Anda di halaman 1dari 5

A.

Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).

2. Prinsip dan Fungsi manajemen


Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
bernama Henry Fayol yang menyebutkan, bahwa ada lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Kelima fungsi
tersebut jika lebih sederhana diringkas menjadi empat fungsi, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Planning, Organizing, actuating dan
controlling) atau terkenal dengan singkatan POAC. Fungsi perencanaan meliputi penentuan
sasaran organisasi, penetapan strategi keseluruhan, pengembangan hirarki rencana
menyeluruh dan memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Fungsi
pengorganisasian meliputi perancangan struktur organisasi yang dilengkapi dengan penetapan
tugas, siapa melakukan apa bagaimana tugas dikelompokan siapa melapor kepada siapa dan
dimana keputusan harus diambil. Fungsi pengarahan meliputi proses pengarahan dan
koordinasi, penyelesaian konflik dengan saluran komunikasi efektif. Fungsi pengendalian
adalah pemantauan, perbandingan, pengoreksian untuk menjamin organisasi berjalan sesuai
rencana.
A. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang-matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1990).

B. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh sebuah organisasi.

C. Pengarahan (actuating)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu
bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi,
pengembangan motivasi yang efektif.
Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental
dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan
benar.
D. Pengendalian (controlling)
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk
menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari
aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

3. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu :
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan
metode proses asuhan keperawatan
A. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari:
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan dengan
cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
1. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik untuk
RS yang kekurangan tenaga.
2. Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan
perawat junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
1. Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang terpisah-pisah
atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
2. Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.
B. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelompok
pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan
pembantu.
1. Konsep metode tim
(1) Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik kepemimpinan.
(2) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
(3) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
2. Kelebihan metode tim
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
(2) Mendukung pelaksanaan proses perawatanKomunikasi antara tim berjalan
dengan baik sehingga konflik mudah diatasi
(3) Memberikan kepuasan pada anggota tim
3. Kelemahan metode tim
(1) Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang sulit
terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
C. Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan-asuhan keperawatan komprehensif
yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan profesional. Setiap
perawat profesional bertanggunng jawab terhadap asuhan keperawatan pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Konsep dasar metode primer
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
2. Ketenagaan metode primer
a. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun non


profesional sebagai perawat asisten.
3. Kelebihan metode keperawatan primer
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
4. Kelemahan metode keperawatan primer
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

4. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas beberapa
elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5
elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil
atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian
untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan
dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses
keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).

SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja.
Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (ThreathS). Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana


dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak
faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor
internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis
yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT. Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan
secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total
perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a)
masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point
faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya).
Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan
10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga
formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan
banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

b) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O
dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X,
sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
c) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat
namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja
organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi
bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi
diri.

Anda mungkin juga menyukai