Anda di halaman 1dari 4

LOGO RUMAH SAKIT

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG) HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab


penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan
1.Pengertian
cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia1.
Data berat badan, tinggi badan / panjang badan, lingkar lengan
2.Asesmen/Pengkajian: atas (LLA), tebal lemak, dan perkembangan berat badan. Indek
Antropometri antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah IMT ( Indeks Massa Tubuh )2.
Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti Hematological
Assesment untuk mengetahui Hemaglobin dan Hematocrit, serta
Biokimia
indicator lab lainnya seperti CD 4, viral load, elektrolit, glukosa,
ureum / kreathinin2.
Mengkaji berdasarkan tanda dan gejala mayor serta minor.
Berdasarkan gejala mayor adalah penurunan berat badan ≥10 %,
demam hingga lebih dari 1 bulan, diare kronis, dan tuberculosis.
Gejala minor adalah kandidiasis orofaringeal, batuk menetap
Fisik
lebih dari satu bulan, kelemahan tubuh, berkeringat malam,
hilang nafsu makan, infeksi kulit generalisata, limfadenopati
generalisata, herpes zoster, infeksi herpes simplex kronis,
pneumonia, dan sarkoma kaposi3.
Mengkaji asupan gizi biasanya (Recall 24 jam) serta
membandingkan dengan kebutuhan, pola makan & kebiasaan
Riwayat Makan makan, pantangan makan (berdasarkan alergi, budaya,
kepercayaan), makanan yang disukai maupun tidak disukai, dan
pilihan makan2.
Mengkaji riwayat penyakit, riwayat keluarga termasuk riwayat
Riwayat Personal penyakit keluarga, riwayat ekonomi, riwayat social budaya, dan
status kesehatan mental2.
3.Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) 1. Peningkatan kebutuhan energy. (NI. 1.1)
2. Kurangnya kandungan makan / minum dengan cara oral.
(NI. 2.1)
3. Intake enteral dan parenteral (infus) tidak adekuat. (NI.
2.3)
4. Peningkatan kebutuhan gizi (spesifik). (NI. 5.1)
5. Intake lemak tidak adekuat. (NI. 51.1)
6. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan. (NC. 3.2)
4
4.Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan umum:
a.Perencanaan 1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada
semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2. Mencapai dan mempertahankan BB normal serta
komposisi tubuh yang diharapkan, tertama jaringan otot.
3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet,
olahraga, dan relaksasi.
Tujuan khusus:
1. Mengatasi diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah.
2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian,
yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antaar
gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra
pengecap, dan kesulitan menelan.
3. Mencapai dan memperthankan BB normal.
4. Mencegah penurunan BB yang berlebihan (terutama
jaringan otot).
5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan
yang adekuat sesuai dengan kemampuan makna dan jenis
yang diberikan.
Syarat Diet :
1. Energi tinggi. Tambahkan energy sebanyak 13% untuk
setiap kenaikan suhu 1°C.
2. Protein tinggi yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB. Pemberian protein
disesuaikan bila ada kelaianan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup, diberikan 10 – 25 % dari total energi
4. Serat cukup: digunakan serat yang mudah dicerna.
5. Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) AKG
yang dianjurkan.
6. Cairan cukup.
7. Pemberian elektrolit (natrium, kalium, dan klorida).
8. Bentuk makanan dimodifikasikan sesuai dengan keadaan
pasien. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik
mekanik, termik, maupun kimia.
Preskripsi diet:
1. Jenis diet yaitu diet AIDS.
2. Asupan bisa deberikan secara oral, enteral, dan parenteral.
3. Frekuensi makan dalam jumlah sedikit tapi sering,
misalnya 3 jam sekali. Hal ini juga disesuaikan dengan
pasien.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan dapat diberikan melalui 3 cara,


Pemberian Makanan yaitu secara oral, enteral, dan parenteral.

c. Edukasi
Memberikan pengetahuan dan edukasi gizi tentang ODHA baru
d. Konseling Gizi
mulai ARV (gizi seimbang, keamanan makanan, pemilihan bahan
makanan, keterampilan menyiapan makanan, dan mengatasi efe
samping obat). Pemberian edukasi dan konseling ini kepada
pasien dan juga keluarga.
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

5. Monitoring dan Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil:
a. Asupan makan: pasien harus mencapai 100% dari
kebutuhan.
b. Antropometri: pasien dapat mempertahankan BB normal.
c. Biokimia: semua nilai lab yang bermasalah kembali
normal.
d. Fisik klinis: gejala berkurang atau membaik.
e. Keluhan: pasien tidak mengalami sakit seperti keluhan
sakit tenggorokan dan mulut.
f. Pasien diharapkan mau menerima dan melaksanakan diet
yang diberikan.
6. Re Asesmen (Kontrol kembali) Kondisi pasien harus selalu dikontrol setiap hari agar pasien HIV
tidak sampai terkena AIDS. Pasien harus dikontrol pola makan,
pola minum obat yang harus teratur, pola tidur, dan pola perilaku
hidup sehat.
7. Indikator (Target yang akan a. Asupan makan 100% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) b. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa
Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia, fisik/klinis
dan asupan makan
8. Sumber Pustaka 1. Purwaningsih S. 2008. Perkembangan HIV dan AIDS di
Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia; 3 (2): 11 - 16.
2. Fitri Hudayani, Asuhan Gizi pada HIV-AIDS. Temu Ilmiah
Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
3. Nursalam dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada
Pasien Terinfeksi. Jakarta. Salemba Medika.
4. Almatsier, S (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai