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
- Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi dan sistem rujukan.
12. Persyaratan didirikan puskesmas (segi bangunan, fasilitas, lokasi)
13. Klasifikasi/kategori puskesmas
BAB IV KATEGORI PUSKESMAS

Pasal 24
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan:
a. karakteristik wilayah kerja; dan
b. kemampuan pelayanan.

Pasal 25
(1) Berdasarkan karakteristik wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a,
Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas kawasan perkotaan;
b. Puskesmas kawasan perdesaan;
c. Puskesmas kawasan terpencil; dan
d. Puskesmas kawasan sangat terpencil.
(2) Kategori Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditetapkan oleh
bupati/wali kota.
(3) Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada di daerah perbatasan
dengan negara lain.

Pasal 26
(1) Puskesmas kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a
merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling
sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduknya pada sektor non agraris,
terutama industri, perdagangan, dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km,
memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh per seratus) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) huruf b.
(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. memprioritaskan pelayanan UKM;
b. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
c. pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat;
d. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas; dan
e. pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang
sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.

Pasal 27
(1) Puskesmas kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf b
merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling
sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perdesaan sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduk pada sektor agraris atau
maritim;

b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius
lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh per seratus); dan
d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud pada huruf
b.
(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perdesaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
b. pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
c. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas; dan
d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat
perdesaan.

Pasal 28
(1) Puskesmas kawasan terpencil dan Puskesmas kawasan sangat terpencil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c dan huruf d memenuhi kriteria sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat
terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi Tenaga
Kesehatan;
b. dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan
tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan;
c. pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal;

d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat


di kawasan terpencil dan sangat terpencil;
e. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas; dan
f. pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau
pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas.

Pasal 29
(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b,
Puskesmas dikategorikan menjadi:
a. Puskesmas nonrawat inap; dan
b. Puskesmas rawat inap.
(2) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home
care), dan pelayanan gawat darurat.
(3) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyelenggarakan
rawat inap pada pelayanan persalinan normal.
(4) Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan
persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan kesehatan lainnya.
(5) Pelayanan persalinan normal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
(6) Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan Puskesmas di kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan
kawasan sangat terpencil, yang jauh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan rujukan tingkat
lanjut.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Puskesmas nonrawat inap dan Puskesmas rawat inap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

14. Perizinan dan registrasi puskesmas


BAB V PERIZINAN DAN REGISTRASI
Pasal 30
Setiap Puskesmas harus memiliki izin operasional dan melakukan Registrasi.
Pasal 31
(1) Izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota setelah Puskesmas memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 22.
(2) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
(3) Dikecualikan dari ketentuan persyaratan ketenagaan dan peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Puskesmas yang baru didirikan dan/atau belum memiliki izin
operasional, untuk mendapatkan izin operasional pertama kali dapat memenuhi paling
sedikit: a. Persyaratan ketenagaan:
1) dokter dan/atau dokter layanan primer;
2) 75% (tujuh puluh lima persen) jenis tenaga dokter gigi dan Tenaga Kesehatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dan huruf b; dan
3) tenaga nonkesehatan.
b. persyaratan peralatan telah terpenuhi paling sedikit 60 % (enam puluh persen).
(4) Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan mengajukan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlakunya izin operasional.
(5) Persyaratan untuk perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) harus memenuhi persyaratan ketenagaan dan peralatan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini.
(6) Format izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 32
(1) Untuk memperoleh izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota mengajukan permohonan tertulis
kepada bupati/wali kota melalui Instansi Pemberi Izin pada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dengan melampirkan dokumen:
a. fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah;
b. kajian kelayakan;
c. dokumen pengelolaan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. fotokopi surat keputusan dari bupati/wali kota terkait kategori Puskesmas untuk
Puskesmas yang mengajukan permohonan perpanjangan izin operasional;
e. profil Puskesmas yang meliputi aspek lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, laboratorium klinik, pengorganisasian, dan penyelenggaraan
pelayanan untuk Puskesmas yang mengajukan permohonan perpanjangan izin
operasional; dan
f. persyaratan lain sesuai dengan peraturan daerah setempat.
(2) Dokumen kajian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk
Puskesmas yang baru akan didirikan, direlokasi, atau akan dikembangkan.
(3) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan
diterima, Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan yang telah lengkap atau
memberikan informasi apabila berkas permohonan belum lengkap kepada kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sebagai pemohon.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas
diterbitkan, Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan.
(5) Instansi Pemberi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menetapkan
untuk memberikan surat izin operasional atau menolak permohonan izin operasional
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah dilakukan penilaian dokumen dan peninjauan
lapangan.
(6) Surat izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit
mencantumkan nama, alamat, dan kategori Puskesmas berdasarkan karakteristik
wilayah kerja dan kemampuan pelayanan serta masa berlaku izin operasional.
(7) Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Instansi Pemberi Izin dapat memperpanjang
jangka waktu pemrosesan izin operasional paling lama 14 (empat belas) hari kerja
dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon.
(8) Dalam hal berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
lengkap, kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sebagai pemohon harus
mengajukan permohonan ulang.
(9) Dalam hal permohonan izin operasional ditolak, Instansi Pemberi Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memberikan alasan penolakan yang
disampaikan secara tertulis kepada pemohon.
(10) Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin operasional atau tidak menolak
permohonan hingga berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
permohonan izin operasional dianggap diterima.
Pasal 33
Dalam hal Puskesmas direlokasi atau berubah nama, alamat, dan kategori Puskesmas,
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota harus mengajukan perubahan izin
operasional dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
dengan mencantumkan informasi perubahan.
Pasal 34
Dalam hal Puskesmas tidak berfungsi lagi sebagai Puskesmas, kepala daerah
kabupaten/kota harus melaporkan kepada Menteri dengan tembusan kepada kepala
dinas kesehatan daerah provinsi.
Pasal 35
(1) Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, dilakukan untuk memperoleh
kode Puskesmas.
(2) Kode Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan identitas khusus
dan spesifik yang diberikan oleh Menteri sebagai referensi tunggal yang digunakan
untuk komunikasi ataupun interelasi antar sistem.
(3) Registrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan setelah Puskesmas
memiliki izin operasional.
(4) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu
paling lambat 6 (enam) bulan setelah izin operasional Puskesmas ditetapkan.
(5) Dalam hal Puskesmas direlokasi atau berubah nama, alamat, dan kategori
Puskesmas, kepala dinas kesehatan www.peraturan.go.id 2019, No.1335 -25- daerah
kabupaten/kota harus melaporkan kepada Menteri dengan melampirkan dokumen
pendukung untuk pemutakhiran data.
Pasal 36
(1) Untuk melakukan Registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota harus mengajukan surat permohonan Registrasi
kepada Menteri dengan melampirkan persyaratan yang meliputi:
a. fotokopi izin operasional Puskesmas; dan
b. surat rekomendasi dari kepala dinas kesehatan daerah provinsi dan hasil pengisian
formulir verifikasi dan penilaian kelayakan registrasi Puskesmas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(2) Rekomendasi kepala dinas kesehatan daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, diperoleh setelah kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
mengajukan surat permohonan rekomendasi registrasi Puskesmas kepada kepala dinas
kesehatan daerah provinsi dengan melampirkan:
a. fotokopi izin operasional Puskesmas;
b. profil Puskesmas; dan.
c. laporan kegiatan bulanan Puskesmas paling sedikit 3 (tiga) bulan terakhir.
(3) Kepala dinas kesehatan daerah provinsi harus melakukan verifikasi dokumen dan
penilaian kelayakan Puskesmas dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja setelah berkas dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima
lengkap.
(4) Dalam hal Puskesmas memenuhi persyaratan dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), kepala dinas kesehatan daerah provinsi mengeluarkan surat
rekomendasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah dilakukan penilaian.
Pasal 37
(1) Menteri menetapkan nomor registrasi berupa kode Puskesmas paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada dalam
Pasal 36 ayat (1) diterima lengkap dan memenuhi persyaratan.
(2) Kode Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan kepada
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan dinas kesehatan daerah provinsi.
Pasal 38
(1) Puskesmas dapat dijadikan rumah sakit milik Pemerintah Daerah sepanjang
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Dalam hal Puskesmas dijadikan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah harus mendirikan Puskesmas baru sebagai pengganti di wilayah
tersebut.
(3) Pendirian Puskesmas baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(4) Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas yang dijadikan rumah sakit selama proses
pendirian Puskesmas baru sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 39
(1) Kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota harus melaporkan Puskesmas yang
tidak lagi menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Puskesmas kepada Kementerian
Kesehatan dengan melampirkan surat keputusan penghapusan Puskesmas.
(2) Surat keputusan penghapusan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh bupati/wali kota. Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kementerian Kesehatan melakukan pencabutan kode Puskesmas.

15. Pendanaan puskesmas


BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 61
(1) Pendanaan di Puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); dan/atau c. sumber lain yang
sah dan tidak mengikat.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan dengan mengutamakan
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
(3) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Proses pembinaan dan pengawasan puskesmas
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 65
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dapat melibatkan organisasi profesi dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Puskesmas.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dalam bentuk bantuan teknis, pendidikan, dan pelatihan. (5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal


dan eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
Puskesmas sendiri, baik oleh Kepala Puskesmas, tim audit internal maupun setiap
penanggung jawab dan pengelola/pelaksana program. Adapun pengawasan eksternal
dilakukan oleh instansi dari luar Puskesmas antara lain dinas kesehatan
kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan/atau
masyarakat. Pengawasan yang dilakukan mencakup aspek administratif, sumber daya,
pencapaian kinerja program, dan teknis pelayanan. Apabila ditemukan adanya
ketidaksesuaian baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan maupun
berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan supervisi yang dapat dilakukan
secara terjadwal atau sewaktu-waktu.

Tujuan dari pengawasan dan pengendalian adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan kesehatan, apakah sesuai
dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber daya telah ada dan
digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
2. Mengetahui adanya kendala, hambatan/tantangan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan, sehingga dapat ditetapkan pemecahan masalah sedini
mungkin.
3. Mengetahui adanya penyimpangan pada pelaksanaan pelayanan kesehatan
sehingga dapat segera dilakukan klarifikasi.
4. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya
penyimpangan dan penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan
untuk melakukan koreksi pada pelaksanaan kegiatan atau program terkait,
baik yang sedang berjalan maupun pengembangannya di masa mendatang.
5. Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang
adanya perubahan-perubahan lingkungan yang harus ditindaklanjuti
dengan penyesuaian kegiatan.
6. Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja
program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara kontinyu dan
dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai