INDONESIA
Oleh
DADAN GUSTIANA
NIM 1111048000035
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ANALISA KASUS PT. MONAGRO KIMIA DALAM PUTUSAI\I
Skripsi
0leh:
Dadan Gustiana
1111048000035
Pembimbing I
JAKAR'TA
1436 rU2015 M
PENGESAIIAN PAI\IITIA UJIA}I
Skripsi berjudul AITALISA KASUS PT. MONAGRO KIMIA DALAM PUTUS$I M.A..
15 September 2015
PANITIA UJIAN
lil
LEMBAR PERNYATAAI\
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (Sl) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini plagiat, maka saya bersedia
Dadan Gustiana
lv
ABSTRAK
Kata Kunci: sengketa pajak, surat ketetapan pajak, hak wajib pajak.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha
Mendengar, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs H Asep Syarifuddin Hidayat SH MH., dan Drs Abu Thamrin SH
M.Hum., Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.
3. H. Zoebir Laini, SH., dan Nur Habibi, SH.I, M.H., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukan dalam
memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membangun penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dedy Nursamsi SH., M.Hum., selaku dosen penasihat akademik yang telah
memberikan nasihat dan arahan selama penulis menimba ilmu.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi
ilmu pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis.
6. Staff Tata Usaha Universitas Islam Negeri Jakarta selaku yang telah memberi
kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan kedua orang tuaku
ayah dan ibu tercinta Dr. Ahdi Heryadi dan Supiyah, yang telah memberikan
segala dukungan dan dorongan baik materil maupun immateril serta doanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.
vi
8. Adik Maspufah Dwi Heryani dan Muhammad Ihsan yang telah memberikan
dukungan untuk menyelesaikan studi S1.
9. Seluruh keluarga besar Bentong Residence (BR), Ilyas Aghnini, Andrio,
Idham Katiasan, Rudi Hartono, Kurnia Aliftiorono, Rifki Alpiandi, Febyo
Hartanto, Syawal Ritonga, Lisanul Fikri, Nevo Amaba, Ian Nurdiansyah,
Bara Muhammad, Muhammad Iqbal, Angga Ariyana terima kasih atas
dukungan dan pengalaman yang telah diberikan selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum angkatan
2011, khususnya Ilyas, Kuarnialif, Syawal, dan lain-lain, terimakasih atas
segala bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum angkatan
2011, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan selama
ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka.
Amin.
Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang
berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Dadan Gustiana
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul Skripsi........................................................................................................i
Lembar Pengesahan Pembimbing.....................................................................ii
Lembar Pengesahan Panitia...............................................................................iii
Lembar Pernyataan ............................................................................................iv
Abstrak.................................................................................................................v
Kata Pengantar ...................................................................................................vi
Daftar Isi ..............................................................................................................ix
Daftar Tabel.........................................................................................................xi
Daftar Gambar ....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...........................6
C. Tujuan dan Mafaat Penelitian .....................................................7
D. Tinjauan Terdahulu .....................................................................7
E. Kerangka Teoritis........................................................................8
F. Kerangka Konseptual ..................................................................12
G. Metode Penelitian........................................................................13
H. Sistematika Penulisan .................................................................17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................74
B. Saran............................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................78
LAMPIRAN.........................................................................................................81
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1................................................................................................................42
Tabel 1.2................................................................................................................42
Tabel 1.3................................................................................................................50
Tabel 1.4................................................................................................................51
Tabel 1.5................................................................................................................53
Tabel 1.6................................................................................................................59
Tabel 1.7................................................................................................................61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1...............................................................................................................45
Gambar 2...............................................................................................................46
Gambar 3...............................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
secara betahap, peningkatan penerimaan pajak progresif yang adil dan jujur,
jajahan, misalnya pada jaman tanam paksa, pajak dipungut dalam bentuk
1
Mardiasmo, Pepajakan Edisi Revisi 2011 Cetakan IV, (Jogyakarta : Andi, 2011), h. 21.
1
2
besumber dari sektor minyak bumi dan gas alam.3 Namun, mengingat sifat
dari sumber daya alam tersebut yang tidak dapat diperbarui, dan minyak bumi
dan gas alam yang tidak menentu, maka sebaiknya pemerintah mengubah
utama.
Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Ekspor dan pajak lainnya. Sampai
tahun 1967, sistem yang dipakai adalah sistem official assessment. Namun
2
Abdul Jabar Yousoef, Kunci Surveyor Membidik Perkembangan Industri Domestik
Meningkatkan Penerimaan Pajak dan Royalti Cetakan Pertama, (Bandung : Elex Kompas
Gremedia, 2013), h 3
3
B. Boediono, Perpajakan Indonesia Cetakan I, (Jakarta : Diadit Media, 2006), h. 6
3
meningkatkan peran aktif wajib pajak, maka pada tahun 1983 pemerintah
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan Undang-Undang nomor
pembangunan nasional.
masyarakat wajib pajak sendiri, pemerintah dalam hal ini parat pajak
perpajakan,
4
Mardiasmo, Pepajakan, Edisi Revisi 2011, Cetakan Keenam, h. 13-14.
4
(self assessment).
dipungut pemerintah pusat atau merupakan pajak negara yang berasal dari
pendapatan rakyat. Dari berbagai jenis pajak penghasilan yang ada, Pajak
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Pasal 21.
ternyata masih kurang dipahami dan belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh
pajak. Wajib pajak sering datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib
perselisihan antara wajib pajak dengan pihak pemotong pajak serta dalam
baru.
dengan sengketa pajak di Indonesia, yaitu kasus pajak kurang bayar PPh 21
/ 10 / 2012. Atas dasar Pasal 8 ayat (2A) Undang – Undang Nomor 6 Tahun
6
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, terhadap wajib pajak dikenai
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
2006.
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang akan penulis bahas tidak terlalu meluas sehingga dapat
2. Perumusan Masalah
perusahaan outsourcing ?
PJK / 2013 ?
7
1. Tujuan Penelitian
dalam negeri.
2. Manfaat Penelitian
khasanah ilmu pengetahuan dalam Hukum Bisnis, agar penelitian ini dapat
D. Tinjauan Terdahulu
8
yang sudah dilakukan, baik yang berupa skripsi, tesis, ataupun penelitian-
Penerimaan PPh Pasal 21 (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Timur)”
Perpajakan” penerbit Elex Jakarta tahun 2011. Pada buku tersebut diuraikan
bagaimana pendoman sistem pemungutan pajak, etika wajib pajak, serta teori
sengketa perpajakan.
E. Kerangka Teoritis
variable pemikiran yang satu dengan yang lain berdasarkan teori-teori yang
dapat berupa teori yang sudah teruji secara objektif maupun pengertian atau
9
definisi yang di ambil dari asumsi beberapa ahli, dengan demikian tidak
skripsi ini.
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
5
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono, Hukum Pajak Material 1 Seri Pajak
Penghasilan, Cetakan Pertama. (Jakarta : Salemba Humanika, 2011), h. 2.
6
Erly Suandy, Hukum Pajak Edisi 5, Cetakan Pertama.. (Jakarta : Salemba Empat, 2011),
h. 8.
10
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
1. Teori Asuransi
Dalam teori ini mengatakan bahwa pajak diibaratkan sebagai
suatu premi asuransi yang harus dibayar oleh setiap orang karena
tidak sesuai dengan kenyataan, dan juga tidak sesuai dengan sifat-sifat
pajak. Kelemahan dari teori ini adalah bahwa premi yang dibayarkan
pikul adalah kekuatan seseorang untuk memeikul suatu beban dari apa
7
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8, Buku 1.(Jakarta : Salemba Empat,
2014) h. 15.
11
3. Teori Kepentingan
memungut pajak adalah atas dasar ajaran hak mutlak negara untuk
bayar.8
sebenarnya uang yang berasal dari rakyat kembali lagi kepada rakyat
8
Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Pendoman Perpajakan Yang lengkap
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 11.
9
P.N.H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta : Djembatan,
2009), h. 28.
12
kewajiban mutlak, antara lain pajak yang tidak dapat ditawarkan lagi.
F. Kerangka Konseptual
10
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
(Jakarta : BIP, 2007), h. 13.
11
Abdul Azis Wahab, Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung :
Alfabeta, 2012), h. 28.
13
badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk
Organisai yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan
lainya.14
G. Metode Penelitian
12
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan Pertama, (Jakarta : PT Raja Gravindo
Persada, 2004),h. 26.
13
Mardiasmo, Pepajakan Edisi Revisi 2011, Cetakan Keempat, h. 5
14
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1).
14
2. Pendekatan Masalah
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 43.
16
Peter Mahmud Marzuki , Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketujuh, (Jakarta,
Kencana, 2011), h. 57
17 Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Bayumedia Publising, 2007), h.300
Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
3. Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang tidak diperoleh dari sumber pertama yang bisa diperoleh dari
harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya. Data sekunder dalam
artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet. yang
5. Metode Penulisan
H. Sistematika Penulisan
prakata, Abstract, daftar isi, serta daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri
atas :
BAB I Pendahuluan
penghasilan
18
di Indonesia
pribadi.
Dalam bab ini berisi pembahasan dan analisa data yang berusaha
574/BPJK/2013
BAB V Penutup
Dalam bab ini akan di uraikan kesimpulan sebagai hasil akhir dari
DI INDONESIA
1. Definisi Pajak
Melalui definisi pajak, dapat diketahui gambaran umum tentang pajak dan
pajak setidaknya akan diperoleh pemahaman awal tentang pajak itu sendiri.
Terdapat beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para sarjan diantaranya
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan “surlpus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
1
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8, Buku 1. (Jakarta : Salemba Empat, 2014),
h. 1.
19
20
directe dissimulee, que la puissance publique exige des habitans ou des bies pur
langsung maupun tidak langsung, dalam hal ini dipaksakan oleh kekuasaan
publik dari penduduk atau dari barang untuk menutupi biaya pembelanjaan
pemerintah.”)2
Dalam definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli tersebut lima
Dari kelima unsur yang harus dipenuhi dalam pengertian pajak, dan
sesuai dengan perumusan serta fungsi dalam mencapai sasaran di bidang sosial
2
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8, Buku 1, h. 1.
3
Erly Suandy, Hukum Pajak Edisi 5, Cetakan Pertama, (Jakarta : Salemba Empat, 2011), h.
7-8.
21
imbalan yang diberikan secara langsung (umum) oleh pemerintah, gunanya untuk
negara dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengatur di bidang sosial
ekonomi.4
pemungutan pajak yang di sebut “ The Four Maxim’s”, yang terdiri dari :
para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula, yang dilakukan
4
Erly Suandy, Hukum Pajak Edisi 5, Cetakan Pertama, (Jakarta : Salemba Empat, 2011), h. 7.
22
waktu atau asas kesenangan): Pajak harus dipungut pada saat yang tepat
Undang-undang dasar tahun 1945, yang berbunyi “Segala pajak untuk keperluan
Ketiga Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
5
Ida Zuraida dan L.Y. Hari Sih Advianto, Penagihan Pajak Pajak Pusat dan Pajak daerah.
(Jakarta : Global Indonesia. 2011), h. 16.
23
Selain pasal 23 ayat (2) UUD tahun 1945 dan pasal 23 A perubahan ke
tiga UUD Republik Indonesia tahun 1945, masih ada dua ketentuan yang harus
tidak mungkin berlaku sebelum hasil penambahan atau hasil perubahan undang-
4. Pengadilan Pajak
yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak. Dimana yang dimaksud sengketa
pajak adalah sengketa yang timbul dibidang perpajakan antara wajib pajak
6
Maria Farida Indrianti S, Ilmu Perundang-undangan 1, (Jakarta : Kansius, 2010), h. 4
7
Muhammad Rusjdi, KUP (Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan) Edisi Keempat,
(Jakata : Indeks, 2007), h. 8.
24
dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan pajak. Itu termasuk
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Susunan Pengadilan Pajak terdiri atas:
sendiri terdiri dari seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 5 orang Wakil Ketua.
Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, secara tegas
5. Ketetapan Pajak
8
Tjia Siauw Jan, Pengadilan Pajak : Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak, Cetakan Pertama, (Bandung : Alumni 2013), h. 85.
9
Y. Sri Pudyatmoko, Pengadilan dan Penyelesaian Sengketa di Bidang Pajak, Edisi Revisi,
Cetakan Pertama, (Jakarta : Gramedia 2009), h. 51.
25
“Setiap WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan.”.
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada wajib pajak tertentu
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Dimana fungsi
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah salah satu jenis pelunasan
PPh dalam tahun berjalan, melaui pemotongan oleh pihak ketiga (yaitu pemberi
26
kerja atau bendaharawan pemerintah atau dana pensiun atau badan lain atau
dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak bersangkutan, kecuali
PPh sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak orang pribadi, pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium,
2008.
10
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8, Buku 1, (Jakarta : Salemba Empat, 2014),
180
27
Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak
penerimaan penghasilan melalui pemotongan atau pungutan pajak oleh pihak lain
memotong PPh. Pada saat memberikan penghasilan kepada Wajib Pajak tersebut
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), termasuk
11
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26
28
pajak atau kredit pajak bagi Wajib Pajak yang dipotong. Pemotong pajak
ke kas negara melalui bank persepsi (bank yang ditunjuk menerima pembayaran
bukti potong dan pembayaran pajak tersebut ke kantor pelayanan pajak tempat
pemotong pajak terdaftar. Bukti potong yang dipergunakan oleh Wajib Pajak
bukti potong oleh pemotongan pajak. Pembayaran pajak selekasnya pada saat
diperolehnya penghasilan sesusai dengan asas ”pay as you earn”, yaitu bayarlah
12
Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono, Hukum Pajak Material 1 Seri Pajak Penghasilan,
Cetakan Pertama, (Jakarta : Salemba Humanika, 2011), h. 119
29
Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
kewajiban wajib pajak. Keberadaan wajib pajak orang pribadi dakan negeri
timbul tentunya tidak dapat dilepaskan dari sistem yang berlaku. Karena sistem
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka hak-hak dan
Hak-hak yang melekat pada wajib pajak orang pribadi dalam negeri pada
dasarnya sama dengan hak-hak wajib pajak pada umumnya. Adapun hak-hak
13
Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya. KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Direktorat Penyuluhan, Pelayanan,
dan Hubungan Masyarakat. 2013 Nomor: PJ.091/PPh/UU/001/2013-00
14
Mardiasmo, Pepajakan Edisi Revisi 2011 Cetakan VI, (Jogyakarta : Andi, 2011), h. 21
30
Pajak (KPP) memiliki data dan atas data tersebut dilakukan pemeriksaan
Restitusi
Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan disebutkan bahwa apabila dalam
15
Mardiasmo, Pepajakan Edisi Revisi, Cetakan Keenam, (Yogyakarta : Andi, 2011), h. 157.
16
B. Boediono, Perpajakan Indonesia, (Jakarta : Diadit Media, 2001), h. 96.
31
permohonan restitusi yang disertakan ada STP adalah tanggal ketika STP
mendapat restitusi paling lambat satu bulan setelah jangka waktu 12 bulan
terbitkan SKPLB.17
Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan, wajib pajak dapat mengajukan
keberatan secara tertulis atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Surat Ketetapan Pajak Nihil dan pemotonga atau pemungutan oleh pihak
Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan, wajib pajak
17
http://www.pajak.go.id/content/article/restitusi-pengembalian-pendahuluan-pajak-
kemudahan-administrasi-ataukah-loophole di akses tanggal 23 April 2015
32
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan,
Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak adalah kewjiban awal bagi setiap
KPP di tempat wajib pajak berdomisili, atau bertempat tinggal bagi wajib
18
B. Boediono, Perpajakan Indonesia Cetakan I, h. 97.
19
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 1, h. 23.
33
Setiap wajib pajak menambil sendiri SPT, mengisi dengan benar, jelas,
pengisian melalui web dirjen pajak atau dengan cara lain yang diatur dengan
terutang terdapat kemungkinan kurang bayar, nihil atau lebih bayar. Apabila
kurang bayar, maka wajib pajak harus melunasi kekuarangan tersebut paling
lambat 1 (satu) bulan pajak atau bagian bulan pajak berakhir, atau sebelum
20
Mahirot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Formal, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), h. 55.
34
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Hal
d. Menyelenggarakan Pembukuan
Direktur Jendral Pajak No. KEP 536/PJ/2000, dan wajib pajak orang pribadi
21
Thomas Sumuran, Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak Cetakan I, (Jakarta :
Indeks, 2013), h. 63.
35
a. Banding
hukum lanjutan yang diajukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak.
banding (beroep) tidak sama persis dengan upaya hukum banding pada
b. Gugatan
22
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta : PT Raja Gravindo Persada,2004), h. 78
23
Tjia Siauw Jan, Pengadilan Pajak : Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak, Cetakan Pertama (Bandung : Alumni 2013), h. 97.
36
hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak
c. Peninjauan kembali
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yakni dari Pasal
dapat dilakukan baik oleh pihak penggugat atau pembanding, maupun oleh
peninjauan kembali yang diajukan oleh pihak tergugat atau terbanding, pihak
Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Tata Cara
24
Tjia Siauw Jan, Pengadilan Pajak : Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib, h.
99.
37
2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, wewenang aparat
25
Wewenang Aparat Pajak : http://pandupajak.org/literasipajak.php?page=detail-
artikel&id=681 di akses tanggal 23 April 2015
38
2) Pemeriksaan lapangan
Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Umum
Pajak berdasarkan pasal 13, ayat 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar
berdasarkan pasal 15, Surat Ketetapan pajak Nihil Berdasarkan pasal 17A
b. Melakukan Penyidikan
Ketentuan dan Tata Cara Umum Perpajakan, Pejabat Pegawai Negeri Sipil di
Tagihan pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
26
B. Boediono, Perpajakan Indonesia, (Jakarta : Diadit Media, 2001), h. 108
39
penagihan pajak.
4) Melayani wajib pajak dalam mengajukan pembetulan atas SPT yang telah
disampaikan;
kepada yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaan-nya untuk
28
Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009
BAB III
MONAGRO KIMIA
A. Posisi Kasus
atau swasta, yang begerak dalam bidang pupuk dan pangan ternak, dalam
terbilang (Delapan Miliar Tujuh Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Delapan
Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Empat Puluh Enam Rupiah).
Pajak Penanaman Modal Asing Satu (KPP PMA I) pada tanggal 13 Juli 2007
dan diterima oleh kantor KKP PMA I. Sebelumnya KPP PMA I menerbitkan
meliputi semua jenis pajak. Pada tanggal 11 Agustus 2008 hasil yang
41
42
KIMIA memiliki perbedaan atau selisih dalam penghitungan PPh 21nya pada
Tabel 1.1
Tabel 1.2
menghadiri diskusi dengan peneliti / fiskus pajak. Hal tersebut pun telah
5 Juni 2009, yang terima pada tanggal 23 Juni 2009 oleh pihak yang terkait
diskusi terlebih dahulu, hasil ini dinggap telah menyalahi aturan yang ada
44
oleh PT. MONAGRO KIMIA sebagaimana hukum tidak berjalan sesuai yang
diharapkan.
2012
seusai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yaitu dengan banding. Sesuai dengan pasal 36 ayat (4)
membayar 50% (lima puluh persen) dari utang pajaknya sebagai prasayarat
dan dialokasikan pada KPP PMA I Jakarta dan KPP Madya Tangerang.
45
Gambar 1.1
Disini pengadilan pajak menjawab hasil dari analisa tersebut dinyatakan tidak
3.497.139.472 terbilang (Tiga Miliar Empat Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta
Seratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Empat Ratus Tujuh Puluh Dua Rupiah).
pihaknya mengajukan banding atas koreksi pada DPP PPh Pasal 21 sebesar
Terbanding atas DPP PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp. 3,497,139,472 yang
Pemohon Banding terdaftar yaitu KPP PMA I, KPP Madya Tangerang dan
Gambar 1.2
Alasan Pemeriksa / Fiskus dalam Persidangan Pajak Berdasarkan Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (“SPHP”) Nomor: PHP-PSL-
418/WPJ.07/WPJ.07/ KP.0205/2008 tanggal 30 Juni 2008
Jakarta adalah Rp. 2,159,779,821 terbilang (Dua Miliar Seratus Lima Puluh
Sembilan Juta Tujuh Ratus Tujuh Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Dua
1,337,359,651 tebillang (Satu Miliar Tiga Ratus Tiga Puluh Tujuh Juta Tiga
Ratus Lima Puluh Sembilan Ribu Enam Ratus Lima Puluh Satu Rupiah) dan
Banding tidak dapat mengetahui rincian DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp.
47
21 di SPT PPh badan dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan tidak dapat
membuktikan bahwa rincian biaya yang bukan merupakan obyek PPh Pasal
adalah obyek PPh Pasal 21 yang dikoreksi oleh Pemeriksa / Fiskus, sebagai
PPh Pasal 21 di SPT PPh badan dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 serta
tidak dapat membuktikan bahwa rincian biaya yang bukan merupakan obyek
dianggap tidak adanya bukti perhitungan objek PPh 21 yang dimasukan dan
Pajak, bekedudukan di Jalan Jendral Gatot Subroto No. 40-42 Jakarta, dalam
Jendral Pajak.
Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 40-42 Jakarta. Melawan PT. MONAGRO
Muda Kav V-TA Pondok Indah, Jakarta 12310, yang menggunakan hakya
untuk Tahun Pajak 2006 yang menunjukkan posisi lebih bayar sebesar Rp.
Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu (“KPP PMA I”) pada tanggal
13 Juli 2007.
surat ketetapan pajak atas semua jenis pajak. Salah satu dari ketetapan pajak
tanggal 11 Juli 2008. Berikut perincian atas pajak kurang bayar yang di
Tabel 1.3
SKPKB (Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar) PPh Pasal 21 dengan tabel
(“SSP”) ke Kas Negara degan cara mengangsur pada tanggal pada tanggal 11
Agustus 2008 sejumlah Rp. 684,290,573 dan pada tanggal 15 Oktober 2008
Rp.684,290,573, terbilang (Enam Ratus Delapan Puluh Empat Juta Dua Ratus
Sembilan Puluh Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga Rupiah). Setelah itu
tanggal 11 Juli 2008 tersebut. Oleh karena itu, PT. MONAGRO KIMIA
2008 yang diterima oleh KPP PMA I pada hari yang sama.
Tabel 1.4
/ 2009 tanggal 21 April 2009 yang Pemohon Banding terima pada tanggal 29
S-4575 / PJ.0711 / 2009 tanggal 5 Juni 2009, yang Pemohon Banding terima
pada tanggal 23 Juni 2009 dan Pemohon Banding dapat menghadiri undangan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 Nomor: 00042 / 201 / 06 /
pada Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 (“DPP PPh Pasal 21”)
Nomor: 00042 / 201 / 06 / 052 / 08 tanggal 11 Juli 2008 Tahun Pajak 2006.
rincian biaya yang bukan merupakan obyek PPh Pasal 21 Tahun 2006,
pada DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 2,159,779,821 dengan alasan SPHP, total
koreksi Terbanding atas DPP PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp. 3,497,139,472
Juli 2008.
Tabel 1.5
Banding lakukan berdasarkan pendekatan nilai total DPP PPh Pasal 21.
54
Berikut ini equalisasi PPh Pasal 21 yang Pemohon Banding buat dengan
Gambar 1.3
di SPT Tahunan PPh Badan atas biaya housing subsidy sehingga biaya
dibatalkan.
Dari Objek PPh Pasal 21 cfm yang di periksa oleh pemeriksa sebesar
material, terdapat perbedaan rincian biaya yang bukan objek PPh Pasal 21
aslinya.” Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta
diperintahkan mempertunjukkannya.
banding di Pengadilan Pajak nyata-nyata telah salah dan keliru serta tidak
legem), khususnya dalam bidang perpajakan. Oleh karena itu maka Putusan
dihitung kembali menjadi Rp. 818.534.430 adalah sudah tepat dan benar.
dipihak yang kalah, maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara
MA Nomor. 574/BPJK/2013
suku kata out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan kerja, tanggung
jawab dan keputusan kepada orang lain. Outsourcing dalam bahasa Indonesia
berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya dapat
pekerja/buruh.
1. Pemborongan pekerjaan
59
60
dan fee yang dikenakan oleh vendor adalah rupiah per satuan kerja
buruh, dimana pekerja / buruh dikontrak oleh perusahaan penyedia jasa dan
outsourcing-nya.
1. Upah minimum
Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
Oleh karena itu, sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor:
SE-05 / PJ.53 / 2003, outsourcing tidak masuk kedalam jenis barang dan jasa
yang tidak dikenakan PPN, sehingga wajib membayar PPN. Dasar pengenaan
pajak adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta oleh vendor outsourcing
kepada perusahaan termasuk tagihan atas upah dan perjanjian dari sistem
termasuk jasa lain yang dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen)
dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Lebih lanjut dalam Surat Edaran
pekerjaan yang dibayarkan oleh penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja
Berdasarkan peraturan diatas, maka jumlah bruto yang dimaksud adalah jasa
1
M.Nur Rianto Al Arif, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonimi Islam
dan Ekonomi Konvensional, Cetakan Pertama, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 26.
63
PPh Pasal 23 yang harus dipotong 2% dari manajemen fee: (Rp 1.000 x 2%)
= Rp 20 jadi jumlah yang dibayarkan setelah dipotong PPh Pasal 23: (Rp
Pencatatannya adalah:
Beban : Rp 11.000
Kas : Rp 12.080
sebagai pengguna jasa hanya memotong PPh Pasal 23 atas Fee yang ditagih
atas Tagihan Salary ditambah Fee. Seperti contoh diatas maka pembayaran
di SPT Tahunan PPh Badan atas biaya housing subsidy sehingga biaya
Pasal 21.
Gambar 1.3
rekonsiliasi PPh Pasal 21, dari penjelasan PT. MONAGRO KIMIA di atas,
maka koreksi pada DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 2,159,779,821. Terbilang
(Dua Miliar Seratus Lima Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Tujuh Puluh
Sembilan dan Delapan Ratus Dua Puluh Satu Rupiah) Masuk kedalam
benar dikarenakan bukti terkait kontrak kerja yang di adakan dalam sidang
PPh Pasal 21 di SPT PPh badan dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan tidak
dapat membuktikan bahwa rincian biaya yang bukan merupakan obyek PPh
2009 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
(Delapan Ratus Delapan Belas Juta Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu
Empat Ratus Tiga Puluh Rupiah), menurut penulis adalah sudah tepat dan
Rp. 1.774.878.360 terbilang (Satu Miliar Tujuh Ratus Juta Tujuh Puluh
Empat Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu dan Tiga Ratus Enam
Puluh Rupiah) tidak dapat dibenarkan, serta hakim menimbang selama proses
Juni 2009, yang terima pada tanggal 23 Juni 2009 oleh pihak yang terkait
diskusi terlebih dahulu, hasil ini dinggap telah menyalahi aturan yang ada
68
oleh PT. MONAGRO KIMIA sebagaimana hukum tidak berjalan sesuai yang
diharapkan.
salah dan keliru serta tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
2
Dalam kamus hukum berarti Hakim yang menentukan suatu perkara layak diperiksa
atau tidak
3
Dalam kamus hukum berarti “tersebut”. Perkara a quo berarti perkara tersebut, perkara
yang sedang diperselisihkan.
69
dengan ini merupakan hasil dari kesalahan hitung atau SPT Tahunan,
mungkin terdapat kekeliriuan atau kesalahan dalam pengisian dari pihak PT.
MONAGRO KIMIA dalam perihal pajak PPh 21, sistem penerapan dari
sistem self assesment dari PT. MONAGRO KIMIA kurang tepat dalam
bunga berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (2a) Undang-Undang Ketentuan
Umum Perpajakan.
akan selalu berusaha untuk mengelak dari pembayaran pajak. Oleh karena itu,
dalam sistem self assessment ini keberadaan basis data perpajakan yang
lengkap dan akurat sangat penting bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
penyetoran dan pelaporan pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
sudah benar. Apabila diketahui masih salah, maka data tersebut akan
kembali atau PT. MONAGRO KIMIA yang sebelumnya di saat banding atau
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak 2006
tersebut. Dengan kata lain PT. MONAGRO KIMIA tidak ingin merelakan
KIMIA sendiri.
memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak
adalah merupakan dzakat dalam islam sama halnya dengan baitulmal pada
zaman Rasulullah SAW, maka dari itu jagalah salah satu jalan tersbut agar
terhindar dari yang batil untuk memakan harta sesamanya apabila dipungut
tidak sesuai aturan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat
29:
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
Adapun dalil secara khusus yang mengancam apabila pajak tidak dipungut
dengan benar, karena pajak merupakan suatu kewajiban seperti halnya dzakat
pembayaran pajak berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (2a) dan pasal 18
72
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
penagihan pajak”
pasal 19 ayat (1) dan (2) “Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang
dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh
masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari
(dua persen) perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian
yang dilakukan oleh hakim sebagai akhir dari penyelesaian sengketa pajak
73
hakim.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengguna jasa hanya memotong PPh Pasal 23 atas gaji karyawan (Fee)
harus dapat dibuktikan dengan kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji,
sanksi bunga berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (2a) Undang-Undang
74
75
bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
keberatan tidak menunda tindakan penagihan, akan tetapi wajib pajak bisa
wajib pajak tidak perlu untuk melunasi dahulu utang pajaknya. Di tingkat
B. Saran
sebagai berikut:
76
kewajibannya.
perubahan atau peraturan yang baru/up to date. Hal ini bisa dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
B. Ilyas. Wirawan, dkk. Hukum Pajak Material 1 Seri Pajak Penghasilan, Cetakan
Pertama. Jakarta : Salemba Humanika, 2011
Eceng, dkk. Etika Bisnis dalam Perpajakan Edisi 1, Cetakan Ke-2. Jakarta :
Universitas Terbuka, 2010
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 1, Cetakan Pertama. Jakarta :
Salemba Empat, 2014
Siauw Jan, Tjia. Pengadilan Pajak : Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak, Cetakan Pertama, (Bandung : Alumni 2013)
Suandy, Erly. Hukum Pajak Edisi 5, Cetakan Pertama. Jakarta : Salemba Empat,
2011
Sumuran, Thomas. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta : Indeks,
2013
Zuraida, Ida. dkk. Penagihan Pajak Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Jakarta: Graha
Ilmu, 2011
Ikatan Akuntan Indoesia, Standar Akuntansi Keuangan Per Juli 2009. Jakarta :
Salemba Empat, 2009
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
http://www.pajak.go.id/content/article/restitusi-pengembalian-pendahuluan-pajak-
kemudahan-administrasi-ataukah-loophole.
http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-penetapan-dan-ketetapan-pajak.
http://rumuslengkap.com/rumus-penting/tarif-pajak-penghasilan-pph-21-dan-contoh-
perhitungannya/
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN
Nomor 547/B/PK/PJK/2013
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Latar Belakang
Bahwa berikut ini latar belakang pengajuan banding atas Keputusan Terbanding Nomor:
KEP-695/PJ.07/2009 tanggal 1 September 2009;
Bahwa PT Monagro Kimia (selanjutnya disebut sebagai Pemohon Banding) telah
menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan Pembetulan ke-1 untuk Tahun Pajak 2006
yang menunjukkan posisi lebih bayar sebesar Rp8,738,888,746. SPT Tahunan PPh
Badan tersebut diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu
(“KPP PMA I”) pada tanggal 13 Juli 2007;
Bahwa atas SPT Tahunan PPh Badan tersebut, KPP PMA I menerbitkan Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak (“SP3”) Nomor: PRINT-PSL-330/WPJ.07/ KP.0205/2007 tertanggal
30 Mei 2007 dengan tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Tahun Pajak 2006 yang meliputi semua jenis pajak;
Bahwa sebagai hasil dari pemeriksaan tersebut, KPP PMA I menerbitkan surat
ketetapan pajak atas semua jenis pajak. Salah satu dari ketetapan pajak tersebut adalah
SKPKB PPh Pasal 21 Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008 dengan
perincian sebagai berikut:
gung In
Bahwa atas kekurangan pembayaran pajak sebagaimana tercantum di SKPKB PPh Pasal
21 tersebut, Pemohon Banding telah melunasinya melalui Surat Setoran Pajak (“SSP”)
ke Kas Negara pada tanggal pada tanggal 11 Agustus 2008 sejumlah Rp. 684,290,573
dan pada tanggal 15 Oktober 2008 Rp.684,290,573,00;
Bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan hasil pemeriksaan sebagaimana
tercantum di SKPKB PPh Pasal 21 Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli
2008 tersebut. Oleh karena itu, Pemohon Banding mengajukan keberatan ke KPP PMA
I pada tanggal 3 September 2008 melalui surat permohonan Nomor: MK/Sep-08/57
tertanggal 3 September 2008 yang diterima oleh KPP PMA I pada hari yang sama;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
gung
Bahwa perlu diketahui bahwa selama proses keberatan, Peneliti telah mengirimkan
undangan untuk diskusi dengan surat Nomor:S-3621/ PJ.0711/2009 tanggal 21 April
2009 yang Pemohon Banding terima pada tanggal 29 April 2009. Namun, dikarenakan
keterlambatan pengiriman undangan tersebut, Pemohon Banding tidak dapat menghadiri
diskusi dengan Peneliti. Hal tersebut pun telah Pemohon Banding sampaikan kepada
Peneliti;
Bahwa selanjutnya, Peneliti kembali mengirimkan undangan dengan surat Nomor:
S-4575/PJ.0711/2009 tanggal 5 Juni 2009, yang Pemohon Banding terima pada tanggal
23 Juni 2009 dan Pemohon Banding dapat menghadiri undangan Peneliti tersebut.
Namun undangan tersebut ternyata tidak untuk mendiskusikan materi keberatan
Pemohon Banding dan Pemohon Banding diminta untuk menandatangani Daftar Hasil
Akhir Penelitian Keberatan tanpa adanya diskusi terlebih dahulu;
Dasar Hukum
Bahwa sesuai dengan Pasal 27 Undang-Undang ( “UU”) Nomor: 9 Tahun 1994 stdd. UU
Nomor: 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan UU Nomor: 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Pemohon Banding mengajukan banding atas
keputusan Terbanding Nomor: KEP-695/PJ.07/2009 tanggal 1 September 2009 tentang
Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 Nomor:
00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008 Tahun Pajak 2006;
Pokok Permasalahan
Bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas koreksi pada Dasar Pengenaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 (“DPP PPh Pasal 21”) sebesar
Rp. 2,159,779,821 sebagaimana tercantum di SKPKB PPh Pasal 21 Nomor:
00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
gung
Alasan koreksi Terbanding:
1. Alasan koreksi menurut Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Bahwa berikut ini alasan koreksi Terbanding berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil
In
Pemeriksaan (“SPHP”) Nomor: PHP-PSL-418/WPJ.07/WPJ.07/ KP.0205/2008 tanggal
30 Juni 2008;
gung
Bahwa berdasarkan hasil perhitungan equalisasi, terdapat obyek pajak yang belum
dilaporkan sebesar Rp.3,497,139,472. Perhitungan selengkapnya sebagai berikut:
a. Koreksi PPh Pasal 21 pada SPT PPh Badan :
I. pada HPP
Direct Labor 4.798.499.621
Less: Pay OVH-Astek (126.995.948)
Salaries & Wages 1.156.861.604
Less: Pay OVH-Astek (20.116.805) 5.808.248.472
II.pada Biaya Usaha :
Salaries & Wages (selling) 5,979,392,945
Add: Salaries & Wages (allocated) 675,782,445
Less: Pay OVH-Astek (93,797,867)
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Less: Pay OVH-Insurance
Salaries & Wages (Gen & Adm)
(2,114,004)
2,777,620,965
Less: Pay OVH-Astek (75,812,815)
Less: Pay OVH-Insurance (11,834,802) 9,249,236,867
Management Incentives :
Management Incentives 960,240,664
Stock Appreciation (SOP) 1,990,356,385 2,950,597,049
Jumlah 18,008,082,388
b. Objek PPh Pasal 21 pada SPT PPh Ps. 21:
Pada KPP PMA Satu 8,906,274,371
Pada KPP Madya Tangerang 5,514,864,001
Pada KPP Tebingtinggi 89,804,543
Jumlah 14,510,942,915
Selisih (a-b) 3,497,139,473
Bahwa selisih tersebut diperhitungkan sebagai koreksi obyek pajak dan dialokasikan
pada KPP PMA I Jakarta dan KPP Madya Tangerang;
2. Alasan koreksi menurut Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan
Bahwa berikut ini alasan koreksi Terbanding berdasarkan Daftar Hasil Akhir Penelitian
Keberatan Nomor: BA-462/PJ.071/2009 tanggal 18 Juni 2009;
Bahwa Pemohon Banding tidak menyertakan bukti-bukti dan perhitungan equalisasi
antara biaya-biaya yang dimungkinkan menjadi obyek PPh Pasal 21 di SPT PPh badan
dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21;
Bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa rincian biaya yang bukan
merupakan obyek PPh Pasal 21 Tahun 2006 menurut Pemohon Banding sebesar Rp
3,715,337,532 adalah obyek PPh Pasal 21 yang dikoreksi oleh Pemeriksa;
Alasan Pemohon Banding:
Bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas koreksi pada DPP PPh Pasal 21
sebesar Rp. 2,159,779,821 dengan alasan sebagai berikut:
Bahwa berdasarkan SPHP, total koreksi Terbanding atas DPP PPh Pasal 21 adalah
sebesar Rp. 3,497,139,472 yang dialokasikan ke masing-masing tempat kedudukan /
KPP di mana perusahaan Pemohon Banding terdaftar yaitu KPP PMA I, KPP Madya
Tangerang dan KPP Tebing Tinggi. Terbanding mengalokasikan besarnya DPP PPh
Pasal 21 menurut Terbanding berdasarkan persentase DPP PPh Pasal 21 sebagaimana
tercantum pada SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang Pemohon Banding laporkan ke
masing-masing KPP.
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka koreksi untuk kantor Jakarta adalah Rp.
2,159,779,821, koreksi untuk kantor Tangerang adalah Rp. 1,337,359,651 dan koreksi
untuk kantor Tebing Tinggi adalah nihil;
gung
Catatan: Sampai saat surat ini Pemohon Banding buat, hanya KPP PMA I yang
menerbitkan SKPKB PPh Pasal 21 atas koreksi sebesar
Rp. 2,159,779,821 tersebut.
Bahwa dikarenakan Terbanding mengalokasikan besarnya DPP PPh Pasal 21 menurut
Terbanding berdasarkan sistem persentasi, maka Pemohon Banding tidak dapat
mengetahui rincian DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 11,066,054,192, Rp. 6,852,223,652,
Rp. 89,804,543 yang dialokasikan Terbanding ke kantor Jakarta, kantor Tangerang dan
kantor Tebing Tinggi. Dengan demikian, maka argumentasi Pemohon Banding akan
Pemohon Banding lakukan berdasarkan pendekatan nilai total DPP PPh Pasal 21;
Bahwa berikut ini equalisasi PPh Pasal 21 yang Pemohon Banding buat dengan
menggunakan pendekatan nilai total tersebut;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
gung In
Penjelasan:
• Pembayaran ke PT Adikarindo
Republik
Bahwa pembayaran ke PT Adikarindo sebesar Rp.2,952,510,717 (Rp.2,717,850,181 +
Rp. 234,660,536) merupakan pembayaran atas jasa penyalur tenaga kerja (outsourcing)
dan Pemohon Banding telah memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran tersebut.
Dikarenakan tenaga kerja yang disalurkan merupakan karyawan PT Adikarindo
sehingga Pemohon Banding tidak mempunyai kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21
atas pembayaran gaji dan THR tersebut.
• Housing subsidy
Bahwa Pemohon Banding telah membuat koreksi fiskal di SPT Tahunan PPh Badan
atas biaya housing subsidy sehingga biaya tersebut harus dikeluarkan dari rekonsiliasi
PPh Pasal 21;
• Salaries allocated
bahwa salaries allocated merupakan biaya penyesuaian atas total pembayaran gaji yang
Pemohon Banding lakukan sehingga harus diperhitungkan di rekonsiliasi PPh Pasal 21;
• Jamsostek JKM dan JKK
Bahwa Terbanding seharusnya memperhitungkan pembayaran Jamsostek untuk JKM
dan JKK sebesar Rp. 67,552,848 (Rp. 58,600,812 + Rp. 8,952,036) di rekonsiliasi PPh
Pasal 21 sehingga Pemohon Banding menambahkannya ke dalam rekonsiliasi PPh Pasal
21;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, maka koreksi pada DPP PPh
Pasal 21 sebesar Rp. 2,159,779,821 harus dibatalkan;
Menimbang, bahwa amar putusan Pengadilan Pajak tanggal 28 Juni 2012
No. Put. 38985/PP/M.IV/10/2012 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah
sebagai berikut :
Mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-695/PJ.07/2009 tanggal 1 September 2009
tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 21
Tahun Pajak 2006 Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008, atas nama : PT.
Monagro Kimia, NPWP : 01.061.671.2-052.000, Alamat korespondensi : Wisma
Pondok Indah 2 Lantai 6, Jl. Sultan Iskandar Muda Kav V-TA Pondok Indah, Jakarta
12310, Alamat Keputusan : Gedung Sentra Mulia Lantai 7, Jl. HR Rasuna Said Kav X-6
No. 8, Jakarta Selatan, dan pajaknya dihitung kembali menjadi sebagai berikut :
Dasar Pengenaan Rp 9.291.175.832,00
Pajak…………………….
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Pajak pada tanggal 05 November 2012, dengan disertai alasan-alasannya yang diterima
di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada tanggal 05 November 2012.
Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada tanggal 26
Desember 2012, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya telah diajukan jawaban
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tanggal 08 Februari 2013.
Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-
alasanya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009, juncto Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,
maka permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;
ALASAN PENINJAUAN KEMBALI
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan
peninjauan kembali yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut :
Tentang Koreksi Obyek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sebesar Rp.1.774.878.360,00
yang tidak dipertahankan oleh Majelis Hakim Pengadilan Pajak.
1 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sangat keberatan
dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi
sebagai berikut :
Halaman 26 alinea ke-3
“Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas berkas banding dan bukti serta
dokumen-dokumen yang disampaikan dalam persidangan, beserta keterangan dari
Pemohon Banding dan Terbanding, Majelis berpendapat atas koreksi obyek PPh
Pasal 21 sebesar Rp. 2.159.779.821,00, sebesar Rp. 1.774.878.360,00 tidak dapat
dipertahankan dan sebesar Rp. 384.901.461,00 (Rp. 2.159.779.821,00 -
Rp.1.774.878.360,00) tetap dipertahankan;
2. Bahwa Pasal 76 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
(selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Pengadilan Pajak)menyebutkan
bahwa “Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta
penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2
(dua) alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1).”
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Ayat (1)
“Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan
denganpekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diterima ataudiperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan
oleh :
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran laindengan nama apapun dalam rangka pensiun;
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalansehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas;
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.”
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Ayat (8)
Petunjuk mengenai pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
ataspenghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan diatur dengan
KeputusanDirektur Jenderal Pajak."
5. Bahwa Pasal 5 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 545/PJ/2000 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi,
menyatakan :
Ayat 1
“Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewanpengawas), premi bulanan, uang lembur, uang
sokongan, uang tunggu,uang ganti rugi,tunjangan isteri, tunjangan anak,
tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,tunjangan transpot,
tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak,bea
siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur
lainnyadengan nama apapun;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan,dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya
tidak tetap;
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;
d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan
Hari Tua, danpembayaran lain sejenis;
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun,komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak dalam negeri, terdiri dari:…
f. Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji
yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun
dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang
diterima oleh pensiunan termasuk janda ataududa dan atau anak-anaknya”.
Ayat (2)
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
“Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan
nama apapun yang diberikan olehbukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit)”.
6. Bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang KUP) menyatakan:
Pasal 26A
“Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat
pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum
diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya.
Pasal 28
1 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan
pembukuan.
(3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya.
Pasal 29 ayat (1)
"Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ".
Pasal 29 ayat (3) hurufa
"Wajib Pajak yang diperiksa wajib memperlihatkan dan atau meminjamkan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak".
Pasal 13 ayat (1) huruf a
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
“Dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang dalam hal-hal sebagai
berikut :
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
Penjelasan Pasal 13 ayat (1), antara lain menyatakan :
“…Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan dasar penghitungan secara
jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak diletakkan pada Wajib Pajak.Sebagai contoh
diberikan antara lain :
1 Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tidak lengkap,
sehingga penghitungan rugi laba atau peredaran tidak jelas;
2. Dokumen-dokumen pembukuan tidak lengkap sehingga angka-angka dalam
pembukuan tidak dapat diuji;
3. Dari rangkaian pemeriksaan dan/atau fakta-fakta yang diketahui besar dugaan
disembunyikannya dokumen atau data pendukung lain di suatu tempat tertentu,
sehingga dari sikap demikian jelas Wajib Pajak telah tidak menunjukkan itikad
baiknya untuk membantu kelancaran jalannya pemeriksaan.Beban pembuktian
tersebut berlaku juga bagi ketetapan yang diterbitkan berdasarkan ketentuan ayat
(1) huruf b.
7. Bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 (selanjutnya disebut Peraturan Pemerintah Nomor: 80 Tahun 2007),
menyatakan:
Pasal 1
”Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
Angka 3. : Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.”
Pasal 36 ayat (2) huruf f
”Terhadap hak dan kewajiban perpajakan yang berkaitan dengan :
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
2.159.779.822
1.337.359.651
Jumlah Koreksi 3.497.139.472
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Pasal 21 di SPT PPh Badan dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 beserta bukti
pendukungnya;
b Bahwa Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) juga tidak
dapat menunjukan bukti potong PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 terkait koreksi
PPh Pasal 21 tersebut;
c. Bahwa Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tidak
dapat membuktikan bahwa rincian biaya yang menurut Termohon
Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) sebesar
Rp.3.715.337.532,00 bukan merupakan objek PPh Pasal 21 Tahun 2006
adalah objek PPh Pasal 21 yang dikoreksi oleh Pemeriksa. Bahwa terdapat
perbedaan rincian biaya yang bukan objek PPh pasal 21 menurut
Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dengan
koreksi objek PPh Pasal 21 menurut Pemeriksa termasuk jumlah
nominalnya, dengan demikian dimungkinkan Termohon Peninjauan
Kembali (semula Pemohon Banding) mengambil sumber dokumen yang
berbeda dengan sumber dokumen koreksi Objek PPh Pasal 21;
d. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26A ayat (4) Undang-Undang KUP
menyatakan :
“Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi
atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat
pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum
diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data,
informasi atau keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam
penyelesaian keberatan”
dan diketahui bahwa saat pemeriksaan Termohon Peninjauan Kembali
(semula Pemohon Banding) tidak menyerahkan bukti dan dokumen
pendukung serta perhitunganyang dapat menunjukan jumlah objek PPh
Pasal 21 sesungguhnya, maka tidak cukup alasan untuk menerima
keberatan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding)
sehinggakoreksi objek PPh Pasal 21 yang telah ditetapkan berdasarkan
hasil pemeriksaan yaitu sebesar Rp.2.159.779.822,00 tetap dipertahankan.
11. Bahwa terkait dengan amar pertimbangannya Majelis Hakim Pengadilan Pajak
yang menyatakan bahwa :
Halaman 26 Alinea ke-1 dan ke-2
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa berdasarkan hasil uji bukti yang dilaporkan dalam persidangan, diketahui
bahwa dalam Ledger yang terkait dengan Direct Labour sebesar
Rp.4.798.499.621,00 Salary Wages (Selling) sebesar Rp.5.979.392.945,00 dan
Salary & Wages (Gen & Adm) sebesar Rp.2.779.138.965,00 didalamnya terdapat
beberapa akun Salary Third Party Contract sebesar Rp.2.719.850.181,00 yang
merupakan pembayaran atas invoicing penyediaan tenaga kerja kepada pihak
ketiga, yaitu PT.Multi Global Adikarindo, dimana atas pembayaran tersebut sudah
dipotong PPh Pasal 23 dan dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23 di Kantor
Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu sebesar Rp.1.774.878.360,00;
Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap koreksi Terbanding sebesar
Rp.2.159.779.821,00 yang diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak 2006 Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11
Juli 2008 yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing
Satu, terbukti sebesar Rp.1.774.878.360,00 merupakan objek PPh Pasal 23 dan
sisanya sebesar Rp.384.901.461,00 Pemohon Banding menyatakan menerima
koreksi Terbanding;
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) berpendapat amar
pertimbangan Majelis Hakim tersebut tidak sesuai dengan fakta pembuktian dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlakuoleh karena :
a Bahwa berdasarkan hasil uji bukti materi di persidangan diketahui hal-hal
sebagai berikut :
1 Bahwa dari Objek PPh Pasal 21 cfm Pemeriksa sebesar
Rp.18.008.082.387,00, Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon
Banding) menunjukkan Ledger terkait Direct Labour sebesar
Rp.4.798.499.621,00, Salary Wages (Selling) sebesar
Rp.5.979.392.945,00, Salary & Wages (Gen & Adm.) sebesar
Rp.2.779.138.965,00 yang didalamnya terdapat beberapa akun Salary
Third Party Contract sebesar Rp.2.717.850.181,00;
2 Bahwa berdasarkan data/bukti/dokumen yang disampaikan Termohon
Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tersebut, akun-akun
yang terkait sebesar Rp.2.717.850.181,00 merupakan pembayaran atas
outsourcing penyediaan tenaga kerja kepada pihak ketiga, yaitu PT.
Multi Global Adikarindo, yang menurut Termohon Peninjauan Kembali
(semula Pemohon Banding)sudah dipotong PPh Pasal 23 baik di KPP
PMA Satu maupun KPP Madya Tangerang;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa Pengadilan Pajak dalam posisinya sebagai badan yang sesuai dengan
sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia harus mampu menciptakan keadilan
dan kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pajak, maka seharusnya
Majelis Hakim juga mempertimbangkan adanya kepastian hukum dengan
memutuskan sengketa berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan;
Bahwa meskipun Majelis Hakim memiliki kewenangan untuk menentukan
kekuatan pembuktian dan alat bukti yang digunakan, akan tetapi dalam sengketa
ini Majelis Hakim nyata-nyata mengabaikan ketentuan yuridis formal terkait
penyelesaian keberatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Dengan demikian Putusan Majelis yang tidak mempertahankan koreksi atas
sengketa a quo tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 76 dan Pasal 78 Undang-
Undang Pengadilan Pajak;
Bahwa dengan demikian maka nyata-nyata Majelis Hakim telah tidak cermat
dalam memutus sengketa karena tidak mempertimbangkan alasan Pemohon
Peninjauan kembali (semula Terbanding) dalam pengambilan keputusan
keberatan serta amar pertimbangan Majelis Hakim tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku yaitu Pasal 4
Undang-Undang PPN, Pasal 26A ayat (4) Undang-Undang KUP 2007 juncto
Pasal 36 ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah Nomor : 80 Tahun 2007 juncto
Pasal 10 PMK Nomor: 194/PMK.03/2007.
11. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum (fundamentum petendi) tersebut di atas
secara keseluruhan telah membuktikan secara jelas dan nyata-nyata bahwa Majelis
Hakim Pengadilan Pajak telah memutus perkara a quoterkait sengketa koreksi DPP
PPh Pasal 21 sebesar Rp1.774.878.360,00tidak berdasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak berdasarkan hasil penilaian
pembuktian, sehingga pertimbangan dan amar putusan Majelis Hakim pada
Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sengketa banding di
Pengadilan Pajak nyata-nyata telah salah dan keliru serta tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya
dalam bidang perpajakan. Oleh karena itu maka Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put. 38985/PP/M.IV/10/2012 tanggal 28 Juni 2012 menyangkut sengketa koreksi
DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp1.774.878.360,00 harus dibatalkan.
Bahwa dengan demikian, putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak Nomor: Put.38985/
PP/M.IV/10/2012 tanggal 28 Juni 2012 yang menyatakan :
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Kembali : Direktur Jenderal Pajak tersebut adalah tidak beralasan, sehingga harus
ditolak.
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Peninjauan Kembali dipihak yang
kalah, maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali
yang besarnya sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini.
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan .
MENGADILI,
Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali : DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut.
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara
dalam Peninjauan Kembali ini sebesar Rp2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu Rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung
pada hari : Jumat, tanggal 24 Januari 2014 oleh Widayatno Sastrohardjono, S.H., M.Sc.
Ketua Muda Pembinaan Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. Irfan Fachruddin, S.H., C.N., dan Dr. H. M. Hary
Djatmiko, S.H., M.S. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum
pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota dan dibantu oleh
Lucas Prakoso, S.H., M.Hum. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
Biaya-biaya :
1. Meterai ………................................ Rp. 6.000,-
2. Redaksi ……..................................... Rp. 5.000,-
3. Administrasi Peninjauan Kembali ..…Rp. 2.489.000,-
Jumlah Rp. 2.500.000,-
Halaman 23 dari 24 halaman Putusan Nomor 547/B/PK/PJK/2013
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
m putusan.mahkamahagung.go.id
Untuk Salinan
Mahkamah Agung RI
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara
A S H A D I, SH
Nip. 220000754
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24