BAB I
PENDAHULUAN
hidup penduduk suatu negara demi terciptanya kehidupan yang lebih sejahtera.
daya manusia yang lebih produktif agar dapat memiliki pendapatan yang
mencukupi guna dapat memenuhi standar kebutuhannya atas sandang, pangan dan
papan. Akan tetapi tidak semua masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara layak yang disebabkan masih ada masyarakat yang hidup dalam kondisi
kemiskinan.
yang sejahtera. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pada
tahun 2020 jumlah penduduk miskin di perdesaan Indonesia sebesar 26,42 juta
jiwa. Angka ini naik 5,09 % dibandingkan tahun sebelumnya tahun 2019
sebanyak 25,14 juta jiwa. Masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia
(https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-
miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-persen.html).
1
2
hidup setiap masyarakat yang muncul dari adanya implikasi kesenjangan sosial.
memiliki rumah tidak layak huni, tuna susila, pengangguran, kejahatan, tingkat
kesehatan yang rendah dan lain-lain (Nawi & Lestari, 2018). Hal ini disebabkan
karena pendapatan yang tidak tetap, rendahnya lapangan kerja sehingga angkatan
hidup dalam keadaan berkekurangan atau miskin. Kemiskinan menjadi salah satu
penyebab masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar atau hak dasarnya
strategis, baik secara ekonomi,sosial, budaya dan psikologis bagi individu dan
keluarga. Fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang layak harus memenuhi syarat
fisik rumah, yaitu aman sebagai tempat berlindung, memenuhi rasa kenyamanan.
Mempunyai rumah layak huni adalah pemenuhan dasar bagi rakyat Indonesia.
amandemen ke IV, dijelaskan bahwa: “Rumah adalah salah satu hak dasar setiap
rakyat Indonesia, maka setiap warga dan lainnya berhak untuk bertempat tinggal
dan mendapat lingungan hidup yang baik dan sehat” Akan tetapi, sampai hari ini
ditemukan rumah-rumah yang tidak memenuhi standar rumah layak huni yang
tersebut bukanlah hal yang mudah. Untuk masyarakat yang tergolong keluarga
miskin untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni berbanding lurus dengan
pendapatan dan pengetahuan mengenai fungsi rumah itu sendiri. Oleh sebab itu
masyarakat miskin yang tidak memenuhi syarat hunian layak kemudian diperbaiki
sebagian atau seluruhnya dengan pendanaan yang berasal dari dana APBD
maupun dana swadaya dari masyarakat. Tujuan program RS-RTLH adalah untuk
mengembalikan fungsi rumah sebagai hunian yang layak untuk tempat berlindung
mengatasi masalah kemiskinan dan pemukiman kumuh. Program ini tidak hanya
menyasar pada rumah warga yang tidak layak huni, namun sarana prasarana
program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) tidak hanya
Daerah pun ikut serta terlibat melalui Dinas Sosial pada tiap Kabupaten dan Kota
4
Tabel 1.1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
di Provinsi Banten Tahun 2019-2020
Jumlah Penduduk Persentase Penduduk
Daerah / Tahun
Miskin (Ribu) Miskin
Perkotaan
September 2019 371,28 4,00
Maret 2020 472,84 5,03
Perdesaan
September 2019 270,13 7,31
Maret 2020 301,14 8,18
Perkotaan + Perdesaaan
September 2019 641,42 4,94
Maret 2020 775,99 5,92
Sumber : Diolah dari Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2020
tahun 2019 dengan jumlah sebesar 4,94 persen mengalami peningkatan di tahun
2020 menjadi sebesar 5,92 persen atau peningkatannya sebesar 0,98 persen.
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011. Sampai saat ini, petunjuk pelaksana
dan petunjuk teknis dari program RS-RTLH mengacu pada Peraturan Walikota
Serang No. 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program Rehabilitasi Sosial
program RS-RTLH. Selain itu, alasan lain pemerintah Kota Serang melaksanakan
program RS-RTLH karena program tersebut menjadi salah satu dari program
adalah keluarga fakir miskin pada tiap kecamatan di Kota Serang yang rumahnya
tidak layak huni (Sumber: Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020
Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 3). Dinas Sosial
pemetaan lokasi kumuh dan pendataan Kartu Keluarga dari calon penerima RS-
RTLH, hasil pendataan tersebut diusulkan untuk kegiatan RS-RTLH. Hasil usulan
tersebut untuk melampirkan data lokasi, data calon penerima, dan foto rumah 3
hasil dan pemetaan tersebut, Dinas Sosial Kota Serang mengajukan permohonan
ditetapkan dalam surat keputusan tidak dapat diganti kecuali penerima bantuan
(Bappeda) Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang sekaligus menjadi
Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 5).
prosedur yang berlaku. Alur permohonan tersebut disajikan pada gambar berikut:
Gambar 1.1
Alur Permohonan Pendaftaran Bantuan RS-RTLH
(4) menerima, mempelajari, dan memberikan instruksi kepada Kepala Bidang atau
Kepala Dinas, (5) mempelajari, dan memberikan instruksi kepada Kepala Seksi
atau Kepala Bidang, (6) melakukan verifikasi administrasi dan lapangan terkait
data usulan RTLH oleh petugas verifikasi lapangan, (7) mempelajari laporan hasil
belum selesai maka meminta Kepala Bidang mengecek kembali hasil verifikasi
lapangan atau Kepala Dinas, (8) memproses SK bantuan RS-RTLH, dan (9)
Dinas Sosial Kota Serang kepada masyarakat di Kota Serang dilakukan sebanyak
2 kali pada setiap tahunnya yang dilakukan secara langsung, yaitu sebelum
RS-RTLH (Sumber: Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang
Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 6 ayat 3). Dinas Sosial
setelah pencairan dana RS-RTLH, Dinas Sosial Kota Serang turut mengundang
RTLH) berfokus pada pemugaran atau rehabilitasi rumah yang sudah ada. Hal ini
program RS-RTLH ini hanya cukup untuk memperbaiki bukan untuk merombak
total bangunan rumah. Penerima program RS-RTLH pada tahun 2020 yang sesuai
dengan skala prioritas atap, lantai, dan dinding atau kriteria Aladin (atap, dinding
Gambar 1.2
Kondisi Rumah Penerima Program RS-RTLH di Kecamatan Kasemen, 2020
yang sesuai dengan skala prioritas atap, lantai, dan dinding atau kriteria Aladin.
Hal ini mengacu kepada Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020
Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 4 ayat 6. Adapun
pemberian bantuan untuk melakukan rehab rumah yang tidak layak huni
satu bentuk, yaitu pencairan dana langsung tunai sebesar Rp.15.000.000 (Sumber:
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Jumlah rumah tidak layak pada tingkat Kota di Provinsi Banten tahun
Tabel 1.2
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Pada Tingkat Kota di Provinsi Banten
Tahun 2018-2021
Jumlah RTLH
No Kota
2018 2019 2020 2021
1 Kota Serang 5.132 4.992 4.877 5.238
2 Kota Cilegon 3.454 3.352 3.395 4.106
3 Kota Tangerang 4.885 4.800 4.931 5.024
4 Kota Tangerang 3.601 3.501 3.658 3.713
Selatan
Jumlah 17.072 16.645 16.861 18.081
Sumber : Dinas Sosial Kota Serang, 2021
Berdasarkan Tabel 1.2, diketahui jumlah rumah tidak layak huni pada
tingkat Kota di Provinsi Banten berada dalam kondisi fluktuatif dengan tren yang
rumah tidak layak huni tersebut disebabkan adanya pandemi Covid-19 melanda
Negara-negara di seluruh dunia pada awal tahun 2020 hingga penelitian ini
tidak layak huni. Tercatat Kota Serang menempati peringkat teratas ditinjau dari
banyaknya rumah yang tidak layak huni, sedangkan Kota Tangerang Selatan
menempati peringkat terendah ditinjau dari banyaknya rumah yang tidak layak
huni. Hal inilah yang melandasi untuk ditetapkannya Kota Serang sebagai lokasi
Rincian jumlah rumah tidak layak huni menurut Kecamatan di Kota Serang
Tabel 1.3
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Menurut Kecamatan di Kota Serang
Tahun 2018-2021
Jumlah RTLH
No Kecamatan
2018 2019 2020 2021
1. Serang 1.115 1.088 1.073 1.138
2. Kasemen 1.250 1.197 1.147 1.203
3. Cipocok Jaya 883 863 846 906
4. Taktakan 527 515 501 556
5. Curug 632 617 617 696
6. Walantaka 725 712 693 739
Jumlah 5.132 4.992 4.877 5.238
Sumber : Dinas Sosial Kota Serang, 2021
Berdasarkan Tabel 1.3, diketahui jumlah rumah tidak layak huni menurut
Kecamatan di Kota Serang yang menjadi target program RS-RTLH terhitung dari
tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2021
mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2018 jumlah rumah tidak layak huni di
Kota Serang sebanyak 5.132 unit, tahun 2019 jumlah rumah tidak layak huni di
Kota Serang menurun menjadi sebanyak 4.992 unit, tahun 2020 jumlah rumah
tidak layak huni mengalami penurunan menjadi sebanyak 4.877 unit. Sedangkan
11
pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 5.238 unit rumah tidak
layak huni. Selain itu, diketahui bahwa kecamatan Kasemen menempati peringkat
Tabel 1.4
Jumlah Penerima Program RS-RTLH di Kota Serang Tahun 2018-2021
Penerima Program RS-RTLH
No Kecamatan
2018 2019 2020 2021
1. Serang 42 27 15 20
2. Kasemen 18 53 50 35
3. Cipocok Jaya 35 20 17 20
4. Taktakan 10 12 14 20
5. Curug 4 15 0 -
6. Walantaka 21 13 19 25
Jumlah 130 140 115 120
Sumber : Dinas Sosial Kota Serang, 2021
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Kota Serang tahun 2018-2021
alokasi anggaran menjadi lebih kecil karena sebagian dari anggaran instansi
12
Provinsi Banten (APBD I) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Serang
(APBD II) yang disajikan lebih lanjut pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.5
Sumber Anggaran Program RS-RTLH Kota SerangPeriode 2018 – 2021
Tahun (Unit)
No Anggaran Total
2018 2019 2020 2021
1 APBD Kota 100 100 90 90 380
2 APBD Provinsi 30 40 25 30 125
Jumlah 130 140 115 120 505
Sumber: Data Olah Peneliti, 2021
Serang tahun 2018-2021 didominasi oleh sumber dari APBD Kota Serang bila
masyarakat di Kota Serang yang membutuhkan dan belum menerima manfaat dari
Pertama, tidak adanya petugas dari Dinas Sosial Kota Serang yang bertugas
sebagai petugas lapangan atau pihak yang dilibatkan dalam mendampingi petugas
lapangan. Tercatat sebanyak 2 pegawai Dinas Sosial Kota Serang yang bertugas
dari tiap kecamatan di Kota Serang, yakni Kepala Seksi Penanganan Lingkungan
Sosial dan Staf Bidang Penanganan Fakir Miskin dan tidak ada petugas dari Dinas
Sosial Kota Serang yang bertugas sebagai petugas lapangan atau pihak yang
bantuan (Sumber: wawancara dengan Bapak Drs. Toto Suharto selaku Kepala
Seksi Penanganan Lingkungan Sosial Dinas Sosial Kota Serang, Hari Kamis
pendataan atau survei lebih banyak dilakukan TKSK saja, padahal seharusnya
kegiatan tersebut harus terdapat perwakilan dari Dinas Sosial Kota Serang untuk
dan pengerjaan rehab rumah yang berpotensi dilakukan oleh oknum dari pihak
sosialisasi langsung yang dilakukan Dinas Sosial Kota Serang kepada masyarakat
di Kota Serang hanya berfokus di satu titik atau lokasi tertentu saja. Tercatat
14
Dinas Sosial Kota Serang melakukan sosialisasi secara langsung sebanyak 2 kali
pada setiap tahunnya, yaitu sebelum pelaksanaan pendataan RS-RTLH dan setelah
Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota
Serang Pasal 6 ayat 3). Namun dalam pelaksanaan sosialisasi secara langsung
tersebut memiliki kelemahan karena hanya berfokus di satu titik saja, yakni kantor
Kecamatan secara terus-menerus pada setiap tahunnya atau tidak melakukan rotasi
potensi lebih besar untuk menjaring masyarakat lebih luas sebagai peserta
khususnya masyarakat yang rumahnya tidak layak huni karena lokasi rumahnya
Kasemen Kota Serang, Hari Jum’at, Tanggal 15 Januari 2021). Hal ini
masyarakat yang benar-benar rumahnya tidak layak huni tidak didaftarkan sebagai
15
RS-RTLH tersebut.
program RS-RTLH kepada publik secara luas, seperti media cetak berupa spanduk
pelaksanaan program RS-RTLH yang dipasang di pinggir jalan yang strategis dan
Bapak Lutfi selaku Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kasemen Kota Serang,
Hari Jum’at, Tanggal 15 Januari 2021). Hal ini menyebabkan masyarakat yang
rumahnya tidak layak huni yang benar-benar membutuhkan bantuan program RS-
RTLH tidak dapat mendaftarkan diri sebagai peserta penerima bantuan tersebut.
prosedur program RS-RTTLH yang berlaku. Ditinjau dari prosedur yang berlaku
Serang diberikan hanya dalam satu bentuk, yaitu pencairan dana langsung tunai
Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH
Kota Serang Pasal 13). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, ternyata bantuan
tersebut tidak diberikan dalam bentuk uang tunai kepada penerima bantuan,
dirasakan oleh masyarakat terkait sikap pelaksana yang berasal dari pihak yang
RT, Kelurahan dan Kecamatan, dimana aparatur pemerintah tersebut berjanji akan
membantu mereka untuk terdaftar sebagai peserta penerima bantuan program RS-
bentuk uang tunai sebesar Rp. 15.000.000 sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 13. Pada akhirnya masyarakat yang benar-
benar membutuhkan bantuan untuk memperbaiki rumahnya yang tidak layak huni
RS-RTLH sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Walikota Serang Nomor 463
Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 13
tersebut dilakukan oleh pihak pelaksana yang bertugas dalam proses seleksi
penerima bantuan dari unsur pihak RT, Kelurahan dan Kecamatan menjadi
masyarakat untuk memiliki hunian yang layak untuk ditinggali karena bantuan
dalam pendataan, sedangkan pada proses seleksi yang bertumpu pada pihak RT,
Kelurahan dan Kecamatan. Hal ini menyebabkan hal-hal yang berkaitan dengan
tidak menyelesaikan perbaikan atau rehab rumah mereka dalam waktu 30 hari
sejak bantuan diterima masyarakat seperti yang diatur dalam Peraturan Walikota
Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH
Kota Serang Pasal 9 ayat 4 point F), dimana batas waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi oleh masyarakat karena berbagai kendala yang umumnya bisa selesai
dalam waktu kurang lebih 60 hari atau 2 bulan lamanya (Sumber: wawancara
Kota Serang, Hari Jum’at, Tanggal 15 Januari 2021). Hal ini disebabkan apabila
penerima bantuan menerima uang tunai sebesar Rp. 15.000.000 dan atau penerima
tersebut kurang cukup untuk merehab rumah. Hal ini mengingat kondisi cuaca dan
dalam pengerjaan rehab rumah umumnya terdapat biaya yang tidak terduga
RTLH adalah tugas bersama antara Dinas Sosial, Kecamatan yang diwakili oleh
Seksi Pemberdayaan Sosial dan TKSK, Kelurahan, serta adanya partisipasi tokoh
masyarakat (Sumber: Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang
Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 5). Namun dalam
pelaksanaan dilapangan, hanya ada satu pihak yang menjadi pelaksana yang
TKSK. Karena mereka menyangka bahwa TKSK adalah bagian dari Dinas Sosial
Kota Serang. Padahal TKSK bukan berasal dari Dinas Sosial, tetapi TKSK
ditunjuk oleh Dinas Sosial sebagai pendamping bagi para penerima bantuan
program RS-RTLH.
harus mencari seseorang yang memiliki kenalan atau koneksi dengan aparatur
selaku Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Curug Kota Serang, Hari Senin,
Dinas Sosial Kota Serang dalam proses seleksi peserta penerima bantuan
karena dinilai mengetahui secara pasti kondisi dari masyarakat yang mengajukan
yang rumahnya yang paling tidak layak huni. Namun dalam kenyataannya, proses
seleksi yang dilakukan oleh pihak RT, kelurahan dan kecamatan tersebut memiliki
tidak layak huni untuk didaftarkan, sedangkan sebagian besar didaftarkan kepada
masyarakat menyebabkan pemberian bantuan tidak tepat sasaran atau tidak sesuai
dengan lapangan yang ada atau bukan berdasarkan kriteria rumah tidak layak
huni, yakni kriteria Aladin (Sumber: Peraturan Walikota Serang Nomor 463
Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 4
ayat 6). Hal ini ditunjukkan masih banyak ditemukan masyarakat yang rumahnya
tinggal di Kecamatan Curug Kota Serang, Hari Senin, Tanggal 18 Januari 2021).
yang telah dipaparkan sebelumnya dalam uraian latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan kajian secara lebih mendalam dan menyusunnya dalam
1. Tidak adanya petugas dari Dinas Sosial Kota Serang yang bertugas
di satu titik atau lokasi tertentu saja, yakni kantor kecamatan sehingga
pinggir jalan yang strategis dan di lokasi lainnya yang banyak dilalui
sasaran atau tidak sesuai dengan kriteria rumah tidak layak huni, yakni
kriteria Aladin.
Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang”. Selain itu, lokasi penelitian ini
dimana pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada awal tahun 2020. Selain itu,
sumber data penelitian dibatasi pada masyarakat yang sudah menerima bantuan
Serang ?
Serang.
(BAPPEDA) Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang selaku pihak
mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
masalah yang diperoleh dari hasil observasi lapangan yang berkaitan dengan
penelitian. Pada bab ini, peneliti mengkaji beberapa teori yang relevan dengan
Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang akan dikaji dengan menggunakan
teori-teori dalam ruang lingkup ilmu Administrasi Publik, yaitu teori kebijakan
publik, teori implementasi, jurnal penelitian dan sumber lain sebagainya guna
berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta dan Latin. Akar kata policy dalam bahasa
yunani dan Sansekerta, yaitu polis (Negara-Kota) dan Pur (kota), yang kemudian
dikembangkan dalam bahasa latin menjadi politia (Negara) dan pada akhirnya
26
sebagai berikut:
“Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (pemerintah, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam
usaha mencapai sasaran”.
sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau
sejumlah aktor berkenaan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.
Sebuah kebijakan adalah hipotesis yang berisi kondisi awal dan perkiraan
konsekuensi. Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda.
diambil baik dalam kehidupan organisasi maupun kebijakan politik yang diyakini
penggunaan label untuk sebuah bidang istilah kebijakan yang antara lain :
1. Sebagai label untuk bidang aktivitas (as a label for d field of activity)
2. Sebagai Ekspresi tujuan umum atau aktivitas Negara yang diharapkan
(as expression of general purpose or desired state of affairs)
3. Sebagai proposal Spesifik (as specific proposals)
4. Sebagai keputusan pemerintah (as decisions of government)
5. Sebagai otoritas formal (as formal authorization)
6. Sebagai sebuah program (as a programe)
7. Sebagai output (as output)
8. Sebagai hasil (as outcome)
9. Sebagai teori atau model (as theory or model)
10. Sebagai sebuah proses (as process)
tujuan dan bukan sekedar keputusan untuk melaksanakan sesuatu. Jones (2019:7)
keputusan (decision), standar, proposal dan grand design. Secara umum istilah
bahwa kebijakan adalah rangkaian pedoman atau konsep dan asas yang menjadi
tertentu yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang
Secara Etimologis Public berasal dari sebuah kata dalam bahasa Yunani
intelektual. Dalam bahasa Yunani istilah Koinom atau dalam bahasa inggris
dikenal dengan kata common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh
karena itu, public seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi
aktifitas manusia yang dipandang perlu untuk di intervensi oleh pemerintah atau
berkaitan dengan kedudukan konsep publik yang umum digunakan dalam ilmu-
ilmu sosial untuk dikaji dalam rangka revitalisasi konsep tersebut, sehingga
diharapkan muncul suatu perspektif baru yang menjadi esensi administrasi publik
1. Perspektif pluralis
Dalam perspektif ini publik dipandang sebagai konfigurasi dari
berbagai kelompok kepentingan. Pendukung perspektif ini
berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kepentingan yang sama
akan bergabung satu sama lain dan membentuk suatu kelompok yang
pada nantinya kelompok-kelompok tersebut berinteraksi dan
berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan
individu yang mereka wakili, khususnya dalam konsteks
pemerintahan.
3. Perspektif legislatif
Sifat pemerintahan yang demokrasi tidak selalu menggunakan sistem
perwakilan secara langsung pada kenyataannya, banyak pemerintahan
yang demokratis namun menggunakan sistem perwakilan tidak
langsung. Asumsi perspektif ini adalah bahwa setiap pejabat yang
diangkat untuk mewakili kepentingan publik, sehingga mereka
melegitimasi mewujudkan perspektif publik dalam administrasi
publik. Pejabat-pejabat yang diangkat dianggap sebagai manifestasi
tunggal dari perspektif publik. Jelasnya, perspektif ini tidak bisa untuk
mengakomodasikan kepentingan-kepentingan publik, baik dalam teori
maupun praktik administrasi publik di lapangan.
5. Perspektif kewarganegaraan
Reformasi administrasi publik khususnya di Indonesia dan umumnya
di berbagai dunia, di tandai dua tuntutan penting. Pertama, tuntutan
adanya pelayanan publik yang lebih terdidik dan terseleksi dengan
dasar meritokrasi. Kedua, tuntutan agar setiap warga Negara diberi
informasi yang cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan publik
dan memahami konstitusi secara baik.
apapun pilihan Pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy
kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang
publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada
dalam masyarakat. Ini berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan
Selain itu, Chandler dan Plano (dalam Subarsono, 2012:26) dalam mendefinisikan
kebijakan publik sebagai pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang
yang berisikan tujuan, nilai-nilai dan praktika sosial yang ada di dalam
masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan tertentu yang dicirikan oleh perilaku
proses yang penuh dengan muatan politik dimana mereka yang berkepntingan
kajian mengenai studi kebijakan yang megarah pada proses pelaksana dari suatu
yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya
kebijakan adalah “to implement berarti to provide the mens for carrying out
dampak dari suatu pelaksanaan kebijakan terhadap suatu sasaran yang dituju.
33
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya dengan tidak kurang
dan tidak lebih. Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua
program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan
Gambar 2.1.
Kebijakan Publik
Proyek
Kegiatan
Pemanfaat (Beneficiaries)
melalui saluran birokrasi tetapi lebih dari itu. Grindle (dalam Pasolong, 2018:57)
keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu
tidaklah keliru jika dikatakan bahwa implementasi merupakan aspek yang sangat
dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada
kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang
yang ingin diatasi menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang dicapai, dan
Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu biasanya diawali
dampak nyata - baik yang dikehendaki atau tidak dari output tersebut, dampak
1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya
penerapan kebijakan tersebut diatas;
2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diwujudkan dalam
proses implementasi;
3. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan
tersebut.
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu
perlu diingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat penting
36
dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, Donald Van Meter dan
Carl Van Horn dengan A Model of The Policy Implementation, Daniel Mazmanian
dan Paul Sabatier dengan A Framework for Policy Implementation Analysis, dan
Process.
kondisi untuk suksesnya kebijakan publik dan kedua adalah apa hambatan utama
Gambar 2.2
Komunikasi
Sumber daya
Implementasi
Disposisi (Sikap)
Struktur Birokrasi
Tahir (2014:61) menyatakan pada model Edward III, terdapat empat faktor
kebijakan, yaitu faktor sumber daya, komunikasi, struktur birokrasi, dan disposisi
c. Fasilitas
Fasilitas merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya dan memiliki
wewenang, tetapi tanpa didukung sarana prasarana yang
memadai, maka implementasi kebijakan tidak akan berhasil.
2. Faktor Komunikasi
Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa
yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau
pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap
sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan
yang melibatkan unsur manusia dan sumber daya selalu berhubungan
dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.
b. Konsistensi
Perintah yang diberikan kepada implementor maupun yang
diterima oleh publik selaku sasaran dari sebuah kebijakan
haruslah konsisten. Karena apabila perintah sering berubah-ubah
akan membingungkan pelaksana kebijakan, sehingga tujuan dari
kebijakan tidak akan dapat tercapai.
Model implementasi kebijakan publik menurut Donald Van Meter dan Carl
Van Horn dengan A Model of The Policy Implementation. Van Meter dan Van
dan Sabatier (dalam Subarsono, 2010:94) menyatakan ada tiga kelompok variabel
sebagai berikut :
C. Edward III dengan teori Direct and Indirect Impact on Implementation yang
Serang.
Tahir (2014:61) menyatakan pada model Edward III, terdapat empat faktor
kebijakan, yaitu faktor sumber daya, komunikasi, struktur birokrasi, dan disposisi
c. Fasilitas
Fasilitas merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya dan memiliki
wewenang, tetapi tanpa didukung sarana prasarana yang
memadai, maka implementasi kebijakan tidak akan berhasil.
2. Faktor Komunikasi
Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa
yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau
pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap
sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan
yang melibatkan unsur manusia dan sumber daya selalu berhubungan
dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.
b. Konsistensi
Perintah yang diberikan kepada implementor maupun yang
diterima oleh publik selaku sasaran dari sebuah kebijakan
haruslah konsisten. Karena apabila perintah sering berubah-ubah
akan membingungkan pelaksana kebijakan, sehingga tujuan dari
kebijakan tidak akan dapat tercapai.
Rumah tidak layak huni adalah suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak
layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara
teknismaupun non teknis. Rumah tidak layak huni selalu berkaitan dengan aspek
Kriteria khusus menilai suatu rumah dinyatakan tidak layak huni, yaitu:
ditujukan rumah yang sudah tidak layak lagi untuk ditempati karena sudah terlalu
banyak kerusakan pada rumah tersebut. Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
bantuan sosial, dimana rumah masyarakat miskin yang tidak memenuhi syarat
yang berasal dari dana APBD maupun dana swadaya dari masyarakat.
adalah keluarga fakir miskin dilaksanakan pada tiap kecamatan di Kota Serang
yang rumahnya tidak layak huni. Dinas Sosial Kota Serang bersama
dan pendataan Kartu Keluarga dari calon penerima RS-RTLH, hasil pendataan
melampirkan data lokasi, data calon penerima, dan foto rumah 3 dimensi
ditetapkan dalam surat keputusan tidak dapat diganti kecuali penerima bantuan
(Bappeda) Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang sekaligus menjadi
sesuai dengan Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang
2.1.3 Dasar Hukum Program Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni
2.1.4 Alur Pelayanan Program Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni
Layak Huni
1. Memiliki KTP atau identitas diri yang masih berlaku sesuai domisili
di wilayah kota Serang
2. Kepada keluarga anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata
pencaharian atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan
(memperoleh upah dibawah Upah Minimum Regional Setempat).
3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk
penduduk miskin seperti Zakat dan BPNT.
4. Tidak memiliki Aset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai
kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 (tiga) bulan kecuali tanah
dan rumah yang ditempati.
5. Memiliki rumah diatas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan
sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari
kelurahan/Desa atas status tanah.
6. Rumah yang dimiliki dan ditempati adalah rumah tidak layak huni
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan sosial, dengan
kondisi sebagai berikut :
a. Tidak permanen dan / atau rusak
b. Dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah rusak/lapuk,
seperti: papan, ilalang, bambu yang dianyam/gedog dan
sebagainya.
c. Dinding dan sudah rusak sehingga membahayakan, menggangu
keselamatan penghuninya.
d. Lantai tanah /semen dalam kondisi rusak
e. Diutamakan rumah yang tidak memiliki kamar mandi.cuci, dan
kakus.
7. Tercatat dalam Basis Data Terpadu (BDT) Penerima Program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu
Kelurga Sejahtera (KKS).
8. Apabila tidak mempunyai persyaratan pada poin 7 tersebut diatas dan
keadaan rumahnya benar-benar sangat tidak layak huni
dapatdiusulkan sebagai calon penerima bantuan Program Rehabilitasi
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) dengan melampirkan
Surat Keterangan tTdak Mampu (SKTM) dari kelurahan diketahui
oleh Pemerintah Kecamatan setempat.
50
Layak Huni
Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang, pasal 6 (D) menyatakan Kepala
berkaitan variabel penelitian yang bersumber dari buku referensi juga memperoleh
kualitatif deskriptif. Fokus pada penelitian ini adalah evaluasi efektivitas dari
(2003). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas di sini yaitu terkait hasil yang
dan persamaanya. Adapun perbedaan pada skripsi ini adalah terletak pada judul
kualitatif.
serta unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir masalah.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan
masyarakat terhadap program tersebut ada yang menanggapi positif dan ada
juga yang menanggapi secara negatif, dan Struktur Birokrasi yang baik
dan persamaanya. Adapun perbedaan pada skripsi ini adalah terletak pada lokasi
yang digunakan yaitu teori implementasi kebijakan menurut Nugroho (2012: 675)
menurut George Edward III. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan dengan
teknik pengumpulan data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu
Pandeglang”. Jenis penelitian ini adalah dengan deskriptif kualitatif, fokus dalam
(1996:296) yang terdiri tiga dimensi, yaitu : organisasi, Interpretasi dan aplikasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Perolehan data primer
dan data sekunder yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif.
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bagi masyarakat miskin di Dinas Sosial
dan persamaanya. Adapun perbedaan pada skripsi ini adalah terletak pada fokus
yaitu di Kota Serang dan perbedaan selanjutnya teori yang digunakan menurut
memiliki rumah tidak layak huni, tuna susila, pengangguran, kejahatan, tingkat
kesehatan yang rendah dan lain sebagainya. Dengan kata lain, kemiskinan
menjadi salah satu penyebab masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
atau hak dasarnya atas sandang, pangan dan papan (rumah) yang layak.
memiliki fungsi sangat strategis, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan
psikologis bagi individu dan keluarga. Fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang
layak harus memenuhi syarat fisik rumah, yaitu aman sebagai tempat berlindung,
dasar bagi rakyat Indonesia. Pada kenyataannya untuk mewujudkan rumah yang
memenuhi persyaratan tersebut bukanlah hal yang mudah. Untuk masyarakat yang
Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH). Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak
bantuan sosial, dimana rumah masyarakat miskin yang tidak memenuhi syarat
yang berasal dari dana APBD maupun dana swadaya dari masyarakat.
yang sudah ada. Terdapat skala prioritas yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang yang mencakup kondisi atap, lantai, dan dinding atau yang disingkat
dengan sebutan Aladin (Sumber: Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun
2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 4 ayat 6).
satu bentuk, yaitu pencairan dana langsung tunai sebesar Rp.15.000.000 (Sumber:
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
masyarakat di Kota Serang yang membutuhkan dan belum menerima manfaat dari
penelitian peneliti saat ini. Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini,
peneliti membuat kerangka pemikiran yang disajikan lebih lanjut pada gambar
sebagai berikut:
57
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
INPUT
Permasalahan dalam implementasi program RS-RTLH yaitu :
Tidak adanya petugas dari Dinas Sosial Kota Serang yang bertugas sebagai petugas lapangan atau
petugas yang dilibatkan mendampingi pihak lain saat bertugas di lapangan
Pelaksanaan sosialisasi secara langsung dari Dinas Sosial Kota Serang kepada masyarakat berfokus di
satu titik atau lokasi tertentu saja, yakni kantor kecamatan
Pelaksanaan sosialisasi secara langsung berfokus kepada orang-orang yang masih memiliki hubungan
kekeluargaan atau kedekatan pertemanan saja dengan pihak kecamatan, pihak kelurahan, RT dan RW.
Belum adanya penggunaan media dalam penyebaran informasi program RS-RTLH kepada publik secara
luas, seperti media cetak spanduk.
Belum sesuainya pemberian bantuan program RS-RTTLH dengan prosedur, dimana bantuan yang
harusnya berupa uang tunai sebesar Rp.15.000.000 namun terdapat potongan uang bantuan atau
bantuan diberikan dalam bentuk bahan baku bangunan.
Masih adanya masyarakat penerima bantuan program RS-RTLH yang tidak menyelesaikan rehab rumah
dalam waktu 30 hari sejak bantuan diterima
Belum terlibat aktifnya seluruh pihak dalam pelaksana program RS-RTLH membuka peluang kecurangan
di lapangan
Masih adanya peserta yang menerima bantuan program RS-RTLH meskipun tidak memenuhi kriteria
Aladin, yakni atap, dinding dan lantai
(Hasil Observasi Peneliti, 2021)
OUTPUT
Implementasi dan faktor penghambat program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di
Kota Serang dapat berjalan sesuai dengan aturan
OUTCOME
Peningkatan kualitas implementasi program RS-RTLH dan tercapainya sasaran penerima bantuan rumah
tidak layak huni dengan lebih optimal
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang. Teori
Edward III yang meliputi faktor sumber daya, faktor komunikasi, struktur
memperoleh tempat tinggal yang layak dengan cara melakukan rehab rumahnya
BAB III
METODE PENELITIAN
lainnya menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti
dalam penelitian, tema dan judul penelitian memiliki perbedaan antara kualitatif
dan kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda
wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi di permukaan.
tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
untuk memahami fenomena sosial tentang apa yang dialami oleh subjek
kata-kata, laporan terinci dari pandangan informan dan melakukan studi pada
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
menurut Edward III (2014:61) yang meliputi faktor sumber daya, faktor
adalah orang atau human instrument, yakni peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi
instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
61
diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-
kata atau kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi
sesuatu yang belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang
menyatakan dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadi
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini
1. Observasi
Sugiyono (2016:17) menyatakan observasi adalah kegiatan
pengamatan atas sesuatu masalah dalam sebuah penelitian untuk
mendapatkan data dan fakta di lapangan. Di dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan observasi non partisipan.
Di dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber
utama data. Peneliti adalah pewawancara dan sumber data adalah
orang yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur (structured
interview) adalah wawancara yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan pedoman wawancara yang tersusun sistematis.
Pedoman wawancara berupa garis-garis besar terkait indikator.
62
Selain itu, dilakukan Focus Discusi Group (FDG) atau forum grup
diskusi. Forum diskusi grup digunakan untuk menyerap aspirasi
secara lebih terbuka antara pihak pelaksana RS-RTLH program dan
masyarakat selaku sasaran program RS-RTLH, khususnya untuk
mengetahui faktor-faktor penghambat dalam implementasi program
RS-RTLH di Kota Serang.
Pedoman wawancara dalam penelitian ini disajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
Konsep Alat Dimensi Kode
Aspek Yang Dinilai
Variabel Analisis Pengawasan Informan
Implementasi Model 1. Faktor Sumber 1. Kecukupan jumlah I1, I2, I3, I4
program implementasi Daya pegawai (sdm) I5, I6, I7, I8
Rehabilitasi kebijakan 2. Kecukupan I9, I10, I11
Sosial Rumah menurut pembiayaan program I12, I13, I14
Tidak Layak George C. 3. Fasilitas pelaksanaan I15
Huni (RS- Edward III program
RTLH) di Kota (2014:61)
Serang 2. Faktor 1. Saluran komunikasi I1, I2, I3, I4
Komunikasi yang digunakan I5, I6, I7, I8
2. Konsistensi isi I9, I10, I11
program dalam I12, I13, I14
kegiatan komunikasi I15
yang dilakukan
Data penelitian yang bersumber dari data sekunder diambil dari literatur
yang berkaitan dengan penelitian ini serta dokumentasi yang antara lain :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan (library research) adalah pengumpulan data dari
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku referensi,
laporan kerja instansi terkait dan jurnal penelitian sejenis.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersumber dari
dokumen resmi dan relevan dengan penelitian yang berupa tulisan,
gambar, foto, atau karya-karya monumental dari seseorang. Selain itu
dokumentasi juga catatan peristiwa yang sudah berlalu dengan
pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari peraturan
perundang-undangan, laporan-laporan, catatan-catatan serta
menghimpun dokumen-dokumen dan menganalisisnya dengan
masalah yang diteliti.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
a. Buku catatan, digunakan untuk mencatat pencatatan dengan
sumber data.
b. Kamera, digunakan untuk memotret kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keabsahan penelitian.
Pada penelitian sosial dengan metode kualitatif, informan menjadi hal yang
sangat penting karena informan merupakan sumber data kualitatif. Informan kunci
(key informan) yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah dari unsur
Kota Serang selaku pengawas, Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial
Lingkungan Sosial Dinas Sosial Kota Serang selaku pihak pelaksana program,
telah menerima dan masyarakat yang belum menerima bantuan program RS-
Kategori informan dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Informan Penelitian
penghambat lebih lanjut dilakukan dengan cara Focus Discusi Group (FDG) atau
forum grup diskusi. Forum diskusi grup digunakan untuk menyerap aspirasi
secara lebih terbuka antara pihak pelaksana RS-RTLH program dan masyarakat
selaku sasaran program RS-RTLH. Adapun pihak pelaksana yang dapat terlibat
aktif pada saat pelaksanaan FDG adalah dari pihak RT. Hal ini disebabkan
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Miles dan
tahap sehingga tuntas dan datanya jenuh. Aktivitas analisis data menurut Miles
Gambar 3.1
Komponen Analisis Data (Interactive Model) dari Miles dan Huberman
Data Collection
Data Display
rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian data yang paling sering dilakukan pada data kualitatif pada
masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa bentuk
data yang terjadi dengan data yang di laporkan oleh peneliti. Dalam penelitian
kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut
penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap
yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Untuk itu teknik triangulasi data yang digunakan oleh peneliti
yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh dan disajikan sesuai dengan yang diberikan oleh sumber data.
2020 sampai dengan bulan Oktober tahun 2021. Rincian kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian ini lebih lanjut disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Tahun 2020 Tahun 2021
No Keterangan
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1 Observasi
awal
2 Penyusunan
proposal
Awal
3 Bimbingan
Bab I – III
4 Seminar
proposal
5 Revisi
proposal
6 Penelitian
lapangan
7 Bimbingan
Bab IV – V
8 Sidang &
Revisi
skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kota Serang merupakan kota yang terletak di Provinsi Banten. Kota ini
derah langsung dan kemudian dilantiklah Walikota dan Wakil Walikota secara
definitif.
Kota Serang adalah wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Serang dan
kota serang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang mempunya
sangat strategis sehingga dapat terjangkau dari semua wilayah dan karena alasan
kejayaan.
71
Kota serang memiliki luas wilayah seluas 266,74 km2, Luas wilayah kota
serang tersebut hanya sekitar 3,08 % dari luas wilayah Provinsi Banten. Kota
Tabel 4.1
Kecamatan Di Kota Serang
Luas wilayah
No Kecamatan
Jumlah Kelurahan Km2 Persentase (%)
1 Curug 10 49,60 8,29
2 Walantaka 14 48,48 14,82
3 Serang 12 31,54 32,68
4 Cipocok Jaya 8 25,88 14,29
5 Taktakan 12 47,88 14,49
6 Kasemen 10 63,36 15,43
Jumlah 66 266,74 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Serang Tahun 2021
Dinas Sosial Kota Serang berdiri berdasarkan Peraturan Derah Kota Serang
Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Serang
Dinas Sosial Kota Serang dan Peraturan Derah Kota Serang Nomor 7 Tahun
Dinas Sosial Kota Serang merupakan salah satu unsur pokok pelaksanaan
Kota Serang. Tugas pokok Dinas Sosial Kota Serang yaitu melaksanakan urusan
Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Serang disajikan pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang, 2021
tersebut. Selain itu, sumber data penelitian dibatasi pada masyarakat yang sudah
sebagai berikut :
informan kunci.
informan kunci.
sekunder.
15. Bapak Septian selaku masyarakat yang belum menerima bantuan RS-
sekunder.
data dilakukan secara bersamaan. Seperti yang telah diuraikan dalam bab
yang dikembangkan oleh Miles & Huberman. Validitas data menggunakan teknik
Tabel 4.2
Matriks Triangulasi Sumber
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang. Selanjutnya analisis
(2014:61) yang meliputi faktor sumber daya, faktor komunikasi, disposisi (sikap)
akan bisa efektif. Faktor sumber daya pada penelitian ini meliputi: (1) kecukupan
petugas, (2) aspek pembiayaan, dan (3) fasilitas yang dibutuhkan dalam
atau pegawai yang bertugas sebagai pelaksana dalam implementasi program RS-
RTLH sudah memadai, menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi,
SKM, M.Si selaku Kepala Sub Bidang Perencanaan Perumahan dan Pemukiman
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
manusia dinilai penting bagi Dinas Sosial Kota Serang dengan cara penambahan
pegawai dari instansi terkait untuk bertugas di lapangan untuk kegiatan survei
lokasi mendampingi TKSK pada tiap kecamatannya sebagai bagian dari verifikasi
rumahnya. Hal ini agar target pelaksana program RS-RLTH dapat tercapai, yakni
yang tidak layak huni menjadi layak huni dan memperkecil adanya penyimpangan
Jika memang tidak bisa dilakukan penambahan petugas dari Dinas Sosial
Kota Serang, maka Dinas Sosial Kota Serang sebenarnya dapat mengirimkan
perwakilannya, baik dari Kepala Bidang atau Kepala Seksi terkait untuk ikut serta
kevalidan data dari peserta penerima bantuan yang diajukan oleh aparatur
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
“…Harus ditambah untuk sumber daya manusia, kalau bisa dari pihak Dinas
Sosial Kota Serang ada yang terlibat dalam tugas lapangan. Karena selama
ini, dari pihak dinsos tidak ada yang terlibat dalam kegiatan lapangan,
kecuali waktu sosialisasi saja. Sebab pekerjaan yang berat itu ada di
pekerjaan lapangan, dimana selama ini hanya TKSK saja yang berkontribusi
penuh, dan jumlahnya hanya ada 2 orang pada tiap kecamatan, sedangkan
luas wilayah kerjanya cukup besar sehingga saat pelaksanaan survei kita
harus berbagi wilayah biar semuanya bisa terselesaikan tepat waktu, karena
pekerjaan TKSK bukan hanya di survei calon penerima bantuan sosial dari
program RS-RTLH saja, tapi ada program kerja lainnya juga…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
“…Tidak harus ditambah juga bisa, asal semua pihak yang terlibat mau
mengirimkan minimalnya satu orang sebagai perwakilan di tiap pelaksanaan
tugasnya. Seperti saat pendataan awal, pelaksanaan survei kelayakan calon
80
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa harapan dari TKSK agar Dinas Sosial Kota Serang
tidak hanya bertumpu kepada TKSK saja. Hal ini untuk mencegah terjadinya
adanya permainan dari orang kecamatan dan aparat dibawahnya untuk soal
hubungan keluarga dan pertemanan agar pemberian bantuan bisa lebih tepat
“…Kalau bisa ditambah petugas yang terlibat untuk membantu TKSK dari
kecamatan curug karena hanya ada dua orang saja petugasnya, minimal tiga
sampai dengan 4 orang, karena survei yang mereka (TKSK) lakukan itu
sangat penting untuk membuktikan valid tidaknya data calon penerima
bantuan untuk diberikan bantuan…”
daya manusia dari pihak kecamatan tidak perlu ada penambahan karena sudah
mencukupi. Namun apabila ada penambahan lebih diarahkan kepada TKSK yang
bertugas melaksanakan survei lokasi rumah penerima bantuan. Sebab saat ini,
petugas survei yang diemban oleh TKSK masih sedikit jumlahnya, hanya 1-2
orang yang memungkinkan ditambah menjadi 3-4 orang sehingga pada saat survei
bisa lebih optimal karena faktor jarak yang jauh dari tiap lokasi sehingga petugas
survei tidak harus membagi lokasi survei seperti yang dilakukan saat ini karena
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
kelurahan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan tidak perlu ada
menerima proposal pengajuan bantuan yang masuk dari warga melalui pihak RT.
Sehingga dengan jumlah petugas kelurahan yang ada saat ini masih dapat
program RS-RTLH.
“…Jumlah petugas yang ada saat ini untuk kegiatan sosialisasi dan survei
saya fikir sudah cukup, tidak perlu ada penambahan lagi. Kalaupun ada
penambahan, lebih baik kepada kuota penerima bantuannya saja biar
penerima bantuan dari warga Kecamatan Kasemen bisa lebih banyak…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
survei agar lebih memadai dalam melaksanakan kegitan survei tersebut. Hal ini
mengingat dari unsur RT tidak bisa selalu mendampingi TKSK pada saat
mereka yang tidak layak huni dapat didaftarkan juga sebagai penerima bantuan.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
lokasi rumah masih sangat kurang yang ditunjukkan dari hanya ada 1 orang
TKSK yang datang mensurvei rumah warga terkait agar TKSK nya tidak
informasi program RS-RTLH kepada TKSK. Sedangkan dari pihak Dinas Sosial
Kota Serang sepertinya sudah mencukupi, dimana pada saat ada kegiatan
sosialisasi terdapat 2 orang pegawai Dinas Sosial Kota Serang yang mengisi
84
sebagai berikut :
didampingi oleh ketua RT yang memungkinkan ada keperluan lain sehingga tidak
85
bisa menemani TKSK pada saat survei. Akan tetapi, terdapat opsi lainnya tanpa
harus menambah TKSK, dimana hal ini dapat dilakukan dengan cara
Pendampingan ini tidak harus didampingi oleh ketua kecamatan atau ketua
kelurahan bisa saja dari unsur sekretaris yang mendampingi TKSK agar
Temuan penelitian yang diperoleh pada faktor sumber daya pada aspek
survei lokasi rumah penerima bantuan dari yang semula hanya 1-2
saat survei lebih optimal karena faktor jarak lokasi yang berjauhan.
sudah memadai untuk dilaksanakan sesuai dengan target pada setiap tahunnya,
menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala
mengemukakan :
“…Untuk anggaran kita sudah mencukupi, yang mana dana itu berasal dari
APDB Kota dan APDB Provinsi untuk pendanaan program RS-RTLH…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
“…Kalau bisa ditambah lagi, sebab masih banyak rumah yang tidak layak
huni yang belum menerima bantuan itu. Soalnya kalau setiap tahunnya itu
bisa menyasar kisaran 100 unit rumah, itu total untuk seluruh kecamatan di
Kota Serang, sedangkan data yang rumahnya tidak layak huni masih besar,
biar lebih cepat kurun waktu penyelesaian seluruh targetnya apabila bisa
ditambah target jadi dua kali lipatnya. Sebenarnya Dinas Sosial Kota Serang
bisa saja menggandeng perusahaan di Kota Serang untuk berpartisipasi aktif
untuk turut membantu pelaksanaan program RS-RTLH, itu juga sebenarnya
bagian dari program corporate social responsibility (CSR) yang wajib
dilaksanakan perusahaan. Perusahaan itu bisa membantu dalam hal
pemberian uang tunai maupun bantuan bahan material juga bisa, sehingga
perusahaan memiliki kepedulian dan kontribusi aktif terhadap
lingkungan…”
87
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
bersumber dari APBD Kota dan APBD Provinsi dinilai masih sangat mencukupi
untuk bisa melaksanakan rehab rumah dengan jumlah kurang lebih sebanyak 100
unit rumah pada tiap tahunnya. Meski demikian, adanya harapan untuk
direhabilitasi pada setiap tahunnya sebanyak 150 rumah agar target keseluruhan
dari rumah yang tidak layak huni dapat lebih cepat terselesaikan.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa sumber dana program RS-RTLH saat ini sudah
mencukupi, walaupun TKSK juga berharap agar ada penambahan anggaran untuk
88
tahun mendatang agar jumlah rumah yang bisa direhabilitasi pada setiap tahunnya
TKSK juga berharap adanya pemberian bonus atau insentif atas kinerja
TKSK dalam mensurvei bantuan sehingga hal ini akan berdampak positif terhadap
seperti meminta pungutan liar dari warga walaupun memang hal ini belum terjadi
sampai dengan saat ini. Sebab selama ini, TKSK hanya mengandalkan kepada
“…Ya sudah ada pendanaan untuk program RS-RTLH. Setahu saya dari
dana APBD Kota dan Provinsi untuk tiap tahunnya. Dari dana tersebut
dialokasikan untuk seluruh kecamatan di kota serang dan kecamatan
kasemen jadi paling banyak yang menerima bantuan tersebut karena masih
banyak warga kami yang rumahnya tidak layak huni dan perlu mendapatkan
bantuan untuk rehab rumahnya…”
“…Kalau untuk dana program RS-RTLH itu dari informasi Dinas Sosial
Kota Serang bersumber dari APBD. Artinya kalau dari APBD berarti
program itu akan terus berjalan setiap tahunnya karena APBD setiap
tahunnya ada terus, walaupun kita tidak tahu pasti berapa besarnya jumlah
dana yang dialokasikan tersebut…”
89
kecamatan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dana yang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana APBD tersebut berasal
dari dana APBD Kota Serang dan dana APBD Provinsi Banten, dimana sumber
dana yang terbesar untuk membiayai program RS-RTLH didominasi dari dana
“…Saya kurang tau pasti, namun menurut penilaian saya masih sangat
mencukupi dana untuk pelaksanaan program RS-RTLH itu…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
masih sangat mencukupi karena program ini masih terus berjalan karena masih
banyaknya masyarakat yang rumahnya tidak layak huni yang belum mendapatkan
“…Jika bisa itu ditambahkan anggarannya biar penerima bantuan bisa lebih
banyak di tiap kecamatan, soalnya kecamatan kasemen itu minimal tiap
tahunnya bisa mengajukan sebanyak 40-50 calon peserta penerima bantuan
rehab rumah dari program RS-RTLH supaya lebih banyak masyarakat yang
membutuhkan bisa menerima bantuan…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
RS-RTLH dengan tujuan agar masyarakat yang rumahnya tidak layak huni yang
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Kalau bisa jumlah uang bantuannya jangan 15 juta, tapi 20 juta dan
kalau bisa jangan dipotong untuk ini dan itu. Pengalaman saya kemarin,
saya waktu dapet uang itu tidak genap 15 juta, tapi dapatnya 14 juta dari
orang dinas sosialnya, katanya untuk dibagi-bagi ke pihak kecamatan dan
kelurahan. Itupun belum untuk pihak RT yang saya ngasih 500 ribu waktu
pengajuan proposal bantuan biar di utamakan untuk mendapat pencairan.
Jadi hitungannya saya pegang uang bantuan itu sebesar 13,5 juta untuk
dipakai perbaiki rumah ini. Dengan jumlah uang yang saya terima itu sangat
sedikit dan tidak cukup untuk memperbaiki rumah, seperti untuk perbaiki
atap dan dinding saja itu minimal lebih dari 15 juta. Jadi saat kita menerima
bantuan akhirnya bisa lebih dari waktu yang ditargetkan sama orang Dinas
Sosial Kota Serang karena kita harus sambil kerja dan ngumpulin uang
untuk nambah kekurangan biaya bahan bangunannya.…”
pemberian bantuan berupa uang tunai sebesar 15 juta rupiah dapat dilakukan
secara langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kota Serang atau pejabat terkaitnya.
Hal ini disebabkan adanya oknum aparatur kecamatan, kelurahan dan RT yang
bermain yang mengganti bantuan yang seharusnya dalam bentuk uang tunai
namun diganti dalam bentuk bahan material. Jumlah bahan material tersebut pun
kalau dihitung nilainya tidak mencapai sebesar 15 juta rupiah. Hal ini sangat
disayangkan karena bantuan rehab tersebut pada akhirnya menjadi ladang usaha
atau ladang bisnis bagi oknum aparatur kecamatan dan jajaran di bawahnya
sehingga merugikan penerima bantuan yang tidak optimal dalam melakukan rehab
Selain itu, apabila uang bantuan apabila memang diterima secara tunai oleh
tersebut dengan alasan untuk biaya operasional pihak yang mengurus proposal
tersebut hingga lulus seleksi dan diterima sebagai penerima bantuan program RS-
melalui jasa dari oknum kecamatan, dan kelurahan. Bahkan tidak jarang juga ada
oknum RT yang meminta uang terlebih dahulu sebagai biaya jasa agar proposal
sebagai berikut :
“…Uang bantuan yang 15 juta itu sebetulnya bisa dibilang masih sangat
kurang untuk perbaiki rumah, seperti atap, tembok rumah dan lantai.
Soalnya harga bahan baku bangunan sekarang sudah mahal, belum lagi
ongkos tukang utama, uang makan untuk warga yang membantu gotong-
royong. Minimal paling untuk bangunan bisa terpakai 10 juta, sisanya untuk
tukang dan uang makan warga yang ikut gotong royong. Tapi yang saya
tahu dari tetangga jauh yang pernah dapet, jumlah bantuan yang diterima itu
tidak murni 15 juta, karena belum dipotong sama orang dinsos kota serang,
pihak kecamatan, dan pihak kelurahan ditambah sama RT. Soalnya saya
waktu mengajukan proposal, pakai orang lain yang masih ada hubungan
keluarga sama RT itu memberikan uang untuk pelicin, saya memberikannya
tidak besar, cuma 300 ribu biar proposal pengajuan bantuan saya bisa
dimasukin ke kecamatan begitu. Maklum zaman sekarang tidak ada yang
betul-betul gratis…”
93
“…Menurut saya baiknya ditambah uang bantuan itu, bisa lebih dari 15 juta
untuk tiap penerima bantuan biar cocok untuk beli bahan bangunan dan
ongkos tukang dan uang makan dari warga yang ikut kerja bakti perbaiki
rumah. Tapi berapapun uang yang bisa diterima, namanya juga bantuan kita
harus bersyukur juga, yang penting dengan uang seadanya kita bisa rehab
rumah kita semampunya…”
program RS-RTLH sebesar 15 juta rupiah tersebut dinilai masyarakat yang belum
menerima bantuan dinilai masih sangat kurang untuk melakukan rehab rumah
mereka. Hal ini mengingat biaya bahan baku material kini sudah semakin mahal,
ongkos tukang utama dan keperluan biaya masak untuk tukang dan masyarakat
yang membantu bergotong royong yang dengan jumlah 15 juta rupiah dinilai
masih kurang.
Bahkan dengan jumlah sebesar 15 juta rupiah tersebut belum lagi dikurangi
dengan potongan dari oknum yang telah dijelaskan di atas hanya mencukupi
untuk memperbaiki satu item saja, yang lebih banyak kepada perapihan atap dan
sebagian lantai karena biaya tidak cukup. Sedangkan dinding terkadang tidak bisa
selesai sampai dengan plester acian atau masih batu bata saja. Walaupun
sebenarnya berapapun besarnya jumlah uang bantuan tersebut tetap akan diterima
dan sangat disyukuri oleh masyarakat karena bisa memperbaiki rumahnya sedikit
Temuan penelitian pada faktor sumber daya pada aspek pembiayaan atau
sebanyak 150 rumah agar target keseluruhan dari rumah yang tidak
pungutan liar dari warga walaupun memang hal ini belum terjadi
rupiah dapat dilakukan secara langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kota
kepada perapihan atap dan lantai karena uang yang didapatkan oleh
menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala
mengemukakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
Sosial Kota Serang. Memang yang belum ada papan informasi terkait
program RS-RTLH di lokasi masyarakat maupun di kantor kecamatan…”
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa TKSK yang melaksanakan tugas survei berharap agar
pengeluaran pribadi dari TKSK terkait sehingga dalam pengeluaran rutin untuk
mensurvei lokasi nantinya dapat diganti atau dirembes kepada Dinas Sosial Kota
Fasilitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan dan belum ada adalah spanduk
lokasi strategis, seperti di kantor kecamatan, kelurahan dan spanduk di jalan yang
dalam hal ini rumahnya tidak layak huni dapat mendaftarkan dirinya sebagai calon
bekerja sehari-hari di kantor. Namun apabila bisa dapat diberikan spanduk atau
98
“…Lebih kepada petugas TKSK nya saja, bisa lebih diberikan seragam
khusus yang dipakai setiap survei. Misalkan dengan pakaian dinas lapangan
dengan simbol tertentu, sehingga masyarakat bisa tahu itu petugas survei
dari program RS-RTLH…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
Fasilitas kerja bisa diberikan kepada TKSK berupa pakaian dinas lapangan
sebagai simbol bahwa TKSK sedang melaksanakan kegiatan survei lokasi rumah
warga karena selama ini TKSK sering menggunakan pakaian tidak resmi, seperti
kemeja batik atau kemeja lainnya walaupun tetap terlihat rapi dan sopan namun
tetap harus diberikan identitas dari pakaian dinas lapangan yang dikenakannya
99
sebagai simbol bahwa mereka adalah TKSK pada program RS-RTLH sehingga
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa adanya harapan dari pihak
melalui spanduk atau banner tersebut dan juga memudahkan pihak RT dalam
“…Yang saya tahu itu untuk petugas TKSK yang suka survei pakai seragam
kerja kantor, untuk kendaraan sepertinya pakai motor pribadinya soalnya
100
plat motornya bukan warna merah. Fasilitas yang lainnya saya kurang tahu
karena belum pernah juga datang ke kantor Dinas Sosial Kota Serang…”
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Kalau bisa di kasih motor dari dinas untuk kendaraan operasional dari
petugas TKSK, soalnya kasihan juga mereka harus survei ke lokasi rumah
masyarakat yang mengajukan bantuan yang jaraknya jauh-jauh, jadi kita
kadang tidak enak suka memberikan uang bensin minimal 10 ribu buat ganti
bensin mereka. Coba kalau pakai motor dinas mereka bisa dapat uang
bensin dari dinas, karena pengeluaran yang paling besar itu ada di petugas
lapangannya. Kalau petugas administratif yang memeriksa dokumen
pengajuan bantuan di kantor tidak ngeluarin uang operasional untuk mereka
bekerja, jadi biar adil dan sepadan dengan pekerjaan yang dilakukan…”
kinerja TKSK dalam melaksanakan tugas survei agar sebaiknya dapat diberikan
dari TKSK karena lokasi rumah yang harus di survei relatif berjauhan sehingga
sebagai berikut :
“…Petugas survei waktu datang survei ke rumah saya itu pakai seragam
kerja, cuma memang tidak ada papan namanya dan logo Dinas Sosial Kota
Serang jadi kita tidak tahu itu darimana. Karena petugas itu menjelaskan
dari TKSK untuk pendamping bagi masyarakat yang mengajukan bantuan
rehab rumah dari Dinas Sosial Kota Serang baru kita tahu. Kalau bisa itu
petugas yang survei itu di kasih papan nama yang terdapat keterangan dari
dinas apa, namanya siapa jadi kita tidak salah orang, karena hal inikan bisa
101
“…Seragam kerja mereka (TKSK) Curug pada pakai, hanya belum ada
papan namanya saja. Mungkin ada tapi tidak mereka pakai, atau memang
belum ada. Kalau papan informasi alur pelayanan terkait program RS-
RTLH di kantor kecamatan tidak ada, di kelurahan juga tidak ada, di RT
juga tidak ada. Kalaupun ada pemberitahuan terkait info program dinas
untuk masyarakat juga pihak RT jarang memberi tahu ke warga, kita
dengarnya dari tetangga aja yang pernah dapet bantuan rehab rumah itu,
baru kita berani mengajukan ke RT…”
kerja bagi petugas survei atau TKSK diberikan seragam kerja khusus saat bertugas
di lapangan yang disertai dengan papan nama petugasnya agar masyarakat bisa
lebih mudah mengenali petugas TKSK tersebut. Hal tersebut bertujuan agar
dengan modus berpura-pura menjadi petugas survei dan meminta uang kepada
Temuan penelitian pada faktor sumber daya pada aspek fasilitas yang
1. Fasilitas kerja yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang yang
meskipun tetap terlihat rapi dan sopan serta menutup peluang adanya
mengajukan bantuan.
lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam
setiap kegiatan yang melibatkan manusia dan sumber daya selalu berhubungan
dengan komunikasi. Implementasi kebijakan yang efektif baru akan terjadi apabila
para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan yang dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik. Faktor Komunikasi
pada penelitian ini meliputi: (1) aspek koordinasi antara pihak pelaksana,
(2) aspek komunikasi langsung, dan (3) aspek komunikasi tidak langsung terkait
wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala Sub Bidang
mengemukakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang. Hal ini menunjukkan tidak
seperti tidak adanya rapat kerja dari pihak pelaksana program RS-RTLH untuk
Kegiatan koordinasi yang umum dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Serang
RS-RTLH pada setiap tahunnya, sedangkan koordinasi Dinas Sosial Kota Serang
dengan TKSK selaku petugas survei biasa dilakukan melalui telepon dan laporan
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
“…Selama ini kita koordinasi secara keseluruhan dari pihak yang terlibat
sebagai pelaksana program RS-RTLH pada saat sosialisasi. Namun dalam
105
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa TKSK dalam berkoordinasi dengan dinas sosial kota
serang lebih mengandalkan kepada koordinasi melalui telepon dan pelaporan hasil
juga melalui telepon untuk pemberitahuan jadwal survei TKSK ke lokasi rumah
rapat kerja dari seluruh pihak pelaksana yang terlibat. Hal ini agar TKSK selaku
petugas survei dan pihak lainnya bisa saling menyampaikan kendala di lapangan
agar bisa dicari solusinya, mengetahui ada tidaknya praktek kecurangan dan
mungkin terobosan yang bisa dilakukan untuk kegiatan mendatang agar program
RS-RTLH bisa lebih baik lagi. Akan tetapi, karena memang menurut keterangan
dari pihak Dinas Sosial Kota Serang memang tidak ada penganggaran untuk
106
kegiatan tersebut, padahal rapat kerja tersebut sebenarnya bermanfaat betul untuk
yang dilakukan antara pihak aparatur kecamatan dengan pihak lainnya, seperti
dengan Dinas Sosial Kota Serang dilakukan pada saat kegiatan sosialisasi
program RS-RTLH. Hal tersebut juga lebih kepada diskusi non formal karena
hanya sekedar obrolan ringan saja, adapun untuk diskusi formal dalam bentuk
Selain itu, koordinasi yang dilakukan oleh pihak kecamatan dengan TKSK
bahwa TKSK akan melakukan survei di wilayah kecamatan yang saya pimpin
107
untuk minta didampingi. Namun apabila saya ada memiliki kesibukan pekerjaan
lain saya tidak bisa mendampingi TKSK pada saat kegiatan survei tersebut.
“…Koordinasi yang saya lakukan saat ini hanya kepada pihak RT saja
secara langsung karena mereka memberikan laporan berupa proposal-
proposal calon penerima bantuan untuk diteruskan ke pihak kecamatan…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
yang dilakukan oleh unsur kelurahan lebih kepada disposisi proposal dari pihak
yang sudah lengkap ataupun penambahan proposal bantuan yang baru masuk.
“…Tidak ada koordinasi yang berarti, hanya lebih kepada pelaksanaan alur
tugas dari tiap pihak saja, contohnya pada saya tugasnya untuk
pengumpulan proposal warga saja dan terkadang menemani TKSK untuk
pelaksanaan survei lapangan itupun terbilang jarang karena kesibukan saya
juga…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
rutin karena pihak RT juga harus mengurus pekerjaan lainnya. Adapun koordinasi
bantuan yang sudah diterima dan diseleksi oleh mereka ataupun ada proposal
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Yang saya tau mungkin saja waktu sosialisasi pendataan itu jadi sarana
untuk pihak pelaksana program RS-RTLH untuk berkoordinasi, selebihnya
saya kurang begitu tahu pasti…”
109
yang dilakukan oleh pihak pelaksana program RS-RTLH dilakukan pada saat
sepertinya membuat laporan kepada Dinas Sosial Kota Serang atas hasil survei
sebagai berikut :
“…Pasti ada koordinasi, minimal lewat telepon atau pesan dari handphone.
Sedangkan untuk koordinasi langsung, seperti rapat yang melibatkan pihak
kecamatan, kelurahan, RT dengan warga masyarakat itu saya tidak pernah
dengar ada seperti itu…”
pasti dilakukan lewat telepon. Sebab untuk koordinasi antara masyarakat dengan
110
pihak RT saja sudah sulit karena masyarakat tidak mengetahui informasi program
mereka ajukan itu sudah sampai mana tapi tidak mendapat respon dari pihak RT.
lebih bersifat obrolan santai dan bukan koordinasi yang khusus atau
RTLH lebih sering dilakukan melalui telepon dan laporan kerja sesuai
dengan tugasnya.
wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala Sub Bidang
mengemukakan :
111
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
“…Betul sekali, dari Dinas Sosial Kota Serang melakukan sosialisasi itu
sebanyak 2 kali. Sosialisasi yang pertama untuk menyampaikan informasi
tentang program RS-RTLH kepada masyarakat calon penerima bantuan,
seperti syarat pengajuan dan alur pengajuan, adapun sosialisasi yang kedua
untuk memberikan bantuan tunai kepada masyarakat yang lulus seleksi
kriteria sebagai penerima bantuan program RS-RTLH…”
kepada Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk
Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 6 ayat 3, dimana Dinas Sosial Kota
sosialisasi sebanyak dua kali, dimana sosialisasi tahap pertama untuk memberikan
Kota Serang, dan sosialisasi tahap kedua untuk bimbingan teknis penerima
Gambar 4.2
Sosialisasi Tahap Kedua Berupa Bimbingan Teknik Kepada Penerima
Bantuan Program RS-RTLH Sekaligus Penyerahan Bantuan Secara Simbolis
tahap kedua dilakukan oleh dinas sosial kota serang kepada masyarakat yang lulus
menggunakan balai serba guna kecamatan. Isi kegiatan sosialisasi tahap kedua
rumahnya sesuai dengan rencana anggaran biaya dalam proposal, batas waktu
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 6 ayat 3. Pada sosialisasi yang pertama kali
melalui transfer ke rekening bank yang dibuat penerima pada bank yang ditunjuk
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
bertumpu kepada satu lokasi saja, yakni di kantor kecamatan karena umumnya di
kantor kecamatan terdapat ruang serba guna yang biasa dijadikan sebagai tempat
untuk sosialisasi program kerja pemerintah maupun untuk rapat kerja aparatur
kecamatan dan jajaran di bawahnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab
115
minimnya masyarakat yang hadir dalam acara tersebut karena kantor kecamatan
relatif jauh jaraknya dengan lokasi rumah warga penerima bantuan, padahal jika
dengan teknis yang tidak harus secara formal, seperti dengan cara melakukan
rapat di musholla atau masjid atau di tempat lain dengan mengundang tiap kepala
keluarga yang rumahnya masuk dalam kategori tidak layak huni untuk diberikan
hari setelah magrib atau isya karena warga banyak yang berkumpul kalau di
malam hari. Sehingga sosialisasinya bisa menyeluruh, lebih transparan dan dapat
memperkecil adanya praktek kecurangan yang selama ini masih dilakukan karena
dalam pemilihan calon penerima bantuan yang hanya berfokus kepada masyarakat
“…Ya ada kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang, kalau tidak salah di tiap tahunnya ada 2 kali pelaksanaan sosialisasi
yang terkadang menggunakan lokasi di kantor kecamatan…”
116
kali pada setiap tahunnya, dimana tahap 1 untuk memberikan informasi program
bantuan secara simbolis dari unsur dinas sosial kota serang kepada penerima
“…Seingat saya ada pelaksanaan sosialisasi dari Dinas Sosial Kota Serang
berkenaan dengan program RS-RTLH. Tapi sepengamatan saya jarang yang
hadir juga masyarakatnya, hanya lebih banyak diisi oleh aparatur
kecamatan, kelurahan dan pihak RT yang bisa hadir itu juga…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
kantor kecamatan saja. Kegiatan sosialiasi yang bertumpu kepada satu titik saja,
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
kecamatan saja, namun dapat juga dilakukan di kantor kelurahan atau di tempat
lain yang dilakukan secara bergiliran sehingga masyarakat di tiap kelurahan bisa
tahu dan terlibat langsung karena jaraknya lebih dekat dibandingkan ke kantor
118
tidak harus bersifat formal bisa juga secara non formal namun tetap mencapai
masjid, musholla dan tempat lainnya yang mampu menampung orang dalam
jumlah banyak. Pemilihan waktunya juga baiknya dilakukan di malam hari karena
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Saya sebetulnya tidak di kasih tahu sama, baik dari pihak kecamatan,
pihak kelurahan dan pihak RT terkait adanya pelaksanaan sosialisasi awal
untuk pendataan masyarakat yang rumahnya tidak layak huni. Informasi
sosialisasi itu saya dapat dari tetangga yang tahu informasi itu dari aparatur
kecamatan terkait informasi pelaksanaan sosialisasi program RS-RTLH di
kecamatan Curug. Begitu tahu, saya langsung ikut dan langsung
mengajukan proposal ke pihak RT dan ngasih tahu tetangga lain yang
rumahnya perlu di perbaiki…”
sosialisasi program RS-RTLH tersebut saya dapatkan dari tetangga saya yang
mengetahui adanya tahu informasi itu dari aparatur kecamatan terkait informasi
sebagai berikut :
hidup berkecukupan atau punya rumah yang masih layak huni dibandingkan
warganya yang lainnya…”
disampaikan oleh pihak aparatur kecamatan, kelurahan dan pihak RT saja kepada
lingkungan keluarganya dan orang yang terlanjur tahu karena informasi dari orang
lain yang mengetahui adanya kegiatan sosialisasi tersebut. Hal ini menyebabkan
orang yang mengajukan dan menerima bantuan banyak yang berasal dari keluarga
atau teman dari pejabat kecamatan sampai RT begitu. Sosialisasi dengan berfokus
surat edaran yang berisikan infomasi program RS-RTLH dan program pemerintah
teknis yang tidak harus secara formal, seperti rapat di musholla atau
melalui penggunaan media informasi cetak, seperti iklan di koran, spanduk atau
televisi menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si
“…Setahu saya tidak ada penggunaan media cetak untuk promosi program
RS-RTLH. Untuk media elektronik memungkinkan bisa, contohnya
penggunaan website resmi Dinas Sosial Kota Serang pada situs
https://dinsos.serangkota.go.id …”
Tanggapan yang dikemukakan Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku Kabid
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
berikut:
Gambar 4.3
Website Dinas Sosial Kota Serang Dalam Penyebarluasan Informasi
Program RS-RTLH Kepada Publik
Berdasarkan gambar 4.3, diketahui bahwa situs resmi dinas sosial kota
bimbingan teknis sebagai bentuk sosialiasi tahap kedua kepada masyarakat yang
telah lulus seleksi sebagai penerima bantuan untuk diberikan petunjuk teknis lebih
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
124
program RS-RTLH dilakukan melalui publikasi berita di situs resmi Dinas Sosial
televisi lokal atau di radio karena adanya konsekuensi biaya. Adapun media cetak,
RTLH sebatas pada saat pelaksanaan sosialisasi di kantor kecamatan saja, untuk
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
“…Saya kurang tahu soal itu, tapi sebetulnya banyak cara yang bisa
dilakukan, seperti Dinas Sosial Kota Serang membuat brosur program RS-
RTLH yang berisi syarat pengajuan, peraturan dalam program RS-RTLH,
tahapan pengajuan, mulai dari awal sampai dengan proses survei dan
pemberian bantuan. pembagian brosur tersebut bisa memerintahkan aparatur
kecamatan, kelurahan dan pihak RT bahkan termasuk TKSK juga bisa untuk
memberikan brosur tersebut kepada masyarakat yang rumahnya tidak layak
huni sehingga masyarakat dapat tahu isi program tersebut meskipun tidak
mengikuti sosialisasinya…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
RTLH juga dapat dilakukan dengan menggunakan spanduk yang bisa dipasang di
lokasi strategis, seperti di kantor kecamatan dan kantor kelurahan atau spanduk
Selain itu, harapan adanya brosur program RS-RTLH yang dirilis oleh
Dinas Sosial Kota Serang juga dapat digunakan sebagai sarana promosi program
“…Kalau memang bisa, tinggal buat saja spanduk program RS-RTLH yang
dipasang di kantor kecamatan, di pinggir jalan yang strategis juga bisa jadi
masyarakat bisa tahu adanya info program RS-RTLH sehingga kalau
mereka ingin bertanya tinggal datang ke kecamatan, kelurahan atau pihak
RT di masing-masing mereka tinggal. Hanya konsekuensi kepada biaya
pembuatan spanduk saja sebenarnya, tapi manfaat penyebarluasan
informasi…”
bisa dipasang di kantor kecamatan atau di pinggir jalan yang strategis jadi bisa
RS-RTLH akan memiliki konsekuensi terkait dengan biaya spanduk. Akan tetapi
jika manfaatnya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat maka pilihan
“…Selama ini saya hanya tahunya ada kegiatan sosialisasi saja, sedangkan
media apa saja yang dipakai untuk promosi program RS-RTLH itu saya
kurang tahu pasti…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
belum dijumpai, baik berupa spanduk atau brosur program RS-RTLH. Pada
127
mulut ke mulut saja yang tentunya hal ini bersifat lambat bila dibandingkan
“…Untuk itu saya kurang bisa menjelaskan, mungkin saja secara elektronik
bisa pakai website instansi (https://dinsos.serangkota.go.id), atau facebook
karena orang banyak yang pakai facebook. Untuk yang cetaknya sepertinya
tidak dipakai…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Sepertinya tidak ada, yang paling mudah saja, seperti spanduk di kantor
kecamatan tentang program RS-RTLH saja tidak ada, apalagi spanduk di
pinggir jalan atau lokasi lainnya yang sebetulnya strategis, seperti di kantor
kelurahan, papan informasi masjid juga tidak ada…”
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak ada penggunaan media cetak, seperti
koran, spanduk dan brosur maupun media elektronik, seperti iklan layanan
program RS-RTLH.
sebagai berikut :
“…Belum ada sampai sekarang, baiknya untuk tiap RT saja bisa buat brosur
program kerja pemerintah Kota Serang yang melibatkan partisipasi aktif
masyarakat, seperti program RS-RTLH itu banyak orang yang
membutuhkan, hanya sayangnya kita tidak tahu saja informasi mengenai
program itu…”
warga yang lain di lingkungan tempat tinggalnya dan dari orang yang pernah
oleh masyarakat.
dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala Sub Bidang Perencanaan
“…Informasi yang terkait dengan program memang sangat jelas dan mudah
dipahami, seperti syarat pengajuan sebagai peserta terbilang mudah karena
hanya mengajukan proposal bantuan, alur pengajuan dari masyarakat ke
pihak RT setempat setelah itu masyarakat tinggal menunggu hasil akhir
penerima bantuan untuk di wilayah kecamatan setempat…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
bantuan program RS-RTLH yang harus ditempuh oleh masyarakat yang ingin
mengajukan bantuan rehab rumahnya yang tidak layak huni disajikan pada
Gambar 4.4
Alur Permohonan Pendaftaran Bantuan Program RS-RTLH
atau sekretaris
Kepala Bidang
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
133
sudah sangat jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat, mencakup syarat
pengajuan dan alur tahapan pengajuan dari awal sampai dengan selesai. Informasi
tersebut disampaikan oleh Dinas Sosial Kota Serang pada saat pelaksanaan
kecamatan setempat.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa isi program RS-RTLH sebetulnya tidak terlalu banyak
dan mudah dipahami, baik syarat pengajuan yang hanya sebatas proposal saja.
bantuan di tahun sebelumnya dengan merubah isi sesuai dengan rehab yang ingin
dilakukannya.
134
“…Sangat jelas isi dari program RS-RTLH dan terbilang mudah juga
diingat untuk persyaratan dan tahapan pengajuannya…”
“…Sudah baik, tidak ada sesuatu hal yang membingungkan dari isi program
RS-RTLH, baik tugas yang dilaksanakan oleh pihak pelaksana program
maupun prosedural yang harus dilalui oleh masyarakat yang ingin
mengajukan bantuan rehab rumah mereka yang tidak layak huni…”
informasi yang terdapat dalam program RS-RTLH sudah jelas dan mudah
oleh masyarakat yang ingin mengajukan bantuan rehab rumah mereka yang tidak
layak huni.
“…Ya sudah jelas sekali, mudah dipahami dan diingat oleh masyarakat juga
meskipun mereka yang tidak berpendidikan tinggi…”
135
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
tidak berpendidikan tinggi. Selain itu, persyaratannya juga mudah diingat, seperti
mengajukan proposal bantuan rehab rumah tidak layak huni untuk diberikan ke
“…Bisa dipahami dengan baik oleh petugas dan masyarakat. Terus juga
untuk aspek kriteria pemilihan rumah tidak layak huni dengan istilah
ALADIN, yaitu singkatan atap lantai dan dinding juga mudah diingat
sebagai alat ukur seseorang ditetapkan sebagai penerima bantuan atau
tidaknya…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
RTLH sangat mudah dipahami oleh kita sebagai pihak pelaksana program di
lapangan dalam pengumpulan proposal dan proses seleksi dan mudah dipahami
pula masyarakat. Salah satu contoh isi informasi tersebut adalah kriteria atap,
lantai dan dinding yang disingkat Aladin, memudahkan kita untuk proses seleksi
proposal untuk dipilih sebagai penerima bantuan yang pihak RT ajukan. Tahapan
136
bantuan rehab rumah program RS-RTLH yang nantinya diserahkan kepada pihak
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
untuk isi proposal bantuan rehab rumah harus melampirkan foto rumah tampak
depan, tampak belakang, kiri dan kanan. Sedangkan untuk tahapan pengajuan,
Gambar 4.5
Persyaratan KTP dan Kartu Keluarga Yang Dilampirkan
Dalam Proposal Permohonan Bantuan
proposal bantuan yang diajukan oleh masyarakat adalah identitas diri yang
berlaku sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun
2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 4. Identitas
diri tersebut mencakup e-ktp dan kartu keluarga (KK). Sedangkan persyaratan
lainnya terdapat pada rencana anggara biaya dalam proposal permohonan bantuan
sebagai berikut :
138
dipahami oleh masyarakat. Hal ini disebabkan tidak ada perubahan dalam isi
program tersebut, seperti alur pengajuan proposal juga masih sama seperti tahun-
pihak RT dan menunggu kabar lebih lanjut. Sedangkan untuk proposal bantuan
menyesuaikan tabel rencana anggaran biaya (RAB) dari rehab rumah yang akan
dilakukannya.
139
berikut:
Gambar 4.6
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Dalam Proposal Permohonan Bantuan
yang dibutuhkan untuk dapat melakukan rehab rumah, dimana biaya tersebut
adalah biaya untuk pembelian bahan baku material rehab rumah. Sebab, dalam
sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020
jasa tukang karena minimnya warga yang mau terlibat dalam gotong royong.
140
1. Isi informasi terkait program RS-RTLH sudah sangat jelas dan mudah
tahapan pengajuan dari awal sampai dengan selesai, baik tugas pihak
melakukan koordinasi yang baik. Faktor struktur birokrasi pada penelitian ini
meliputi: (1) aspek standar operasional prosedur, dan (2) pembagian tugas dan
Serang.
hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala Sub
mengemukakan :
141
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
“…Dalam standar operasional prosedur itu menyangkut hal yang sudah saya
jelaskan pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Cakupannya meliputi apa
saya persyaratan untuk pengajuan, kriteria rumah tidak layak huni dengan
istilah ALADIN, tahapan birokrasi pengajuan proposal bantuan, proses
seleksi, survei oleh TKSK, hingga bantuan diterima. Salah satunya juga
terkait bantuan berupa uang tunai dan waktu pengerjaan rehab rumah…”
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-
RTLH Kota Serang, dimana pasal 4 (6) menyatakan penerima bantuan adalah jika
memenuhi kriteria rumah tidak layak huni dengan istilah Aladin (atap, rumah dan
dinding), bentuk bantuan yang diberikan secara tunai, lama waktu rehab rumah
142
seleksi, survei oleh TKSK, hingga bantuan diterima oleh penerima bantuan.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
penerima bantuan berkenaan dengan tugas verifikasi data proposal dengan kondisi
verifikasi tersebut dinilai valid, maka penerima bantuan dapat menerima bantuan.
apabila datanya tidak valid, penerima bantuan tidak jadi mendapatkan bantuan.
standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi pedoman dan acuan bagi
kepada penerima bantuan yang diserahkan langsung oleh Dinas Sosial Kota
lokasi rumah calon peserta penerima bantuan oleh TKSK, adanya proposal
bantuan yang sudah dilengkapi dengan rencana anggaran biaya dan melampirkan
persyaratan seperti ktp, kartu keluarga, lampiran foto rumah, kriteria seleksi calon
penerima bantuan berdasarkan kriteria atap, dinding dan lantai (Aladin), lama
waktu pengerjaan rehab rumah harus selesai selama 30 hari kerja sejak bantuan
diterima.
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
rumah berdasarkan atap, dinding dan lantainya. Kriteria tersebut yang diutamakan
untuk warga bisa mendapatkan bantuan rehab rumahnya. Selain itu, kelengkapan
proposalnya juga akan menjadi tinjauan untuk mengetahui kondisi rumah yang
145
terlampir dalam foto untuk verifikasi di lapangan pada saat dilakukan survei
“…Ada syarat dokumen untuk warga bisa mengajukan bantuan dengan cara
membuat proposal, terus ada kriteria seleksi berdasarkan kondisi atap,
dinding dan lantai dari rumahnya, dan lama waktu pengerjaan rehabnya…”
“…Bagi warga yang mau mendaftarkan diri sebagai calon penerima bantuan
mereka harus membuat proposalnya yang nanti kita seleksi apakah layak
menerima bantuan atau tidak, karena banyak warga yang mengajukan
bantuan tersebut…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
bantuan rehab untuk diseleksi oleh pihak RT. Untuk tambahan informasi lebih
kepada jika proposalnya memenuhi kriteria seleksi atap, dinding dan lantai maka
pemohon nantinya akan disurvei rumahnya dan nantinya akan diberikan batas
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 13, dimana uang bantuan diberikan secara
tunai sebesar 15 juta rupiah melalui rekening penerima bantuan secara kelompok.
kelompok, akan tetapi dalam pelaksanaannya pengambilan uang tetap melalui jasa
seperti mengganti uang tunai menjadi bahan material. Apabila diberikan dalam
bentuk bahan material, jika dihitung secara nominal rupiah pun tidak mencapai
nominal sebesar 15 juta rupiah. Pada akhirnya, penerima bantuan mau tidak mau
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk biaya tukang dan biaya konsumsi
Selain itu, uang bantuan yang apabila memang diterima secara tunai oleh
tersebut dengan alasan untuk biaya operasional dari oknum aparatur kecamatan,
kelurahan hingga pihak RT selaku pihak yang mengurus proposal tersebut hingga
lulus seleksi dan diterima sebagai penerima bantuan program RS-RTLH. Hal ini
sebagai berikut :
“…Ada banyak sepertinya, tapi yang saya tahu itu lebih kepada dokumen
persyaratan pengajuan proposal, jumlah uang bantuan yang diterima yang
katanya sebesar 15 juta tunai dan batas waktu rehab rumah diberikan selama
30 hari katanya…”
“…Untuk alur pelayanan saya kurang tahu, yang saya kepada syarat untuk
bisa mengajukan bantuan dengan cara bikin proposal. Selebihnya bersifat
info saja, seperti jumlah uang bantuan tunai dan lama waktu pengerjaan
rehab sejak bantuan itu diberikan kepada penerimanya…”
uang bantuan yang akan diterima nantinya sebesar 15 juta rupiah untuk
terhitung sejak uang bantuan diterima penerima bantuan. adapun alur pelayanan
148
yang diketahui oleh masyarakat hanya sebatas membuat proposal rehab rumah
memenuhi kriteria atau tidak untuk bisa menjadi penerima bantuan pada program
RS-RTLH,
diberikan secara tunai, lama waktu rehab rumah selama 30 hari kerja,
dalam bentuk bahan material, jika dihitung secara nominal rupiah pun
untuk biaya tukang dan biaya konsumsi untuk masyarakat yang datang
membantu gotong-royong.
baik, menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku
Serang mengemukakan :
“…Sepertinya sudah berjalan dengan baik sampai dengan saat ini, adapaun
untuk tugas BAPPEDA Kota Serang hanya sebagai pengawas pelaksanaan
program, dimana proses pengawasannya berfokus kepada pemeriksaan hasil
laporan pelaksanaan program RS-RTLH pada setiap tahunnya yang
diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
RS-RTLH pada setiap tahunnya yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Serang.
Adapun tugas Dinas Sosial Kota Serang bertugas untuk melaksanakan program
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
“…Harapan dari TKSK kepada pihak Dinas Sosial Kota Serang untuk
optimalisasi kegiatan survei dan meminimalisir kecurangan di lapangan oleh
oknum yang tidak bertanggungjawab adalah agar ada pegawai Dinas Sosial
Kota Serang yang terlibat dalam survei lapangan mendampingi TKSK.
Sebab selama ini, TKSK tidak bisa bertindak untuk melaporkan kecurangan
yang dilakukan oknum kecamatan, kelurahan atau pihak RT, karena
lingkungan kerja dari TKSK di wilayah kecamatan tersebut pada setiap
harinya, dan juga mereka adalah bagian dari warga kecamatan tersebut
sehingga khawatir apabila mereka melaporkan nantinya akan menyulitkan
151
diri mereka sendiri pada saat ada keperluan administratif dengan pihak
kecamatan dan kelurahan.…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
“…Tugas saya sebagai TKSK sebagai pihak yang mensurvei lokasi rumah
dari calon penerima bantuan yang juga nantinya sebagai pendamping warga
penerima bantuan dari program RS-RTLH sudah dilaksanakan dengan
sebaik mungkin. Bahkan sebagian dari masyarakat menganggap kalau
TKSK itu perwakilan pegawai dari Dinas Sosial Kota Serang, padahal
bukan karena seringnya kita terlihat oleh masyarakat. Artinya sebisa
mungkin dari pihak Dinas Sosial Kota Serang juga ada yang bisa dilibatkan
dalam pelaksanaan survei, sebab mereka juga memiliki data dari proposal
bantuan setiap kecamatan sehingga bisa verifikasi keabsahan proposal
dengan kondisi rumah warga secara langsung. Kalau bisa juga, untuk pihak
kecamatan, kelurahan dan pihak RT diwajibkan untuk bersama-sama
mendampingi TKSK pada saat survei, jangan hanya ada pada saat ada
kepentingan untuk titipan penerima bantuannya saja mereka mau
mendampingi, sedangkan kalau tidak ada titipan mereka tidak mau ikut
mendampingi…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa TKSK sebagai pihak yang bertugas mensurvei lokasi
rumah dari calon penerima bantuan yang juga nantinya sebagai pendamping
warga penerima bantuan dari program RS-RTLH pada saat pelaksanaan rehab
Selain itu, adanya harapan agar dalam pelaksanaan kegiatan survei dan
penerima bantuan dengan adanya penambahan pegawai dari Dinas Sosial Kota
Serang yang terlibat dalam survei lapangan mendampingi TKSK sehingga oknum
dari seluruh warga se-kecamatan Curug untuk dilaporkan ke Dinas Sosial Kota
Serang untuk ditindaklanjuti dengan proses survei dari TKSK ke lokasi rumah
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
kelurahan bertugas untuk mendisposisi proposal yang masuk dari pihak RT untuk
diteruskan ke pihak kecamatan. Selain itu, harapan dari aparatur kelurahan atas
pemberian reward. Pemberian reward dapat berupa materil maupun non materil
penerima bantuan agar lebih termotivasi bekerja lebih baik lagi ke depannya.
“…Pihak RT sudah berusaha agar warga kami yang rumahnya tidak layak
huni mendapatkan bantuan, dengan cara kita datangi mereka ke rumahnya
untuk diberikan penjelasan informasi dan persyaratannya, kemudian baru
proposal yang sudah warga kami buat nantinya akan dilaporkan ke pihak
RT. Terkadang juga saya suka menemani TKSK waktu survei lokasi
walaupun tidak sering…”
154
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
survei lokasi rumah, memberikan informasi kepada warga kami walaupun tidak
“…Menurut saya yang relatif bekerja itu dari Dinas Sosial Kota Serang
dalam pelaksanaan sosialisasi dan pekerjaan administratif di kantor terkait
program RS-RTLH. Dari pihak kecamatan, pihak kelurahan dan pihak RT
tidak ada pekerjaannya sama sekali karena cuma menerima berkas dokumen
dan melanjutkan ke atas saja, tidak pernah terlihat turun ke lapangan pada
saat pelaksanaan survei lapangan. Yang patut diacungi jempol adalah
petugas TKSK kecamatan curug yang mau melaksanakan tugasnya
mensurvei dan memberikan informasi terkait program RS-RTLH yang tidak
diketahui oleh masyarakat selaku pemohon penerima bantuan…”
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa TKSK yang dinilai paling sering ditemui
permohonan bantuan rehab rumah itu. Sedangkan Dinas Sosial Kota Serang hanya
155
dan melanjutkan ke atas saja dan jarang turun ke lapangan pada saat pelaksanaan
Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH
Kota Serang Pasal 6 poin C, dimana pendamping dalam hal ini aparatur
kecamatan dan kelurahan bertugas membantu Dinas Sosial Kota Serang untuk
monitoring atau pengawasan menjadi celah bagi pihak kecamatan dan kelurahan
untuk tidak terlibat aktif dalam kegiatan survei. Padahal semestinya kegiatan
monitoring tersebut salah satu kegiatannya dilakukan dengan cara survei lokasi
kecamatan dan kelurahan cenderung pasif dalam bekerja, yakni hanya menunggu
berkas proposal bantuan yang masuk dari jajaran di bawahnya tanpa berupaya
untuk menjemput proposal dan atau melakukan survei ke lokasi rumah warga.
terlihat menemani petugas TKSK saat survei lokasi rumah. Keterlibatan tersebut
masyarakat yang mengajukan bantuan yang akan di survei nantinya karena masih
mengajukan bantuan tidak memiliki hubungan kekerabatan maka tidak ada yang
sebagai berikut :
“…Yang saya tahu kalo tugas RT lebih duduk santai sambil menerima
masyarakat yang memberikan dokumen proposal bantuan rehab rumah,
karena RT juga tidak pernah memberikan informasi sama masyarakat
tentang adanya pelaksanaan program RS-RTLH ke masyarakat, jadi
masyarakat tahunya dari informasi tetangga atau teman yang pernah
mendapatkan bantuan itu. Yang lebih konsisten dalam bekerja ada di TKSK
Kecamatan Kasemen yang sering melakukan survei ke rumah masyarakat
yang mengajukan permohonan bantuan tersebut di setiap kelurahan pada
kecamatan Kasemen…”
“…Banyak kerjanya itu dari TKSK yang bertugas survei rumah warga yang
tidak layak huni yang mengajukan bantuan dan juga melihat rumah tidak
layak huni lainnya untuk di data untuk pengajuan di tahun mendatang. Pihak
Dinas Sosial Kota Serang tidak terlihat langsung di lapangan, mungkin
memang fokus kepada pelaksanaan sosialisasi saja. Adapun pihak
kecamatan dan pihak kelurahan tidak terlihat kerjanya sama sekali.
Sedangkan RT juga terkesan malas untuk memberikan info kepada
masyarakatnya dan juga tidak menemani petugas TKSK saat survei dengan
alasan sedang sibuk…”
RS-RTLH adalah TKSK karena paling sering ditemui oleh masyarakat pada saat
rehab rumah. Sedangkan dari pihak Dinas Sosial Kota Serang lebih berfokus
kepada sosialisasi saja, dan tidak melakukan pendampingan kepada TKSK pada
survei di lapangan.
tugas dan tanggung jawab pekerjaan dari pihak pelaksana program RS-RTLh
antara lain :
bantuan.
2. TKSK sebagai pihak yang bertugas mensurvei lokasi rumah dari calon
se-kecamatan.
ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya harus
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk
dan sikap melaksanakan kebijakan. Faktor disposisi (sikap) pada penelitian ini
meliputi: (1) aspek komitmen pihak pelaksana, dan (2) sikap profesionalisme
menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala
mengemukakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
Rumah yang memenuhi kriteria penilaian rumah yang tidak layak disajikan
Gambar 4.7
Rumah Tidak Layak Huni Yang Memenuhi Kriteria Atap, Dinding, Lantai
merupakan rumah yang tidak memenuhi kriteria atap, dinding dan lantai yang
layak. Ketidaklayakan tersebut sesuai dengan kriteria yang diatur dalam Peraturan
Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-
keselamatan penghuninya.
12. Sumber air tidak sehat, akses memperoleh air bersih terbatas.
13. Tidak ada akses MCK.
14. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara.
15. Lantai dari papan bahan tidak permanen ataupun lantai dari tanah.
16. Saluran pembuangan air yang tidak memenuhi standar.
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa komitmen dari Dinas Sosial Kota Serang
sudah dilaksanakan dengan sebaikmungkin. Selain itu, TKSK yang ditunjuk oleh
Dinas Sosial Kota Serang sebagai pelaksana lapangan untuk kegiatan survei juga
satunya proposal yang diserahkan kepada kita (Dinas Sosial Kota Serang)
harusnya adalah proposal yang benar-benar rumahnya tidak layak huni dengan
memenuhi kriteria atap, dinding dan lantai (Aladin) yang kurang layak sesuai
162
dengan Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk
Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 4 ayat 6, karena oknum tersebut
penerima bantuan.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Gambar 4.8
Penerima Bantuan Yang Menerima Bantuan Berupa Bahan Material
berlaku yang dilakukan oleh oknum kecamatan, kelurahan dan atau pihak RT
berupa uang tunai sebesar 15 juta rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-
RTLH Kota Serang Pasal 13. Akan tetapi, penerima bantuan justru menerima
bantuan berupa bahan-bahan material saja yang apabila dihitung secara nominal
juga tidak mencapai jumlah uang bantuan tersebut. Hal ini menunjukkan
Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
adanya kesepakatan yang tidak tertulis yang diajukan oleh oknum pihak
kecamatan, kelurahan dan atau pihak RT selaku pihak yang dinilai membantu
tersebut bahwa bantuan yang diterima adalah dalam bentuk bahan material yang
terdapat dalam rencana anggaran biaya dalam proposal yang mereka ajukan.
rumahnya karena kondisi perekonomian mereka yang sulit dan masyarakat yang
tidak mengeluarkan modal atau biaya yang besar dalam proses pengajuan
164
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pihak yang melakukan proses seleksi
yang dilakukan oleh pihak kecamatan, kelurahan dan pihak RT karena dinilai
mereka yang mengetahui pasti kondisi rumah dari warga yang mengajukan
dari yang seharusnya berupa uang tunai sebesar 15 juta rupiah, ternyata diganti
menjadi bahan material yang kalaupun diuangkan tidak sampai nominal tersebut
dengan alasan sudah penuh kuotanya padahal pengajuan proposal warga tidak ada
justru proposal bantuan tersebut langsung diterima oleh pihak RT, dengan
besarnya berkisar 300 ribu sampai dengan 500 ribu supaya warga bisa
TKSK pada saat survei lokasi meskipun tidak sering sebagai cerminan kontribusi
“…Komitmen kerja dari Dinas Sosial Kota Serang harus dioptimalkan lagi
kalau bisa, sebab Dinas Sosial Kota Serang seperti lepas tangan untuk
aktivitas pelaksanaan program RS-RTLH di lapangan, seperti tidak terlibat
aktif survei atau tidak ada koordinasi dengan pihak kelurahan atau RT…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
proses seleksi penerima bantuan. Bahkan menurut aparatur kelurahan yang harus
ditingkatkan adalah fungsi dari dinas sosial kota serang yang tidak terlibat aktif
167
yang seakan-akan menunjukkan dinas sosial kota serang lepas tangan karena telah
kelurahan.
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
berlaku. Hanya saja terdapat kekurangan dari masyarakat yang melewati batas
waktu pengerjaan rehab rumah yang lebih dari 30 hari kerja. Hal ini disebabkan
168
masyarakat adanya biaya tidak terduga pada saat melakukan rehab maupun
penggunaan tukang utama dan pembantu yang membuat biaya rehab menjadi
lebih besar, ditambah dengan faktor cuaca yang tidak menentu yang dapat
Penerima bantuan yang tidak tepat sasaran disajikan pada gambar berikut:
Gambar 4.9
Ketidaktepatan Penyaluran Bantuan Kepada Masyarakat
Yang Rumahnya Masih Layak Huni
unsur pihak Kecamatan, kelurahan dan atau pihak RT ditunjukkan dari masih
terdapatnya peserta penerima bantuan yang rumahnya masih layak huni karena
atapnya, dinding dan lantainya terbuat dari bahan yang aman dan nyaman untuk
dengan oknum aparatur kecamatan, kelurahan dan atau pihak RT. Hal ini jelas-
jelas bertentangan dengan kriteria Aladin yang diatur dalam Peraturan Walikota
Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH
Kota Serang Pasal 4 ayat 6, seperti atap masih berupa seng atau atap semi
permanen, lantai masih beralaskan tanah, dan dinding tidak berplester. Akan
tetapi, masyarakat yang rumahnya benar-benar tidak layak huni justru tidak
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
proposal bantuan dengan alasan kuotanya tidak mencukupi. Tidak hanya itu,
masyarakat yang menerima bantuan harus rela mendapatkan potongan dari uang
bantuan rehabnya agar bisa diluluskan sebagai penerima bantuan rehab rumah.
karena uang bantuan tunainya dipotong oleh oknum kecamatan, kelurahan dan
Gambar 4.10
Penerima Bantuan Yang Uang Bantuan Tunainya di Potong Oleh Oknum
berlaku yang dilakukan oleh oknum kecamatan, kelurahan dan atau pihak RT
yang melakukan pemotongan atau pungutan liar dari bantuan program RS-RTLH,
yaitu uang tunai sebesar 15 juta rupiah dipotong dengan alasan biaya administrasi
untuk pihak yang membantu mengurus proposalnya hingga diterima. Hal ini jelas-
Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-
RTLH Kota Serang Pasal 13 yang menerangkan uang bantuan sebesar Rp. 15 juta
potongannya relatif berkisar dari 1 juta rupiah sampai dengan 1,5 juta rupiah. Hal
ini menyebabkan penerima bantuan pada akhirnya tidak bisa secara menyeluruh
melakukan rehab rumahnya, seperti dinding tidak selesai hingga tahap acian dan
memungkinkan item lainnya, seperti atap dan lantai juga tidak bisa direhab secara
optimal karena uang bantuannya tidak mencukupi karena adanya potongan uang
sebagai berikut :
“…Hanya TKSK yang dalam penilaian saya yang punya komitmen dalam
melaksanakan program RS-RTLH karena sering terlihat survei di lokasi
rumah warga di beberapa kelurahan di Curug ini. Sedangkan aparatur
kecamatan, kelurahan dan termasuk RT juga sepertinya harus diberikan
pembinaan lebih lanjut agar dapat bekerja dengan lebih baik untuk
mengabdi kepada masyarakat…”
adanya sejumlah uang sogokan yang harus dibayarkan oleh masyarakat yang ingin
tindakan memalsukan foto rumah mereka yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya atau mengambil foto rumah orang lain yang tidak layak huni untuk
diberikan pembinaan lebih lanjut agar dapat bekerja dengan lebih baik untuk
Temuan penelitian pada faktor disposisi (sikap) pada aspek komitmen pihak
secara aktif dalam survei lokasi atau tidak ada koordinasi dengan
penerima bantuan.
174
menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala
mengemukakan :
“…Untuk hal tersebut saya tidak bisa memberi informasi dengan pasti
karena tidak terlibat di lapangan. Hanya saja, keterlibatan aktif di lapangan
terdapat pada TKSK, dimana selama ini tidak keluhan dari warga terhadap
pelayanan TKSK pada saat survei itu…”
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
“…Bagi pegawai dari Dinas Sosial Kota Serang sudah menunjukkan sikap
profesionalisme dengan sebaik mungkin pada saat bersentuhan langsung
dengan masyarakat, khususnya pada saat pelaksanaan sosialisasi yang mana
sebisa mungkin memberikan penjelasan yang lengkap, detail dan mudah
difahami oleh para audiens yang hadir di sana…”
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pegawai dari Dinas Sosial Kota Serang
detail dan mudah difahami oleh para audiens yang hadir pada saat kegiatan
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
kuota pesertanya sudah penuh, tapi pihak RT juga menawarkan jasa apabila
mereka tetap mau mengajukan proposal bisa tapi dengan cara memberikan
uang kepada pihak RT yang katanya sebagai upaya dari pihak RT untuk bisa
negosiasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan agar punya kita
diprioritaskan…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
kepada calon penerima bantuan dengan cara menjelaskan informasi program RS-
RTLH dan menjawab hal-hal yang masyarakat masih kurang bisa memahami.
Syukurnya masyarakat bisa memahami apa-apa yang saya jelaskan. Bahkan tidak
jarang juga pada saat berkomunikasi dengan calon penerima bantuan, masyarakat
bantuan kepada pihak RT dan keluhan lainnya yang kami terima dan sampaikan
“…Dari pihak Dinas Sosial Kota Serang relatif jarang melakukan kegiatan
turun ke lapangan secara langsung. Mereka hanya terlibat dalam
pelaksanaan sosialisasi saja, selebihnya mereka cenderung pasif atau
menunggu data proposal pengajuan itu masuk ke pihak kecamatan saja.
Sedangkan dari TKSK terkadang pada saat akan melakukan survei suka
bentrok dengan jadwal kegiatan saya di tempat lainnya…”
kecamatan menilai bahwa Dinas Sosial Kota Serang relatif jarang melakukan
menunggu proposal pengajuan masuk dari pihak kecamatan. Hal ini yang pihak
kecamatan sayangkan yang akhirnya membuat TKSK lebih bekerja keras untuk
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
yang telah lulus seleksi dari pihak RT untuk diperiksa kembali oleh pihak
“…Menurut saya dari pihak Dinas Sosial Kota Serang tidak ada yang mau
terlibat dalam proses turun survei mendampingi TKSK ke lokasi rumah.
Selain itu, pihak RT juga dimintai untuk menseleksi peserta penerima
bantuan, jadi saya sudah berupaya untuk melaksanakannya dengan sebaik
mungkin…”
“…Tidak ada kekurangan dari pihak RT, hanya saja apabila ada pemberian
brosur dari Dinas Sosial Kota Serang sebagai alat bantu promosi program
RS-RTLH mungkin pemberian informasi kepada masyarakat bisa jadi lebih
optimal…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
survei walaupun tidak dilakukan secara terus menerus. Hal yang disayangkan itu
pihak dinas sosial kota serang yang justru tidak terlibat dalam tugas lapangan
yang seharusnya dapat mendampingi TKSK saat survei untuk memeriksa secara
langsung kondisi rumah penerima bantuan. Selain itu, pihak dinas sosial kota
dengan brosur program RS-RTLH yang sebenarnya bisa menjadi alat bantu dalam
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
adalah TKSK, yang saya nilai sudah sangat baik dalam melaksanakan tugasnya
bantuan dapat lebih paham. Sedangkan dinas sosial kota serang lebih sebatas
sebagai berikut :
“…Peran penting dari TKSK yang sangat baik dalam pelaksanaan survei itu
yang membuat pelaksanaan program RS-RTLH masih dapat berjalan
sampai sekarang, ditambah peran dari Dinas Sosial Kota Serang walaupun
tidak terlalu terlihat oleh masyarakat…”
rumah warga penerima bantuan sudah sangat baik dan menjadi petugas yang
ini menutupi kekurangan dari pihak lainnya, khususnya dari pihak kecamatan,
sebagian orang saja dan bisa diakses oleh orang tertentu saja, bukan oleh
dilakukan dengan cara Focus Discusi Group (FDG) atau forum grup diskusi.
Forum diskusi grup digunakan untuk menyerap aspirasi secara lebih terbuka
program RS-RTLH. Adapun pihak pelaksana yang dapat terlibat aktif pada saat
pelaksanaan FDG adalah dari pihak RT. Hal ini disebabkan sulitnya mengatur
meliputi: (1) faktor penghambat yang berasal dari pihak pelaksana, dan (2) faktor
penghambat yang berasal dari masyarakat selaku sasaran penerima program RS-
RTLH.
Informasi berkenaan dengan apa saja yang menjadi faktor penghambat dari
dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala Sub Bidang Perencanaan
“…Sampai sejauh ini memang belum ada hambatan yang berarti, namun ada
baiknya memang ada kegiatan rapat kerja yang dilakukan oleh pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan program RS-RTLH tersebut, minimal ada 2 kali
pada setiap tahunnya untuk di awal atau persiapan sebelum pelaksanaan dan
di akhir untuk pembahasan hasil capaian program untuk mengetahui kendala
di lapangan dan atau penyimpangan yang dilakukan…”
183
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
“…Sebetulnya lebih kepada tidak adanya petugas dari Dinas Sosial Kota
Serang yang bertugas langsung di lapangan karena minimnya pegawai
Dinas Sosial Kota Serang yang ada di kantor untuk mengurus pekerjaan
administratif. Akhirnya kita hanya bertumpu kepada verifikasi proposal
pengajuan bantuan dari pihak RT yang disampaikan kepada pihak kelurahan
dan diteruskan ke pihak kecamatan, dari sini sebetulnya ada peluang untuk
terjadinya penyimpangan, seperti penerima bantuan tidak memenuhi kriteria
peserta penerima bantuan atau tidak tepat sasaran, sehingga kita
verifikasinya berdasarkan dari laporan dari TKSK saja sebagai petugas yang
ditunjuk oleh Dinas Sosial Kota Serang untuk pelaksanaan survei di
lapangan untuk memeriksa keabsahan data proposal dengan kondisi riil di
lapangan. Sampai dengan sekarang ini sepertinya masih berjalan dengan
baik karena tidak ada keluhan yang dilaporkan oleh masyarakat walaupun
tetap kita usulkan untuk adanya petugas dari unsur Dinas Sosial Kota
Serang untuk mendampingi TKSK saat bekerja di lapangan…”
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya ada kegiatan rapat kerja yang
tersebut, minimal ada 2 kali pada setiap tahunnya untuk di awal atau persiapan
sebelum pelaksanaan dan di akhir untuk pembahasan hasil capaian program untuk
bantuan. Seharusnya rehab rumah dapat selesai dalam 30 hari kerja sebagaimana
diatur dalam Peraturan Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang
Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota Serang Pasal 9 ayat 4 (F). Namun
ternyata waktu penyelesaian rehab rumah lebih dari itu karena alasan kurang biaya
atau faktor cuaca yang tidak menentu. Pada alasan kekurangan biaya diduga
menerima bantuan dalam bentuk tunai terdapat potongan dari oknum kecamatan,
kelurahan dan RT yang dinilai berjasa dalam meloloskan proposal dari penerima
bantuan terkait. Selain itu, penerima bantuan yang jika menerima bantuannya
dalam bentuk bahan material yang jika dinominalkan kurang dari jumlah tersebut
dan atau tidak sesuai dengan kuantitas dari jumlah material yang terdapat dalam
rancangan anggaran biaya. Sehingga masyarakat mau tidak mau harus mencari
royong merehab rumah warga yang mendapatkan bantuan juga menjadi penyebab
bantuan hanya berkisar 2-3 orang saja. jumlah tersebut pun tidak selalu konsisten
pada setiap harinya, sehingga penerima bantuan terpaksa untuk menggunakan jasa
tukang tertentu untuk menjadi pimpinan sekaligus pekerja utama dalam rehab
rumah tersebut. Hal ini juga jelas-jelas bertentangan dengan semangat program
185
Walikota Serang Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-
membayar upah tukang tersebut, sedangkan dalam rencana anggaran biaya tidak
terdapat komponen biaya tukang. Pada akhirnya hal inilah yang semakin membuat
penerima bantuan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merehab rumahnya
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
“…Hambatan dari pihak Dinas Sosial Kota Serang itu karena tidak ada
pegawai dinsos yang bisa terlibat aktif saat survei di lapangan, sehingga hal
ini membuat oknum pihak kecamatan, kelurahan dan pihak RT menjadikan
hal tersebut sebagai peluang untuk bermain dalam penentuan peserta yang
tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Misalkan masyarakat yang
masih ada hubungan kerabat yang mendapatkan bantuan padahal rumahnya
masih bagus, sedangkan masyarakat yang membutuhkan atau rumahnya
tidak layak huni justru tidak mendapatkan bantuan. Sehingga kadang pada
saat pelaksanaan survei, kita sering mendapati rumah yang masih bagus itu
yang justru dapet bantuan dengan cara memalsukan foto tampak rumah
dalam proposal pengajuan bantuan, hanya saja kita tidak bisa bertindak
apa-apa karena untuk rumah tersebut biasanya didampingi oleh oknum
kelurahan dan RT tersebut untuk mengamankan agar tetap lolos seleksi,
sedangkan pada saat survei ke lokasi lainnya yang tidak ada penerima
bantuan yang tidak ada hubungan keluarga dengan oknum tersebut tidak
mau mendampingi kita dengan berbagai alasan…”
186
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pegawai dari pihak Dinas Sosial Kota
Serang yang bisa terlibat aktif saat survei di lapangan karena lebih banyak
untuk bermain dalam penentuan peserta yang tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
Harapan lainnya agar petugas TKSK untuk tiap kecamatan bisa ditambah
menjadi minimal 3-4 orang petugas untuk mensurvei lokasi, karena apabila
berdua kita harus berbagi tugas untuk lokasi survei sehingga harus sendirian
dalam bertugas survei di lapangan. Adapun pihak kecamatan, atau kelurahan dan
yang titipan mereka karena masih ada hubungan keluarga, jika sudah selesai
“…Tidak ada hambatan yang berarti dari pihak pelaksana, hanya lebih
kepada tidak ada kegiatan rapat koordinasi secara khusus dengan pihak yang
terlibat saja …”
hambatannya lebih kepada tidak adanya kegiatan rapat koordinasi secara khusus
dengan seluruh pihak yang terlibat dalam program RS-RTLH saja, padahal hal ini
kecamatan kurang teliti sehingga tertukar proposal pengajuan yang lama dengan
proposal pengajuan yang baru dari calon peserta penerima bantuan karena
“…Mungkin karena tidak ada anggaran lebih untuk petugas dari kelurahan
makanya dari unsur kelurahan tidak mau terlibat aktif dalam pelaksanaan
program RS-RTLH, hanya sebatas kepada tugas utamanya saja, yakni
mengumpulkan proposal-proposal pengajuan dari pihak RT untuk
diteruskan ke pihak kecamatan…”
“…Menurut saya dari Dinas Sosial Kota Serang hanya mau terlibat di
kegiatan sosialisasi saja yang sebenarnya tidak membutuhkan waktu dan
tenaga ekstra dalam pelaksanaan program RS-RTLH. Sebab yang butuh
waktu dan tenaga itu pada saat survei calon penerima bantuan…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
Sosial Kota Serang hanya mau terlibat di kegiatan sosialisasi saja yang sebenarnya
tidak membutuhkan waktu dan tenaga ekstra dalam pelaksanaan program RS-
yang rumahnya tidak layak huni. Selain itu, kurangnya kinerja dari pihak
“…Kurangnya kerjasama dari Dinas Sosial Kota Serang untuk mau terjun
langsung ke lapangan, karena mereka memberikan tugas seleksi kepada
pihak RT dan untuk tugas survei dibebankan kepada TKSK…”
“…Tidak ada hambatan yang penting karena program RS-RTLH masih bisa
dilaksanakan oleh pihak RT dengan baik sampai dengan saat ini. Sebisa
mungkin ada pemberian penghargaan dalam berbagai bentuk yang sepadan
kepada pihak RT karena telah berkontribusi dalam pelaksanaan program
RS-RTLH tersebut…”
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
Dinas Sosial Kota Serang untuk mau terjun langsung ke lapangan karena
menganggap tugas seleksi sudah diserahkan kepada pihak RT dan untuk tugas
survei sudah dibebankan kepada TKSK yang pada akhirnya mendasari Dinas
Sosial Kota Serang untuk fokus kepada kegiatan sosialisasi dan pendataan
proposal bantuan rehab yang masuk dari tiap kecamatan di Kota Serang.
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
“…Dari unsur Dinas Sosial Kota Serang kalau bisa turut terlibat dalam
seluruh proses melalui perwakilannya, khususnya saat pendataan pemohon
peserta bantuan yang mendampingi aparatur kecamatan, kelurahan dan RT
agar pendataan bisa lebih tepat sasaran atau tidak berpihak kepada golongan
tertentu saja, seperti peserta penerima bantuan masih ada hubungan keluarga
atau pertemanan dengan aparatur tersebut. Sebab hal ini yang akhirnya
membuka peluang terjadinya penyimpangan, seperti sulitnya masyarakat
dalam mengajukan proposal pengajuan bantuan, adanya potongan jumlah
uang bantuan sebesar kurang lebih 1juta sampai 1,5 juta dari total uang
bantuan sebesar 15 juta rupiah yang biasanya dilakukan oleh aparatur
kecamatan, kelurahan dan RT…”
kepada masyarakat di kecamatan kasemen dan juga tidak terlibat aktif di lapangan
pada saat pendataan maupun tidak mendampingi TKSK dalam survei peserta
pemohon bantuan.
Selain itu, harapan agar terdapat unsur Dinas Sosial Kota Serang yang
lebih tepat sasaran atau tidak berpihak kepada golongan tertentu saja, seperti
peserta penerima bantuan masih ada hubungan keluarga atau pertemanan dengan
membantu masyarakat yang rumahnya tidak layak huni menjadi rumah layak huni
sebagai berikut :
“…Dari pihak pelaksana tidak ada pelaporan tentang siapa saja yang
mengajukan bantuan rehab rumah ini yang disampaikan oleh pihak RT,
kelurahan dan kecamatan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sebab
dengan adanya pembuatan laporan data peserta yang mengajukan bantuan
program RS-RTLH ini masyarakat bisa menjadi pengawas di lapangan
untuk menilai apakah penyaluran bantuan tersebut sudah tepat sasaran atau
tidak, karena sepengetahuan masyarakat yang tinggal di Curug yang lebih
banyak dapat bantuan itu masih ada hubungan keluarga dengan aparat
kecamatan, kelurahan hingga RT itu yang rumahnya masih bagus dan layak
huni sekali dibandingkan masyarakat lain yang sebenarnya lebih tepat untuk
mendapat bantuan…”
program, seperti yang paling mudah dengan cara penggunaan spanduk program
yang strategis atau lokasi strategis lainnya yang sering dilalui oleh masyarakat. Di
samping itu, pihak RT juga diharapkan dapat melakukan sosialisasi melalui media
tidak layak huni bisa mendaftar untuk menerima bantuan. Selain itu, pelaksanaan
bantuan yang dibuat dan disampaikan oleh pihak RT, kelurahan dan kecamatan,
baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sebab dengan adanya pembuatan
laporan data peserta yang mengajukan bantuan program RS-RTLH ini masyarakat
tersebut sudah tepat sasaran atau tidak. Apabila seleksi penerima bantuan tidak
sesuai maka masyarakat tersebut yang nantinya akan melaporkan kepada dinas
sosial kota serang dengan bukti pelaporan daftar nama-nama masyarakat yang
2. Tidak adanya pegawai dari pihak Dinas Sosial Kota Serang yang bisa
menurut hasil wawancara dengan Bapak Dodi Cahyadi, SKM, M.Si selaku Kepala
mengemukakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Ibu Ida Nurfaida, S.Sos, M.Si selaku
berikut :
Tanggapan lainnya diperoleh dari Bapak Drs. Toto Sunarto selaku Kasi
BAPPEDA Kota Serang dan Dinas Sosial Kota Serang yang telah diuraikan
situs resmi instansi terkait dari internet sehingga mereka mengandalkan aparatur
bantuan. Seharusnya rehab rumah dapat selesai dalam 30 hari kerja, namun
ternyata lebih dari itu karena alasan kurang biaya atau cuaca. Faktor kekurangan
yang apabila menerima bantuan dalam bentuk tunai terdapat potongan dari oknum
kecamatan, kelurahan dan RT yang dinilai berjasa dalam meloloskan proposal dari
penerima bantuan terkait. Selain itu, penerima bantuan yang jika menerima
bantuannya dalam bentuk bahan material yang jika dinominalkan kurang dari
jumlah tersebut dan atau tidak sesuai dengan kuantitas dari jumlah material yang
terdapat dalam rancangan anggaran biaya. Sehingga masyarakat mau tidak mau
menabung dari hasil pekerjaan mereka maupun meminjam uang dari kerabatnya
atau tetangganya.
royong merehab rumah warga yang mendapatkan bantuan juga menjadi penyebab
196
bantuan hanya berkisar 2-3 orang saja. jumlah tersebut pun tidak selalu konsisten
pada setiap harinya, sehingga penerima bantuan terpaksa untuk menggunakan jasa
tukang tertentu untuk menjadi pimpinan sekaligus pekerja utama dalam rehab
rumah tersebut. Padahal dengan penggunaan jasa tukang akan membuat warga
harus menggunakan sebagian uang bantuan maupun dari uang pribadinya untuk
membayar upah tukang tersebut, sedangkan dalam rencana anggaran biaya tidak
terdapat komponen biaya tukang. Pada akhirnya hal inilah yang semakin membuat
penerima bantuan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merehab rumahnya
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Khotibi selaku TKSK Kasemen yang
menyatakan :
Tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak Eman Riadi selaku TKSK Curug
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur Tenaga
adanya kecurangan yang dilakukan oleh oknum kecamatan, kelurahan dan atau
pihak RT yang mengajukan calon peserta yang rumahnya masih layak huni untuk
adanya pengalihan bentuk bantuan dari uang tunai menjadi bahan material dan
potongan uang atau pungutan liar dari uang bantuan tersebut dari yang seharusnya
diterima sebesar 15 juta rupiah, hanya diterima sekitar kurang lebih 13 jutaan saja.
aparatur kecamatan menilai masyarakat tidak mau berusaha lebih keras untuk
atau lebih banyak menunggu informasi datang ke mereka secara langsung. Selain
itu, masih ada masyarakat yang jarang mengakses informasi terkait program
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur aparatur
terkait program RS-RTLH, baik secara langsung dengan cara menemui pihak
tidak langsung melalui internet. Selain itu, tidak adanya perwakilan dari
199
Berdasarkan informasi dari informan kunci yang berasal dari unsur RT yang
menerima bantuan walaupun sudah diberi tahu bahwa ada proses seleksi untuk
untuk bisa diterima sebagai penerima bantuan program RS-RTLH. Selain itu,
survei lokasi rumah oleh TKSK. Hal ini membuat pihak RT menjadi seperti
Pendapat lainnya diperoleh dari Bapak Aceng selaku Penerima Bantuan RS-
bantuan yang diberikan, walaupun bantuan itu tidak sesuai dengan prosedur,
seperti harusnya bantuan berupa uang tunai tapi bantuan riilnya berupa bahan
baku bangunan. Masyarakat menilai yang terpenting mendapat bantuan untuk bisa
merehab rumahnya.
ke Dinas Sosial Kota Serang. Hal ini disebabkan karena perasaan tidak enak
dengan pihak RT yang nantinya kalau ada temuan karena laporan dari masyarakat
akan merusak silaturahmi mereka dan ke depannya mereka akan dipersulit apabila
sebagai berikut :
sebatas menyerahkan proposal saja, menunggu proses seleksi, dan jika lulus
seleksi nanti ada petugas yang datang untuk survei rumah. Selain itu, masyarakat
kepada masyarakat.
hari kerja, namun ternyata lebih dari itu karena alasan kurang biaya
atau cuaca.
soalnya selama ini katanya hanya berkisar 2-3 orang saja warga yang
mau membantu membuat lama waktu rehab rumah menjadi lebih lama
saja, menunggu proses seleksi, dan jika lulus seleksi nanti ada petugas
4.4 Pembahasan
mampu memenuhi kebutuhan dasar atau hak dasarnya atas sandang, pangan dan
papan (rumah) yang layak. Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
yang memiliki fungsi sangat strategis, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan
psikologis bagi individu dan keluarga. Fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang
layak harus memenuhi syarat fisik rumah, yaitu aman sebagai tempat berlindung,
tersebut bukanlah hal yang mudah. Untuk masyarakat yang tergolong keluarga
Indonesia melahirkan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-
RTLH).
miskin yang tidak memenuhi syarat hunian yang layak kemudian diperbaiki
sebagian atau seluruhnya dengan pendanaan yang berasal dari dana APBD
204
Kota Serang Provinsi Banten dengan mengacu kepada Peraturan Walikota Serang
Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota
yang sudah ada. Terdapat skala prioritas yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota
Serang yang mencakup kondisi atap, lantai, dan dinding atau yang disingkat
Nomor 463 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Program RS-RTLH Kota
Serang Pasal 4 ayat 6. Selain itu, pemberian bantuan Program RS-RTLH di Kota
Serang diberikan dalam satu bentuk, yaitu pencairan dana langsung tunai sebesar
Kota Serang yang membutuhkan dan belum menerima manfaat dari program
penelitian ini.
Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang masih terdapat
teori implementasi kebijakan publik menurut Edward III (2014:61) yang meliputi
faktor sumber daya, faktor komunikasi, disposisi (sikap) dan struktur birokrasi
akan bisa efektif. Faktor sumber daya pada penelitian ini meliputi: (1) kecukupan
petugas, (2) aspek pembiayaan, dan (3) fasilitas yang dibutuhkan dalam
Temuan penelitian yang diperoleh pada faktor sumber daya pada aspek
faktual rumahnya.
survei lokasi rumah penerima bantuan dari yang semula hanya 1-2
pada saat survei bisa lebih optimal karena faktor jarak lokasi yang
berjauhan.
Temuan penelitian pada faktor sumber daya pada aspek pembiayaan atau
sebanyak 150 rumah agar target keseluruhan dari rumah yang tidak
pungutan liar dari warga walaupun memang hal ini belum terjadi
207
rupiah dapat dilakukan secara langsung oleh Kepala Dinas Sosial Kota
kepada perapihan atap dan lantai karena uang yang didapatkan oleh
Temuan penelitian pada faktor sumber daya pada aspek fasilitas yang
1. Fasilitas kerja yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Serang yang
lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam
setiap kegiatan yang melibatkan manusia dan sumber daya selalu berhubungan
dengan komunikasi. Implementasi kebijakan yang efektif baru akan terjadi apabila
para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan mereka
209
kerjakan yang dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik. Faktor komunikasi
pada penelitian ini meliputi: (1) aspek koordinasi antara pihak pelaksana,
(2) aspek komunikasi langsung, dan (3) aspek komunikasi tidak langsung terkait
lebih bersifat obrolan santai dan bukan koordinasi yang khusus atau
RTLH lebih sering dilakukan melalui telepon dan laporan kerja sesuai
dengan tugasnya.
teknis yang tidak harus secara formal, seperti rapat di musholla atau
oleh masyarakat.
1. Isi informasi terkait program RS-RTLH sudah sangat jelas dan mudah
tahapan pengajuan dari awal sampai dengan selesai, baik untuk tugas
program.
proposal bantuan.
melakukan koordinasi yang baik. Faktor struktur birokrasi pada penelitian ini
meliputi: (1) aspek standar operasional prosedur, dan (2) pembagian tugas dan
Serang.
diberikan secara tunai, lama waktu rehab rumah selama 30 hari kerja,
dalam bentuk bahan material, jika dihitung secara nominal rupiah pun
untuk biaya tukang dan biaya konsumsi untuk masyarakat yang datang
membantu gotong-royong.
tugas dan tanggung jawab pekerjaan dari pihak pelaksana program RS-RTLh
antara lain :
bantuan.
2. TKSK sebagai pihak yang bertugas mensurvei lokasi rumah dari calon
se-kecamatan.
ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya harus
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk
dan sikap melaksanakan kebijakan. Faktor disposisi (sikap) pada penelitian ini
meliputi: (1) aspek komitmen pihak pelaksana, dan (2) sikap profesionalisme
Temuan penelitian pada faktor disposisi (sikap) pada aspek komitmen pihak
secara aktif dalam survei lokasi atau tidak ada koordinasi dengan
dari pihak pelaksana, dan (2) faktor penghambat yang berasal dari masyarakat
Temuan penelitian pada aspek faktor penghambat yang berasal dari pihak
2. Tidak adanya pegawai dari pihak Dinas Sosial Kota Serang yang bisa
kepada masyarakat.
hari kerja, namun ternyata lebih dari itu karena alasan kurang biaya
atau cuaca.
soalnya selama ini katanya hanya berkisar 2-3 orang saja warga yang
mau membantu membuat lama waktu rehab rumah menjadi lebih lama
melalui internet.
saja, menunggu proses seleksi, dan jika lulus seleksi nanti ada petugas
BAB V
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang masih harus ditingkatkan kembali karena
menurut Edward III (2014:61) yang meliputi faktor sumber daya, faktor
ditambah menjadi 3-4 orang sehingga pada saat survei bisa lebih
150 rumah agar target keseluruhan dari rumah yang tidak layak
RS-RTLH.
setempat.
rupiah.
226
RTLH.
penerima bantuan.
b. Tidak adanya pegawai dari pihak Dinas Sosial Kota Serang yang
proposal.
30 hari kerja, namun ternyata lebih dari itu karena alasan kurang
bantuan, soalnya selama ini katanya hanya berkisar 2-3 orang saja
2.2 Saran
antara lain :
RS-RTLH.
231
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Mazmanian, Daniel H., dan Paul A. Sabatier. (1983). Implementation and Public
Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn. (1975), The Policy Implementation
Process: A Conceptual Framework. Administration and Society 6, 1975,
London: Sage.
Dokumen
Sumber Lain
a. Jurnal
b. Website
https://www.bps.go.id
https://nasional.tempo.co/
https://nasional.tempo.co/read/855315/2-264-rumah-di-serang-tak-layak-
huniini-kata-kepala-dinas-sosial.