Anda di halaman 1dari 7

Hipotesis Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Ditujukan untuk memenuhi tugas


matakuliah :
Metodologi Penelitian I
Dosen Pengampu :
Dr. Nopriadi, SKM., MKM

Disusun oleh:
Suci Chania Ramadhani (1911112419)
Suci Dwi Atika (1911110248)
Syalsa Dwita Fahrizal (1911113100)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
1. Definisi Hipotesis
Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan
data yang dikumpulkan melalui penelitian. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni
hypo yang memiliki arti di bawah dan thesis yang memiliki arti pendirian pendapat yang
ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berpikir biasa,
secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesis ini sering
juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Ketika berpikir
untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan,
dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang
mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang
akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.

2. Sumber Hipotesis
Goode & Hatt (1954) memberikan 7 sumber untuk mengenali hipotesis yaitu:
1) Ilmu pengetahuan
2) Wawasan
3) Imajinasi
4) Literatur
5) Pengetahuan
6) Data
7) Analogi
3. Jenis Hipotesis
1) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis ini berisi dugaan sementara dari masalah deskriptif yang
berhubungan dengan variabel tunggal. Sebagai contoh, peneliti ingin meneliti
masalah kandungan zat berbahaya dalam makanan. Rumusan masalahnya: apakah
bakso yang dijual di Pasar Sumbersari mengandung boraks?
Penelitian ini hanya punya satu variabel yakni bakso di pasar Sumbersari.
Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya menjelaskan apakah ada kandungan
boraks di dalam bakso atau tidak. Jadi dugaan sementara ada 2 yakni bakso di
Pasar Sumbersari mengandung boraks (H1) atau bakso di Pasar Sumbersari tidak
mengandung boraks (H0).
2) Hipotesis Komparatif
Jenis hipotesis selanjutnya, Hipotesis Komparatif. Dugaan semenara ini berisi
perbandingan antara dua variabel penelitian. Misalnya kamu akan meneliti antara
perilaku penggemar Korean Pop (K-Pop) dan perilaku penggemar Japanese Pop
(J-Pop). Kamu hendak membandingkan dua perilaku penggemar tersebut. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel. Bentuk penelitiannya adalah perbandingan
dua variabel tersebut. Lantas, rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana
perilaku dua kelompok penggemar tersebut? Apakah terdapat persamaan dan
perbedaan perilaku? Maka hipotesisnya adalah:
a. Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang sama dengan perilaku
penggemar J-Pop
b. Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang berbeda dengan perilaku
penggemar J-Pop.
3) Hipotesis Asosiatif
Hipotesis ini adalah dugaan atau jawaban sementara atas hubungan dua variabel
atau lebih. Jadi bila kamu meneliti hubungan (asosiasi) variabel-variabel
penelitian, maka hipotesis yang digunakan adalah Hipotesis Asosiatif. Sebagai
contoh, kamu akan meneliti tentang hubungan antara perilaku aktor negara dengan
kebijakan luar negeri. Dalam penelitian ada dua variabel yani perilaku aktor
negara dan kebijakan luar negeri. Sebagai peneliti, kamu ingin meneliti hubungan
keduanya. Pertanyaan yang muncul: apakah perilaku aktor negara berpengaruh
terhadap kebijakan luar negeri? Hipotesis yang didapatkan bisa dua kemungkinan:
a. Perilaku aktor negara berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri
b. Perilaku aktor negara tidak berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri.
Namun karena ini masih hipotesis maka kebenarannya harus ditemukan melalui
serangkaian penelitian. Hasil penelitian nantinya bisa jadi mendukung hipotesis
atau justru membantah hipotesis. Apapun temuan atau hasil penelitian adalah
benar selama metodologi penelitian juga terukur. Meski hipotesis dan hasil
penelitian tidak sama, bukan berarti hasilnya salah. Perbedaan atau persamaan
hipotesis dengan hasil penelitian itu wajar dan tidak ada yang jauh lebih benar.
Keduanya adalah benar. Selain tiga jenis hipotesis di atas, ada beberapa ahli yang
mengemukakan ada jenis-jenis lainnya. Ada dua jenis hipotesis lain yakni
Hipotesis Statistik dan Hipotesis Penelitian.
1) Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik adalah pernyataan matematis tentang populasi yang diteliti.
Hipotesis ini dinyatakan dalam simbol-simbol matematika. Jadi pernyatan
mengenai hubungan variabel digambarkan dalam simbol matematika. Hipotesis
Statistika terbagi menjadi Hipotesis Alternatif ( Ha) dan Hipotesis Nol (H0). Jenis
ini serupa dengan hipotesis deskriptif. Namun terdapat perbedaan dalam
penyebutan hipotesisnya. Hipotesis Alternatif adalah hipotesis yang menyatakan
perbedaan satu variabel dengan variabel lainnya. Akan tetapi hipotesis ini juga
bisa diartikan adanya hubungan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sedangkan Hipotesis Nol kebalikan dari Hipotesis Alternatif. Hipotesis Nol
menyatakan tidak hubungan antar variabel. Hipotesis ini juga dipakai untuk
menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak pengaruh antar variabel. Hipotesis
Statistik juga dapat dibedakan menjadi Hipotesis Dua Arah dan Hipotesis Satu
Arah. Contoh Hipotesis Statistik:
Ha : m1≠ m2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)
Ha : m1 > m2 (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)
2) Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini disebut juga Hipotesis Substantif. Karena hipotensi ini berisi
pernyataan mengenai relasi dua variabel atau lebih. Bila kamu perhatikan,
hipotesis ini sama dengan Hipotesis Asosiatif. Hipotesis ini tidak dinyatakan
dalam bentuk simbol matematika tapi dalam bentuk kalimat.
4. Karaktersitik Hipotesis yang baik
Pernyataan hipotesis yang baik memiliki beberapa kriteria. Berikut ini dua kriteria
pernyataan hipotesis baik menurut Kerlinger, 2006 yaitu:
1) Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel.
2) Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-
hubungan yang dinyatakan tersebut.
Bersadarkan dua kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis mengandung
dua variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara jelas dan tegas cara
variabel-variabel tersebut berhubungan.
Selain itu, menurut Nazir, 2005 juga mengemukakan ciri-ciri hipotesis yang baik yaitu:
1) Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel
2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta
3) Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan
4) Hipotesis harus dapat diuji dengan nalar ataupun dengan alat-alat statistika
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas untuk
mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian
5) Hipotesis harus bisa menerangkan hubungan fakta-fakta dan dapat dikaitkan
dengan teknik pengujian
Secara umum, berdasarkan pendapat ahli tersebut, hipotesis yang baik harus menyatakan
hubungan antar variabel, sesuai dengan fakta dan ilmu pengetahuan, harus masuk akal
dan dapat diuji.
5. Klasifikasi Hipotesis
1) Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah suatu jawaban atau pernyataan sementara pada sampel
dalam suatu kelompok yang memiliki beberapa perbedaan di dalamnya. Pada
hipotesis deskriptif ini dapat menunjukkan hubungan antara variabel secara
implisit. Selain itu, hipotesis deskriptif dapat disebut juga dengan dugaan
sementara terhadap nilai suatu variabel tunggal dalam satu sampel, walaupun di
dalamnya bisa jadi terdapat beberapa kategori.
2) Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif adalah suatu jawaban atau pernyataan sementara pada suatu
rumusan masalah pada dua sampel atau lebih dalam satu komparasi atau
perbandingan. Pada hipotesis komparatif ini dapat dilakukan dengan 2 atau lebih
sampel yang dapat berupa dua hal, yaitu;
a. Komparasi tidak berhubungan (independen)
b. Komparasi berhubungan (related)
3) Hipotesis Asosiatif (Korelasional/Hubungan)
Hipotesis asosiatif adalah jawaban-jawaban atau pernyataan-pernyataan sementara
pada suatu hubungan atau asosiasi antara variabel satu dengan variabel lain dalam
suatu penelitian. Hipotesis asosiatif disebut juga dengan hipotesis yang mengukur
kekuatan hubungan antardua variabel dalam suatu sampel penelitian. Pada
hipotesis asosiatif terdapat hubungan yang tidak menunjukkan adanya sebab akibat.
4) Hipotesis kausal
Hipotesis kausal adalah suatu jawaban sementara atau dugaan pada rumusan
masalah yang mempertanyakan bagaimana pengaruh faktor terhadap variabel
respon. Selain itu, hipotesis kausal dapat dikatakan sebagai hipotesis yang
menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Pada hipotesis
kausalitas terdapat hubungan yang menunjukkan adanya sebab akibat.
6. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian adalah persoalan yang harus dijawab peneliti pada sebuah proyek
penelitian, dimana jawaban dari pertanyaan penelitian akan bisa membantu memecahkan
masalah dari penelitian.
Peneliti dalam menyusun suatu rumusan masalah atau pertanyaan penelitian harus
memerhatikan beberapa ketentuan agar mendapatkan rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian yang baik seperti:
a. Rumusan masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dikemukakan
secara tegas (tidak menimbulkan multitafsir).
b. Rumusan masalah harus dapat diuji.
c. Rumusan masalah tidak boleh mengandung subjektivitas atau penilaian personal
peneliti (personal value judgement).
d. Rumusan masalah harus dinyatakan dalam struktur bahasa dan tata bahasa yang baik.
Berdasarkan pernyataan Creswell (2007: 107) dan Marshall & Rossman (2006), terdapat 
beberapa jenis pertanyaan, berikut diantaranya:

1) Pertanyaan deskriptif
Pertanyaan yang mendeskripsikan sebuah kejadian atau indikasi dari apa yang
sedang diteliti, pertanyaan ini biasanya memakai kata “apa”. Dan sering
digunakan untuk penelitian kualitatif. Contoh pertanyaan deskriptif adalah “Apa
saja rencana yang digunakan Guru untuk mengembangkan pembelajaran di
kelas?”
2) Pertanyaan eksploratoris
Pertanyaan untuk mengetahui indikasi dan kejadian secara luas dan mendalam.
Pertanyaan jenis ini biasanya menggunakan kata “bagaimana”. Dan lumrah untuk
dipakai pada penelitian kualitatif. Contoh pertanyaan eksploratoris adalah
“Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan Guru untuk mengembangkan
kualitas siswa dalam menyerap pengetahuan?”
3) Pertanyaan Eksplanatoris
Adalah pertanyaan yang menjabarkan alur terjadinya fenomena yang berhubungan
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Pertanyaan jenis ini dalam
prakteknya menggunakan kalimat: apa ada kaitan atau pertalian serta dampak
antara variabel Y dan X. Pertanyaan ini sering digunakan untuk penelitian
kuantitatif. Contoh pertanyaan eksplanatoris adalah “Bagaimana dampak metode
pembelajaran ceramah pada hasil pembelajaran siswa?”

Anda mungkin juga menyukai