0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan2 halaman
Buku ini membahas proses perkembangan ekonomi di Karesidenan Surabaya antara 1830-1930 dan pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat pribumi. Surabaya menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-19 dan mengalami pertumbuhan ekonomi pesat selama masa kolonial Belanda, meskipun masyarakat pribumi mengalami penurunan kesejahteraan akibat kebijakan kolonial.
Buku ini membahas proses perkembangan ekonomi di Karesidenan Surabaya antara 1830-1930 dan pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat pribumi. Surabaya menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-19 dan mengalami pertumbuhan ekonomi pesat selama masa kolonial Belanda, meskipun masyarakat pribumi mengalami penurunan kesejahteraan akibat kebijakan kolonial.
Buku ini membahas proses perkembangan ekonomi di Karesidenan Surabaya antara 1830-1930 dan pengaruhnya terhadap ekonomi masyarakat pribumi. Surabaya menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-19 dan mengalami pertumbuhan ekonomi pesat selama masa kolonial Belanda, meskipun masyarakat pribumi mengalami penurunan kesejahteraan akibat kebijakan kolonial.
Pada subbab ini penulis menuliskan pendahuluan buku yang berisikan tentang
fenomena yang terjadi yaitu tentang perkembangan ekonomi Indonesia pada
pertengahan abad 19 dan awal abad 20. Kemudian di lanjut mengenai maksud dari penulisan buku ini. Pada pertengahan abad 19 dan awal abad 20 dikatakan bahwa perkembangan ekonomi Indonesia pada saat menunjukkan perkembangan yang luar biasa. posisi ekonomi Indonesia pada saat itu dapat dikatakan sudah berada pada tahapan preconditions for take – off. Penulis menggunakan keresidenan surabaya sebagai obyek studi kasus karena dianggap penting dan menarik. abad 19 wilayah karesidenan Surabaya telah menjadi satu kawasan ekonomi yang penting, baik sebagai penghasil komoditi ekspor, industri, maupun perdagangan. Hal ini ditandai Ketika Liberalisme di diterapkan di Indonesia, dengan keluarnya undang-undang agraria, dan undang-undang gula tahun 1870, sehingga hal ini menyebabkan Surabaya memasuki era baru dalam sejarah perekonomiannya. Pada masa ini Surabaya terbuka lebar bagi masuknya modal swasta, dan pemerintah kolonial Belanda menawarkan suatu iklim bisnis yang lebih menarik bagi investor asing, ditambah kaum kapitalis asing banyak melakukan ekspansi ekonominya dengan menanamkan modalnya pada sektor perkebunan. Kemudian dijelaskan bahwa walupun perkembangan ekonomi saat itu berkembang pesat, namun juga muncul isu mengenai adanya kemerosotan kesejahteraan di kalangan masyarakat pribumi. Dikatakan hal itu terjadi karena akibat dari kebijakan pemerintahan kolonial pada abad ke 19. Penulis menjelaskan fenomena diatas dikemukakan agar dapat mengetahui proses perkembangan ekonomi Karesidenan Surabaya terutama pada periode 1830-1930 dan pengaruhnya bagi ekonomi penduduk pribumi pada masa itu. Kenapa keresiden surabaya? Dijelaskan wilayah ini mempunyai akar sejarah yang panjang dalam jaringan perdagangan antar pulau sejak sebelum kedatangan bangsa Belanda. Pada masa Airlangga, Surabaya telah menjadi pusat perniagaan antar pulau. Peranan Surabaya sebagai basis ekonomi kolonial baru dapat dikatakan mempunyai nilai penting dimulai pada abad ke-19, ketika sistem tanam paksa diterapkan, ditandai dengan kenaikan volume ekspor gula dari Surabaya dan Jawa pada umumnya. Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 wilayah ini menjelma kembali sebagai kawasan ekonomi yang penting, baik sebagai penghasil komoditas ekspor, industri, maupun sebagai pusat perdagangan. Pada masa ini pula Surabaya menjadi pintu gerbang masuknya barang- barang industri dari Eropa ke wilayah Surabaya dan sekitarnya. Penulis memberi penekanan bahwa fokus utama buku ini adalah pada permasalahan mengenai proses perkembangan ekonomi Karesidenan Surabaya tahun 1830-1930 dan pengaruhnya bagi kemajuan pelayaran, industri dan ekonomi penduduk pribumi. Penulis juga menjelaskan berbagai istilah dan teori tentang perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan suatu konsep yang relatif dalam ruang dan waktu. Perkembangan ekonomi adalah suatu proses sejarah yang kompleks, yang di dalamnya terdapat faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi yang saling mengait. Menurut Paul Alpert, perkembangan ekonomi dapat didefenisikan sesuai dengan tujuan pokoknya yaitu mengeksploitasi seluruh sumber-sumber produktif oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan riil. Definisi tentang perkembangan ekonomi yang lebih luas adalah seperti yang dipublikasikan PBB baru-baru ini yang menekankan bahwa perkembangan tidak hanya meliputi kebutuhan material saja, melainkan juga perbaikan kondisi sosial kehidupannya. Oleh karena itu Menurut ekonom neo-klasik perkembangan ekonomi adalah merupakan suatu proses yang berjalan secara bertahap, lancar dan kontinyu. Menurut kaum Marxian atau neo-Marxian proses perkembangan ekonomi adalah sebagai satu proses disequilibrating dan disruptif, penuh dengan konflik sosial dan dengan efek-efek buruk yang tidak menguntungkan.
Setiap model perkembangan memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Kelemahan
dari teori neo-klasik adalah bahwa teori ini tidak didesain untuk menganalisa peran faktor-faktor non-ekonomi dalam perubahan ekonomi jangka panjang. Kedua, dalam konteks permasalahan yang dianalisis, teori ekonomi neo-klasik hanya menyediakan jawaban-jawaban yang terbatas, karena teori ini membatasi dengan cateria paribua (apabila segala sesuatunya tetap sama). Kelemahan dari model Marxian atau neo-Marxian menurut pandangan ekonom neo-klasik adalah bahwa hipotesisnya tidak diuji dengan bukti-bukti empiris. Gerald M.Meier mengatakan bahwa terdapat kecenderungan penyamaan dalam penggunan istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Meskipun istilah-istilah ini sering digambarkan berbeda namun pada dasarnya adalah sama. Perkembangan ekonomi menurutnya adalah suatu proses dimana pendapatan ekonomi nasional riil meningkat pada satu periode waktu yang lama.