Anda di halaman 1dari 15

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENDIDIKAN DI INDUSTRI 4.

0
ABAD KE-21

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Fisika
Dosen Pengampu Bapak Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si.

Oleh:
Rachel Marchella
NIM 1904597

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penelitian 4
C. Manfaat Penelitian 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 6
A. Perkembangan Revolusi Industri 4.0 6
B. Tuntutan Kompetensi Abad Ke-21 7
C. Perubahan Paradigma Baru dalam Dunia Pendidikan 8
BAB III PEMBAHASAN 10
A. Hakikat Belajar, Pengajaran, Pembelajaran, dan Pembelajaran Bermakna di Abad ke-21 10
B. Hubungan Segitiga Guru, Peserta Didik dan Media Pembelajaran 12
C. Zone of Proximal Development (ZPD) 12
BAB IV PENUTUP 14
A. Simpulan 14
B. Saran 14

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat Rahmat-Nya dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Perubahan Paradigma
Dalam Pendidikan di Industri 4.0 Abad Ke-21”
Dalam karya tulis ilmiah ini dibahas mengenai Pendidikan saat ini dan dukungannya dari segi
sains dan teknologi di era revolusi industri 4.0. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika.
Selama penulisan karya tulis ilmiah, banyak sekali hambatan yang penulis alami, namun
berkat bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis beranggapan bahwa karya tulis ilmiah ini
merupakan karya terbaik yang dapat penulis persembahkan. Tetapi penulis menyadari bahwa
didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Bandung, September 2021


Penulis,

Rachel Marchella

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mempersiapkan kebangkitan generasi emas Indonesia pada tahun 2045,
diperlukan beberapa hal penting yang harus dilakukan seperti pembangunan Pendidikan, yaitu
dengan mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, modern, melek
teknologi, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Untuk mencapai itu semua ada banyak
kendala, energi, biaya, sumberdaya yang harus digerakkan, bahkan banyak effort yang harus
dikerahkan. Maka dari itu kita sebagai masyarakat dan sumber daya manusia di Indonesia, harus
mempunyai mimpi. Mimpi tersebut harus diwujudkan dan direncanakan dalam bentuk visi dan misi.
Peta jalan generasi emas 2045 adalah salah satu bentuk visi dan misi Indonesia maju, maka dari itu
untuk mencapai mimpi tersebut masyarakat harus cepat, cerdas, dan efektif. Jika kita berfokus pada
masalah Pendidikan, orientasi Pendidikan adalah produk yang harus dihasilkan dengan cepat dan
berkualitas. Produk tersebut adalah siswa. Untuk mencetak siswa-siswa yang berkualitas maka awal
yang harus diperhatikan yaitu mengenai literasi dan numerasi. Faktanya, literasi Indonesia tertinggal
128 tahun dari negara maju, dan numerasi Indonesia tertinggal 1000 tahun dari negara maju pula.
Maka dari itu, jika kita tetap bekerja seperti sekarang, tidak akan cukup waktu kita untuk
mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dari negara-negara maju. Kita harus melakukan
improvisasi dan inovasi kreatif dalam mengejar ketertinggalan serta bersinergi untuk mewujudkan
generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia merdeka). Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat
dipecahkan Bersama dengan kolaborasi, karena itu Pendidikan yang bermutu harus diusahakan oleh
semua pihak. Guru adalah kunci, mereka adalah agent of change, pelaku perubahan agar
menghasilkan produk atau manusia Indonesia yang religious, cerdas, produktif, dan andal melalui
layanan pembelajaran yang berkualitas, modern, dan mengikuti teknologi yang berkembang terhadap
peserta didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun 2045.

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Mengetahui hakikat belajar, pengajaran, pembelajaran, dan pembelajaran bermakna
untuk memenuhi tuntutan di abad 21.
2. Mengetahui hubungan segitiga antara guru-peserta didik-konten (materi) dalam proses
pendidikan.
3. Mengetahui cara agar guru sukses membantu peserta didik melalui Zone of Proximal
Development (ZPD).

C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan sebagai berikut :

4
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia Pendidikan, khususnya
bagi sekolah yang ingin meningkatkan kualitas pendidik dan peserta didik menuju Indonesia
generasi emas 2045 serta ingin mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0 agar
mengetahui tuntutan kompetensi siswa di abad ke-21.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis, yaitu dapat meningkatkan
kompetensi guru dan siswa dalam kualitas Pendidikan dan sebagai bekal pengetahuan dimasa
yang akan datang.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Revolusi Industri 4.0

Konsep revolusi industri 4.0 ini merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh
Profesor Klaus Schwab. Beliau merupakan ekonom terkenal asal Jerman sekaligus penggagas World
Economic Forum (WEF) yang melalui bukunya, The Fourth Industrial Revolution, menyatakan
bahwa revolusi industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan
berhubungan satu dengan yang lain. A.T. Kearney mengungkap sejarah revolusi industri sampai
akhirnya menyentuh generasi ke-4 ini. Berikut ini empat tahap evolusi industri dari dahulu hingga
kini.

Gambar 1 Sejarah Revolusi Industri

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya Internet of atau for Things yang diikuti
teknologi baru dalam data sains, kecerdasan buatan, robotik, cloud, cetak tiga dimensi, dan teknologi
nano. Kehadirannya begitu cepat. Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba tiba muncul dan
menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan
sistem ride-sharing seperti Go-jek, Uber dan Grab, juga room-sharing seperti Airbnb. Inovasi tersebut
bahkan telah mendisrupsi bisnis transportasi dan sewa kamar yang sudah ada sebelumnya. 

6
Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru,
profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Namun pada saat yang sama ada pula lini usaha yang
terancam, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Disebut revolusi
digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri
4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan
membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu
karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial
intelligence (Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk pengaplikasian tersebut adalah penggunaan
robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.

B. Tuntutan Kompetensi Abad Ke-21

Disrupsi teknologi adalah sebuah kondisi dimana terjadi perubahan dan inovasi secara besar-
besaran yang mampu mengubah system. Perkembangan disrupsi teknologi ini bahkan bisa mampu
menggantikan manusia. Saat ini ada banyak sekali disrupsi teknologi yang sudah terbentuk seperti
ojek online, mobile internet, robotic, 3D printing, dan lain-lain. Agar teknologi-teknologi tersebut
tidak bisa menggantikan manusia maka kita harus dapat bertahan di era seperti ini. Jika kita berbicara
masalah pembelajaran, Ketika memasuki era disrupsi teknologi maka ada beberapa trend
pembelajaran yang akan dihadapi dimasa depan yaitu the future of learning is open, the future of
learning is visual, the future of learning is augmented, the future of learning is mobile, the future of
learning is social, dan the future of learning is personal.
Sehingga, ada beberapa tantangan sekolah yang harus dihadapi ketika mengikuti trend
pembelajaran kedepannya yaitu penyediaan sarana-prasarana, konsep keunggulan local, jumlah dan
mutu guru, pertumbuhan penduduk, perubahan pola kerja, perkembangan teknologi, otonomi/politik
daerah, dan perubahan struktur ekonomi. Yang paling menonjol dari tantangan-tantangan tersebut
adalah jumlah dan mutu guru. Karena inilah yang menentukan produk (siswa) yang dibentuk akan
seperti apa.
Guru berpengaruh terhadap prestasi siswa sebesar 30%, sekolah 7%, Rumah 7%, teman 7%,
dan karakteristik siswa itu sendiri 49%. Itu menunjukkan bahwa guru mempunyai potensi yang besar
untuk mempengaruhi karakteristik siswa. Maka dari itu, salah satu tugas guru yaitu membangun
generasi emas 2045 yang membekali siswa keterampilan abad ke-21.
Keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk bertahan dan berkembang di abad ke-21, ialah :
1. Critical Thinking dan Problem Solving
2. Creativity
3. Communication Skills
4. Ability to Work Collaboratively

Guru juga memiliki tantangan dalam menghadapi abad ke-21, ialah :


1. Murid yang belajar saat ini akan berbeda dengan murid 5 tahun yang lalu dan akan berbeda
juga untuk lima tahun yang akan datang.
2. Murid yang belajar sekarang bukan yang akan hidup saat ini, tetapi murid yang akan hidup
di masanya 10, 20, atau lebih tahun yang akan mendatang.
3. Kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup saat ini akan sangat berbeda dengan masa
mendatang.

7
4. Dukungan lingkungan, pemerintah, kondisi sosial murid yang belajar saat ini akan sangat
berbeda dengan kondisi saat mereka hidup realistic di masyarakat pada masanya.
5. Kebutuhan dukungan sains dan teknologi saat siswa belajar saat ini juga akan sangat
berbeda saat mereka hidup di masanya.
6. Intensitas penetrasi teknologi dalam kehidupan siswa dan guru makin tahun makin
bertambah tinggi.

C. Perubahan Paradigma Baru dalam Dunia Pendidikan

Perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu membangun masyarakat terdidik, masyarakat


cerdas. Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih
bertumpuk pada teori kognitif dan konstruktivistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan
kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun
pemahaman dan pengetahuan sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan
awal dan perspektif budaya. Pada paradigma baru ini, manusia tidak hanya dipandang sebagai alat
produksi namun dipandang sebagai sumber daya yang utuh.
Semua itu termuat dalam kerangka kompetensi abad ke-21 yang harus dimiliki, yaitu :
1. Kehidupan dan karier, dalam kehidupan dan karier, seorang guru harus fleksibel da nada[tif,
berinisiatif dan mandiri, terampil sosial dan budaya, produktif dan akuntabel, serta berjiwa
kepemimpinan dan bertanggung jawab.
2. Pembelajaran dan inovasi, dalam mengelola pembelajaran, seorang guru harus kreatif dan
berinovasi, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, dan komunikatif serta kolaboratif.
3. Informasi, media, dan teknologi, seorang guru harus melek teknologi, media, dan TIK
Banyak paradigma pendidikan telah dilontarkan oleh beberapa orang, namun paradigma yang
relevan untuk masa depan pendidikan di Indonesia perlu analisis spekulatif berdasarkan keadaan
objektif masyarakat masa depan, yakni kedudukan masyarakat madani ditengah masyarakat global.
Masa depan memiliki kriteria khusus yang ditandai oleh hiperkompetisi, suksesi revolusi teknologi
serta dislokasi dan konflik sosial, menghasilkan keadaan yang non-linier dan sangat tidak
diperkirakan dari keadaan masa lampau dan masa kini. Perubahan keadaan yang nonlinier akan dapat
diantisipasi dengan cara berpikir futuristik. Adanya pergeseran atau perubahan tingkat kepuasan
hidup manusia yang semakin materialistik. 

Kerangka kompetensi abad ke-21 diatas memiliki implikasi terhadap pergeseran paradigma
belajar abad ke-21 yaitu seperti pada gambar berikut ini :

8
Gambar 2 Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar, Pengajaran, Pembelajaran, dan Pembelajaran Bermakna di Abad ke-21


Dalam kegiatan belajar dan mengajar, peserta didik adalah subjek dan objek dari kegiatan
pendidikan. Oleh karena itu, makna dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar peserta didik
dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan dicapai apabila peserta didik
berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik,
tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya dari segi fisik saja yang aktif dan mentalnya tidak aktif,
maka tujuan dari pembelajaran belum tercapai. Hal ini sama saja dengan peserta didik tidak belajar,
karena peserta didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya. Belajar pada hakikatnya adalah suatu
“perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar juga
merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu. Beberapa ahli berpendapat
sebagai berikut: Menurut Slameto (2010: 2), ”belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam suatu situasi. Menurut Oemar Hamalik (2004: 27) “belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Menurut Bruner (dalam
Ratna Wilis Dahar, 2011: 77), belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung bersamaan
yaitu: memperoleh informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan.
Dari ketiga proses seperti yang diungkapkan Burner dan beberapa pengertian tentang
belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku dengan memperoleh suatu informasi baru melalui
pengalaman.

2. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan
“guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Menurut Nasution pada tahun 1982 kegiatan
mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar siswa
turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar
berlangsung.

10
Burton (dalam Usman, 1994:3) menegaskan “teaching is the guidance of learning
activities”. Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai (1)
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi
siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari. Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, mengajar
adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating
learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan
orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain
adalah mengatur kegiatan belajar siswa, memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas
maupun yang ada di luar kelas, dan memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan
dorongan kepada siswa.

3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari “learning” yang berasal dari kata belajar
atau “to learn”. Pembelajaran menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada
hakikatnya perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan bukan sesuatu
yang diam atau pasif. Secara psikologis pengertian pembelajaran dapat dirumuskan bahwa
“Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi
individu itu dengan lingkungannya.”
Arikunto (1993: 12) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
sikap oleh subjek yang sedang belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993: 4)
mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar
mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Melalui model
pembelajaran, guru mempunyai tugas meningkatkan jalannya proses pembelajaran
untuk melaksanakan tugas dengan baik, guru diharapkan dapat menggunakan model model
pembelajaran yang dapat menjamin pembelajaran tersebut berhasil sesuai
dengan yang direncanakan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan
kepercayaan diri pendidik agar dapat belajar dengan baik.

11
4. Hakikat Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran
Pada hakikatnya belajar, mengajar, dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain.
Seperti yang kita ketahui bahwa belajar dapat dilakukan secara individu atau interaksi satu
arah. belajar merupakan suatu proses yang tanpa kita sadari berjalan terus dari kita lahir
hingga akhir hayat. Sama halnya dengan mengajar, apabila pendidik pasif dalam
menyampaikan informasi sedangkan peserta didik tidak merespon apa saja yang
diinformasikan, maka hal tersebut juga dapat disebut interaksi satu arah. Lain halnya dengan
pembelajaran. Pembelajaran dapat terjadi apabila ada proses timbal balik dari belajar-
mengajar, yaitu adanya interaksi dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Nah hal
inilah yang dikatakan hubungan belajar, mengajar, dan pembelajaran.
Selama kegiatan pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan untuk bisa
menggali, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu.
Kesempatan itu diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan antara pendidik dan
peserta didik. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan
potensi pada peserta didik dan belajar-mengajar merupakan proses yang dilakukan untuk
mengoptimalkan potensi tersebut. 

B. Hubungan Segitiga Guru, Peserta Didik dan Media Pembelajaran

Seorang pendidik pasti akan membutuhkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya.
Pendidik tidak mungkin ada apabila tidak ada peserta didik. Jadi kedua aspek ini saling
membutuhkan. Begitu pula dengan materi pembelajaran, jika tidak ada materi lalu apakah yang akan
diajarkan pendidik kepada peserta didik? Peserta didik membutuhkan materi pembelajaran guna
membantu dirinya membentuk karakter serta menambah pengetahuan. Seorang pendidik tentunya
sudah terlebih dahulu mengenyang pendidikan, sehingga dapat menjadi seorang guru bagi para
peserta didik. Seorang guru menyampaikan materi melalui berbagai metode serta media
pembelajaran. Seorang guru juga dituntut untuk menilai secara objektif setiap peserta didik guna
membuat peserta didik tersebut menjadi lebih baik.
Untuk ketiga komponen tersebut agar dapat berjalan dengan optimal, maka diperlukanlah sarana
dan prasarana sangat penting untuk meningkatkan keterampilan peserta didik.

C. Zone of Proximal Development (ZPD)


Zone of Proximal Development didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat pengembangan potensiall yang diartikan kemampuan pemecahan masalah
dibawah bimbingan orang yang lebih tua atau melalui kerjasama dengan teman yang lebih mampu.
Menurut Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam kedua tingkat,
yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.
Peran guru sangatlah penting di ZPD dikarenakan berbagai macam siswa tandanya berbagai
macam pula perkembangan yang dialami siswa. Guru perlu mengupayakan supaya siswa berusaha
agar bisa mengembangkan diri masing-masing secara maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan
berpikir dan bekerja secara independen. Guru juga perlu untuk mengupayakan agar siswa-siswanya
aktif berinteraksi dengan siswa-siswa lainnya dari berbagai lingkungan. Jika kedua hal itu dilakukan,
perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan terjadi secara optimal.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam rangka mempersiapkan kebangkitan generasi emas Indonesia pada tahun 2045,
diperlukan beberapa hal penting yang harus dilakukan seperti pembangunan Pendidikan, yaitu
dengan mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, modern, dan melek
teknologi. Di revolusi industri 4.0 memberikan dampak signifikan terhadap pendidikan. Pendidikan
akan bisa mengimbangi perkembangan zaman yang sangat pesat. Pendidik berperan penting. Untuk
menghadapi pembelajaran di abad ke-21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis,
pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai

13
teknologi informasi dan komunikasi. Aspek kehidupan Industri 4.0 menuntut kita untuk melek
teknologi. Dimulai dari metode pembelajaran, bahan pembelajaran, media pembelajaran harus
mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu diperlukan kerja sama antar pendidik dan peserta didik
guna mencapai tujuan yang akan berdampak bagi bangsa.

B. Saran
Penulis berharap karya tulis ini dapat diterima dan dibaca, sehingga kita bersama-sama lebih
seksama melihat keadaan zaman sekarang ini. Penulis meminta maaf karena masih banyak
kekurangan dalam karya tulis ini dan berharap mendapatkan masukan untuk perbaikan karya tulis ini
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri. (2003). Perkembangan Teori Belajar dan Pembelajaran Menuju Revolusi-
Sosiokultural Vygotsky. Jurnal: Dinamika Pendidikan No 01: 37-48.
Halim, S. (2018, Agustus 30). Revolusi Industri 4.0 di Indonesia. [Daring]. Diakses dari :
https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-c32ea95033da

Hartono, Meilani. (2018). Pembelajaran dengan ZPD.[Daring]. Diakses dari:


https://pgsd.binus.ac.id/2018/11/23/pembelajaran-dengan-zpd/.
Katminingsih, Yuni. (2009). Vygotsky dan Teorinya dalam Mempengaruhi Desain Pembelajaran
Matematika. Jurnal: Cakrawala Pendidikan Vol 11 No 1: 93- 105.
McLeod, Dr. Saul. (2019). The Zone of Proximal Development and Scaffolding. [Daring]. Diakses
dari : http://www.simplypsychology.org/Zone-of-Proximal-Development.html
Purwanti, R. A. (2015). Manajemen Pembinaan Peserta Didik Full Day School. (Skripsi Sarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015). [Daring]. Diakses dari
http://repository.upi.edu/20447/5/S_ADP_1105044_Chapter2.pdf
Rizkinaswara, L. (2020). Revolusi Industri 4.0. [Daring]. Diakses dari:
https://aptika.kominfo.go.id/2020/01/revolusi-industri-4-0/
Nurbaity, A. L., & Dewi, D. A. (2021). Paradigma Baru Bagi Pendidikan Masa Depan Indonesia.
IJoIS: Indonesian Journal of Islamic Studies, 2(1), 15-24.
Nopral Lubis, R. (2021). Peserta didik: pengertian, tingkatan, dan tugasnya. [Daring]. Diakses dari:
https://diklinko.com/peserta-didik/

15

Anda mungkin juga menyukai