Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Rifqi Naufal

NIM : 042200987

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.


1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.
2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan
hasil kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!
Jawaban

1. Fungsi instrumental (the instrumental function), melayani pengelolaaan


lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi

 .Fungsi regulasi (the regulatory function), bertindak untuk mengawasi serta


mengendalikan peristiwa-peristiwa. Fungsi regulasi ini memang agak sulit
dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan
ini bertindak untuk mengendalikan serta mengatur oranglain

 .Fungsi pemerian (the representational function) adalah penggunaan bahasa


untuk membuat pernyataan-pernyataan, memyampaikan fakta-fakta dan
pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, dengan kata lain
menggambarkan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh
seseorang.

 Fungsi interaksi (the interactional function) bertugas untuk menjamin serta


memntapkan ketahan dan kelangsungan komunikasi, interaksi sosial.
Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan
secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita
rakyat (folklore), adat-istiadat dan budaya setempat, tata krama pergaulan,
dan sebagainya.

 Fungsi perorangan (the personal function) memberi kesempatan kepada


seseorangpembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta
reaksi-reaksinyayang mendalam. Kepribadian seseorang biasanya ditandai
oleh penggunaan fungsipersonal bahasanya dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Dalam hakikat bahasa perorangan ini jelas bahwa kesadaran,
perasaan, dan budaya turut sama-sama berinteraksi dengan cara yang
beraneka ragam.

 Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa


untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan.
Fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang
menuntut jawaban. Secara khusus, anak-anak memanfaatkan penggunaan
fungsi heuristik ini dalam aneka pertanyaan “mengapa?” yang tidak ada
putusannya mengenai dunia sekeliling, alam sekitar mereka. Penyelidikan,
rasa ingin tahu, merupakan suatu metode heuristik untuk memperoleh
representasi realitas dari orang lain

 Fungsi imajinatif (the imaginative function) melayani penciptaan sistem-


sistem atau gagasan yang bersifat imajinatif. Mengisahkan cerita-cerita
dongeng, membacakan lelucon, atau menulis novel, merupakan praktik
penggunaan fungsi imajinatif bahasa, kita bebas bertualang dan mengembara
ke sebrang dunia nyata untuk menjelajahi puncak keluhuran serta keindahan
bahasa itu sendiri, dan melalui bahasa itu kita dapat menciptakan mimpi-
mimpi yang mustahil jika memang yang kita inginkan seperti itu

2. Kongres Bahasa Indonesia VII lebih memfokuskan pada peran bahasa dan
sastra dalam era globalisasi. Kongres yang diselenggarakan di Jakarta 26—30
Oktober 1998bertepatan peringatan 70 tahun Hari Sumpah Pemuda. Kongres yang
dihadiri 700 peserta dari dalam dan luar negeri ini mengusung tema “Pemantapan
Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa dalam Era Globalisasi”. Di
samping itu, penyelenggara kongres ini juga menetapkan tiga subtema, yakni
“Memperkukuh Kedudukan Bahasa dalam Era Globalisasi”, Meningkatkan Mutu
Bahasa sebagai Sarana Komunikasi”, dan “Meningkatkan Daya Cipta dan
Apresiasi Sastra. Keseluruhan masalah yang dibahas dituangkan ke dalam kurang
lebih 80 judul makalah. Kongres kali ini juga diiringi dengan pelaksanaan
pameran.
 Kongres Bahasa Indonesia VIII juga diselenggarakan di Jakarta pada 14—
17 Oktober 2003, di Hotel Indonesia. Pelaksanaan kongres ini
dilatarbelakangi oleh komitmen untuk memantapkan posisi bahasa Indonesia
sebagai lambang jati diri bangsa dan alat pemersatu berbagai kelompok etnis
ke dalam satu kesatuan

bangsa di tengah terjadinya berbagai perkembangan dan perubahan di dalam


kehidupan masyarakat Indonesia sebagai akibat bergulirnya gerakan reformasi
yang terjadi sejak 1998. Runtuhnya kekuasaan Orde Baru, dan lahirnya gerakan
reformasi tentu saja mengubah tatanan kehidupan yang awalnya serba sentralistik
ke arah desentralistik yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi
bidang kebahasaan dan kesastraan. Pada era reformasi, masalah bahasa dan sastra
Indonesia menjadi kewenangan pemerintah pusat, sedangkan masalah bahasa dan
sastra daerah menjadi urusan pemerintah daerah.

Sesuai perkembangannya, kongres kali ini mengusung tema “Pemberdayaan


Bahasa Indonesia Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dalam Era
Globalisasi” yang dijabarkanke dalam tiga pokok bahasan dengan cakupan sebagai
berikut.

1. Bahasa

A. Pemantapan peran bahasa Indonesia dalam menghadapi budaya global


B. Peningkatan mutu bahasa Indonesia dalam memanfaatkan perkembangan ilmu
danteknologi informasi
C. Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam upaya memantapkan
kesadaran berbangsa
D Peningkatan mutu pendidikan bahasaIndonesia dalam membangun kehidupan
masyarakat madani
E Perkembangan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (BIPA) f.
Peningkatan mutu pengajaran bahasa asing di Indonesia
F Pemantapan peran bahasa daerah dalam memperkukuh ketahanan budaya
bangsa.

2. Sastra

A. Pemantapan peran sastra Indonesia dalam menghadapi budaya global


B. Peningkatan mutu karya sastra Indonesia dalam kaitannya dengan pemanfaatan
ilmu dan teknologi informasi
C. Peningkatan apresiasi sastra Indonesia dalam upaya memantapkan kesadaran
bangsa
D. Peningkatan mutu pendidikan sastra Indonesia dalam membangun kehidupan
masyarakat madani
E. Pemantapan peran sastra daerah dalam memperkukuh ketahanan budaya
bangsa.

3. Media Massa

A. Peran media massa dalam meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia


dan penyebaran hasil pengembangan bahasa
B. Peran media massa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penggunaan
bahasa Indonesia yang baik
C. Dampak pemakaian bangsa melalui penggunaan bahasa Indonesia yang baik
D. Dampak pemakaian bahasa Indonesia dalam media massa terhadap dunia
pendidikan
E. Peran media massa dalam memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi sastra
e. Peran media massa di daerah dalam memelihara bahasa dan budaya daerah.
Kongres Bahasa Indonesia VIII ini diikuti sekitar 1.000 orang yang terdiri atas
peserta undangan dan peserta biasa meliputi tokoh masyarakat, pakar, sastrawan,
budayawan, pejabat pemerintah, peminat bahasa dan sastra, serta wakil organisasi
profesi dari

dalam dan luar negeri Di samping mendiskusikan 80 makalah terkait kebahasaan


dan kesastraan, panitia kongres juga menyelenggarakan Pameran dan Pentas Seni.
Pada pameran ini ditampilkan beberapa materi meliputi (a) dokumen tertulis
salinan makalah atau guntingan surat kabar dari penyaji utama Kongres Bahasa
Indonesia I—VII, (b) terbitan (buku) tentang kebahasaan dan kesastraan di
Indonesia, (c) poster/foto kegiatan pertemuan nasional/internasional kebahasaan
dan kesasastraan, (d) slogan kampanye penggunaan bahasa Indonesia dan
pemasyarakatan sastra, (e) peta bahasa dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia;
dan sistem informasi kebahasaan

 Kongres Bahasa Indonesia IX Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal


28 Oktober—1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas
lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,bahasa daerah, penggunaan bahasa
asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres
bahasa ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari
dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah
melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri
sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya
dalam kongres tahun ini. 2.Tema Berdasarkan permasalahan tersebut di atas,
Kongres IX Bahasa Indonesia ini mengambil tema “Bahasa Indonesia
Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Fondasi Peradaban
Bangsa”. 3.Pokok Bahasan Tema tersebut dijabarkan ke dalam lima pokok
bahasan sebagai berikut. a. Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan
Penggunaan Bahasa Asing b. Sastra Indonesia dan Sastra Daerah c.
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Daerah, dan Asing d. Pengajaran
Bahasa Indonesia bagi Orang Asing e. Penggunaan Bahasa Indonesia di
Media Massa 4.Tujuan Sesuai dengan tema dan topik tersebut, secara umum
Kongres IX Bahasa Indonesia ini bertujuan meningkatkan peran bahasa dan
sastra Indonesia dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas kompetitif
menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban
unggul. 5.Waktu dan Tempat Kongres IX Bahasa Indonesia ini akan
diselenggarakan di Hotel Bumi Karsa, Kompleks Bidakara, Jalan M.T.
Haryono, Jakarta Selatan pada tanggal 28 Oktober—1 November 2008.
6.Pemakalah Pemakalah dalam kongres ini berasal dari dalam dan luar
negeri. Adapun jenis makalahnya terdiri atas makalah utama, makalah
undangan, dan makalah partisipasi. Untuk itu, peminat yang tidak

mendapat undangan menyajikan makalah silakan mengirimkan abstrak makalah


sekitar 250 kata selambat-lambatnya pada 31 Juli 2008 sudah diterima panitia.
Abstrak yang terpilih untuk disajikan akan diumumkan 8 Agustus 2008, dan
makalah lengkap selambat-lambatnya sudah diterima panitia 22 September 2008.
7.Peserta Peserta kongres terdiri atas para pakar bahasa, baik dari dalam maupun
luar negeri, pakar bidang ilmu, tokoh, budayawan, sastrawan, pejabat publik,
birokrat, dosen, guru, mahasiswa, perwakilan organisasi, dan peminat bahasa dan
sastra dari dalam dan luar negeri. 8.Pendaftaran
a.Pendaftaran peserta dimulai sejak diedarkan pengumuman ini sampai dengan
tanggal 15 September 2008, tetapi pendaftaran akan ditutup sebelum batas waktu
itu jika jumlah pendaftar telah memenuhi target.
b. Biaya pendaftaran: a. umum: Rp750.000,00 b. guru/mahasiswa S2/S3:
Rp600.000,00 c. mahasiswa S1 Rp500.000,00 d. peserta luar negeri: US$ 170
Peserta mendapat kelengkapan seminar: makalah, sejumlah terbitan Pusat Bahasa,
dan makan siang serta kudapan. e.Pembayaran dilakukan melalui BNI 1946
Cabang Rawamangun a.n. H. Warkim Harnaedi dengan nomor rekening
0140057467. f.Daftar ulang peserta dilakukan di Hotel Bumi Karsa, Kompleks
Bidakara, tanggal 28 Oktober 2008, mulai pukul 08.00—12.00 dengan membawa
bukti pembayaran (transfer). 9. Alamat Panitia Panitia Kongres IX Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jalan Daksinapati Barat
IV, Rawamangun Jakarta 13220 Telepon (+6221)4896558, 4706288

3 1 . Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar
dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk
membina rumah tangga di kemudian hari.Secara sederhana terdapat 4 jenis
gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa,permisif, dan terlalu
protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh
tersebut.

2.
 Apa saja 4 gaya parenting yang sederhana?
 Pada umur berapa anak tidak tidur bersama ibunya?
 Jika anak melakukan kesalahan, apa yang dilakukan ibunya?

3 . 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif,


dan terlalu protektif
.- Diatas usia 5 tahun
- Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk
menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan
saling menghormati orang lain.

4 Parenting pada Negara Jepang ada 4 gaya sederhana yaitu : gaya asuh
otoriter, berwibawa, permisif dan terlalu protektif. Pada usia antara 0-5
tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa
saja adalah membiarkan anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.
Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas
sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk
dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua
mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya.
Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum
ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas
5 Parenting dalam Budaya Jepang sisi positifnya yang bias kita ambil ialah :
Usia 0-5 tahun anak bebas melakukan apapun dan ibunya selalu
mendampingi anaknya. Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang
positif dan menjadi role modelyang baik. Filosofi ini menunjukan, dengan
anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat. Setelah
fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu
usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti
membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orangtua. Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai
memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi
batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Setelah usia 20 tahun anak
dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari
kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh
pemuda berusia 20 tahun. Selain mengajari danmempersiapkan anak untuk
dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga
diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya
sendiri. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling
menghormati orang lain.

Anda mungkin juga menyukai