Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Prosedur-Prosedur Pencegahan Virus di Kedokteran Gigi


Saat ini, dunia mengalami krisis yang berkepanjangan, Virus Corona yang bermula
pada Desember 2019 lalu seakan menjadi pemicu bagi berbagai krisis yang terjadi diseluruh
dunia hingga saat ini, terutama krisis Kesehatan.
Namun, walaupun berbagai sektor pekerjaan terhenti akibat pandemic, hal yang
sama tidak berlaku pada sektor Kesehatan, tak terkecuali pada praktik kedokteran gigi.
Menggunakan alat pelindung diri (APD) dan prosedur yang konvensional saja tidak cukup
dalam mencegah penularan dan penyebaran. Untuk itu dokter gigi dan timnya harus
memperhatikan APD dan prosedur serta alat apa saja yang dapat mengurangi resiko
penyebaran COVID-19.
Berikut adalah alat ataupun prosedur yang bisa dilakukan untuk mengurangi
penyebaran Virus:
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Lembaga Kesehatan Amerika Serikat, California Dental Association (CDC)
merekomendasikan penggunaan APD level 3 yang terdiri dari masker N95/KN95,
face shield, gown, sarung tangan, penutup kepala, dan penutup sepatu, jika
dokter gigi akan melakukan tindakan yang akan menimbulkan aerosol.

Terdapat 3 tahap ataupun tingkatan alat pelindung diri yang dapat


digunakan pada praktik kedokteran gigi. Level pertama, yaitu proteksi standar
untuk staf klinik menggunakan penutup kepala sekali pakai, masker bedah sekali
pakai, jas putih, goggle atau face shield, dan sarung tangan lateks atau nitrile
sekali pakai. Level 2, yaitu untuk proteksi dokter menggunakan alat pelindung diri
seperti pada level 1 ditambah dengan jubah/pakaian bedah sekali pakai.
Sedangkan level 3 digunakan untuk melakukan tindakan pada pasien dengan
suspek atau terkonfirmasi COVID-19.

2. Disinfeksi Klinik secara berkala pada masa pandemi COVID-19


Disinfeksi ruang klinik dan ruang umum harus dilakukan secara berkala.
Pembersihan dan disinfeksi dapat dilakukan dengan mengikuti protokol kesehtan
yang ada sesuai anjuran dari Kemenkes. Instrumen yang dapat dipakai ulang
harus dibersihkan, disinfeksi, sterilisasi dan disimpan sesuai dengan protokol.
Semua permukaan peralatan, misalnya kursi, gagang pintu, komputer, dan
permukaan benda lainnya harus didisinfeksi. propionate, dengan cara
diaplikasikan pada permukaan benda dengan kertas tisu sekali pakai selama
minimal 5 menit.
3. Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik
Pada umumnya dokter gigi meminta pasien berkumur sebelum dilakukan
tindakan perawatan gigi. Namun penggunaan Clorhexidine sebagai obat kumur,
tidak efektif membunuh SARS-CoV-2, namun tetap saja penggunaan obat kumur
akan membantu mencegah penularan virus corona, setidaknya menurunkan
persentase penularan virus tersebut.
Dalam prakteknya, penggunaan obat kumur dilakukan diawal dan akhir
tindakan klinis, saat penggunaan obat kumur pada awal praktek, dapat dilakukan
secara 60 detik, tanda bahwa obat kumur telah bekerja adalah saat cairan di
dalam mulut berubah menjadi seperti air, saat itu terjadi, pasien kemudian bisa
membuang obat kumur tersebut ke dalam westafel. Sedangkan saat akhir
praktek, penggunaan obat kumur dapat dilakukan selama 30 detik, selain itu
tetap mencegah penularan virus, juga berfungsi agar tidak ada zat kimia yang
tersisa didalam mulut selepas melakukan tindakan medis.

4. Rubber Dam dan High Volume Evacuator


Pada perawatan gigi, sulit untuk menghindari terbentuknya aerosol. Oleh
sebab itu kita wajib mengetahui tanda-tanda ataupun gejala yang dialami oleh
pasien sebelum melakukan tindakan medis. Pada saat pandemic seperti ini, wajib
untuk dilakukan scanning Kesehatan terhadap pasien, selain menggunakan obat
kumur untuk mengurangi kandungan virus di saliva, maka dokter gigi dan tim
dapat juga menggunakan rubber dam dan high volume evacuator untuk
mengurangi kontaminasi aerosol.

5. Manajemen Limbah Medis


Limbah medis, termasuk Alat Perlindungan Diri (APD) sekali pakai seperti
masker bedah, penutup kepala, dan alat APD sekali pakai lainnya wajib
diletakkan pada tempat penyimpanan sementara sebelum dibuang, serta
pembuangan limbah medis tersebut wajib dilakukan setiap hari secara berkala.

Setelah limbah medis dibuang, tempat penyimpanan limbah medis


sementara harus didisinfeksi dengan larutan klorin 1000mg/L. Pembuangan
limbah medis ini harus dilakukan oleh staf yang sudah dilatih, dan staf tersebut
harus menggunakan APD pada saat melakukukan proses pembuangan limbah
dan pembersihan tempat penyimpanan sementara.

Anda mungkin juga menyukai