Anda di halaman 1dari 10

PROTAP VALIDASI METODE ANALISIS

Nama Perusahaan Prosedur Tetap Halaman 1 dari 11

VALIDASI METODE ANALISIS


Departemen Pengawasan Seksi No ………………..
Mutu …………….. Tanggal …………..
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Mengganti
……………….... ………………………… ………………………... No ………………...
Tanggal ……….. Tanggal ……………….. Tanggal Tanggal …………...
……………….

1. TUJUAN
Untuk memberikan petunjuk pelaksanaan validasi terhadap metode analisis agar
metode tetap sesuai dengan tujuan penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang
dapat dipercaya.
2. RUANG LINGKUP
 Prosedur ini berlaku untuk semua metode analisis kompendial dan
nonkompendial yang digunakan di Laboratorium Pengawasan Mutu di Pabrik

 Prosedur ini juga berlaku untuk metode analisis yang digunakan dalam
menetapkan residu zat aktif pada validasi prosedur pembersihan.
 Prosedur ini berlaku pula untuk validasi ulang metode analisis, misal dalam
kasus berikut ini :
- perubahan proses sintesis bahan berkhasiat,
- perubahan komposisi produk jadi, bila perlu dan
- perubahan prosedur analisis.
3. TANGGUNG JAWAB
3.1 Manager Pengawasan Mutu bertanggung jawab untuk :
 Menyiapkan dan mengkaji ulang secara periodis Protap ini.
 Melaksanakan pelatihan teknis laboratorium dan pelatihan lain yang
sesuai terhadap semua personil yang terkait dengan validasi dan
melakukan evaluasi hasil pelatihan sebelum validasi dilaksanakan.
 Memastikan bahwa semua metode analisis divalidasi sebelum
digunakan untuk pengujian rutin.
 Menyiapkan Protokol Validasi untuk tiap metode analisis dan
menyusun Laporan Validasi berdasarkan protokol tersebut.
3.2 Manager Pemastian Mutu bertanggung jawab untu :
 Melakukan pengkajian dan menyetujui Protap ini seta Protokol
Validasi sebelum validasi dilakukan.
 Melakukan pengkajian terhadap data dalam Laporan Validasi dan
menjamin kelengkapan laporan sebelum menandatanganinya.
3.3 Supervisor Pengawasan Mutu bertanggung jawab untuk :
 Membuat jadwal pelaksanaan validasi, mengawasi pelaksanaannya dan
memeriksa kebenaran dan kelengkapan catatan pengujian.
 Menjamin bahwa status kalibrasi semua peralatan dan instrument yang
digunakan untuk validasi telah diperbaharui.
 Menjamin bahwa semua Protap yang berhubungan dengan validasi
metode analisis telah diperbaharui sesuai protokol validasi.
 Menjamin bahwa semua bahan yang digunakan untuk validasi
termasuk reagensia dan baku pembanding belum kadaluarsa.
3.4 Analis di Bagian Pengawasan Mutu bertanggung jawab untuk :
 Melaksanakan validasi metode analisis sesuai dengan Protokol
Validasi.
 Mencatat semua hasil uji dalam format yang sesuai.
 Melaporkan pelaksanaan validasi kepada supervisor.
4. PROSEDUR
4.1 Buat protokol validasi metode analisis dengan format seperti Lampiran 5.1.
Protokol validasi harus mencakup :
 Tujuan
 Ruang Lingkup
 Prosedur langkah demi langkah
 Metode untuk evaluasi
 Kriteria keberterimaan
 Dokumentasi dan Laporan
 Rekomendasi
4.2 Tentukan dan lakukan evaluasi parameter validasi sesuai dengan tipe metode
analisis yang akan divalidasi.
Berikut ini adalah persyaratan / parameter validasi :
Parameter validasi Identifikasi Pengujian Impuritas Penetapan Kadar
Kuantitatif Batas - Disolusi*
- Kandungan/
potensi
Akurasi - + - +
Presisi
Ripitabilitas - + - +
Presisi Intermediate - + - + (1)
Spesifisitas (2) + + + +
Limit Deteksi - - (3) + -
Limit Kuantitasi - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - +
(-) Tidak dipersyaratkan
(+) Dipersyaratkan
(1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibilitas, maka presisi
intermediate tidak dipersyaratkan.
(2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat
dikompensasikan dengan prosedur analisis yang lain yang dapat
menunjang.
(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu
*) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.
Penerapan parameter validasi metode analisis :
a. Nonkompendial : Sesuai dengan tabel diatas
b. Kompendial yang : Sesuai dengan tabel atau parameter
dimodifikasi yang berkaitan dengan modifikasi
c. Kompendial : Verifikasi, yaitu

Metode Parameter Verifikasi


Kadar Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Impuritas Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Limit Deteksi/ Kuantitasi
Identifikasi Spesifisitas

d. Validasi Prosedur Pembersihan :


 Akurasi
 Presisi
o Ripitabilitas
o Presisi Intermediet
 Spesifisitas
 Limit Deteksi
 Limit Kuantitasi
 Linearitas
 Rentang
4.2.1 Spesifisitas/ Selektivitas
Spesifisitas merupakan ukuran seberapa spresifik metode analisis.
Spesifisitas metode analisis diuji terhadap bahan aktif obat, bahan
pembantu (plasebo), pelarut, impuritas dan produk jadi.
Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, disebut selektif
jika:
 Pelarut/ placebo tidak menghasilkan puncak dengan
waktu retensi sama dengan analit.
 Puncak analit terpisah dari puncak lainnya (Rs ≥ 1,5).
4.2.2 Linearitas
Untuk mengetahui apakah kuantitas yang terukur proporsional
terhadap kadar senyawa uji dalam sampel.
Linearitas diuji sesuai RENTANG yang ditetapkan.
Pengujian dapat dilakukan minimal dengan 5 tingkat konsentrasi.
 Bahan aktif obat : pengenceran larutan induk
 Produk jadi : penimbangan terpisah sesuai rentang
Data yang disajikan Persyaratan (misal)
 Kurva signal vs konsentrasi analit  Linear secara visual
 Koefisien korelasi ≥ 0,98
 Nilai Vxo ≤ 5%
 Persamaan regresi -
 Confidence interval -
 Residu jumlah kuadrat (“residual -
sum of squares”)

4.2.3 Rentang
Rentang merupakan interval antara konsentrasi terbesar dan terkecil
dari analit dalam sampel.
Memenuhi syarat dalam hal presisi, akurasi dan linearitas.
Rentang minimum berikut ini berlaku untuk :
4.2.3.1 Penetapan kadar bahan aktif obat : lazimnya konsentrasi zat uji
berkisar antara 80 hingga 120 % kadar yang tertera pada label;
4.2.3.2 Keseragaman kandungan : meliputi konsentrasi zat uji
sekurang-kurangnya berkisar antara 70 hingga 130 %
pernyataan kadar pada label, kecuali diperlukan rentang yang
lebih lebar dapat digunakan, tergantung pada sifat bentuk
sediaan (misalnya, inhaler dosis terukur);
4.2.3.3 Pengujian disolusi : lebih kurang 20 % syarat spesifikasi,
mislnya : syarat spesifikasi untuk sediaan yang pelepasannya
terkendali meliputi rentang dari 20 %, setelah 1 jam, hingga 90
% sesudah 24 jam, maka rentang yang divalidasi menjadi 0 –
110 % pernyataan kadar dalam label;
4.2.3.4 Penentuan cemaran : rentang konsentrasi zat uji mulai dari
batas cemaran yang dilaporkan hingga 120 % syarat spesifikasi;
dan
4.2.3.5 Bila validasi metode analisis penetapan kadar dan penetapan
cemaran dilakukan bersama-sama sekaligus dan hanya
menggunakan satu standart 100 % saja, maka pengujian
linearitas harus meliputi rentang dari kadar cemaran yang
dilaporkan hingga 120 % syarat kadar dalam spesifikasi;
4.2.3.6 Konsentrasi kadar bahan aktif obat dengan “stability overage”
agar memperhatikan persyaratan pada saat pelulusan maupun
paska pemasaran.
4.2.4 Akurasi
Akurasi menunjukkan tingkat kedekatan hasil pengujian metode
dengan nilai yang sebenarnya stau nilai yang dinyatakan benar.
Akurasi metode pengujian dinilai sesuai rentang pengujian dengan 5
cara penentuan metode analisis untuk penetapan kadar bahan aktif obat
dalam bahan awal dan produk jadi :
4.2.4.1 Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit
dalam bahan aktif obat yang diketahui kemurniannya (misalnya
bahan awal pembanding sekunder).
4.2.4.2 Bahan aktif obat atau cemaran dalam jumlah yang diketahui
ditambahkan kedalam plasebo.
4.2.4.3 Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode
akurasi metode dapat dilakukan dengan teknik standar adisi,
yaitu dengan menambahkan sejumlah tertentu analit ke dalam
produk obat yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini
digunakan untuk penetapan kadar bahan aktif/ cemaran dakam
produk obat.
4.2.4.4 Menambahkan cemaran dalam dalam jumlah tertentu ke dalam
bahan aktif/ produk obat. Metode analisis ini digunakan untuk
penetapan kadar cemaran dalam bahan aktif obat dan produk
obat.
4.2.4.5 Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui
ekivalensinya, yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dari
metode analisis yang divalidasi terhadap hasil yang diperoleh
dari metode analisis yang valid (akurasi metode analisis yang
valid ini telah diketahui). Metode analisis ini digunakan untuk
penetapan kadar bahan aktif obat dalam bahan aktif obat,
produk obat dan penetapan kadar cemaran.
Akurasi dinilai menggunakan minimal 9 (sembilan) penentuan dari 3 (tiga)
tingkat konsentrasi yang berbeda dalam rentang pengujian metode analisis
tersebut dan masing-masing konsentrasi 3 (tiga) kali penetapan.
Data yang disajikan Persyaratan (misal)
 Perolehan kembali (“recovery”)  98 – 102 %
 RSD (simpangan baku/ rata-rata x 100 %)  ≤ 2%
 “Confidence interval” -

4.2.5 Presisi
Presisi merupakan kedekatan suatu seri pengukuran yang diperoleh
dari sampel yang homogen.
Dikenal tiga tipe presisi :
4.2.5.1 Keberulangan (“Repeatability”)
Kondisi sama pada interval waktu yang singkat.
Satu larutan uji disuntikkan berkali-kali pada hari yang sama,
alat yang sama, analisis serta kondisi lain yang sama.
Keberulangan dinilai terhadap:
 Keberulangan SISTEM
Minimum 6 penentuan pada konsentrasi 100 % kadar
analit.
 Keberulangan METODE
Minimum 9 penentuan dalam rentang penggunaan
metode analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi yang
berbeda, masing-masing tiga replikasi), atau
4.2.5.2 Presisi Antara (‘within-laboratory variations”)
Berbeda hari atau analis atau instrument (dalam satu
laboratorium.
Sebagai bagian Ruggedness menurut USP
4.2.5.3 Menggunakan minimal 2 laboratorium untuk validasi metode
analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan yang berbeda
terhadap kinerja metode analisis.
Data yang disajikan :
 Rata-rata
 RSD adalah (Simpangan Baku/Rata-rata) x 100%,
Persyaratan RSD adalah sebagai berikut :
No Tipe Metode Analisis Persyaratan RSD (misal)
.
1. Prosedur Penetapan Kadar Tidak lebih dari 2%
bahan aktif obat
2. Metode analisis untuk 1
penetapan kadar impuritas : 1
Batas impuritas : 1
1 – 10% Tidak lebih dari 2%
0,01% Tidak lebih dari 10%
1 ppm Tidak lebih dari 20%

 “Confidence Interval”
4.2.6 Batas Deteksi
Konsentrasi terendah senyawa uji yang terkandung dalam sampel yang
dapat dideteksi.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan batas
deteksi tergantung pada jenis metode analisis apakah metode analisis
instrumental atau noninstrumental.
4.2.6.1 Berdasarkan evaluasi visul
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis non-
instrumental, tapi dapat juga digunakan untuk metode analisi
instrumental. Batas dteksi ditentukan dengan melakukan
analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan
menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
4.2.6.2 Berdasarkan rasio signal terhadap noise
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada metode analisis
yang memberikan baseline noise. Penentuan signal to noise
dilakukan dengan membandingkan pengukuran signal sampel
yang diketahui mengandung analit dalam konsentrasi rendah
dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi minimum
analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio signal to noise
sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat diterima
untuk memperkirakan batas deteksi.
4.2.6.3 Simpangan respond an kemiringan (“slope”) kurva kalibrasi :
Batas deteksi dapat dinyatakan sebagai :
3.3 σ
DL =
S
Keterangan rumus :
DL = Batas deteksi
σ = simpangan baku respon

S = kemiringan (slope) kurva kalibrasi


 Slope dapat ditentukan dari kurva kalibrasi analit
 σ dapat ditentukan dengan :
Simpangan baku dari blanko
o Mengukur beberapa respon dari larutan blanko
dan hitung simpangan baku dari respon
Kurva kalibrasi
o Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang
mempunyai rentang di sekitar Batas Deteksi.
Residu simpangan baku (residual standart
deviation) atau simpangan baku dari y-intercepts
dari garis regresi adalah σ (simpangan baku).
4.2.7 Batas Kuantitasi
Konsentrasi terendah senyawa uji yang terkandung dalam sampel yang
dapat ditetapkan secara kuantitatif dan reprodusibel,
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk penentuan batas
kuantitasi tergantung pada jenis metode analisis instrumental atau
noninstrumental.
4.2.7.1 Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis non-
instrumental, tapi dapat juga digunakan untuk metode analisis
instrumental. Batas kuantitasi ditentukan dengan melakukan
analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan
menetapkan kadar terendah analit yang dapat ditentukan secara
kunatitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima.
4.2.7.2 Berdasarkan rasio signal terhadap noise :
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis
yang memberikan baseline noise. Penentuan rasio signal
terhadap noise dilakukan dengan membandingkan signal yang
diukur dari sampel yang mempunyai konsentrasi analit yang
rendah dan blankonya, kemudian ditentukan konsentrasi
terendah analit yang dapat ditetapkan secara kuantitatif dengan
baik, umumnya pada rasio signal terhadap noise 10:1.
4.2.7.3 Simpangan baku dari respond an kemiringan (slope) kurva
kalibrasi :
Batas kuantitasi dapat dinyatakan sebagai :
10 σ
LOQ =
S
Keterangan rumus :
LOQ = batas kuantitasi
σ = Simpangan baku respon

S = kemiringan (slope) kurva kalibrasi


 Slope dapat ditentukan dari kurva kalibrasi analit
 σ dapat ditentukan dengan :
Simpangan baku dari blanko
o Mengukur beberapa respon dari larutan blanko
dan hitung simpangan baku dari respon
Kurva kalibrasi
o Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang
mempunyai rentang di sekitar batas deteksi.
Residu simpangan baku (residual standart
deviation) atau simpangan baku dari y-intercept
dari garis regresi adalah σ (simpangan baku).

4.2.8 Ketangguhan (“Robustness”)


Ketangguhan ditentukan pada saat tahap pengembangan dan
tergantung dari kebutuhan. Metode hendaklah handal terhadap variasi
parameter yang ditetapkan
Misal : stabilitas larutan analit
Contoh uji ketangguhan untuk metode analisis yang menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), tetapkan :
 Pengaruh variasi pH dalam fasa gerak terhadap hasil analisis;
 Pengaruh variasi komposisi fasa gerak terhadap hasil analisis;
 Pengaruh perbedaan merk atau nomor lot dari kolom terhadap hasil
analisis; dan
 Pengaruh perbedaan suhu dan laju alir terhadap hasil analisis.
4.2.9 Uji Kesesuaian Sistem (UKS)
 UKS merupakan bagian tak terpisahkan dari pengujian yang
didasarkan pada peralatan, instrumen, elektronik, pelaksanaan
analisis dan sampel yang akan diuji.
 Dilakukan terhadap minimal 5 – 6 hasil analisis dilakukan terhadap
larutan baku dan ditentukan :
o Resolusi antara dua puncak yang berdekatan;
o Ukuran factor ikutan (“tailing factor”);
o Relative Standart Deviation (RSD) dari hasil penyuntikan enam
kali larutan baku;
o Angka Lempeng Teoritis;
o Ukuran factor kapasitas kolom; dan
o Waktu retensi relatif.

4.3 Bila ada penyimpangan siapkan laporan termasuk justifikasi sesuai Protap
Penanganan Hasil Uji di Luar Spesifikasi No. …….
4.4 Dokumentasi dan Laporan Validasi
4.4.1 Buat laporan validasi untuk metode analisis yang divalidasi dengan
menggunakan Format Laporan Validasi.
Catatan :
Dalam laporan ini tercakup tanggal mulai dan tanggal selesai validasi
, hasil pengamatan, masalah yang dijumpai, kelengkapan informasi
yang dikumpulkan, hasil uji dan analisis statistic, disposisi apakah
hasil uji memenuhi kriteria keberterimaan atau tidak, lokasi uji dan data asli
serta invormasi lain yang relevan dengan pelaksanaan validasi.
4.4.2 Buat kesimpulan tentang validitas metode analisis terhadap masing-
masing hasil uji dan replikasinya.
4.4.3 Serahkan Laporan Validasi kepada Manager Pemastian Mutu untuk
memeroleh persetujuan akhir.
5. LAMPIRAN
5.1
5.2
6. DOKUMEN RUJUKAN
7. RIWAYAT
8. DISTRIBUSI

Anda mungkin juga menyukai