Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah aliran sungai secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi
(punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan
unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai keluar pada
sungai utama ke laut atau danau (Asdak, 2007). Menurut Sugiharto (2001)
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu daerah yang
dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung,
menimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.
DAS juga meliputi basin, watershed, dan catchment area. Secara ringkas
definisi tersebut mempunyai pengertian DAS adalah salah satu wilayah
daratan yang menerima air hujan, menampung, dan mengalirkannya melalui
sungai utama ke laut atau danau. Suatu DAS dipisahkan dari wilayah
sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi seperti punggung
bukit dan gunung. Istilah watershed sering digunakan sebagai pada sektor
pertanian, kehutanan, perkebunan, sosiologi, pariwisata, dan lingkungan.
Tidak hanya menyangkut air istilah Watershed sendiri memiliki makna
ekosistem yang berada di sekitar sungai atau daerahaliran sungai, termasuk
juga flora dan fauna. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai adalah suatu proses
formulasi dan implemantasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi
sumber daya alam dan manusia untuk memperoleh manfaat produksi dan
jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya air dan manusia
(Asdak, 2007). Menurut Asdak (2004) yang menjadi salah satu prinsip dari
pengelolaan DAS yang rasional adalah dimana DAS dapat menciptakan
suatu nilai investasi. Yang berarti produktivitas DAS tidak hanya berada
pada sumber daya airnya, juga dipengaruhi oleh segala sumber daya yang
ada dalam ekosistem DAS itu sendiri. Dalam beberapa penciptaan investasi
DAS atau Watershed Investation niai komersil dari DAS secara lain adalah
menjual image alam atau pemandangan dan nuansa alam yang ada di
dalamnya. Beberapa investor mengubah DAS menjadi tempat untuk orang
berekreasi atau berwisata dengan menyuguhkan beberapa atraksi atau
sekedar menampilkan suasana alam.

Perkembangan pariwisata terutama dengan tema ekowisata di Bali


yang sangat signifkant adalah pembentukan MEI di Bali 1996, prinsip dan
kriteria September 2002, prinsip dan kriteria ekowisata nasional 2006, yang
lain-lain seperti Alas Kedaton, Wenara Wana, Sangeh, JED oleh Yayasan
Wisnu, Sua Bali, Terumbu Karang Pemuteran, Les, Pendakian Gunung
Batur. Ekowisata sendiri menjadi cara Bali untuk menampilkan kekayaan
alamnya disamping dengan tema wisata lainnya, menjadi roda penggerak
ekonomi Bali baik ditingkat regioal maupun lokal. Namun kapasistas alam
di Bali kini telah berubah seiring berjalannya waktu, nilai dari keidahan
mulai bergeser adalah dampak dari rendahnya kesadaran masyarakat.
Masyarakat Bali sejak dahulu memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungan atau mengembangkan lahan secara komprehensif berdasarkan
konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep
pembangunan secara terlanjutkan dimana setiap unsur yang manusia bangun
adalah tidak boleh untuk merusak alam. Konsep ini telah melekat dari
zaman ke zaman oleh masyarakat Bali dimana manusia hidup bersinergis
dengan alam. Dengan melupakan dan meninggalkan konsep ini maka semua
DAS yang ada di Bali akan mengalami kekritisan.

Kekritisan pada DAS terutama di Kabupaten Gianyar paling


banyak disebabkan bukan kaerena bencana alam atau perubahan alam saja.
Sumbangsi terbesar adalah ulah dari manusia dengan mengeksploitasi dan
salah dalam memanfaatkan sungai atau DAS sebagai media yang tidak
semestinya. Masyarakat memandang bahwa DAS tidak memiliki nilai tinggi
yang dapat mendorong dan membantu meningkatkan taraf hidup mereka
sehingga perlahan mereka melupakan fungsi dan peluang dalam
mengelolanya dalam bentuk maksimal. Dengan mengelola DAS secara
terpadu seperti sebagai sarana rekreasi atau berwisata adalah cara untuk
meningkatkan kualitas dan kuantutas lingkugan dengan mengcovernya dari
tindak pengrusakan, menaikan taraf hidup dan membuka kesempatan kerja
baru bagi masyarakat di sekitarnya, dan turut membantu meningkatkan
ekonomi atau pendapatan baik masyarakat dan daerah khususnya Kabupaten
Gianyar.

Studi ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi DAS dengan cara


mengelolanya sebagai Itegreted Watershed eco-Torism untuk dapat
membantu meningkatkan perekonomian lokal hingga regional. Dan dengan
malakukan pengelolaan secara terlanjutkan demi kalangsungan hidup DAS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah
dalam mengembangkan sektor DAS di Kabupaten Gianyar adalah sebagai
berikut:
A. Bagaimana potensi DAS dalam mendukung perekonomian
Kabupaten Gianyar sebagai basis wisata?
B. Bagaimana cara mengelola DAS di Kabupaten Gianyar
dengan mengaplikasikan tema Integreted Watershed eco-
Tourism (IWT) sebagai pendorong ekonomi wilayah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetauhi rencana
pengembangan yang tepat untuk sektor DAS dalam bentuk:
A. Untuk mengetahui potensi dari sektor DAS sebagai
pendukung perekonomian Kabupaten Gianyar, yang
dituangkan dalam bentuk pariwisata.
B. Menentukan arahan strategis dalam mengelola DAS dengan
tema Integreted Watershed eco-Tourism (IWT) yang dapat
mendorong ekonomi wilayah di Kabupate Gianyar.

1.4 Sasaran
Dalam mencapai tujuan di atas maka sasaran atau metode yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Dengan menggunakan metode analisa watershed untuk
mengetahui karakteristik dan kriteria pengembangan DAS di
Kabupaten Gianyar terhadap hirarkinya pada keseluruhan
DAS di Provinsi Bali;
B. Mengenali potensi sumber daya DAS dalam basis pariwisata;
C. Mengenali potensi pasar dan minat wisatawan dengan
menggunakan metode daya dukung wisata;
D. Memformulasikan modal investasi dan nilai investasi dalam
kurun waktu tertentu;
E. Memformulasikan kebutuhan tenaga kerja pada tahun tertentu
dengan menggunakan metode analisa tenaga kerja;
F. Mengidentifikasi faktor-faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pengelolaan terhadap watershed
tourism dengan menggunakan metode SWOT;
G. Merekomendasikan arahan strategi pengembangan dalam
jangka waktu tertentu dalam memfinalisasikan pengelolaan
DAS sebagai watershed tourism dengan menggunakan
metode QSPM.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini terdiri dari ruang lingkup lokasi,
ruang lingkup waktu dan ruang lingkup materi, adapun penjelas mengenai
ruang lingkup tersebut adalah sebagai berikut:
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah pada penelitian ini adalah Kabupaten
Gianyar, Provinsi Bali yang mencakup di dalamnya tujuh
kecamatan. Berikut daftar kecamatan di Kabupaten Gianyar:

- Kecamatan Gianyar
- Kecmatan Blahbatu
- Kecamatan Sukowati
- Kecamatan Ubud
- Kecamatan Tampaksiring
- Kecamatan Tegallalang
- Kecamatan Payangan
1.5.2 Lingkup waktu
Penelitian dilakukan dengan survey primer untuk
mengetahui lokasi sektor DAS dalam waktu tertentu yang
dilakukan pada tanggal 12 s/d 22 Februari 2019. Dimana sudah
termasuk survey sebagai permintaan data untuk melengkapi data
sekunder kepada dinas atau instansi terkait.
1.5.3 Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dari penelitian ini akan membahas
tentang DAS dengan perspektif teori pariwisata sebagai berikut:
a. Menurut Asdak (2007), pengelolaan DAS adalah suatu proses
formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang
bersifat manipulatif terhadap sumber daya alam dan manusia
yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh
manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan kerusakan
sumber daya air dan tanah.
b. Menurut United Nations World Tourism Organitation
(UNWTO) bahwa wisata merupakan kegiatan sesorang
bepergian dan/atau tinggal di tempat luar lingkungan asli
mereka, karena bertujuan untuk berekreasi, bersenang-
senang, bisnis, dan tujuan lainnya.

c. Menurut Nur’aini (2014), pengembangan eco-cultural


tourism dan eco-culinary tourism dapat meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam memelihara lingkungan ekologis
dan nilai-nilai budaya yang didorong dari keuntungan
ekonomi dan non ekonomi baik yang bersifat langsung
ataupun tidak langsung.

d. Menurut Cater & Lowman (1994); Wallace & Pierce (1996);


Wearing &
Neil (1999), ecotourism sendiri merupakan wisata alam yang
bertujuan untuk memberikan kontribusi yang positif terhadap
pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai