Anda di halaman 1dari 22

PARADIGMA PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN SAINS TEKNOLOGI DI

ERA REVOLUSI INDUSTRY 4.0

Karya Tulis Ilmiah

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Fisika dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si.

Oleh:

Irma Pebriyanti S.

NIM 1903639

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................2
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................2
E. Metode Penelitian..............................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................4
A. Kajian Pustaka...................................................................................................4
1. Belajar............................................................................................................4
2. Pembelajaran.................................................................................................5
3. Kondisi Siswa dan Sains Teknologi..............................................................7
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................8
A. Perkembangan Revolusi Industri 4.0.................................................................8
B. Tuntutan Kompetensi Abad Ke-21....................................................................9
C. Kondisi Siswa, Dukungan Sains dan Teknologi, dan Perubahan Paradigma..11
D. Hakikat Belajar, Pengajaran, Pembelajaran, dan Pembelajaran Bermakna di
Era Revolusi Industri 4.0.................................................................................12
E. Hubungan Segitiga Guru, Peserta Didik, dan Konten.....................................14
F. Zone of Proximal Development (ZPD)............................................................15
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
Rahmat-Nya dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Paradigma Pendidikan dan Dukungan Sains Teknologi
Di Era Revolusi Industry 4.0”
Dalam karya tulis ilmiah ini dibahas mengenai Pendidikan saat ini dan
dukungannya dari segi sains dan teknologi di era revolusi industry 4.0.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika.
Selama penulisan karya tulis ilmiah ini banyak sekali hambatan yang
penulis alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
beranggapan bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan karya terbaik yang
dapat penulis persembahkan. Tetapi penulis menyadari bahwa didalamnya
terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandung, September 2021


Penulis,

Irma Pebriyanti S.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam rangka mempersiapkan kebangkitan generasi emas
Indonesia pada tahun 2045, diperlukan beberapa hal penting yang
harus dilakukan seperti pembangunan Pendidikan, yaitu dengan
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri,
modern, melek teknologi, serta meningkatkan harkat dan martabat
bangsa. Untuk mencapai itu semua ada banyak kendala, energi, biaya,
sumberdaya yang harus digerakkan, bahkan banyak effort yang harus
dikerahkan. Maka dari itu kita sebagai masyarakat dan sumber daya
manusia di Indonesia, harus mempunyai mimpi. Mimpi tersebut harus
diwujudkan dan direncanakan dalam bentuk visi dan misi. Peta jalan
generasi emas 2045 adalah salah satu bentuk visi dan misi Indonesia
maju, maka dari itu untuk mencapai mimpi tersebut masyarakat harus
cepat, cerdas, dan efektif. Jika kita berfokus pada masalah Pendidikan,
orietntasi Pendidikan adalah produk yang harus dihasilkan dengan
cepat dan berkualitas. Produk tersebut adalah siswa. Untuk mencetak
siswa-siswa yang berkualitas maka awal yang harus diperhatikan yaitu
mengenai literasi dan numerasi. Faktanya, literasi Indonesia tertinggal
128 tahun dari negara maju, dan numerasi Indonesia tertinggal 1000
tahun dari negara maju pula.
Maka dari itu, jika kita tetap bekerja seperti sekarang, tidak
akan cukup waktu kita untuk mengejar ketertinggalan bangsa
Indonesia dari negara-negara maju. Kita harus melakukan improvisasi
dan inovasi kreatif dalam mengejar ketertinggalan serta bersinergi
untuk mewujudkan generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia
merdeka). Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat tdipercahkan
Bersama dengan kolaboraso, karena itu Pendidikan yang bermutu
harus diusahakan oleh semua pihak. Guru adalah kunci, mereka adalah
agent of change, perlaku perubahan agar menghasilkan produk atau
manusia Indonesia yang religious, cerdas, produktif, dan andal melalui
layanan pembelajaran yang berkualitas, modern, dan mengikuti
teknologi yang berkembang terhadap peserta didiknya, sehingga
terwujud generasi emas tahun 2045.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana perkembangan revolusi industri 4.0 dan tuntutan
kompetensi abad ke-21?
2. Bagaimana kondisi siswa, dukungan sains dan teknologi, dan
perubahan paradigma?
3. Bagaimana hakikat belajar, pengajaran, pembelajaran, dan
pembelajaran bermakna di era revolusi industri 4.0?
4. Bagaimana hubungan segitiga guru, peserta didik, dan konten?
5. Bagaimana Zone of Proximal Development (ZPD)?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu :
6. Mengetahui gambaran kondisi saat ini dan pengaruhnya pada
Pendidikan.
7. Mengetahui perkembangan revolusi industry 4.0 dan tuntutan
kompetensi siswa abad ke-21.
8. Mengetahui kondisi siswa dan dukungan sains serta teknologi yang
berkembang yang menyebabkan perubahan paradigma.
9. Mengetahui suksesnya guru membantu peserta didik demi
terwujudnya Indonesia emas 2045 dan melalui zone of proximal
development.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
dunia Pendidikan, khususnya bagi sekolah yang ingin
meningkatkan kualitas pendidik dan peserta didik menuju
Indonesia generasi emas 2045 serta ingin mengikuti
perkembangan revolusi industry 4.0 agar mengetahui tuntutan
kompetensi siswa di abad ke-21.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dari segi praktis,
yaitu dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa dalam

2
kualitas Pendidikan dan sebagai bekal pengetahuan dimasa yang
akan datang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunaan pendekatan library research
atau studi kepustakaan. Yakni mencari data yang merujuk pada
buku-buku, jurnal-jurnal penelitian yang telah ter-publish baik
local ataupun internasional, tulisan-tulisan ilmiah, penelitian yang
telah dilakukan oleh orang lain sebelumnya dan artikel-artikel
yang diterbitkan baik berupa majalah maupun surat kabar.
Menurut Lofplad (1984:47), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan Tindakan, selebihnya
hanya data tambahan seperti dokumen. Penelitian ini memiliki
sejumlah ciri-ciri yang membedakan dengan penelitian lainnya,
seperti : latar alamiah, manusia sebagai alat (instrument), metode
kualitatif, adanya batas yang ditentukan oleh focus, deskriptif, dan
lain-lain.
2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisis yang
mendeskripsikan mengenai kondisi siswa dan dukungan sains
serta teknologi yang berkembang yang menyebabkan perubahan
paradigma demi terwujudnya Indonesia emas 2045 dan melalui
zone of proximal development. Dan relevansi pada masa sekarang,
mengumpulkan fakta-fakta yang tepat kemudian mempelajari
permasalahan-permasalahan yang timbul dari apa yang terjadi saat
ini dan persepsi untuk dianalisis secara cermat dan mendalam.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Meliputi buku-buku
dan sumber-sumber yang terkait dalam penelitian.
4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode analisis kualitatif. Dengan data kualitatif berbentuk
deskripstif, berupa kata-kata, dokumen dan kasus sejarah.
Kemudian, metode penelitian analisis kualitatif adalah proses
mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

3
literasi sehingga memperoleh temuan baru dan membuat hasil
kesimpulan yang mudah dipahami.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil


interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Evelin
Siregar dkk (2010, hlm. 3) ”belajar merupakan sebuah proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)
hingga liang lahat”. Sedangkan menurut Sumiati dkk (2009,
hlm. 38) “secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan”.
Belajar menurut Gagne dalam teori belajar dan
pembelajaran (2010, hlm. 4) “Learning is relatively permanent
change in behavior that result from past experience or
purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan
perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari hasil
pengalaman masalalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan/ direncanakan. Pengalaman itu sendiri diperoleh oleh
setiap individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik
yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga
menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.
Menurut thorndike dalam ( Omar Hamalik, hlm. 43)
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, persaan, atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga
dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/Tindakan.
Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku

4
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam
berpikir, merasa, maupun dalam bertindak yang ada pada diri
seseorang.
b. Makna dan Ciri Belajar
Secara singkat dari berbagai pandangan oleh
Syamsudin Makmun (2003, hlm. 159) dapat dirangkumkan
bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam konteks belajar
itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material, dan
behavioral, serta keseluruhan pribadi (Gestalt atau sekurang-
kurangnya multidimensional). Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Hilgard dan Bower (1981) yang mengemukakan
bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
yang relatif permanen dan yang merupakan hasil proses
pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses
kedewasaan.
Dari pembahasan tersebut ditegaskan bahwa ciri khas
belajar adalah perubahan, yaitu belajar menghasilkan
perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap
dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada diri peserta didik.
Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman,
dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara
langsung.
c. Tujuan Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan
secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta
didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
yang menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia,
serta ketermpilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa,
dan negara.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran

5
Pembelajaran dimaknai sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik, bahan pelajaran, dan strategi
pembelajaran dalam suatu lingkungan belajar.

Dalam pasal 1 butir 20 UU No 20 tahun 2003 tentang


sikdiknas “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik, dan sumber belajar pada suatu limgkungan
belajar”. Sementara menurut Wingkel dalam Elveline Siregar
dkk (2010, hlm. 12), mendefinisikan “pembelajaran adalah
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadiankejadian
ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
intern yang berlangsung dan dialami oleh siswa.

b. Ciri-ciri Pembelajaran
Oemar Hamalik (1999) memaparkan tiga ciri khas yang
terdapat di dalam sistem pembelajaran, yaitu :
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material,
dan prosedur yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
2) Saling ketergantungan, antara unsur-unsur
sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu
keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan
masing-masing memberikan sumbangannya
kepada sistem pembelajaran.
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi
dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh
manusia dan sistem pemerintahan, semuanya
memiliki tujuan. Sistem alami seperti: ekologi,
sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur
yang saling ketergantungan satu sama lain,
disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi
tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem
menuntun proses merancang sistem. Tujuan
utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.
Tugas seorang perancang sistem adalah
mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur
agar siswa belajar secara efisien dan efektif.

c. Tujuan Pembelajaran

6
Tujuan pembelajaran menurut Bloom (2003) tujuan
pembelajaran mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
spikomotor. Aspek kognitif meliputi pengenalan, pengetahuan,
pemahaman analisa, sintesa dan evaluasi. Aspek afektif
meliputi sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang
merupakan aspek psikologis peserta didik. Sedangkan aspek
psikomotor adalah penguasaan keterampilan dengan didukung
oleh keutuhan anggota badan yang akan terlibat dalam berbagai
jenis kegiatan. Aspek psikomotor meliputi persepsi, kesiapan,
kemanisme, imitasi, keterampilan dan adaptasi. Berdasarkan
pendapat diatas tujuan pembelajaran merupakan komponen
pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran yang
berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.

3. Kondisi Siswa dan Sains Teknologi


Tidak dapat dipungkiri kini sains dan teknologi menjadi
indicator kemajuan sebuah negara. Maka dari itu pengembangan sains
dan teknologi di Pendidikan adalah salah satu aspek yang harus
diperhatikan. Saat ini tidak banyak orang yang menyadari bahkan abai
pada dukungan sains dan teknologi untuk proses belajar siswa-siswa di
sekolah. Maka jangan heran apabila kemajuan dan Pendidikan
Indonesia termakan oleh zaman bahkan mundur dibandingkan negara-
negara maju. Jika berbicara masalah teknologi, ada beberapa manfaat
yang akan di dapat jika proses pembelajaran siswa didukung olehnya
seperti menambah informasi, meningkatkan kemampuan belajar,
memudahkan akses belajar, materi lebih menarik, dan meningkatkan
minat belajar. Di era 4.0 ini teknologi itu sendiri sudah menjadi bagan
kehidupan sehari-hari, yang mempelajarinya adalah orang yang
berhasil dan akan bertahan di era modern ini, maka dari itu kita harus
meningkatkan pentingnya teknologi dalam Pendidikan.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Revolusi Industri 4.0


Semakin hari dunia semakin berkembang, mungkin hal yang
saat ini kita nikmati tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jika dulu
teknologi dimulai dari mendengar suara orang yang terpisah jarak dan
waktu, sekarang kira dapat menerima gambaran visual dan audionya.
Tidak terbayang bukan, teknologi apa yang akan muncul lima puluh
tahun mendatang? Itulah salah satu contoh perkembangan teknologi,
bahkan masih banyak dampak perkembangan zaman saat ini.

Gambar 1 Sejarah Revolusi Industri

Perkembangan revolusi industry dimulai dari 1.0 dimana saat


itu produksi memanfaatkan energi air dan uap. Era 1.0 terjadi pada
pertengahan abad ke-17. Era ini dimulai sebelumnya dengan
produktivitas yang rendah. Alasannya yaitu karena pada masa itu
tenaga manusialah yang menjadi satu-satunya sumber tenaga untuk
melakukan produksi. Akibatnya, tingkat produksi rendah dan tidak
dapat mengimbangi kebutuhan manusia itu sendiri.

8
Era revolusi industri selanjutnya adalah era 2.0. Bila pada era
sebelumnya mesin-mesin menjadi hasil penemuan yang membantu
manusia dalam melakukan produktivitas, maka pada awal abad
20, listrik membawa perubahan ke tahapan yang baru. Setelah listrik
ditemukan oleh Michael Faraday dan dikembangkan maka
penggunaan energi listrik lebih efektif dibandingkan dengan  tenaga
uap atau air karena produksi difokuskan ke satu mesin. Para era ini,
produktivitas berkembang pada tahap  efektivitas dan efesiensi
manufaktur. Artinya tidak hanya bagaimana mengasilkan produk yang
lebih banyak namun juga bagaimana dapat menghasilkan produk yang
lebih banyak lagi dengan biaya yang lebih kecil dan waktu yang lebih
singkat. Era inilah mulai berkembangnya program manajemen yang
memunginkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
manufaktur. Manajemen atau pengelolaan ini diantaranya dengan
dilakukan pembagian kerja.
Kemudian pada era revolusi industry 3.0 diawali dengan
penemuan chip elektronik dan juga komputasi pada 1969. Selain itu
produksi yang menggunakan mesin mengalami perkembangan hingga
bisa menganalisa, memonitoring, dan lain-lain. Pada era ini juga
ditemukan Programmable Logic Controller (PLC) yang
memungkinkan otomasi dan robotisasi. Pada periode ini banyak terjadi
pengembangan system perangkat lunak untuk memanfaatkan
perangkat keras elektronik.
Hingga sekarang kita berada pada era revolusi industry 4.0
yaitu era yang menghubungkan manufaktur yang dioperasionalkan
dengan komputasi dan internet. Dua hal tersebut menjadi factor utama
dalam kemajuan saat ini dan dimasa yang akan datang. Di era revolusi
industry 4.0 ada beberapa prinsip yang menjadi penekanan, yaitu
Interkoneksi yang terdiri dari kolaborasi, standardisasi, dan keamanan.
Namun, di era revolusi industry 4.0 ini tentunya ada beberapa
tantangan yang dihadapi. Maka setidaknya ada hal penting yang harus
menjadi perhatian dalam mempersiapkan diri terhadap revolusi
industry 4.0 yaitu meningkatkan sumber daya manusia. Selain itu,
dalam era revolusi industry 4.0 banyak terjadi disruptive innovation
yang dimana banyak sekali inovasi bermunculan namun tidak terlihat
dan tidak disadari sehingga menghancurkan aktivitas system lama,
maka dari itu kita harus meningkatkan literasi dan mengikuti
perkembangan teknologi.

B. Tuntutan Kompetensi Abad Ke-21


Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa disrupsi teknologi
adalah sebuah kondisi dimana terjadi perubahan dan inovasi secara

9
besar-besaran yang mampu mengubah system. Perkembangan disrupsi
teknologi ini bahkan bisa mampu menggantikan manusia. Saat ini ada
banyak sekali disrupsi teknologi yang sudah terbentuk seperti ojek
online, mobile internet, robotic, 3D printing, dan lain-lain. Agar
teknologi-teknologi tersebut tidak bisa menggantikan manusia maka
kita harus dapat bertahan di era seperti ini. Jika kita berbicara masalah
pembelajaran, Ketika memasuki era disrupsi teknologi maka ada
beberapa trend pembelajaran yang akan dihadapi dimasa depan yaitu
the future of learning is open, the future of learning is visual, the
future of learning is augmented, the future of learning is mobile, the
future of learning is social, dan the future of learning is personal.
Karena itulah, ada beberapa tantangan sekolah yang harus
dihadapi untuk mengikuti trend pembelajaran ke depan yaitu
penyediaan sarana-prasarana, konsep keunggulan local, jumlah dan
mutu guru, pertumbuhan penduduk, perubahan pola kerja,
perkembangan teknologi, otonomi/politik daerah, dan perubahan
struktur ekonomi. Yang paling menonojol dari tantangan-tantangan
tersebut adalah jumlah dan mutu guru. Karena inilah yang
menentukan produk (siswa) yang dibentuk akan seperti apa. Guru
mempunyai peran dalam penentu prestasi siswa, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Professor John Hattie dari Universitas Auckland
guru berpengaruh terhadap prestasi siswa sebesar 30%, sekolah 7%,
Rumah 7%, teman 7%, dan karakteristik siswa itu sendiri 49%.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru mempunyai potensi yang
besar untuk mempengaruhi karakteristik siswa. Maka dari itu, salah
satu tugas guru yaitu membangun generasi emas 2045 yang membekali
siswa keterampilan abad ke-21.
Adapun keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk bertahan
dan berkembang di abad ke-21, yaitu :
1. Kualitas karakter, yaitu tentang bagaimana siswa beradaptasi
pada lingkungan yang dinamis, kualitas karakter yang
dibutuhkan yaitu religious, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas.
2. Literasi dasar, literasi yang dimaksud disini bukanlah literasi
seperti membaca pada umumnya, namun tentang bagaimana
siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari seperti
literasi Bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi
digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan
kewarganegaraan.
3. Kompetensi, yaitu mengenai bagaimana siswa memecahkan
masalah kompleks, seperti berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi.

10
Guru juga memiliki tantangan dalam menghadapi abad ke-21
yaitu :
1. Murid yang belajar saat ini akan berbeda dengan murid 5
tahun yang lalu dan akan berbeda juga untuk lima tahun
yang akan datang.
2. Mjurid yang belajar sekarang bukan yang akan hidup
saat ini, tetapi murid yang akan hidup dimasanya 10, 20,
atau lebih tahun yang akan mendatang.
3. Kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup saat ini akan
sangat berbeda dengan masa mendatang.
4. Dukungan lingkungan, pemerintah, kondisi social murid
yang belajar saat ini akan sangat berbeda dengan kondisi
saat mereka hidup realistic di masyarakat pada masanya.
5. Kebutuhan dukungan sains dan teknolpgi saat siswa
belajar saat ini juga akan sanget berbeda saat mereka
hidup di masanya.
6. Intensitas penetreasi teknologi dalam kehidupan siswa
dan guru makin tahun makin bertambah tinggi.

C. Kondisi Siswa, Dukungan Sains dan Teknologi, dan Perubahan


Paradigma
Seorang guru yang memberikan pelajaran kepada siswa saat
ini, belum mengetahui apa yang terjadi saat siswa tersebut menapaki
karier nya karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok,
minggu depan, bulan depan, dan seterusnya. Lalu apa yang bisa
dipersiapkan guru supaya siswa yang saat ini diberikan pelajaran dapat
sukses saat menapaki karier nya nanti?
Tentunya untuk bisa sukses nanti ,seorang guru harus
mengikuti perkembangan zaman dan harus bisa survive di era
sekarang. Saat ini, berpengetahuan saja tidak cukup, namun seorang
guru harus mampu berpikir kreatif, kritis, berkarakter kuat, dan
memanfaatkan informasi dan berkomunikasi.
Semua itu termuat dalam kerangka kompetensi abad ke-21
yang harus dimiliki, yaitu :
1. Kehidupan dan karier, dalam kehidupan dan karier,
seorang guru harus fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan
mandiri, terampil social dan budaya, produktif dan
akuntabel, serta berjiwa kepemimpinan dan
bertanggung jawab.
2. Pembelajaran dan inovasi, dalam mengelola
pembelajaran, seoerang guru harus kreatif dan

11
berinovasi, berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah, dan komunikatif serta kolaboratif.
3. Informasi, media, dan teknologi, seorang guru harus
melek teknologi, media, dan TIK.
Kerangka kompetensi abad ke-21 diatas memiliki implikasi
terhadap pergeseran paradigma belajar abad ke-21 yaitu seperti pada
gambar berikut ini :

Gambar 2 Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21

D. Hakikat Belajar, Pengajaran, Pembelajaran, dan Pembelajaran


Bermakna di Era Revolusi Industri 4.0
Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Menurut Evelin Siregar dkk (2010,
hlm. 3) ”belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi
(bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat”. Sedangkan menurut
Sumiati dkk (2009, hlm. 38) “secara umum belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan”.
Belajar di era revolusi industry 4.0 adalah sebuah fenomena
yang merespons kebutuhan revolusi industry dengan penyesuaian
kurikulum baru. Proses belajar itu sendiri adalah sebuah reaksi postif
ketika menghadapi suatu peristiwa traumatis yang menyebabkan

12
seseorang mampu untuk menemukan sesuatu yang baru dan
mengambil makna-makna baru dari peristiwa tersebut. Belajar juga
bisa dimulai dari bermain atau melakukan kesalahan yang juga
nantinya seseorang dapat menemukan seseuatu yang baru. Artinya
proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja serta
melalui peristiwa apa saja.
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu
aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar
menyangkut peranan seorang guru dalam kontek mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antara mengajar itu
sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang
menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran itu berjalan
dengan baik. Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil
dengan baik, apabila pendidik mampu mengubah diri peserta didik
dalam arti yang luas serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran
peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama mereka terlibat di dalam proses pengajaran itu,
dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan
pribadinya.
Pembelajaran sendiri adalah sebuah interaksi peserta didik
dengan pendidik, bahan pelajaran, dan strategi pembelajaran dalam
suatu lingkungan belajar. Dalam pasal 1 butir 20 UU No 20 tahun
2003 tentang sikdiknas “pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik, dan sumber belajar pada suatu limgkungan
belajar”. Sementara menurut Wingkel dalam Elveline Siregar dkk
(2010, hlm. 12), mendefinisikan “pembelajaran adalah seperangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dan
dialami oleh siswa.
Di era 4.0 ini pembelajaran bermakna adalah salah satu hal
yang penting, belajar bermakna yaitu sebuah kondisi dimana siswa
menghubungkan informasi atau materi pelajaran dengan konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya dan juga menghubungkannya
dengan kehidupan abad ke-21. Dengan kata lain, belajar akan lebih
bermakna jika siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dan
lebih mengaktifkan banyak indra. Pembelajaran bermakna ini juga
sangat berkaitan dengan the future of learning is open, the future of
learning is visual, the future of learning is augmented, the future of
learning is mobile, the future of learning is social, dan the future of
learning is personal.

13
E. Hubungan Segitiga Guru, Peserta Didik, dan Konten
Didaktik berasal dari kata didaskein dalam bahasa yunani
berarti pengajaran dan Didaktikos yang artinya pandai mengajar
(Nasution, 2004, hal. 1). Selaras dengan Yunarti, (2014, hal. 15)
bahwa didaktik merupakan segala usaha yang dilakukan guru untuk
membuat siswa mudah berinteraksi dengan materi pengetahuan dan
memahami konsep-konsep yang diberikan dengan baik.
Di dalam didaktik terdapat sebuah segitiga didaktik yang
menghubungkan antara guru, peserta didik, dan konten.

Gambar 3 Segitiga Didaktik

Berdasarkan gambar segitiga didaktik diatas dapat dilihat


bahwa guru menempati posisi tertinggi artinya guru tidak hanya
sekadar untuk mentransfer ilmu pengetahuan melalui materi yang akan
di pelajari saja, namun guru juga harus bisa membangun hubungan
yang baik dengan siswa agar bisa menumbuhkan sikap-sikap yang
telah ditentukan dalam kurikulum 2013, selain itu, dalam gambar
tersebut guru juga menempati peran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, yakni pembelajaran yang dilakukan itu berhasil atau
tidaknya dengan tujuan yang tertera di perangkat pembelajaran yang
telah dibuat. Hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-materi
merupakan dua hubungan yang mendasar yang dapat menciptakan
situasi didaktik dan pedagogik yang tidak sederhana bahkan seringkali
kompleks. Output yang dihasilkan dari hubungan segitiga didaktik
tersebut yakni produksi pengetahuan.

14
Segitiga didaktik yang dikembangkan oleh didi suryadi
menjadi pedoman bagi guru dalam sistem pengajaran di sekolah
diantaranya seorang guru harus memperhatikan hubungan-hubungan
berikut yaitu hubungan guru-siswa (HP atau Hubungan Pedagogik),
hubungan guru-materi (ADP atau Antisipasi Didaktik-Pedagogik),
hubungan materi-siswa (HD atau Hubungan Didaktik).

F. Zone of Proximal Development (ZPD)

Gambar 4 Zone of Proximal Development

Dalam bahasa Indonesia, Zone of Proximal Development


didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat pengembangan potensial yang diartikan
kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang yang
lebih tua atau melalui kerjasama dengan teman yang lebih mampu.
Dalam teori ini ada dua level ukuran kemampuan dan potensi siswa
yaitu tingkat pengembangkan actual dan potensial. Tingkat
kemampuan actual adalah Ketika siswa bekerja untuk menyelesaikan
tugas tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat pengembangan
potensial adalah tingkat dari kompetensi siswa yang dapat dicapai
dengan bantuan orang lain. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
ZPD berada diantara hal-hal yang bisa dilakukan oleh siswa dan hal-
hal yang tidak dapat dilakukan oleh siswa tanpa bantuan orang lain.
Kata Zona di dalam kalimat Zone of Proximal Development
digunakan Vygotsky karena dianggap perkembangan anak-anak

15
bukanlah sebagai titik dalam sebuah skala, namun dalam sebuah
rangkaian kesatuan keterampilan dan kemampuan yang berbeda-
beda. Dengan kata proximal ia menegaskan bahwa zona itu terbatas
hanya pada keterampilan dan kemampuan.
Menurut Tharp dan Gallimore (1988) terdapat empat langkah
dalam ZPD yaitu sebagai berikut :
1. Bantuan diberikan oleh MKO (More Knowledge Other)
2. Bantuan oleh diri sendiri tanpa bantuan orang lain
3. Otomatisasi melalui Latihan
4. De-otomatisasi, pengulangan dari tiga langkah
sebelumnya

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam rangka mempersiapkan kebangkitan generasi emas
Indonesia pada tahun 2045, diperlukan beberapa hal penting yang
harus dilakukan seperti pembangunan Pendidikan, yaitu dengan
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri,
modern, dan melek teknologi. Di era revolusi industry 4.0 banyak
terjadi disruptive innovation yang dimana banyak sekali inovasi
bermunculan namun tidak terlihat dan tidak disadari sehingga
menghancurkan aktivitas system lama, maka dari itu kita harus
meningkatkan literasi dan mengikuti perkembangan teknologi.
Perkembangan disrupsi teknologi ini bahkan bisa mampu
menggantikan manusia. Maka dari itu pendidikan harus mengikuti
perkembangan zaman dan harus bisa survive di era sekarang. Saat ini,
berpengetahuan saja tidak cukup, namun seorang guru harus mampu
berpikir kreatif, kritis, berkarakter kuat, dan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi.

B. Saran

Melalui karya tulis ilmiah ini penulis mengharapkan agar karya


ini dapat diterima dan dibaca, serta menjadi pedoman dan wawasan
baru unruk semua pihak. Penulis memohon maaf jika terdapat banyak
kekurangan. Melalui karya tulis ilmiah ini juga penulis mengharapkan
agar semua orang bisa mengikuti perkembangan zaman dan survive di
era revolusi industry 4.0, serta penulis mengharapkan melalui karya ini
banyak yang menggunakan dan diterima oleh semua pihak dengan
senang hati.

17
DAFTAR PUSTAKA

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosda. Suyono. (2012).

Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W.


(2013).

Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sudjana Nana.


(2012:68).

Halim, S. (2018, Agustus 30). Revolusi Industri 4.0 di Indonesia. Diakses


pada 20 September 2021. Melalui

https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-
c32ea95033da

Sari, R. (2018). Implementasi Konsep Zone Of Proximal Development


( ZPD) Menurut Vygotsky Pada Perkembangan Anak Usia Dini Dalam
Tinjauan Pendidikan Islam. (Skripsi Sarjana, Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu ,2018) Diakses dari

http://repository.iainbengkulu.ac.id/2849/1/SKRIPSI%20RATNA
%20SARI.pdf

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Peta Jalan Generasi Emas


Indonesia 2045. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwanti, R. A. (2015). Manajemen Pembinaan Peserta Didik Full Day


School. (Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015)
Diakses dari
http://repository.upi.edu/20447/5/S_ADP_1105044_Chapter2.pdf

Universitas Pendidikan Indonesia. (2019). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


UPI. Universitas Pendidikan Indonesia.

18
19

Anda mungkin juga menyukai