Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap lima tahun secara reguler Departemen Pendidikan Agama selalu

melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan

yang dirasa belum mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) dengan pendidikan agama melalui jalan pengadaan

pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengembangan sistem

pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara

guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu

kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar guru (pengajar) guna

mencapai tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama

guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya

kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru Agama Islam

dalam proses pembelajaran Agama Islam di kelas, menyebabkan kecenderungan

siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru

daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap

yang mereka butuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas untuk

mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan Up grading


2

Learning. Pembelajaran Up grading Learning menekankan pada menghubungkan

mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi

siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan

kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan

pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima

bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari

dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-

konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4)

siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan

pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer konsep dan informasi yang dimiliki

kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak

terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa guru

Agama Islam sebagai subyek dan pusat sumber belajar sebagaimana pada

pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada

menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras

sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan

mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam memandang

persoalan (Nur, 2001).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan, selama ini proses

pembelajaran Agama Islam yang ditemui masih secara konvensional, seperti

ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian

tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan


3

kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan

menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang

diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan.

Dalam hal ini guru ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan

suatu strategi pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan

pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih

berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari

pada kegiatan guru dalam mengajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian

tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Up grading Learning model kooperatif sebagai solusinya.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

depan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah pendekatan Up grading Learning model kooperatif dalam

pembelajaran Agama Islam pada pokok bahasan Ibadah Mu’amalah

dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa Kelas XI Tata Boga ISMK 3

Cimahi tahun ajaran 2014/2015?

2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan pendekatan

Up grading Learning model kooperatif dalam pembelajaran Agama

Islam pada pokok bahasan ibadah Mu’amalah dapat meningkatkan


4

aktivitas belajar Siswa Kelas XI Tata Boga ISMK 3 Cimahi tahun ajaran

2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pendekatan Up grading Learning model kooperatif

dalam pem belajaran Agama Islam pada pokok bahasan ibadah

mu’amalah dapat meningkatkan aktivitas Siswa Kelas XI Tata Boga

ISMK 3 Cimahi tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan

pendekatan Up grading Learning model kooperatif dalam pembelajaran

Agama Islam pada pokok bahasan pokok bahasan ibadah mu’amalah

dalam meningkatkan aktivitas Siswa Kelas XI Tata Boga ISMK 3

Cimahi tahun ajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, antara lain:

1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan ketrampilan,

dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan memahami dan

menganalisa masalah-masalah pendidikan secara sistematis dan

konstruktif.
5

2. Memberikan masukan kepada guru Agama Islam sebagai bahan

pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif

untuk meningkatkan prestasi belajar Agama Islam .


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Up Grading

1. Pengertian

Pembelajaran Up Grading rnempunyai pengertian pembelajaran yang

membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang

nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan

pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota

keluarga dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Up Grading

Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep

mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih

lanjut Nur menyebutkan up grading learning merupakan suatu reaksi terhadap

teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan

selama puluhan tahun. Pendekatan Up Grading Learning mengakui bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase

ber1angsung jauh melampaui drill-oriented dan metodelogi stimulus dan

response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi

behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi jika siswa

memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal

sesuai dengan kerangka berpikir yang dimi1ikinya.


7

Dalam praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada

psikologi behaviorisme ini melahirkan proses pendidikan "gaya bank" (Freire,

2001). Anak didik dianggap sebagai "bejana kosong" yang akan diisi sebagai

sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya akan

dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah obyek pasif yang

penurut. Lebih jauh, Freire (2001:191) merinci ciri pembelajaran konven

sional sebagai berikut: (a) guru mengajar dan murid belajar; (b) guru tahu

segalanya, dan murid tidak tahu apa-apa; (c) guru berpikir, dan murid

dipikirkan; (d) Guru aktif bicara, dan murid mendengarkan; (e) guru

mengatur, dan murid diatur; (f) guru memilihkan, (dan memaksakan

pilihannya) murid menuruti; (g) guru bertindak dan murid membayangkan

bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h) guru memilihkan

apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan guru; (i) guru

mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya dengan

kebebasan murid-muridnya; dan (j) guru menjadi subyek dan pusat segalanya

dan murid menjadi obyek yang ditentukan.

Pola pembelajaran Up Grading Learning sangat berbeda dengan

pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan

tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini:


8

Tabel 2.1
Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional
dengan Up Grading Learning

Konvensional Up Grading Learning


I . Menyandarkan kepada 1. Mendasarkan pada memori spesial
2. Pemilihan informasi 2. Pemilihan informasi berdasarkan
hafalan
oleh guru kebutuhan individu siswa
ditentukan
3. Cenderung terfokus pada satu 3. Cenderung mengintegrasikan
bidang (disiplin) tertentu beberapa bidang (disiplin)
4. Memberikan tumpukan 4. Selalu mengaitkan informasi dengan
informasi kepada siswa pengetahuan awal yang telah
pada saatnya diperlukan dimiliki siswa
sampai
5. Penilaian hasil belajar hanya 5. Menerapkan penilaian autentik

melalui kegiatan berupa ujian melalui penerapan praktis dalam


ulangan. pemecahan masalah.
/

Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu yang

terkait dengan kebutuhannya. Fakta dan ketrampilan yang dipelajari secara

terpisah sulit untuk diserap, disamping akan cepat menguap bagaikan asap.

Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri

dalam proses penyelaman ke “dunia nyata” secara terus menerus,

menggunakan umpan balik, perenungan, evaluasi, dan penyelaman kembali

(refleksi).

Secara lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam

pembelajaran Up grading Learning:


9

a. Penemuan (inquiri)

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan

pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam praktek,

pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, mengana

lisis, dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara

bersama-sama dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan

aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan

ketrampilan berpikir kritis siswa.

b. Pertanyaan (questioning)

Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan

yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat

dikelompokkan menjadi tiga : (a) pertanyaan diskriptif yaitu pertanyaan

dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan eksplanatif yaitu pertanyaan yang

mengarahkan pada permintaan kepada siswa untuk menjelaskan (misal :

jelaskan dan bagaimana proses terjadinya); (c) pertanyaan kritis dan

kreatif, yaitu pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mengungkap

informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi (misalnya

beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya mengapa).


10

c. Kontruktifisme (contructivisme)

Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-

pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu

merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk

mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam

dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling

berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman di antara mereka. Bekerja

sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktif

lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda

dengan pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik

siswanya untuk menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli pada

ling kungannya. Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun

dipandang sebagai pesaing. Lebih tragis lagi jika persaingan mereka

tidak sehat.

e. Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang

bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian ini juga

mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan. Penilaian ini

tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya.


11

f. Refleksi (Reflection)

Salah satu pembeda pendekatan Up grading Learning dengan

pendekatan tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu

yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat

merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman mereka.

Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir materi yang telah

dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul.

Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil

karya/seni.

g. Permodelan (Modelling)

Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru

mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran,

secara tidak langsung siswapun akan meniru metode atau teknik yang

dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan

manfaat. Guru dapat me1akukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang

dipikirkan (think alloud). Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini

dengan mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru

juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Up Grading Learning

Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan

dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan

kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan
12

dalam lingkungan tertentu. Agar penyampaian tersebut efektif, perlu

diperhatikan beberapa prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara

lain prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian,

partisipasi aktif siswa, perulangan, dan umpan balik.

a. Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam

menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi

tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini bermakna siap pengetahuan

prasyarat, siap mental dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa

perlu diadakan tes prasyarat.

Selanjutnya, motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar.

Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi

juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan hukuman

(reward and punishment).

b. Penggunaan Alat Pemusat Perhatian

Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian,

hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental terhadap suatu objek

memegang peranan penting bai keberhasilan proses belajar. Semakin

memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan

akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai sifat sukar

dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai

alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat


13

pengendali perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar,

ilustrasi, bagan warna warni, audio, video, penegas visual, atau penegas

verbal. Teknik yang paling dapat digunakan untuk mengendalikan

perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh, mengagetkan,

rnenegangkan, lucu, atau humor.

c. Perulangan

Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang, hasil belajar

akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan cara dan media yang sama

maupun dengan cara dan media yang berbeda. Perulangan dapat pula

dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai

pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pelajaran.

Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan kata - kata

isyarat tertentu seperti "sekali lagi saya ulang", dan "dengan kata lain",

singkat kata", dan sebagainya.

d. Umpan Balik

Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil

belajar akan meningkat. Jika salah diberikan pembetulan (corrective

feedback) dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan (confirmative

feedback). Siswa akan menadi mantap jika betul kemudian dibetulkan.

Sebaliknya, siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu

kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan balik diberikan

dalam bentuk kunci jawaban yang benar.


14

3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Up Grading Learning

Agar pelaksanaan pembelajaran Up grading Learning dapat lebih efektif,

guru harus berperan dengan baik dalam hal merencanakan, mengimplemen

tasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi

pengajaran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran Up grading

Learning adalah sebagai berikut:

a. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran diawali

dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan keluarga

siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan masyarakat yang

menpunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong untuk berpikir

kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan

isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.

b. Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks,

seperti dirumah, masyarakat, tempat kerja. Pengetahuan yang

diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa

mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya semakin bertambah

jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.

c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri

(self regulated-learneds) dengan cara memperkenankan siswa selalu

melakukan uji coba (trial and error), sehingga pada akhirnya siswa

dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi,

memecahkan masalah dan memanfaatkannya.


15

d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat

memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus menambah

kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan

aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa

sehingga dapat membangun ketrampilan interpersonal, yaitu berpikir

melalui komunikasi dengan orang lain.

e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pe1atih, dan pembimbing

akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerjasama

dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat

kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama

menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan

memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

f. Menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian

autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang

telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkan siswa

menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan

nyata meskipun tarafnya sederhana.

4. Evaluasi Pembelajaran Up Grading Learning

Untuk menentukan apakah pembelajaran Up grading Learning dapat

mening katkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang

beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian

pembelajaran Up grading Learning yang dapat membangun dan memperluas

pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran Up


16

grading Learning dapat mem bantu siswa dalam menyelesaikan/memecahkan

persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam

mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana

menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian

dengan tujuan dan dampak nyata (aut come) yang diharapkan dari materi

pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come materi pelajaran, muncul ragam

strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan

proses di dalam aktivitas pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip

penilaian pada pembelajaran Up grading Learning adalah tidak hanya menilai

apa yang diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan

oleh siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukanlah penilaian

autentik (authentic assessment). Strategi penilaian yang dapat dikategorikan

pada penilaian autentik adalah penilaian kinerja (performance assessment),

observasi sistematik, dan portofo1io (Depdikbud, 2002:25). Penilaian kinerja

digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan

permasalahan pada suatu konteks tertentu. Observasi sistematik digunakan

untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Up

Grading Learning merupakan kumpulan dari berbagai ketrampilan, ide,

minat, dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu yang wujudnya

dapat berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang

berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi

evaluasi autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi.


17

Perubahan besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik

mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak

pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa dapat menggunakan

pengetahuannya untuk memecahkan persoalan kehidupan nyata. Karena

sasaran yang berubah ini, tekniknya pun berubah dari teknik pencil and paper

test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.

Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian autentik

dilakulcan secara terus menerus oleh Departernen Pendidikan Nasional, guru

akan sulit menyesuaikan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya

mengapa pada buku panduan Pembelajaran Up Grading Learning

(Depdikbud, 2002) masih disebutkan bahwa evaluasi kinerja dapat dilakukan

dalam bentuk pilihan ganda. Masih diperbolehkannya model pilihan ganda

tersebut juga merupakan jalan tengah untuk menyikapi kondisi-kondisi kelas-

kelas di sekolah yang umumnya masih kelas besar, dengan jumlah murid di

atas 40 orang dalam pengawasan satu guru. Menurut peneliti, pengadaptasian

model tes kinerja ke dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dapat dilakukan

dengan syarat (1) setiap butir tes berisi problem kehidupan yang direkayasa

dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan satu-satunya cara mengukur

perkembagan siswa, perlu dipadukan dengan evaluasi pengamatan misalnya

melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua pesyaratan tersebut terpenuhi tes

obyektif tersebut dapat digunakan, meskipun baru bertaraf semi autentik

(quasi authentic problem base evaluation) dan belum dapat dikategorikan

penilaian autentik yang sesungguhnya.


18

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa

bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Mereka

biasanya dilatih ketrampilan-ketrampilan spesifik untuk membantu agar dapat

bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik, memberi

penjelasan yang baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya.

(Wikandari, Sugianto, 1999: l9).

Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja kooperatif

adalah: Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan. Yakinlah bahwa

dengan bekerja sama kalian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa ciri pembelajaran yang

menggunakan medel kooperatif diuraikan sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat

dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2.2 berikut ini:
19

Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku Guru


Fase l Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
memotivasi siswa dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3 Guru mejelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
dan belajar mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yng telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberi penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat

mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih

kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk,

2000:35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa


20

untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting dari pada waktu yang diperlukan

untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat

merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk rneminimalkan

jumlah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan

secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan

memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model

pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperativ yang paling

ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student - Team Achienement

Divinisions) Jigsaw, TAI (Team - Assited Individualization), CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition), Penelitian Kelompok (Croup

Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.

Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan

skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan

dengan skor yang lalu mereka sendiri. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah

dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus

siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan

skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam preses pembelajaran.

Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa yang mempunyai

kemampuan lebih untuk membantu siswa dengan kemapuan kurang agar

meningkatkan prestasinya, karena preindividu sangat menentukan skor tim.


21

Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000:256) prosedur penskoran

digambarkan dalam tabel di halaman berikut:

Tabel 2.3
Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif

Langkah Perilaku siswa


Langkah 1 Setiap siswa diberikan skor berdasarkan
Menetapkan skor dasar skor-skor kuis yang lalu

Langkah 2 Siswa memperoleh poin untuk kuis yang


Menghitung skor kuis terkini berkaitan dengan pelajarn terkini

Langkah 3 Siswa mendapatkan poin perkembangan


Menghitung skor perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis
terkini mereka menyamai atau melampaui
skor dasar mereka.

Tabel 2.4
Skala Pemberian Poin Up Grading Learning

Uraian Poin
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
Lebih dart 10 poin di atas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurnya (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin
Skor tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang mengalami

peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat

hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapat pengakuan menjadi jelas bagi
22

siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.

Skor tim dihitung dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap

anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang

mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, guru perlu mencatat nilai

perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.


23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus tindakan terdiri

atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Alamat SMK Negeri 1 Cimahi berada di Jalan Sukarasa No. 136 Citeureup –

Cimahi Utara. Sedangkan objek penelitian adalah seluruh kelas XA berjumlah 30

siswa.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Agama Islam

melalui pendekatan Up grading Learning pada pokok bahasan pokok

bahasan ibadah mu’amalah di Siswa Kelas XI Tata Boga ISMK 3

Cimahi tahun ajaran 2014/2015.

2. Guru Agama Islam, tentang aktivitas guru Agama Islam dalam

pengelolaan pembelajaran Agama Islam melalui pendekatan Up grading


24

Learning pada pokok bahasan ibadah mu’amalah di Siswa Kelas XI

Tata Boga ISMK 3 Cimahi tahun ajaran 2014/2015.

3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

penelitian: pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi.

Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui

pendekatan kontekshial pada pokok bahasan ibadah mu’amalah catatan lapangan

dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar

mengajar baik secara diskriptif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan

mendokumen data verbal tertulis dan foto.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif

yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya melibatkan kegitan penelaahan

seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (didalamnya terdapat kegiatan

pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verifikasi, serta penyimpulan data.

Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses

belajar dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada

diskriptor kualifikasi terhdap aktivitas belajar siswa, sedangkan penentuan

keberhasilan hasil belajar ditentukan melalui ulangan harian.


25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tindakan

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil sebagai

berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana pem

belajaran (RP) atau skenario pembelajaran melalui pendekatan Up

grading Learning. Sebagai pendamping guru Agama Islam menggunakan

lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas

mengamati, menganalisis, menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya

kepada teman sebaya. Membuat lembar observasi untuk memantau

kegiatan pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui

keberhasilan belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan tindakan ini, guru Agama Islam mensosialisasikan

pembelajaran Agama Islam pokok bahasan ibadah mu’amalah melalui

pendekatan Up grading Learning sebagaimana tergambarkan pada

rencana pembelajaran (RP). Saat berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar, guru Agama Islam membagi kelas menjadi beberapa kelompok

dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa secara heterogin, guru


26

menyajikan/menyampaikan materi pembelajaran, guru Agama Islam

memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, anggota kelompok

yang sudah menguasai diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya

sampai anggota dalam kelompok itu mengerti atau memahami, guru

berkeliling membimbing, mengawasi, dan langsung menilai proses

pembelajaran terhadap siswa, sete1ah selesai, lewat juru bicara

mempresentasikan hasil pembahasan di kelompoknya, kelompok lain

dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, guru

Agama Islam memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan

evaluasi.

c. Observasi

Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi

dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan

Kepala Sekolah dengan menggunakan instrumen yang meliputi: aktivitas

siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Up grading

Learning kooperatif.

a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran:

1) Aktivitas Guru Agama Islam

Pengamatan aktivitas guru Agama Islam pada pertemuan

pertama yang merupakan pembelajaran siklus pertama dilakukan

selama 2 x 40 menit. Dalam praktek pembelajaran waktu yang


27

digunakan untuk kegiatan pembelajaran berlangsung selama 65

menit, dan sisa waktu digunakan untuk kuis I.

Data hasil pengamatan terhadap terhadap aktivitas guru pada

siklus pertama ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran
Up Grading Learning Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Guru Agama Islam Kemunculan


1 Menyampaikan pendahuluan 20.05%
2 Menjelaskan materi/mendemontrasikan ketrampilan 25,72%
3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 4,50%
4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok 7,35%
Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan
5 kooperatif
umpan 22,98%
balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi
materi yang kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab 7,45%
7 Membantu siswa melakukan refleksi 11,90%

Aktivitas guru Agama Islam yang dominan adalah menjelakan

materi (25,72%), dan aktivitas guru dalam memeriksa pemahaman

siswa, memberi umpan balik dan mengklarifikasi materi yang kurang

jelas (22,98%). Aktivitas pendahuluan yang muncul sebanyak

20.05%. Pada tahap pendahuluan guru melakukan identifikasi

pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahasan ibadah mu’amalah.

Guru Agama Islam juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-

pertanyaan tentang apa itu ibadah mu’amalah. Tujuan pembelajaran

juga disampaikan pada tahap ini. Aktivitas guru-guru Agama Islam

dalam memberi motivasi siswa dalam kelompok kooperatif sebanyak


28

4,28%. Dalam hal ini guru Agama Islam memberi dorongan tentang

pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan sistem penilaian

dalam pembelajaran U.G.L. Selama siswa bekerja kooperatif guru

Agama Islam selalu memberi bimbingan dalam kelompok-kelompok

tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang muncul sebanyak 7,35%.

Selama kegiatan pembelajaran kooperatit guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain untuk

menjawabnya. Guru Agama Islam mengklarifikasi pemahaman

siswa yang kurang jelas. Aktivitas tanya jawab yang muncul

sebanyak 7,45%. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa

melakukan refleksi (11,90%). Guru meminta siswa dari beberapa

kelompok menyampaikan catatan kecil tentang materi yang telah

diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa

bisa berbeda, dan bagi siswa yang refleksinya kurang lengkap bisa

menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap.

2) Aktivitas Siswa

Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh subaktivitas yang

diyaknini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal, suasana

pembelajaran ideal akan terwujud.

Data aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut:


29

Tabel 4.2
Aktivitas Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran U.G.L. Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan


1 Memperhatikan penjelasan guru 21,54%
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) 7,14%
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif 7.5%
4 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS 20,01 %

Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi


5 11,41%
kelompok kooperatif
6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa 14,74 %
7 Merefleksikan materi pelajaran 12,74%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominan siswa adalah

mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan mendemontrasikan

kegiatan yang ada pada LKS (20,01%). Penjelasan guru menyangkut

definisi dan konsep ibadah mu’amalah dengan berbagai ilustasi,

guru Agama Islam berusaha memancing siswa agar mengingat

pengertian tentang ibadah mu’amalah. Kemudian mengaitkan

pengertian ibadah mu’amalah yang telah dikuasai oleh siswa dengan

dunia nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Pada saat ini, guru aktif juga menguatkan apa yang dilihat siswa.

Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan contoh--

contoh ibadah mu’amalah. Guru Agama Islam dianggap banyak

menjelaskan karena setelah demontrasi dan diluar tugas LKS, guru

mengaitkan ibadah mu’amalah ini dengan dunia nyata kehidupan

siswa.
30

Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran adalah

guru aktif menjelaskan pada siswa aktif rnendengarkan penjelasan

guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

penjelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan

dari metode ceramah (langsung), melainkan perpaduan penjelasan

model pembelajaran U.G.L.

3) Data prestasi belajar siswa

Data prestasi siswa dapat dilihat ada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat


l 25 Hebat
2 - -
3 20 Baik
4 20 Baik
5 - -

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal,

karena dari 25 Siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 15

siswa (68.18%). Ini berarti dari pembelajaran siklus pertama 15

siswa yang tuntas belajarnya. Dan dalam 4 kelompok yang ada,

hanya 3 kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok l

dengan predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat

baik sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapat

predikat.
31

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan

sebagai berikut:

1) Terdapatnya keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan

guru.

2) Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS.

3) Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan

balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas.

4) Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif

sehingga masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena

kurangnya aktivitas guru dalam rnengelola pembelajaran untuk

memotivasi dalam kelompok kooperatif dan memberikan latihan

bimbingan dalam kelompok kooperatif.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasa

lahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha menyampaikan

tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru berusaha

membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan memotivasi

siswa untuk bekerja kooperatif, (c) guru berusaha memberi latihan

terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk


32

berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak memberi

contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar terbiasa

bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan

dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.

b. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi

berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki kesadaran

tentag konsep ibadah dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru

Agama Islam menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan

meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS

dan meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan

kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang

digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian

guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di

papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Setelah selesai

guru membantu siswa melakukan refleksi. Diakhir pem belajaran guru

memberikan kuis.

c. Observasi

Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.

1) Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam

kelompok pembelajaran.
33

a) Aktivitas Guru

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

kedua ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran
Up Grading Learning Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Guru % Kemunculan


1 Menyampaikan pendahuluan I 17
2 Menjelaskan materi atau mendemontrasikan ke- 22,10
terampilan
3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 12,42
4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok
Kooperatif
12,5
Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan
5 15.75
umpan balik bagi siswa yang bertanya
danmengklarifikasi materi yang kurang jelas

6 Resitasi/tanya jawab 14.25


7 Membantu siswa melakukan refleksi 10

Pada siklus kedua aktivitas guru pada pendahuluan

sebanyak 17%. Pada tahap ini guru memberi beberapa

pertanyaan apersepsi tentang perubahan materi yang telah

dipelajari sebelum nya. Guru juga memberi informasi dan

instruksi tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut,

serta mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal

agar mendapat penghargaan Aktivitas yang dominan tetap guru

menjelaskan materi/mendemontrasikan ketrampilan (22,10%)

dan memeriksa pemahaman siswa dan mem berikan umpan


34

balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas (15.75%). Meski sudah dengan sadar guru

bennaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena

pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap

menjelaskan, mendemontrasikan, dan memberikan umpan balik

pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak

banyak berubah Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi

siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%), lebih

meningkat dari siklus sebelumnya yang hanya 7.5% Ini

dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih

mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran

siswa untuk melakukan tindakan ibadah mu’amalah. Guru

banyak memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman

sekelompok sebelum bertanya kepada guru Langkah ini

tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok

kooperatif lebih hidup.

Yang masih dianggap sebagai permasalahan pada akhir

siklus kedua ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian

siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok

kooperatif di depan kelas. Dari 4 kelompok yang ada, yang

berkesempatan mempresentasikan hasil kerja kelompok

kooperatifnya hanya 2 kelompok. Dari 2 kelompok yang tampil

rata-rata masih menun jukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah.


35

Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang

jelas, melompat-lompat. Meski demikian, tanggapan dari

kelompok di luar kelompok penyaji sangat baik. Mereka secara

antusias berebut kesempatan untuk memberikan komentar.

Bahkan jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi

peneliti sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar

induktif dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang

akan dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar

dalam kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini

merupakan kunci belajar secara induktif.

b) Aktivitas Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk

mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tarnpak antusias siswa dalam

menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan guru, juga

ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan praktikum siswa

berebut mengacungkan tangan untuk melakukan praktikum,

serta siswa segera duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika

guru minta. Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan pem

belajaran berlangsung.
36

Tabel 4.5
Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Siswa % Kemunculan


1 Memperhatikan penjelasan guru 6
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, 14
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif 12,5
Soal)
4 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam 12,5

5 Menyajikan
LKS hasil pengamatan dalam diskusi 22,5
kelompok kooperatif
6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan 20.5
7 Merefleksikan materi pelajaran 12
siswa

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan

aktivitas guru. Aktivitas dominan siswa yang muncul adalah

menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif

(22,5%), berdiskusi atau tanya jawab antara guru dan siswa

(20.5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22.5%).

Aktivitas dominan ini menunjukkan bahwa suasana belajar

dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula

presentasi di depan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok

kooperatif juga sudah berjalan.

c) Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus

kedua.
37

Tabel 4.6
Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua
Kelompok Skor Perkembangan 2 Predikat

1 30 Super
2 20 Baik
Super I
3 25 Hebat
4 20 Baik
5 20 Baik

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada

peningkatan. Dari 22 Siswa yang mengikuti kuis, 18 siswa yang

mendapatkan nilai di atas 65. Ini berarti pembelajaran siklus

kedua 18 siswa (81.82%) yang belajarnya tuntas. Sedang dari

kuis kedua ini diperoleh jumlah kelompok yang meraih predikat

meningkat menjadi 5 kelompok (pada kuis pertama hanya 3

kelompok). Kelompok yang meraih predikat tersebut adalah

kelompok 1 dengan predikat super, kelompok dua dengan

predikat baik, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4

dan kelompok 5 dengan predikat baik.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2 menunjukkan kemajuan

dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru da1am membimbing

kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja

secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini berarti suasana

diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan arus diskusi

menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada
38

siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu keberanian siswa dalam

mempresentasikan hasil diskusi.

3. Siklus 3

a. Perencanaan

Permasalahan yang terjadi pada siklus 2 akan diatasi pada siklus 3.

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan

permasalahan pada siklus kedua adalah (1) guru berusaha memberi

kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan

dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru lebih

memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas, dan (d) guru berusaha lebih memberi

kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan

mengembangkannya.

b. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi

kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu dan

sekarang. Kemudian memacing siswa dengan bertanya, apakah pentingnya

ibadah mu’amalah dalam kehidupan sehari-hari. Guru menginformasikan

bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang membiasakan berkata dan

bekerja dengan jujur. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada waktu itu siswa sudah duduk dalam kelompok kooperatif. Guru
39

membagi LKS dan meminta siswa berdiskusi dengan teman

sekelompoknya untuk pengerjaan LKS tersebut.

c. Observasi

1) Aktivitas Guru

Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.

a) Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

ketiga ditunjukkan pada tabel di halaman berikut:

Tabel 4.7
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran
Up Grading Learning Model Kooperatif Siklus Ketiga

No Kategori Aktivitas Guru % Kemunculan


1 Menyampaikan pendahuluan 18.75
2 Menjelaskan materi / mendemontrasikan 25.05
Ketrampilan
3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 6.20
4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok 25.02
kooperatif
5 Memeriksa Pemahaman siswa dan memberikan 9.35
umpan balik bagi siswa yang bertanya dan meng
klarifikasi materi yang kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab 6.28
7 Membantu siswa melakukan refleksi 9.35

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus ketiga

terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi

waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan dan

mendemontrasikan ketrampilan dan memberikan latihan terbimbing

pada kelompok kooperatif yang masingmasing mengambil waktu

25.05%. Aktivitas lain, memotivasi siswa (6,20%), memeriksa


40

pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (9,35%),

resitasi/tanya jawab (6,28%) dan membantu siswa melakukan

refleksi (9,35%).

Sebagaimana pada siklus pertama dan kedua, aktivitas

pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak

(18,75%). Hal ini disebabkan karena di dalam aktivitas pendahuluan

terdapat 4 sub aktivitas sehingga persentase yang terbaca pada tabel

tinggi. Analisis ini juga didukung oleh persentase penggunaan waktu

secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus pertama, pendahuluan

mengambil Waktu 25.72%, siklus kedua 17%, dan siklus ketiga

18,75%. Tampak bahwa pada setiap siklus, waktu yang dibutuhkan

kurang dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan

waktu.

2) Aktivitas Siswa

Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti

kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk

dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab

pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusias, dan berebut

mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi di depan kelas.


41

Tabel 4.8
Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus Ketiga

No Kategori Aktivitas Siswa % Kemunculan


1 Memperhatikan penjelasan guru 12
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, 15.60
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif 9,40
Soal)
4 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam 15,67

5 LKS
Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi 25
kelompok kooperatif
6 Berdiskusiltanya/jawab antara guru dan siswa 12,5
7 Merefleksikan materi pelajaran 9,38

Pada siklus ketiga aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif

lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif (25%), membaca/mengerjakan LKS

(15,85.71%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

(15,67%).

3) Data Prestasi Siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga.

Tabel 4.9
Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga

Kelompok Skor Perkembangan 3 Predikat


1 30 Super
2 25 Baik
3 25 Hebat
4 30 Super
5 30 Super
42

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

Dari 22 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 20

siswa ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 20 siswa (90.91%)

tuntas belajarnya. Kelompok 1, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan

predikat super, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 2

dengan predikat baik. Hal ini berarti ada peningkatan predikat

kelompok.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3, diperoleh hasil temuan

adanya peningkatan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan

dalam kelompok kooperatif, peningkatan aktivitas guru dalam

membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas. Namun hal

ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada saat diskusi

kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih banyak

pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun reaksinya berbeda.

B. Pembahasan Atas Hasil Tindakan

Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus 1 sampai dengan siklus 3

menunjukkan adanya perubahan ke arah peningkatan aktivitas belajar siswa untuk

pencapaian tujuan penelitian.

Pada siklus l, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran

adalah menyampaikan pendahuluan (20%) Tahap pendahuluan ini memerlukan

waktu yang cukup banyak karena di dalamnya terdapat beberapa sub aktivitas
43

operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian

apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan (d) penjelasan tahapan

kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran siswa sudah sesuai

dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk.

2000:35). Berdasarkan prinsip pembelajaran Up grading Learning siswa dapat

belajar secara paling baik dalam kontek, dalam seuatu yang terkait dengan

kebutuhan yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001). Untuk itu guru

dalam mengaitkan pelajaran sekarang dengan sebelumnya berusaha dibuat nyata,

dengan tidak mengabaikan pengetahuan awal siswa sebelumnya.

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan memberi

umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang

jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasi materi yang kurang jelas guru

tampak memaksakan pemahaman kepada siswa sejalan dengan kegiatan guru

dalam pembelajaran, siswa aktif dalam mendengarkan penjelasan guru (21,42%).

Penjelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode

ceramah langsung melainkan perpaduan penjelasan metode diskusi, demontrasi

dan tanya jawab. Siswa aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada

lembar kegiatan siswa (LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang

dilakukan siswa termasuk dari pembelajaran Up grading Learning, yaitu

mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self

regulated-learners) dengan cara mernperkenankan siswa selalu melakukan uji


44

coba (trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang

sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah, dan memanfaatkannya

(Depdikbud, 2002).

Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara berkelompok 5

siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam

pembentukan kelompok adalah pada saat siswa diminta duduk dalarn kelompok

kooperatif, siswa masih kebingungan duduk dibangkunya dan beberapa siswa lupa

dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga bertanya kepada guru.

Kelemahan pada siklus 1 ini dicoba diatasi pada siklus berikutnya. Sesuai dengan

indikator pembelajaran Up grading Learning dengan pembentukan kelompok

siswa diharapkan berpartisipasi secara teratur dalam diskusi dengan cara berbagi

(sharing), berkomunikasi, dan menanggapi konsep dan keputusan penting.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa kelompok.

Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil pengamatannya, dan siswa

kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini berlangsung dalam keadaan siswa dan

guru sangat antusias. Banyak siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, bahkan

beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskipun jawaban tersebut

ternyata sama dengan kelompok sebelumnya Hanya kelemahannya keaktifan

siswa tersebut masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili

kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa

untuk bekerja kooperatif dan kurangnya guru memberi latihan terbimbing dalarn

kelompok kooperatif.
45

Diakhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi belajar

siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal, karena dari 22 Siswa

yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa.

Pada siklus 2, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran

adalah menyarnpaikan pendahuluan (17,50%). Tahap penda huluan masih

memerlukan wakhr yang banyak karena di dalamnya terdapat sub aktivitas

operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus pertama. Tujuan pembelajaran

yang disampaikan guru masih belum menunjukkan peningkatan dari siklus

pertama. Langkah guru memberi persepsi sesuai dengan ciri pembelajaran Up

grading Learning , yaitu selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal

yang telah dimiliki siswa (Depdikbud, 2002).

Aktivitas dominan guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan

memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk dalam konteks

yang digunakan siswa dan dapat mengembangkan sikap positif siswa. Terdapat

peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

(menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus pertama) dan memberi latihan terbimbing

dalam kelompok kooperatif (menjadi 12,5% dari 7,15% pada siklus pertama).

Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru membentuk

kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru memotivasi agar

mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru.

Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok

kooperatif lebih hidup Latihan terbimbing yang muncul 12,5% dilakukan guru
46

dalam menjelaskan materi. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu

melaksanakan eksperimen, serta memancing siswa untuk membuat simpulan dari

eksperimen tersebut.

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pemblajaran adalah

siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok kooperatif (12,5%).

Dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa dalam

mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif di depan kelas. Hanya 4

kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir

salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.

Diakhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar

siswa. Hasil kuis pada siklus 2 terdapat peningkatan dari 15 siswa yang tuntas

belajar pada siklus 1 menjadi 18 siswa yang tuntas.

Pada siklus 3, kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran siklus ini

adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25.05%). Hal ini

sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif (25%), membaca/mengerjakan LKS (15,71%), dan

mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%).

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus 2. Siswa sudah tampak

percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa lain untuk

menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada yang

menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa kurang

bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun pendapat tersebut


47

sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana pem belajaran yang demikian

sudah baik dan merupakan susana pembelajaran diharapkan dari kegiatan

pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerjasama diantara siswa (Hernowo,

2001).

Dengan demikian salah satu ciri pembelajaran Up grading Learning dimana

contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa

sudah tampak dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus kedua. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran Up grading Learning yang diterapkan guru

sudah berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud

adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang

pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja kooperatif,

dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus kedua sikap menonjolkan

diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif. Pada siklus ketiga sikap

yang negatif tersebut sudah tidak tampak. Diakhir pembelajarn guru memberikan

kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pada siklus ini tampak bahwa prestasi

belajar siswa meningkat cukup tajam, dari siklus pertama yang tuntas 15 siswa

(68.18%) siklus kedua 18 siswa (81.82%) meningkat menjadi 20 siswa (90.91%)

pada siklus ke tiga.


48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan Up

grading Learning dalam pembelajaran Agama Islam Siswa Kelas XI Tata

Boga ISMK 3 Cimahi tahun ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan

adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat

pada siklus l: hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok,

dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2: super sebanyak 1

kelompok, hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok

sedangkan pada siklus 3: super sebanyak 3 kelompok hebat sebanyak 1

kelompok, dan baik sebanyak 1 kelompok.

2. Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan Up grading Learning

dalam pembelajaran Agama Islam pada Siswa Kelas XI Tata Boga ISMK

3 Cimahi tahun ajaran 2014/2015 dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini ditunjukkan sebesar 81.00% meningkat pada siklus 1

sebesar 68.18%, siklus 2 sebesar 81.82%, dan siklus 3 sebesar 90.91%.


49

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dan sesuai dengan pentingnya penelitian,

berikut dikemukakan saran-saran antara lain:

1. Agar hendaknya guru Agama Islam menggunakan pendekatan ini sebagai

alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran Agama Islam

khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.

2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh,

sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasi authentic)

melainkan beberapa teknik penilaian autentik seperti penilaian kinerja,

observasi intensif, dan Up grading Learning diterapkan secara bervariasi.

3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini

sehingga dapat digeneralisasikan secara porporsional.


50

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah: Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Up Grading

Learning. Jakarta: Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Up Grading Learning dalam Pembelajaran Agama Islam

Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran Agama Islam

dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.

Nurhadi, 2002. Pendekatam Up Grading Learning. Jakarta: Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan Nasional.

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Up Grading Learning.

Makalah pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan

MTs Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.

Sayyid Hasan, 2002, Keunggulan Ibadah Mu’amalah Dalam Hidup, CV. Tunas

Mandiri, Tanah Datar.

--------------------, 2003, Variasi Ibadah Penambah Pundi – Pundi Amal, Artikel

Penyejuk Iman, Lintas Media, Tanah Datar.

Anda mungkin juga menyukai