Kelompok :-
Kelas :B
DISUSUN OLEH:
TTD
Putri Vidya Maulina
NIM 08031381924066
SPEKTROMETRI
0,5 mL HNO3 4 M
Larutan Blanko
LarutanStandar
Larutan Standar
- Dimasukkan kedalam spektrofotometer
- diukur serapannya pada rentang panjang
gelombang 400-800 nm dengan interval
10nm
- dicatat hasilnya
Hasil
LarutanStandar
3 mL Air Sumur
- dimasukkan masing-masing kedalam
labu takar 10 mL
- ditambahkan 10 tetes asam nitrat 4 M
- ditambahkan 4 mL kalium tiosianat
0.01M
- ditambahkan akuades hingga tanda batas
- dihomogenkan
Larutan
Hasil
3 mL Air Sumur
Larutan
Hasil
VII. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan prinsip metode spektrometri UV-Vis!
Jawab : prinsip metode spektrometri UV-Vis yaitu interaksi antara
cahaya dengan materi, dimana energinya berupa sinar
monokromatis dan materi berupa molekul
2. Apa syarat larutan dapat diukur dengan metode ini?
Jawab : harus mempunyai ikatan rangkap, memiliki gugus kromofor,
gugus pembawa warna dan harus berupa larutan.
3. Berapa gram FeCl3 yang harus ditimbang untuk membuat larutan
tersebut dengan konsentrasi 0,01 M sebanyak 250Ml ?
Jawab : n FeCl3 = M FeCl3 × V FeCl3
= 0,1 M × 250 mL
= 25 mmol
gr FeCl3
n FeCl3 =
Mr FeCl3
gr FeCl3
25mmol = gr
167,5 mol
gr FeCl3 = 4187,5 mg
gr FeCl3 = 4,1875 gram
4. Apa fungsi penambahan HNO3? Dapatkah diganti dengan asam yang
lain?
Jawab : Penambahan HNO3 berfungsi sebagai katalis dan zat
pengoksidasi agar mudah dibaca di alat. HNO3 bisa saja
diganti dengan senyawa lain yang mempunyai sifat yang
sama
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
8.1 Penentuan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Fe 3+ Absorbansi
0 0
0.5 0.188
1 0.196
1.5 0.335
2 0.367
= 0 mL
9.1.2 Fe3+ 0.5 ppm dalam 10 mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 10 mL x 0 ppm
10 mL x 0.5 ppm
V1 =
10 ppm
= 0.5 mL
9.1.3 Fe3+ 1 ppm dalam 10 mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 10 mL x 1 ppm
10 mL x 1ppm
V1 =
10 ppm
= 1 mL
9.1.4 Fe3+ 1.5 ppm dalam 10 mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 10 mL x 1.5 ppm
10 mL x 1.5ppm
V1 =
10 ppm
= 1.5 mL
9.1.5 Fe3+ 2 ppm dalam 10 mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 ppm = 10 mL x 1.5 ppm
10 mL x 2ppm
V1 =
10 ppm
= 2 mL
n. ∑xy-∑x. ∑y
Slope (a) =
n. ∑x2 -(∑x)2
(5) 1.5265 -5 (1.086)
=
5 (7.5) -(5)2
7.6325 -5,43
=
37.5 - 25
2.2025
=
12.5
= 0.1762
∑y.∑x2 -∑xy. ∑x
Intersept(b) =
n. ∑x2 -(∑x)2
(1.086) 7.5 -1.5265(5)
=
5. 7.5 -(5)2
8.145 -7.6325
=
32.5 - 25
0.5125
=
12.5
= 0.041
9.3 Penentuan Konsentrasi Fe3+ Pada Sampel
9.3.1 Air Sumur
y = ax + b
0.039 = 0.1762 x + 0.041
0.1762 x = 0.039 - 0.041
0.1762 x = - 0.002
- 0.002
x=
0.1762
x = - 0.0113
9.3.2 Air Keran
y = ax + b
0.040 = 0.1762 x + 0.041
0.1762 x = 0.040 - 0.041
0.1762 x = - 0.001
- 0.001
x=
0.1762
x = - 0.0056
X. PEMBAHASAN
Percobaan ini membahas tentang Penentuan Kadar Besi (III) Sebagai
kompleks besitiosianat dengan metode spektrometri tampak(MetodeKurva
Kalibrasi). Percobaan ini menggunakan alat berupa spektrofotometer, dimana
Spektrofotometer dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi dari suatu zat berdasarkan absorbansi cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Prinsip kerja spektrofotometer, mengubah cahaya polikromatis menjadi
monokromatis pada monokromator, kemudian cahaya memasuki celah sempit,
lalu diteruskan ke kuvet dan ditangkap oleh detektor dan diperkuat oleh amplifier
kemudian ditampilkan di monitor sehingga diketahui nilai absorbansinya.
Sedangkan metode yang digunakan pada percobaan ini dikenal dengan
spektrofotometri yang dapat dikatakan sebagai salah satu metode analisis kimia
yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Prinsip Alat Spektrofotometer berupa interaksi antara cahaya
atau gelombang elektromagnetik dengan materi.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer yang digunakan pada percobaan ini berupa
spektrofotometer uv-vis dengan jenis single beam. Spektrofotometer single beam
hanya menggunakan satu sumber cahaya, dimana cahaya dilewatkan pada kuvet
kemudian hasil pembacaan dibaca oleh satu detektor. Spektrofotometer uv-vis
memiliki rentang panjang gelombang 400 nm - 800 nm dan panjang gelombang
maksimum yang digunakan untuk menghitung kompleks besi adalah 500 nm.
Pada percobaan ini digunakan Besi (III) klorida sebagai penyumbang atom
pusat, asam nitrat sebagai pemberi suasana asam, kalium tiosianat sebagai
pendonor ligan, akuades sebagai pelarut, air sumur dan air keran sebagai
sampel.Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi, dimana semakin besar
konsenrasinya maka absorbansi pada panjang gelombang tertentu juga semakin
besar. Nilai absorbansi yang baik berada pada rentang nol koma dua sampai nol
koma delapan. Berdasarkan hasil pengamatan, sampel berupa air keran
menghasilkan konsentrasi besi (III) sebesar nol koma nol tiga sembilan sedangkan
air sumur sebesar nol koma nol empat tiga. Menurut Kementrian Kesehatan, baku
mutu besi tidak boleh lebih dari 0,3 ppm.
Percobaan ini menghasilkan larutan berwarna merah bata karena terdapat
ion logam besi sebagai logam transisi dan terbentuknya senyawa kompleks besi
(III) tiosianat dari campuran reaksi besi (III) klorida dan kalium tiosianat.
Perlakuan terjadi pada suasana asam karna apabila dilakukan pada suasana basa
akan menyebabkan terbentuknya endapan. Analisa yang digunakan pada
percobaan ini berupa analisa kuantitatif dan analisa kualitatif.
XI. KESIMPULAN
1. Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi
2. Warna merah bata yang dihasilkan karena terdapat ion logam besi
sebagai logam transisi dan terbentuknya senyawa kompleks besi (III)
tiosianat dari campuran reaksi besi (III) klorida dan kalium tiosianat.
3. Nilai absorbansi yang baik berada pada rentang nol koma dua sampai
nol koma delapan.
4. Perlakuan terjadi pada suasana asam karna apabila dilakukan pada
suasana basa akan menyebabkan terbentuknya endapan.
5. Spektrofotometer uv-vis memiliki rentang panjang gelombang 400 nm
- 800 nm dan panjang gelombang maksimum yang digunakan untuk
menghitung kompleks besi adalah 500 nm.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, I., Ramang, H. L. M., dan Maming. 2004. Optimasi Pengukuran Besi
Dengan Pereaksi Tiosianat dan 1,10 - Fenantrolin serta Gangguan
Beberapa Ion secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Makasar:
Universitas Hasanudin.
LAMPIRAN
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Provided by Hasanuddin University Repository
1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan 90245
Abstrak.Penelitian tentang optimasi pengukuran besi dengan pereaksi tiosianat dan1,10-fenantrolin serta gangguan
beberapa ion secara spektrofotometri sinar tampak yang telah dilakukan. Pada penelitian ini digunakan besi sebagai
kation yang akan berikatan dengan pereaksi tiosianat dan 1,10-fenantrolin membentuk kompleks. Metode yang
digunakan ada dua metode yaitu metode tiosianat dan metode 1,10-fenantrolin. Besi yang digunakan untuk metode
tiosianat adalah besi(III), sedangkan besi yang digunakan untuk metode 1,10-fenantrolin adalah besi(II). Analisis
dilakukan dengan metode spektrofotometri sinar tampak menggunakan alat spektronik 20D+ mulai dari penentuan
panjang gelombang maksimum, pH optimum, waktu maksimum, konsentrasi optimum pereaksi, kurva kalibrasi dan
pengaruh ion pengganggu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penyerapan energi sinar tampak yang optimum
dengan metode tiosianat pada panjang gelombang 460 nm, pH 2, waktu stabil 15 menit, sedangkan untuk metode
1,10-fenantrolin pada panjang gelombang 510 nm, pH 4, waktu stabil selama dua bulan. Ion Ni(II) dan Cd(II)
mengganggu pembentukan kompleks Fe(II)-1,10-fenantrolin dan kompleks Fe(III)SCN-, sedangkan Cr(III)
berkompetisi dengan Fe(II) pada pembentukan kompleks dengan 1,10-fenantrolin dan tiosianat menunjukkan bahwa
Cr(III) menggunakan analisis besi pada rentang konsentrasi Cr(III) yang luas.
Abstract.Research on optimization measurement of Iron with thiocyanate reagent and 1,10-phenantrholine and the
disorders of multiple ion with visible spectrotometry has been done. In this study used iron as cation that will bind to
thiocyanate reagent and 1,10-phenantrholine form complexes. The are two methods method used in this study that
was thiocyanate method and 1,10-phenantrholine method. Iron used in thiocyanate method was Iron(III), while iron
used in 1,10-phenantrholine was iron(II). The analysis was performed by visible spectrotometry method used
spektronik 20D+ to determine the maximum wavelength, pH optimum, time maximum, optimum concentrations of
reagents, calibration curves and ion inhibitor effect. The results showed that the optimum absorption of visible light
energy with thiocyanate method at a wavelength of 460 nm, pH 2, stable at minutes 15 th, whereas 1,10-phenantrholine
method at wavelength of 510 nm, pH 4, and stable for two months. Ion Ni(II) and Cd(II) interfere the formation of
Fe(II)-1,10-phenantrholine complex and complexes of Fe(III)SCN-, while Cr(III) compete white Fe(II) in the fermed
of complexes with 1,10-phenantrholine and thiocyanate it was showed that Cr(III) interfere the analysis of iron whit
phenantrholine method in wide distance concentration of Cr(III).