Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG AL-QUR’AN, HADITS, DAN IJTOHAD


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :

ADNAN MAULANA
(215310274)
RAHMAT RAMADHAN
(215310422)
REZA MAHMUD
(215310452)
RIZA ADITYA
(215310532)

DOSEN PEMBIMBING :
HIDAYAT, SHI, ME.
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
UIR TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

PUJI SYUKUR KAMI UCAPKAN KEHADIRAT ALLAH SWT ATAS SEGALA


RAHMAT-NYA SEHINGGA MAKALAH INI DAPAT TERSUSUN SAMPAI
DENGAN SELESAI . TIDAK LUPA KAMI MENGUCAPKAN TERIMA KASIH
TERHADAP BANTUAN DARI PIHAK YANG TELAH BERKONTRUBUSI
DENGAN SUMBANGAN BAIK PIKIRAN MAUPUN MATERINYA .

DAN HARAPAN KAMI SEMOGA MAKALAH INI DAPAT MENAMBAH


PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN BAGI PEMBACA ,UNTUK KEDEPANNYA
DAPAT MEMPERBAIKI BENTUK MAUPUN MENAMBAH ISI MAKALAH
AGAR MENJADI LEBIH BAIK LAGI .

KARNA KETERBATASAN PENGETAHUAN MAUPUN PENGALAMAN KAMI


YAKIN MASIH BANYAK KEKURANGAN DALAM MAKALAH INI ,OELH
KARNA ITU KAMI SANGAT MENGHARAPKAN SARAN DAN KRITIK YANG
MEMBANGUN DARI PEMBACA DEMI KESEMPURNAAN MAKALAH INI .
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….………

DAFTAR ISI………………………………………………...………..…………………….

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………..………..…..

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………....................................

2.2 AL-QURAN ………………………………………………………………………


2.2.1 Pengertian……………………………………………….………………………
2.2.2 Fungsi dan Peran AL-QURAN……………………………………..………...
2.2.3 Penerjemah AL-QURAN Manfaat………...…………………………………
2.2.4 Nama lain AL-QURAN…………………..……………………………………
2.2.5 Struktur dan Pembagian AL-QURAN…………………….………………...
2.2.6 Manfaat………………………………………………………………………..

2.3 HADITS……………………………………………………………………………
2.3.1 Pengertian………………………………………………..…………………….
2.3.2 Kedudkan hadits………………………………………..…………………….
2.3.3 Fungsi hadits………………………………………..………………………….
2.3.4 Hubungan Hadits AL-QURAN……………………………………………….

3. IJTIHAD……………………………………………………………………...........
2.4.1 Pengertian………………………………………………………………...……
2.4.2 Unsur-Unsur Ijtihad………………………………………………………….
2.4.3 Fungsi ijtihad………………………………………………………………….
.
BAB 3 PENUTUPAN.......................................................................................

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….......................
3.2 Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
A. Latar Belakang

Dimasa Sekarang Ini,banyak sekali di lihat dari permasalahan yang terjadi


dalam melaksanakan ajaran agama islam. Salah satu permasalahan Dasar/ pokok yang
kian menjamur adalah menyangkut praktek sumbernya hukum Islam . Dalam ajaran
Islam terdapat sumber hukum pokok yang menjadi pedoman atau rujukan bagi umat
Islam.

Sumber hukum Islam utama ada tiga, yaitu:

1.Al Aquran

2.Sunnah (Hadist)

3. ijtihad

Tetapi pada masa sekarang masih banyak sekali dari kita tidak menjalankan
sesuai sumber hukum islam tersebut. Contohnya terdapat maksiat dimana mana,
menetukan hari raya secara sepihak tidak mengikuti arahan dari para ulama. Dengan
penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali kepada penulis
sendiri khususnya dan masyarakat luas mengenai sumber hukum Islam yaitu Alquran,
Hadist, dan ijtihad.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun rumusan


masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah

Bagaimana penjelasan alquran, hadist, dan ijtihad dalam sumber agama Islam.

1
BAB 1
A. Al-Qur‟an
1. Pengertian Al-Qur‟an

a. Alquran Menurut Bahasa

secara bahasa diambil dari kata: ‫ﺎﻧارﻗو‬- ‫ةارﻗ‬- ‫ ارﻘﯾ‬- ‫ رﻗ ا‬yang berarti sesuatu yang
dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari qara'a yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan.

Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah

berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat,
karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun
yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia. Dalam
Surah (Al-Qiyamah ayat:

17-18) menjelaskan: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur‟an (di dalam dadamu) dan


(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,)
jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.

b. Pengertian al-Qur‟an Secara Syari‟at

Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan pada Rasul Nabi-Nya,
nabi Muhammad SAW, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Naas. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-
Qur‟an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.”(Al-Insaan:23).

Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami


menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memaha5minya.” (Yusuf: 2).

Allah SWT telah menjaga Al-Qur‟an yang agung ini dari upaya perubahan,
penambahan, pengurangan atau punmenggantikannya. Dia(Allah SWT) telah
menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,

“Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya.”(Al-Hijr:9).Oleh karena itu, selama berabad-abad telah
berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berhasil untuk merubah
isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya.

Pengertian Al-Qur’an banyak sekali para pakar melakukan pendefinisian tentang


apa itu yang disebut Al-Qur’an, namun di dalam buku Titin Sumanti, Solihah, Dasar-
Dasar Materi Pendidikan Agama Islam,Cetakan Ke-1 PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta: 2015 menyimpulkan bahwa Al-Qur’an mengandung beberapa

kekhususan yang tidak dimiliki sumber lainnya,


yaitu:

a. Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang tidak tercampur sedikit pun oleh
perkataan manusia atau perkataan Nabi sekali pun.

b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya
artinya isi maupun redaksinya datang dari Allah sendiri.

c. Al-Qur’an terhimpun dalam mushaf artinya Al-Qur’an tidak mencakup


wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang
kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri.

d. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawatir artinya Al-Qur’an disampaikan kepada


orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin
bersepaka untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-
bedanya tempat tinggal mereka.

e. Al-Qur’an itu hanya disampaikan oleh Allah Swt. kepada utusan-Nya


Nabi Muhammad Saw. lewat Malaikat Jibril.

f. Membaca Al-Qur’an itu dianggap ibadah baik yang memahami bacaan


tersebut walaupun tidak.

g. Al-Qur’an itu adalah yang mempunyai susunan dari surat Al-Fatihah dan
diakhir dengan surat An-Naas.

h. Al-Qur’an itu merupakan mukjizat karena tidak ada yang sanggup


untuk menandinginya.

Dalam hal kemukjizatan Al-Qur’an secara umum dapat diambil gambaran


tentang apa yang menjadi kemukjizatan Al-Qur’an di antaranya :

a. Aspek bahasa Al-


Qur’an. b. Aspek sejarah.

c. Isyarat tentang ilmu


pengetahuan.

d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang


panjang.

e. Keberadaan Nabi Muhammad yang ummi.

3
2. Fungsi dan Peranan Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah wahyu Allahdan mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw


sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim dan sebagai penyempurna terhadap kitab-
kitab Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi.

Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi
masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi
sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada
masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah,
tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi
(buta huruf) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Demikian juga
ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir,
Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat
memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan
ciptaan manusia.

Bahasa Al-Qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan
kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab
lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri
dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah Umar bin
Khattab masuk Islam setelah mendengar awal surat at-Thaha yang dibaca oleh
adiknya Fathimah. Abul Walid,

diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat


pulang

begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan


Rasulullah sebagai jawaban atas usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal
musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat
Adh-Dhuha yang dibaca Nabi. Tepat apa yang dinyatakan Al-Qur'an.

Sebab seseorang tidak menerima kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi


adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu

a. Tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh

b. Tidak sempat mendengar dan mengetahui Al-Qur'an secara baik.

Al-Qur'an menyebutnya Al-Maghdhub ( orang yang dimurkai Allah ) karena


tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu, dan disebut Adh-dhollin
(orang yang tersesat ) karena tidak menemukan kebenaran itu.

4
Sebagai jaminan bahwa Al-Qur'an itu wahyu Allah, maka Al-Qur'an sendiri
menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan Al-
Qur'an. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok
serta prinsip-prinsip umum yang mengartur kehidupan dalam berhubungan antara
manusia dengan Allah SWT dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-
peraturan seperti:

a. beribadah langsung kepada Allah


b. berkeluarga

c. bermasyarakat
d. berdagang

e. utang-piutang
f. kewarisan

g. pendidikan dan pengajara

h. pidana dan aspek-aspek kehidupan lainnyayang Allah jamin dapat berlaku dan dapat
sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu.

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh

tata nilai tersebut dalam kehidupannya Dan sikap memilih sebagian dan menolak
sebagian tata nilai itu dipandang Al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa.
Melaksanakannya dinilai ibadah memperjuangkannya dinilai sebagai jihad dijalan
Allah SWT mati karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena
memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi , dan tidak mau
melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir . Sebagai korektor, Al-
Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab
Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai Al-Qur'an sebagai tidak sesuai dengan ajaran
Allah yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu,
hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan dan lain sebagainya.

Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan Al-Qur'an tersebut antara lain


sebagai berikut :

a. Tentang ajaran Trinitas


b. Tentang Isa

c. Tentang penyaliban Nabi Isa


d. Tentang Nabi Luth

e. Tentang Harun perhatikan


f. Tentang Sulaiman

g. perhatikan (Raja-raja dan lain-lain).

5
3. Penerjemahan Al-Qur‟an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan


proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna)
dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha
manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang l dalam
bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-
Qur'an itu sendiri.

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha


penerjemahan

secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih
jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari
Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan
untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula
untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan


oleh:

1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik


Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002.

2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus.

3. An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy.

4. Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS.

4. Nama Lain dari Al-Quran

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat


yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk
merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut
adalah nama-nama tersebut dan ayat yang
mencantumkannya:

A. Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)


B. Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
C. Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
D. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
E. Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
F. Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
G. Asy-Syifa'(obat/penyembuh):QS(10:57), QS(17:82)
H. Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
I. At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
J. Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
K. Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
L. Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
M. Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
N. Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
O. An-Nur (cahaya): QS(4:174)
P. Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
Q. Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
R. Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

5. Struktur dan Pembagian Al-Qur‟an

Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad melalui Malaikat Jibril,berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22
hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,saat Nabi
Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632H Umat Muslim
menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai
salah satu tanda dari kenabian,dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu)
yang diturunkan oleh A5. Struktur dan Pembagian Al-Qur‟an

diakhiri dengan Nabi Muhammad. Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di


dalam

Al-Qur'an sendiri.

Struktur. Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat
Hafsh,

6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy. Secara
umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama juz. di
mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek
hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-„Asr. Sedangkan menurut tempat
diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat
Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan
waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan
sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

7
6. Manfaat Membaca Al-Quran

Berikut ini sedikit tentang penjelasan beberapa manfaat dari membaca Al-
Qur’an dan masih banyak lagi contoh lainnya :

1. Mengurangi Ketegangan (stres)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al Qadhi, direktur utama
Islamic Muslim for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat
sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida menunjukkan bahwa
bacaan Al-Qur’an menimbulkan efek relaksasi hingga 65%. Al-Qur’an juga memiliki
pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres).

2. Meningkatkan Kesehatan Mental

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kazemi dkk yaitu dengan cara
mendengarkan Al-Qur’an selama 15 menit 3 kali seminggu selama 4 minggu berturut-
turut yang diperdengarkan melalui tape recorder. Hasilnya menunjukkan bahwa
dengan mendengarkan Al-Qur’an telah meningkatkan kesehatan mental si pendengar.

3. Mencegah dan Mengatasi Kepikunan

Membaca Al-Qur’an secara rutin dapat meningkatkan daya ingat dan fungsi kerja
otak kita karena secara spiritual Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu yang
sempurna yang menenangkan jiwa, meningkatkan keyakinan, dan menyeimbangkan
hidup manusia. Energi positif dari ayat-ayat Allah Swt ini dapat menjadi nutrisi otak
yang paling berharga dari sebuah obat.

Selain ketiga manfaat diatas, terdapat pula manfaat dari membaca Al-Qur’an yang
dikutip dari sebuah artikel yang ditulis oleh Agus Syafii pada tanggal 28 November
2010 dengan judul “Manfaat Membaca Al-Qur’an”, bahwa membaca Al-Qur’an
bagaikan saringan kelapa yang kotor yang ditaruh dibawah kran air yang mengucur
deras, maka saringan tersebut menjadi bersih luar dan dalam karena telah tersiram
air .

8
BAB 2

1. Pengertian Al-Hadits
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau
waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ucapan, perbuatan, dan perkataan.
Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam
berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti  pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah
dari pihak penuduh.
Hadits Taqririyah  yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh
Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu
adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap
perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang
melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau
pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu
menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu merupakan
pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi.
Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan
melakukan perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk
ini tidaklah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk
lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang di
benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan
larangan sebelumnya.
Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula
haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah meniadakan
keberatan untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi
mendiamkannya padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat
kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar bersifat terhindar dari kesalahan

9
2. Kedudukan Hadits

Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas hukum dalam


Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang ditentukan Allah dalam Al-
Quran.
Kedudukan Hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan hukum Al-
Quran, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak, karena memang untuk
itulah Nabi di tugaskan Allah SWT. Namun dalam kedudukan hadits sebagai dalil yang
berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan
dikalangan ulama. Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan Allah sendiri
yang menjelaskan bahwa Al-Quran atau ajaran Islam itu telah sempurna. Oleh karenanya
tidak perlu lagi ditambah oleh sumber lain.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil kedua
setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk semua
umat Islam. Jumhur ulama mengemukakan alasannya dengan beberapa dalil, di
antaranya :

1. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh umat mentaati Rasul. Ketaatan kepada
rasull sering dirangkaikan dengan keharusan mentaati Allah ; seperti yang tersebut
dalam surat An-Nisa : 59 :

 artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
Bahkan dalam tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa oang yang mentaati Rasul berarti
mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam surat An-Nisa : 80:
Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.
Yang dimaksud dengan mentaati Rasul dalam ayat-ayat tersebut adalah mengikuti apa-
apa yang dilakukan atau dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam Sunnahnya.
Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bla wahyu mempunyai
kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai kekuatan hukum untuk
dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi: pertama, dari
segi kebenaran materinya dan keduadari segi kekuatan penunjukannya terhadap hukum.
Dari segi kebenaran materinya

10
3.Fungsi Hadits

Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-ayat hukum
dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum dapat
dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian fungsi hadits yang utama
adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam
surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar
kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka
Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani   dalam hubungannya
dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi senagai berikut :

1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an atau


disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi
apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-
Baqarah :110 yang artinya :

“  Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi yang
artinya :
“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal :
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang masih samar
artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa dipahami secara
umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan, yang terdiri dari
ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram dan berakhir
dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu, kerjakanlah shalat
sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.

11
penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang
disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan
memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat
dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang
diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau dipahami
lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap larangan Al-
Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor

penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang
disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan
memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat
dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang
diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau dipahami
lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap larangan Al-
Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor

1. Hubungan Hadits dengan Al-Qur’an

Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an sangatlah berkaitan.
Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum dalam Al-Qur’an
dalam segala bentuknya sebagaimana disebutkan di atas. Allah SWT menetapkan hukum
dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak
tujuan yang digariskan. Tetapi pengalaman hukum Allah diberi penjelasan oleh Nabi.
Dengan demikian bertujuan supaya hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-
Qur’an secara sempurna dapat dilaksanakan oleh umat.
Sebagaimana dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat
hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara amaliyah belum
dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan demikian keterkaitan hadits
dengan Al-Qur’an yang utama adalah berfungsi untuk menjelaskan Al-Qur’an. Dengan
demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka hadits
disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani maka dalam hubungannya
dengan Al-Qur’an, Hadits menjalankan fungsi sebagai berikut :

12
1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-Qur’an atau
disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi
apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal :
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari suatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Contoh Hadits yang merinci ayat Al-Qur’an yang masih garis besar, umpamanya tentang
waktu-waktu shalat yang masih secara garis besar disebutkan dalam surat An-Nisa : 103
 
Artinya : sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman.
 
 
Contoh hadits yang membatasi maksud ayat Al-Qur’an yang adatang dalam bentuk
umum, umpamanya hak kewarisan anak laki-laki dan anak perempuan dalam surat An-
Nisa :11:
 
  Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu :
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.
Ayat itu dibatasi atau dikhususkan kepada anak-anak yang ia bukan penyebab kematian
ayahnya.
 
Contoh Hadits memperluas apa yang dimaksud oleh Al-Qur’an, umpamanya firman Allah
yang melarang seorang laki-laki memadu dua orang wanita yang bersaudara dalam surat
An-Nisa ayat 23 yang artinya :
“ dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau”. (Q.S An-Nisa :23)

13
Bab 3
PENGERTIAN IJTIHAD

Kata ijtihad berasal dari kata “al-jahd” atau “al-juhd” yang berarti “Al-Masyoqot”
(kesulitan atau kesusahan) dan “Athoqot” (kesanggupan dan kemampuan) atas dasar pada
firman Allah Swt dalam QS. Yunus ayat 9 yang artinya: ”dan (mencela) orang yang tidak
memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain kesanggupan”.
ijtihad secara terminologi adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu
yang terdekat pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk
memperoleh nash yang ma’qu. Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali
sumber hukum. Dasar-dasar ijtihad atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’ an dan
sunnah. Yang menjadi dasar dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah Swt dalam QS. al-
Nisa’:105 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena
(membela) orang-orang yang khianat”.

UNSUR-UNSUR IJTIHAD

1.      Ijtihad Istinbathi
Ijtihad istinbathi adalah ijtihad yang dilakukan mendasarkan pada nash-nash
Syara`dalam meneliti dan menyimpulkan ide hukum yang terkandung. Dan hasil ijtihad
yang diperoleh tersebut selanjutnya menjadi tolak ukur untuk diterapkannya ide.
2.      Ijtihad Tathbiqi
            Ijtihad tathbiqi mendasarkan pada suatu permasalahan yang terjadi dilapangan .
Dalam hal ini seorang mujtahid mujtahid berhadapan langsung dengan objek hukum
dimana ide atau subtansi hukum dari produk ijtihad istinbathi akan diterapkan.
            Seorang Mujtahid Ijtihad ini dituntut untuk memahami Maqashid as-Syar`i
secara  mendalam., Agar penyelesaian kasus yang dihadapi mencapai Maqashid as-Syar`i
atau tidak.
14
            Ijtihad dari segi relevansinya menurut Yusus Qordlowi (ahli fiqih kontemporer dari
Mesir)bahwa ijtihad yang perlu kita lakukan untuk masa kini ada dua macam:

1.  Ijtihad Intiqa`i ialah memilih dari satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat
yang terdapat dalam warisan fiqih islam yang penuh dengan fatwa dan putusan
hukum. Seorang mujtahid tidak boleh terikat pada salah satu pendapat ulama
tertentu, akan tetapi ia harus melihat semua pendapat yang ada, membandingkan
dan meneliti dalil-dalil yang mereka ketengahkan, kemudian secara obyektif
memilih salah satu pendapat yang paling kuat dan lebih cocok untuk diterapkan.
2.  Ijtihad Insyai ialah pengambilan kesimpulan hukum baru dari suatu persoalan,
yang pernah dikemukakan oleh ulama-ulama terdahulu, baik persoalan baru atau
lama. Mujtahid Munsyi harus menentukan hukumn dengan meneliti dan
memahami secara menyeluruh kasus yang dihadapi, sehingga dengan tepat ia akan
menentukan hukumnya sesuai yang dikehendaki tujuan Syari`at yang ada .
3. Ijtihad Bayānī, yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ dari nash-
nash syāri’ (Al-Qur’an dan al-Sunnah). Ijtihad ini untuk menemukan hukum yang
terkandung dalam nash.
4. Ijtihad Qiyāsī, yang artinya ijtihad yang dilakukan untuk menggali dan
menemukan hukum terhadap permasalahan atau suatu kejadian yang tidak
ditemukan dalilnya
5. Ijtihad Istishlāhī, yaitu ijtihad yang dilakukan untuk menggali, menemukan, dan
merumuskan hukum syar'i dengan cara menetapkan kaidah kulli untuk kejadian
yang ketentuan hukumnya tidak terdapat dalam nash baik qath'i maupun zhanni.

Fungsi Ijtihad

1) Ijtihad Al-Ruju’ (kembali) : mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada al-


Qur’an dan sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.
2) Ijtihad Al-Ihya (kehidupan) : menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai dan
Islam semangat agar mampu menjawab tantangan zaman.
3) Ijtihad Al-Inabah (pembenahan): memenuhi ajaran-ajaran Islam yang telah di-
ijtihadi oleh ulama terdahulu dan dimungkinkan adanya kesalahan menurut
konteks zaman dan kondisi yang dihadapi.Begitu pentingnya melakukan ijtihad
sehingga jumhur ulama menunjuk ijtihad menjadi hujjah dalam menetapkan hukum
berdasarkan firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa’: 59: “Jika kamu mempersengketakan
sesuatu maka kembalikanlah sesuatu tersebut kepada Allah dan Rasul-Nya”.

15
BAB IV

KESIMPULAN

kesimpulan dari hukum islam adalah bahwa semua hukum Islam itu berpusat kepada Al-
qur'an . termasuk al-hadist dan hasil ijtihad juga tidak boleh bertentangan dengan Al-
qur'an. selain itu semua hukum islam itu menurut saya memang benar dan menghasilkan
kesejahteraan bila dilaksanakan.

SARAN
Sungguh luar biasamukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw, dimana
dengan mukjizat tersebut terdapat segala solusi dari setiap permasalahan didunia ini.Oleh
karena itu, umat islam diharapkan dan diharuskan menjadikan ketiganya sebagai
pedoman hidup. Dengan demikian hidup kita akan senantiasa terarahdan tidak ada
kekacauan yang lebih
DAFTAR PUSTAKA

BUKU TITIN SUMANTI,SOLIHAH,DASAR-DASAR MATERI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM,CETAKAN KE-1 PT RAJA GRAFINDO PERSADA,JAKARTA:2015

Sumber dari https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-


dan-fungsi-hadits.html

Sumber : https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-fungsi-ijtihad-sumber-hukum-ketiga-dalam-
agama-islam-kln.html?page=all
https://brainly.co.id/tugas/13173008
https://alihasim.blogspot.com/2016/08/unsur-unsur-ijtihad.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai