Di Susun Oleh :
1. Rahmadianoor : 2014901210136
2. Nida Nurjannah : 2014901210124
3. Febriyanti Rizqa Sari : 2014901210107
4. Akhmad Fahriyadi : 2014901210100
5. Nurjanah : 2014901210131
6. Hasna Mubarak : 2014901210109
I. DATA DEMOGRAFI
Biodata
- Nama ( inisial ) : Tn. S
- Usia / tanggal lahir : 52 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Jl. Veteran
- Suku / bangsa : Banjar/ Indonesia
- Status pernikahan : Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Swasta
- Diagnosa medik : KAD + Diabetic Food
- No Rekam Medis :-
- Tanggal Masuk RS : 20 Oktober 2021
SKENARIO KASUS
Tn. S berusia 52 tahun, masuk ruang ICU tanggal 21 Oktober 2021 Jam 06.00 Wita
jenis kelamin laki-laki, saat dilakukan pengkajian klien mengalami penurunan
kesadaran, keluarga klien mengatakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit sudah
mengeluh badan terasa lemas dan kepala pusing. Di kaki klien ada luka tapi baru
sadar 3 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit. Kemudian malam sebelum masuk
rumah sakit sekitar jam 22.00 klien tiba-tiba mendadak mengalami penurunan
kesadaran, dan keluarga langsung membawa klien ke IGD RSSS. Pada riwayat
penyakit dahulu keluarga klien mengatakan klien ada penyakit DM yang diketahui
sudah ± 5 tahun dan mengkonsumsi obat metformin namun tidak teratur. Pada
pengkajian fisik, terdapat 2 luka di telapak kaki kanan, luka tampak lembab dan
merah, terdapat jaringan nekrotik dan lemak. TTV : TD : 101/65 mmHg, RR: 23
x/menit, HR: 120x/menit, T:37,8oC, SPO2. Kesadaran : samnolen, GCS Eye : 2
Motorik : 5 Verbal : 1, skala aktivitas 4 (sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan)
Data penunjang
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Gula Darah Sewaktu
1. GDS jam 00.30 HIGH <200
2. GDS jam 03.00 460 <200
3. GDS jam 05.00 203 <200
4. GDS jam 10.00 277 <200
5. GDS jam 12.00 189 <200
PROBLEM HYPOTESIS MECHANISM MORE INFO DON’T KNOW LEARNING
ISSUE
Data subjektif: Ketidakstabila Terlampir 1. Data 1. Mikro-
1. Apakah yang dimaksud dengan istilah resistensi
Klien mengalami penurunan n kadar Penunjang, makropati
glukosa darah insulin dan mengapa bisa terjadi ?
kesadaran hasil lab vaskular dari
Keluarga klien mengatakan b.d resistensi Jawab :
hemoglobin pembuluh
insulin
sebelum masuk rumah sakit ,leukosit, Resistensi insulin adalah kondisi yang menandakan darah pada
klien sering mengeluh eritrosit ? bahwa tubuh tidak lagi dapat merespons kerja DM
badannya terasa lemas, dan 2. Pengkajian insulin sebagaimana mestinya alias kebal dan 2. Kenapa bisa
pusing. luka, ukuran ? terhadap insulin. Umumnya, hal ini rentan terjadi sampai terjadi
Keluarga klien juga kedalaman ? pada orang yang mengalami kelebihan berat badan KAD
mengatakan klien sudah ± 5 3. Riwayat atau obesitas. Kondisi ini merupakan salah satu (Ketoasidosis
tahun menderita DM dan penyakit faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami diabetikum)
mengkonsumsi obat keluarga diabetes melitus, khususnya tipe 2. Hormon insulin pada penderita
metformin namun tidak 4. Tanda-tanda diperlukan untuk membantu glukosa masuk ke sel- DM
teratur infeksi pada sel tubuh untuk dipecah menjadi energi. Saat tubuh 3. Bagaimana
luka ? tak lagi sensitif dengan keberadaan insulin, glukosa vaksinasi
\Data Objektif: tak bisa masuk ke sel tubuh untuk dipecah menjadi covid-19 pada
Klien tampak lemah terbaring energi sehingga akhirnya tetap berada di dalam pendeirta DM
ditempat tidur aliran darah. Akibatnya, gula darah Anda pun
Kesadaran : samnolen, GCS tinggi (hiperglikemia).
Eye : 2 Motorik : 5 Verbal : 1
Skala Aktivitas 4 : Sangat
tergantung dan tidak dapat 2. Penyebab penderita DM udah lama, tiba-tiba ge
melakukan atau berpartisipasi drop hilang kesadaran, terus apakah ada
dalam perawatan pencegahannya ?
Kadar GDS : Tgl 21-10-2021 Jawab :
Jam 00.30 WITA : HIGH
Jam 03.00 WITA : 460 Penyebab penurunan kesadaran yang dialami
Jam 05.00 WITA : 203 pasien berhubungan dengan kadar gula darahnya.
Jam 10.00 WITA : 277 Jika kadar gula darah tidak terkendali baik, kadar
Jam 12.00 WITA : 189
gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan
Data subjektif: Kerusakan
penurunan kesadaran, suatu kondisi yang dikenal
Keluarga klien mengatakan, klien integritas kulit
dengan ketoasidosis diabetik. Begitu pula dengan
ada 2 luka terbuka di telapak kaki
kadar gula darah yang rendah, juga dapat
dan selam dirumah tidak
menyebabkan penurunan kesadaran, biasanya
dilakukan
berkaitan dengan efek samping obat. Kondisi
penurunan kesadaran ini tidak selalu bisa dicegah
Data Objektif:
tetapi pastikan penderita mendapatkan penanganan
Tampak ulkus pada kaki
segera jika gejala tersebut muncul.
kanan
Luka tampak lembab dan
merah, terdapat jaringan
3. Jika sesorang sudah lama menderita Diabetes
nekrotik dan lemak
apakah benar bisa menyebabkan stroke?
Faktor risiko Risiko infeksi Jawab :
Ada 2 luka di telapak kaki
Diabetes dapat menyebabkan stroke jika gula darah
kanan, klien dan keluarga
tidak terkontrol dengan baik. Kadar gula darah
baru sadar 3 hari yang lalu
yang terlalu tinggi dalam darah dapat
ada luka tersebut
menyebabkan terbentuknya sumbatan dan deposit
luka tampak lembab dan
lemak di pembuluh darah. Ketika pembuluh darah
merah, terdapat jaringan
tersumbat, suplai oksigen dan darah ke otak akan
nekrotik dan lemak.
terganggu sehingga terjadilah penyakit stroke.
T : 37,8oC
Risiko terjadinya penyakit stroke akan semakin
meningkat jika penderita sudah berusia di atas 50
tahun, memiliki kebiasaan merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol, jarang
berolahraga, mengalami obesitas, serta memiliki
riwayat penyakit jantung atau hipertensi.
4. Alasan seseorang penderita DM yang sudah
mengalami luka kaki kenapa sering luka yang
diderita tidak sembuh dan makin bertambah besar ?
Jawab :
a. Luka yang diderita tidak sembuh karena
kurangnya dan lambatnya pasokan aliran darah
ke jaringan perifer.
b. Merupakan salah satu komplikasi bagi orang
yang terkena diabetes mellitus yaitu berupa
macroangiopati.
c. Luka tambah besar karena glukosa meningkat
dan bakteri menyukai glukosa sebagai
makanannya.
Abstract
The purpose of this research was to identify and analyse macrovascular and microvascular complications among with
diabetes mellitus patients in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru. The samples was 72 patients with diabetes mellitus
sampling used purposive sampling method. The research instrument used the observation sheet. The analysis used
univariate and OR. Some respondent on late adulthood experienced macrovascular complications (44.6%) and
microvascular (80%) with the OR 3.467, which means late adulthood are at risk for complications 3.467 times larger
than early adulthood. OR for long suffered from DM category obtained that some respondents who long suffered from
diabetes <5 years had macrovascular complications (64.3%) and microvascular (45%) and the respondents with long
suffered from DM>5 years had macrovascular complications (35.7%) and microvascular (55%) with the odds ratio
2.200, which means long suffering from DM <5 years are at risk for macrovascular and microvascular complications
2,200 times more than the respondents with long suffered from DM>5 years. The results of this reserach can provide
information for patients in improving the quality of life and prevent complications caused by diabetes.
Komplikasi DM
penelitian
keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Soegondo, S. (2007).
Diagnosis,
Klasifikasi, dan
Patofisiologi
Diabetes Mellitus.
Kumpulan Makalah
Update
Comprehensive
Management of
Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: Panitia
Seminar Ilmiah
Nasional Continuing
Medical Education
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam
Indonesia.
Sudoyo, A. W. (2009)
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid
III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Tarwoto. (2012).
Keperawatan medikal
bedah gangguan
sistem endokrin.
Jakarta: CV Trans
Info Media.
Zahtamal, R. (2007).
Hubungan antara
umur dengan kejadian
DM Tipe 2 pada
pasien yang dirawat
di RSUD Arifin
Achmad Provinsi
Riau. Tidak
dipublikasikan.
Ian Huang1
1
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Indonesia
ABSTRACT
Loss of consciousness (LOC) is a clinical presentation of patients with diabetes mellitus (DM) in
emergency department which is caused by complications of the disease. Diabetic ketoacidosis,
hyperosmolar hyperglycemic state, lactic acidosis, uremic encephalopathy, and hypoglycemia are the
several main causes of LOC in patients with DM. The comprehension of pathophysiology of LOC in
patients with DM will be helpful in making accurate diagnosis. History taking, physical examination,
and laboratory tests are essential in diagnosing that particular condition.
Key Words: loss of consciousness, diabetes mellitus, hyperglycemic crisis, hypoglycemia
ABSTRAK
Penurunan kesadaran adalah presentasi klinis penderita diabetes mellitus (DM) yang dapat ditemukan di
unit gawat darurat karena komplikasi dari penyakit tersebut. Terdapat beberapa penyebab penurunan
kesadaran dari kondisi tersebut, antara lain ketoasidosis diabetikum (KAD), status hiperosmolar
hiperglikemi (SHH), asidosis laktat, uremik ensefalopati, dan hipoglikemia. Pemahaman akan
patofisiologi terjadinya penurunan kesadaran pada penderita DM akan menolong penegakkan diagnosis
yang akurat. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang mutlak dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis yang akurat dalam keadaan penurunan kesadaran pada penderita diabetes
mellitus.
Kata kunci: penurunan kesadaran, diabetes mellitus, krisis hiperglikemia, hipoglikemia
dan SHH, asidosis laktat yang terasosiasi dengan 4. Jika keluhan klasik hiperglikemia
penggunaan metformin (Metformin- associated / (poliuria, polydipsia, polifagia, dan
MALA) memiliki tingkat mortalitas yang tidak penurunan berat badan yang tidak dapat
kalah tinggi, yaitu 30%.12 Selain komplikasi dijelaskan sebabnya) atau gejala krisis
akut, komplikasi jangka panjang yang berujung hiperglikemik ditemukan, maka
pada uremic encephalopathy karena diabetik pemeriksaan glukosa sewaktu >200 mg/dL
nefropati merupakan diagnosis banding dari sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
penurunan kesadaran pada penderita DM. DM.
Pengetahuan akan patofisiologi mendukung Penurunan kesadaran adalah suatu keadaan
penegakkan diagnosis yang akurat, dan berujung dimana terjadi penurunan kepekaan atau tidak
pada tatalaksana yang spesifik dalam kondisi memiliki kepekaan terhadap diri sendiri,
kegawatdaruratan ini. Terdorong oleh latar lingkungan, kebutuhannya, dan tingkat respon
belakang tersebut, artikel ini akan berusaha terhadap stimulasi eksternal dan internal.13,14
menjelaskan mengenai patofisiologi dan Penyebab gangguan kesadaran secara garis besar
diagnosis pada keadaan ketoasidosis diabetikum dibagi menjadi dua, yaitu oleh karena kelainan
(KAD), status hiperosmolar hiperglikemi otak atau struktural (intrakranial) dan non-
(SHH), asidosis laktat, hipoglikemi, dan uremik struktural atau sistemik (ekstrakranial). 15
ensefalopati. Kelainan sistemik terdiri dari gangguan
metabolisme, toksik, radang, gangguan elektrolit
DEFINISI atau asam basa, dan gangguan regulasi suhu. 13
Menurut American Diabetes Association (ADA), Penurunan kesadaran yang terjadi pada penderita
DM merupakan suatu kelompok penyakit DM terjadi karena gangguan metabolisme yang
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia menyebabkan hipoglikemia, KAD, SHH,
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, asidosis laktat, dan uremik ensefalopati.
kerja insulin, atau kedua- duanya. Adapun Penilaian tingkat kesadaran dapat
klasifikasi DM menurut ADA, antara lain DM dikelompokkan menjadi dua, antara lain
tipe 1 (destruksi sel beta, biasanya sampai penilaian secara kualitatif dan kuantitatif. 14
kepada defisiensi insulin yang absolut), DM tipe Penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif
2 (biasanya berawal dari resistensi insulin yang dibagi menjadi compos mentis, apatis,
predominan dengan defisiensi insulin relatif somnolen, sopor, dan koma, sedangkan Glasgow
menuju ke defek sekresi insulin yang Coma Scale (GCS) merupakan penilaian tingkat
predominan dengan resistensi insulin), DM kesadaran secara kuantitatif.
gestasional (DM yang terdiagnosis pada
kehamilan trimester kedua atau ketiga tanpa PATOFISIOLOGI
riwayat DM sebelumnya), dan DM tipe spesifik Pengetahuan mengenai homeostasis glukosa
lainnya akibat penyebab lain, seperti sindrom darah, patofisiologi terjadinya DM dan
diabetes monogenik (diabetes pada neonatus, komplikasi-komplikasi akut yang
maturity-onset diabetes of the young atau presentasinya berupa penurunan kesadaran
MODY), penyakit eksokrin pankreas (seperti (KAD, SHH, asidosis laktat, hipoglikemi, dan
cystic fibrosis), diabetes akibat pengaruh obat uremik ensefalopati) mutlak harus dimengerti
(seperti pada penggunaan glukokortikoid). agar dapat mendiagnosis dan memberikan
Diagnosis DM menurut Standards of Medical penanganan yang efektif.
Care in Diabetes – 2016 yang dikeluarkan oleh
ADA, antara lain:3 Homeostasis glukosa darah
Homeostasis glukosa di dalam darah diatur
1. HbA1C ≥6,5% (harus dilakukan dengan secara utama oleh kuantitas relatif kedua hormon
sarana laboratorium yang telah yang dikeluarkan oleh endokrin pankreas, yaitu
terstandarisasi dengan baik). insulin dan glukagon. Kelainan pada regulasi
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 kedua hormon ini menyebabkan hiperglikemi
mg/dL. pada DM. Pada kondisi normal, ketika kadar
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO glukosa plasma meninggi, kerja insulin
≥200 mg/dL. Tes ini harus dilakukan mendominasi, termasuk supresi sekresi glukagon
sesuai standar WHO, menggunakan beban oleh insulin. Kerja insulin meliputi glikogenesis
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa (liver dan otot), glucose uptake (otot), sintesis
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. protein (otot), dan fat storage pada jaringan
adiposa. Di sisi lain, ketika kadar glukosa
plasma menurun, kadar plasma insulin akan
tersupresi dan efek dari glukagon mendominasi
(meningkatkan glukoneogenesis
di liver dan pembentukan badan keton). Dalam
keadaan insulin yang tersupresi, pengambilan Hal yang menjadi dasar utama patogenesis dari
glukosa di otot akan menurun, protein otot akan KAD dan SHH adalah defisit insulin efektif
dikatabolisme, dan terjadi lipolisis pada jaringan dalam darah yang diikuti dengan peningkatan
adiposa. Oleh karena itu, pada keadaan hormon kontra insulin, seperti glukagon,
insulinopeni kadar glukosa di dalam darah tidak katekolamin, kortisol, dan growth hormone
dapat diturunkan dan kerja glukagon (Gambar 1).10 Hiperglikemia terjadi karena
mendominasi sehingga kadar glukosa tereus- peningkatan gluconeogenesis, glikogenolisis,
menerus akan semakin tinggi.16 dan hambatan glucose uptake pada jaringan
perifer (Lihat gambar 4).18,19 Pada KAD,
Diabetes Mellitus kombinasi dari defisiensi insulin dan
Pada penderita DM terjadi kondisi hiperglikemia peningkatan dari hormon kontra insulin
yang disebabkan oleh defisit absolut atau relatif menyebabkan pelepasan asam lemak bebas dari
dari insulin dan dapat terasosiasi dengan defek jaringan adiposa (lipolisis) ke aliran darah dan
kerja insulin (insulin resistance).17 Menurut oksidasi asam lemak di liver menjadi badan
klasifikasinya, DM terbagi menjadi tipe 1, tipe keton (β-hydroxybutyrate dan acetoacetate),18
2, dan tipe spesifik lain. Pada DM tipe 1 defisit sehingga mengakibatkan ketonemia dan asidosis
insulin absolut terjadi akibat dari destruksi sel metabolik.10 Patogenesis SHH masih belum
beta pankreas yang umumnya dikarenakan terlalu jelas bila dibandingkan dengan KAD,
proses autoimun, sedangkan pada DM tipe 2 namun tingkat dehidrasi yang lebih tinggi
terjadi defisit insulin relatif sampai absolut (karena diuresis osmotik) dan perbedaan
akibat dari disfungsi sel beta pankreas yang ketersediaan insulin membedakan kondisi SHH
umumnya berhubungan dengan resistensi dengan KAD.20 Walaupun defisiensi insulin
insulin. Etiologi disfungsi sel beta dan resistensi relatif ditemukan pada SHH, jumlah sekresi
insulin pada penderita DM tipe 2 masih insulin relatif lebih banyak bila dibandingkan
kontroversial, namun teori penyebab resistensi dengan KAD, dimana kadar insulin tidak
insulin diduga berhubungan dengan genetik, bermakna.10 Kadar insulin pada SHH tidak
physical inactivity, dan obesitas. adekuat untuk memfasilitasi glucose uptake pada
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) dan Status jaringan yang sensitif terhadap insulin, tetapi
Hiperosmolar Hiperglikemi (SHH) adekuat untuk mencegah terjadinya lipolisis dan
ketogenesis.18
Ketoasidosis
Diabetikum
Hipoglikemia
Hiperosmolaritas
Asidosis Laktat
Uremik Encefalopati
Penurunan
eksitabilitas
Penurunan
Kesadaran
Tabel 1. Kriteria Diagnosis untuk Ketoasidosis Diabetikum dan Status Hiperosmolar Hiperglikemi
(Dikutip dari: Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN: Hyperglycemic crises in adult
patients with diabetes. Diabetes Care 2009;32:1335–1343)
Patofisiologi dan Diagnosis
13. Lomen-Hoerth C, Messing RO. Nervous System Disorders. In: Mcphee SJ, Hammer GD.
Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine. 6 th ed. 2010. McGraw-Hill.
14. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Edisi XI. Jakarta:FKUI.
2008. Hal: 7-10
15. Simon RP, Greenberg DA, dan Aminoff MJ. 2009. Clinical Neurology, 7th Edition. USA: The
McGraw- Hill Companies, Inc.
16. Funk JL. Disorders of the Endocrine pancreas. In: Mcphee SJ, Hammer GD. Pathophysiology of
Disease: An Introduction to Clinical Medicine. 6th ed. 2010. McGraw-Hill.
17. German MS. Chapter 17. Pancreatic Hormones and Diabetes Mellitus. Dalam: Gardner DG,
Shoback D, eds.Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. 9th ed. New York: McGraw-Hill;
2011. Diaksesdari: http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=8407307.
18. Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB, Rumbak MJ. Diabetic ketoacidosis and the hyperglycemic
hyperosmolar nonketotic state. In Joslin’s Diabetes Mellitus. 13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds.
Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p. 738-770
19. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Kreisberg RA. Hyperglycemic crises in adult patients
with diabetes. Diabetes Care 2006; 29:2739–2748
20. Kitabchi AE, Umpierrez GE, MurphyMB, Barrett EJ, Kreisberg RA, Malone JI, Wall BM.
Management of hyperglycemic crises in patients with diabetes. Diabetes Care 2001; 24:131–153
21. van der Beek A, de Meijer PH, and Meinders AE. Lactic acidosis: pathophysiology, diagnosis and
treatment. Neth J Med 2001; 58:128-136
22. English P, Williams G. Hyperglycaemic crises and lactic acidosis in diabetes mellitus. Postgrad
Med J 2004; 80:253-261
23. Prikis M, Mesler EL, Hood VL, Weise WJ: When a friend can become an enemy! Recognition and
management of metformin-associated lactic acidosis. Kidney Int 2007, 72:1157-1160
25. Cryer PE, Davis SN. Chapter 345. Hypoglycemia. Dalam: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, eds. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. New
York: McGraw-Hill; 2012. Diakses dari: http://www.accessmedicine.com/content.aspx?
aID=9141631.
28. Silbenagl S, Lang F. Consciousness. In: Silbenagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology.
Thieme. Stuttgart, Germany. 2000: p. 342-343
29. Masharani U. Chapter 27. Diabetes Mellitus & Hypoglycemia. Dalam: McPhee SJ, Papadakis MA,
Rabow MW, eds. CURRENT Medical Diagnosis & Treatment 2012. New York: McGraw-Hill; 2012.
Diakses dari: http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=15524.
30. National Center for Health Statistics. National hospital discharge and ambu-latory surgery data
[article online]. Diakses dari: http://www.cdc.gov/nchs/about/major/hdasd/nhds.htm.
31. Briscoe VJ, Davis SN. Hypoglycemia in Type 1 and Type 2 Diabetes: Physiology,
Pathophysiology, and Management. Clin Diab 2006; 24:3
32. Cryer PE, Davis SN, Shamoon H: Hypoglycemia in diabetes. Diabetes Care 2006:1902–1912, 2003
33. Zammitt NN, Frier BM: Hypoglycemia in type 2 diabetes. Diabetes Care 2005;28:2948–2961
34. Brouns R, De Deyn PP. Neurological complications in renal failure: a review. Clin
Neurol Neurosurg 2004;107:1-16.
35. Annemie Van Dijck, Wendy Van Daele and Peter Paul De Deyn. Chapter 2. Uremic
Encephalopathy. In: Tanasescu R. Miscellanea on Encephalopathies - A Second Look. InTech,
2012.p.24-37. Available from: http://www.intechopen.com/books/miscellanea-on-encephalopathies-
a-second- look/uremicencephalopathy
36. Jalili M. Chapter 219. Type 2 Diabetes Mellitus. In: Tintinalli JE, Stapczynski JS, Cline DM, Ma
OJ, Cydulka RK, Meckler GD, eds. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide.
7th ed. New York: McGraw-Hill; 2011.
Diakses dari: http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=6379881.
Pentingnya Vaksinasi COVID-19 bagi Pengidap Diabetes
Penting bagi orang dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 untuk menerima vaksinasi COVID-19. Hal
ini karena mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian akibat virus corona
baru, seperti yang dicatat oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Robert Gabbay, MD., Ph.D., kepala ilmu pengetahuan dan petugas medis untuk American Diabetes
Association (ADA) di Arlington, Virginia, mengungkapkan bahwa yang paling penting adalah
orang dengan diabetes mendapatkan vaksinasi segera setelah tersedia untuk mereka.
Hal ini menimbang adanya risiko gejala berat dan komplikasi serius ketika pengidap diabetes
terinfeksi COVID-19. Di awal pandemi, sebuah studi dari CDC, yang diterbitkan di Morbidity and
Mortality Weekly Report, menemukan bahwa sekitar setengah dari orang yang meninggal karena
COVID-19 di bawah usia 65 tahun mengidap diabetes.
Efek perlindungan dari vaksinasi COVID-19 penting bagi pengidap diabetes yang berisiko tinggi
terkena infeksi parah dan mematikan dari COVID-19, kata Gregory Justin Gregory, MD., asisten
profesor pediatri di Rumah Sakit Anak Vanderbilt di Nashville, Tennessee.
Studi yang diterbitkan pada Desember 2020 di jurnal Diabetes Care menunjukkan bahwa orang
dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2, memiliki risiko 3 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit atau
mengalami penyakit COVID-19 yang parah dibandingkan dengan orang tanpa diabetes.
Vaksinasi COVID-19 adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi pengidap diabetes dari
infeksi virus corona. CDC menyatakan bahwa vaksin COVID-19 direkomendasikan dan aman bagi
kebanyakan pengidap diabetes, atau yang memiliki penyakit kronis lainnya.
Berbagai jenis vaksin yang kini digunakan pun semuanya aman, karena telah melalui uji klinis dan
penelitian untuk memastikan keamanannya. Dibanding risiko gejala berat dan komplikasi bila
terinfeksi COVID-19, efek samping ringan yang muncul setelah vaksinasi tentu bukan hal besar.
Efek samping paling umum yang sering dialami pengidap diabetes setelah vaksinasi COVID-19 tak
jauh berbeda dengan kebanyakan orang, seperti: