Anda di halaman 1dari 83

PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM TERHADAP PERILAKU ANAK JALANAN DI


RUMAH SINGGAH CHARITY OF CHILDREN
EDUCATION

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :
Fitri Handayani
1110011000023

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK

Nama : Fitri Handayani


NIM : 1110011000023
Jurusan/Fakultas : PAI/Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul : Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Terhadap Perilaku Anak Jalanan di Rumah Singgah
Charity Of Children Education

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Pendidikan Agama Islam
pada perilaku anak jalana, dan untuk mengetahui Pelaksanan Pembelajaran Agama
Islam di rumah singgah Charity Of Children Education. Adapun dalam proses
pengumpulan data, penulis menggunakan metode obsevasi, interview, Angket dan
dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis, penulis menggunakan teknik analis
diskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau wawancara secara lisan
dari orang yang terlibat dalam Charity Of Children Education tersebut serta prilaku
yang di amati, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang
bersifat menggabarkan secara menyeluruh.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peranan pendidikan Agama Islam
di CCE (Charity Of Children Education) masih kurang berperan terhadap perilaku
terpuji anak jalanan, karena hanya sebagian anak jalanan yang menganggap
Pendidikan Agama Islam itu penting. Sebagian anak jalanan masih mementingkan
pekerjaan mereka di bandingkan dengan pendidikan, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor baik yang berasal dari anak jalanan itu sendiri, keluarga, dan guru/pembina
anak jalan. Anak jalanan mengerti pentingnya pendidikan, tapi sebagian dari mereka
berfikir bahwa pendidikan itu pada ujungnya untuk menghasilkan uang, dan ketika
mereka berfikir bahwa menghasilkan uang itu bisa dilakukan tanpa melalui
pendidikan, maka kemudian mereka akan menomorduakan pendidikan. Hal ini dapat
dilihat dari sikap dan perilaku anak jalanan sehari-hari sebagian anak jalanan mulai
melaksanakan tentang apa yang mereka dapat kan dalam pembinaan seperti, berkata
sopan santun kepada guru, orang tua, dan orang lain. Sedangkan Pelaksanaaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Charity Of Children Education masih
kurang terlaksana, karena waktu yang sangat terbatas, yaitu hanya dua kali pertemuan
dalam satu minggu sehingga akan sulit untuk melakukan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Dengan demikian peranan pembelajaran pendidikan Agama Islam masih kurang
berperan terhadap perilaku terpuji anak jalanan dan pelaksanan pembelajaran
pendidikan Agama Islam masih belum terlaksana dengan baik karena waktu yang
sangat terbatas.

Kata Kunci : Anak Jalanan, Rumah Singgah

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah dengan segenap jiwa dan raga penulis panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjul "Peranan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak


Jalanan di Rumah Singgah Charity Of Children Education”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing dan menuntun umat-Nya kejalan
yang benar dan di ridhoi Allah SWT, begitu pula bagi segenap keluarga, para sahabat
serta orang-orang yang meneladani dan mengikutinya.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terlepas dari uluran tangan
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Jony dan Ibu Unah yang teramat aku sayangi, selaku orang tua yang telah
membesarkan, membimbing, mendidik, membiayai dan mendoakan dalam setiap
langkah aku dengan ketulusan hati serta kasih sayang yang tiada terbatas demi
terselesainya skripsi ini. Dengan tulus dan sabar serta selalu mendoakan
kesuksesan sehingga menjadikan hidupku lebih bermakna. Sungguh sangat
terimakasih untuk segala-galanya. Skripsi ini aku persembahkan untuk kalian.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan
pelayanan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Jakarta.
3. Dra. NurlenaRifai, MA, Ph.D, selakuDekanFakultasTarbiyah.

ii
4. Bapak Dr. H. Abdul MajidKhon, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku wakil ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
5. Ibu Siti Khadijah, M.A sekaligus pembimbing yang telah tulus ikhlas dan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Sangat terimakasih.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang budiman, yang telah banyak membantu dan mengukir
penulis dengan ilmu selama menyelesaikan studi di UIN Jakarta.
7. Bapak Asep Roby Sulaiman, selaku pengurus Charity Of Chilfren Education
tempat penulis meneliti hasil dari skripsi ini. Serta Pembina-pembina yang telah
membantu kelancaran penulis dalam meneliti.
8. Nenek Maeni, selaku nenekku yang selalu mendoakan.Terimakasih atas doanya.
9. Yuli Yani, selaku kakak sepupu aku satu-satunya dan adik Sepupu aku satu-
satunya Trisna Sanubari yang selalu mendoakan dan memberisemangat. Aku
sayang kalian.
10. Azwar Fikri, salah satu sahabat terdekataku yang paling spesial yang telah
menyemangati, membantu baik materil maupun spiritual selama belakangan ini.
Sehingga dapat terselesainya studiku dan sampai pada tugas akhir skripsi ini.
Terimakasih sayang.
11. Sahabat-sahabat terdekatku Reni Anggraeni, Eva Fauziyah, Nur Fauziah, Debi
Utami Rizky, Widya Rafika, Maesaroh, Nur Fitriana, yang mengisi hari-hariku
selama dikampus ini dan selalu member semangat serta nasihat selama empat
tahun lebih ini. Sungguh terimakasih buat kalian.
12. Sahabat seperjuangan PAI lainnya yang telah banyak membantu penulis baik
materiil maupun spiritual demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Terimakasih banyak.
13. Semua pihak yang ikut membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang
lebih besar dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh, Amin. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang budiman
sangat penulis harapkan demi mendapatkan hasil yang lebih baik di masa yang akan
datang. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Sekaligus dapat menambah khazanah pengetahuan untuk
mengembangkan cakrawala berfikir terutama dalam dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK……………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

BAB I: PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ………………………………………………… 1
B. IdentifikasiMasalah …………………………………………… 5
C. PembatasanMasalah …………………………………………... 5
D. PerumusanMasalah …………………………………………… 5
E. TujuandanManfaatPenelitian ................................................... 6

BAB II: KAJIAN TEORI

A. AnakJalanan …………….………………………………….… 7
B. PengertianPembelajaran………………………………………. 12
C. Pendidikan Agama Islam……………………………………… 13
D. PengertianPrilaku……………………………………………... 17
E. KerangkaBerfikir……………………………………………… 18
F. HasilPenelitian yang Relevan…………………………………. 19

BAB III: METODE PENELITIAN

A. TempatdanWaktu ……………………………………………... 21

v
B. MetodePenelitian ……………………………………………… 22
C. TeknikPengumpulan Data ……………………………...……... 23
D. TeknikAnalisis Data ………………………………………...… 28

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. ObjekPenelitian ……………………………………….……….. 32
B. PenyajiandanAnalisis Data ……………………………………...37
C. Analisa Data ……………………………………………………. 42

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………..… 51
B. Saran ………………………………………………………..….. 51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempunyai tujuan
sebagaimana dijelaskan pula dalam Undang-undang Nomer 20 tahun 2003,
Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangakan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut Agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.2
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini masih berhadapan dengan
kritik-kritik internal. Di katakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi
terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi
konteks sosial budaya dan bersifat statis akonsteksual, dan lepas dari sejarah
sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai
yang hidup dalam keseharian.3 Hal yang seperti ini sangat disayangkan sekali,
karena Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang sangat

1
Redaksi Sinar Grafika, UU Sisdiknas 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5.
2
Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, ( Jakarta: Ruhama, 1995), cet. 2, h.
65.
3
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 56.

1
2

penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW
dan menjadi bekal di kehidupan sehari-hari.
Akibat situasi krisis ekonomi dan urbanisasi di kota besar, salah satu
masalah sosial yang membutuhkan pemecahan segera adalah perkembangan
jumlah anak jalanan yang belakangan ini makin mencemaskan.4
Sebagaimana diketahui, tujuan utama pembangunan masyarakat adalah
peningkatan taraf hidup. Dengan demikian, kondisi yang menunjukan adanya
taraf hidup yang rendah merupakan sasaran usaha-usaha perbaikan dalam
rangka pembangunan masyarakat tersebut. Kondisi kemiskinan dengan
berbagai dimensi dan implikasinya, merupakan salah satu bentuk masalah
sosial yang menuntut pemecahan.5
Anak jalanan merupakan sekelompok anak yang menghabiskan
waktunya dijalanan. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang
pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan
berkembang dengan latar kehidupan di jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
penganiayaan dan hilang kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan
membuatnya berperilaku negatif.
Hidup sebagai anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenagkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena
adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena
yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-
anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional
yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus berkelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung perpengaruh negatif bagi
perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.
Dalam UU RI Nomor 23 Tahun 2002, BAB 1 pasal 1 ditegaskan bahwa
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
4
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2003),
cet. 1, h. 182.
5
Soetomo, Masalah Sosial Dan Pembangunan, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995),
cet. 1, h. 116.
3

masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang


menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.6
Oleh karena itu, keharmonisan antara bapak dan ibu mempunyai
pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral,
egois, anarkis, dan hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik, dan tidak
bertanggung jawab adalah sumber dan berawal dari suasana kehidupan
keluarga. Sekolahan dan masyarakat tidak mampu meluruskannya. Ada
memang penyakit tersebut yang disebabkan oleh pengaruh teman-temannya
(salah pergaulan), tapi dapat kembali baik karena memiliki latar belakang
keluarga yang baik dan moral yang baik yang sudah tertanam sejak kecil.7
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan anak turun kejalanan adalah
ketidak harmonisan didalam keluarga yang menimbulkan perceraian, dan
absennya orang tua karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan
fungsinya, serta konflik hubungan orang tua dengan anak akibat kekerasan
dalam keluarga yang mengakibatkan anak berinisiatif untuk memilih hidup
dijalanan, dan biasanya mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan
ajaran Agama Islam.
Setelah anak memilih keluar dari rumah, mereka akan mencari teman
bermain dan bergaul untuk mengisi kekosongan. Sekiranya teman itu jahat
dan berpengaruh buruk, tidak mustahil ia akan terbawa dan tertulari. Dan
kemungkinan penyimpangan dan penyelewengan yang dibuat akan semakin
menjadi-jadi dan akhirnya akan menjadi bencana bagi masyarakat dan
Negaranya.8

6
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Pres,
2008), cet. 1, h. 302.
7
Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadist, (Ciputat : UIN Jakarta
Pres, 2005), cet. 1, h. 236.
8
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan
Jiwa anak), (Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 1990), cet. 1, h. 98.
4

Masalah sikap dan tingkah laku merupakan masalah yang penting yang di
dalamnya akan mencerminkan sikap dari tingkah laku seseorang beragama.
Karena masalah ini penting dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam
kehidupan anak jalanan.karena biasanya mereka kurang kontrol dari orang tua
mereka yang mengakibatkan mereka bertingkah laku yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat dan ajaran Agama Islam.
Selama ini upaya yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak
jalanan biasanya adalah dengan mengeluarkan mereka dari jalanan,
memasukan mereka ketempat singgah, tempat-tempat pelatihan dan
sejenisnya dengan harapan diberikan bekal pendidikan dan keterampilan
tertentu.
Islam mengajarkan kita untuk menjaga dan mendidik keluarga dan anak-
anak kita kepada kebaikan. Sebagai firman Allah:

        

          

   


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6).
Masih kurangnya minat belajar anak jalanan untuk melakukan
pembelajaran Agama Islam, karena banyaknya aktifitas yang dilakukan serta
terbatasnya waktu mereka untuk melakukan pembelajaran Agama Islam. Oleh
karena itu rasa tanggung jawab pendidik terutama dalam pendidikan Agama
Islam, cara alternatif yang dirasa cukup efektif bagi anak jalanan adalah
dengan memberikan pendidikan Agama Islam secara rutin.
5

Menurut pengamatan yang saya lakukan di CCE sebagian anak jalanan


kurang memiliki kesadaran bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berperan
besar dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak anak jalanan yang memilih
bekerja daripada mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian
penulis tertarik melakukan penelitian “Peranan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak Jalanan Di
Rumah Singgah Charity Of Children Education (CCE)”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, berikut akan
dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih kurangnya minat belajar anak jalanan terhadap Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2. Terbatasnya waktu untuk melakukan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
3. Tidak semua anak jalanan mempunyai kesadaran bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan terhadap kehidupan mereka.

C. Pembatasan Masalah
Atas dasar identifikasi masalah diatas, maka agar penelitian dapat
teararah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi
pada:
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
perilaku terpuji anak jalanan.
2. Peranan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah dalam
membentuk perilaku terpuji anak jalanan.

D. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
6

1. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah


Singgah dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan?
2. Bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah
Singgah dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah
Singgah .
b) Untuk mengetahui Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah Singgah .
2. Manfaat Penelitian
a) Mengetahui bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di
Rumah Singgah.
b) Mengetahui bagaimana Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah
Singgah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif
dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, bahkan
sangat tidak bersahabat. Sebagai bagian dari pekerja anak, anak jalanan
sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogeny. Mereka cukup
beragam, dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya
dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis
kegiatannya dijalanan, serta jenis kelaminnya (Farid, 1998). Berdasarkan
hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam
tiga kelompok (Surbakti dkk.(eds.) 1997).Pertama, Children On The
Street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai
pekerja anak di jalan, namun masih mempuyai hubungan yang kuat
dengan orang tua mereka. Kedua, Children Of The Sreet, yakni anak-anak
yang berartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.
Ketiga, Children From Families Of The Street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup dijalanan.
Anak jalanan adalah anak yang belum dewasa (secara fisik dan
psikis) dan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Umumnya anak jalanan besar dari keluarga yang pekerjaannya berat dan
ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar
belakang kehidupan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan

7
8

hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan berperilaku


negatif.1

2. Ciri-ciri Anak Jalanan


Ciri-ciri anak jalanan adalah:
a. Usia berkisar antara 6-18 tahun.
b. Intensitas hubungan dengan keluarga (masih berhubungan teratur setiap
harinya, dan hubungan dengan keluarga kurang misalnya seminggu
sekali, dan sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga).
c. Waktu yang dihabiskan di jalanan rata-rata lebih dari 4 jam sehari.
d. Tempat anak jalanan sering dijumpai di pasar, terminal bus, stasiun kereta
api, taman-taman kota, perempatan jalan raya, pusat pembelajaan,
kendaraan umum, dan pembungan sampah.
e. Aktifitas anak jalanan diantaranya: menyemir sepatu, pedagang asongan,
pemulung, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, kuli, pengemis,
pekerja seks, joki three in one dan sebagainya.2
Persoalan anak dalam kehidupan manusia ini memang benar-benar
memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluaranya terutama pihak
orang tua. Tidak hanya dari orang tua saja akan tetapi dari pihak
masyarakat dan lingkungan sekitar tidak kurang pentingnya, sebab kita
mengetahui bahwa masa yang akan datang itu terletak pula pada generasi
baru, atau dengan kata lain baik atau buruknya masa yang akan datang itu
bergantung pula pada keadaan anak muda pada saat sekarang ini.3

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Anak Jalanan


Kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang
berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng.
Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung,

1
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h.185-189.
2
Ibid,h.190.
3
Koestoer Partowisastro,Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Erlangga 1983), h.37.
9

yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi


seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang
hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang
baik, ataupun yang kurang baik.4
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat
dikelompokan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri.Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau
bawaan. Faktor genetik maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan
sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang
dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau
kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kali
mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”.
Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki seseorang ayah bukan tidak
mungkin akan menurun juga pada anaknya.
Faktor internal yang dimaksud pada anak jalanan ini adalah seperti
contohnya jika orang tua anak jalanan berasal dari pemulung maka
anaknya pun akan memulung, karena kurangnya motivasi orang tua
terhadap anaknya sehingga anak jalanan tersebut ikut terjun seperti
orang tuannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor Eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni
keluarga,teman, tetangga,sampai dengan pengaruhdari berbagai media
audiovisual seperti TV dan DVD, atau media cetak seperti koran,
majalah, dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga tempat seseorang
anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap

4
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Semarang: Bumi Akasara, 2006), h.189.
10

kepribadian seorang anak. Terutama dari cara para orang tua mendidik
dan membesarkan anaknya.5
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-
perubahan,tetapi di dalam perkembangan itu semakin terbentuklah pola-
pola yang tetap dan khas, sehingga mempengaruhi ciri-ciri yang unik
bagi individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
dan pembentukan kepribadian itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a) Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau yang
sering disebut dengan faktor fisiologis. Keadaan fisik, baik yang
berasal dari keturunan yang merupakan pembawaan yang dibawa
sejak lahir itu melainkan peranan yang penting pada kepribadian
seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demikian itu
hanya merupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui bahwa
dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya
faktor-faktor yang lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan
yang tidak dapat kita abaikan.
b) Faktor Sosial
Faktor sosial disini yakni manusia-manusia lain di sekitar individu
yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.Termasuk kedalam
faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,
bahasa, suasana keluarga dan sebagainya berlaku dalam masyarakat.
c) Faktor Kebudayaan
Kita mengetahui bahwa kebudayan itu tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat.Kita dapat mengenal bahwa kebudayaan tiap daerah
atau negara berlainan.Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada diri masing-masing anak atau orang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dimana anak itu dibesarkan.
Perbedaan antara faktor bioligis dan psikologis pada tingkah laku
manusia adalah bahwa pada faktor biologis memandang bahwa

5
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.19.
11

manusia itu sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan


pada faktor psikologis memandang manusia itu sebagai organisme
yang mempunyai intelegensi.6

4. Pemberdayaan Anak Jalanan


Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya.7
Pemberdayaan memiliki arti harfiah membuat (seseorang)
berdaya. Istilah ini lain untuk pemberdayaan adalah penguatan
(Emporwerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan,
dalam arti mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hak-
hak asasinya. Di dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan
dan penguatan posisi seseorang melalui penegasan terhadap hak dan
kewajiban yang dimiliki dalam seluruh tatanan kehidupan. Di dalam
proses pemberdayaan diusahakan agar orang berani menyuarakan dan
memperjuangkan ketidak seimbangan hak dan kewajiban.
Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang
diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Oleh karena itu
pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan.

5. Penyebab Kenakalan Anak Jalanan


Secara fenomenologis tampak bahwa gejala kenakalan timbul
dalam masa pubertas/pancaroba, dimana jiwa dalam keadaan labil,
sehingga mudah tersesat oleh lingkungan. Seseorang anak tiba-tiba
6
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.160.
7
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Bandung:PT. Reflika Aditama,2005),h.58-59.
12

menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah


dibentuk oleh lingkungannya termasuk kesempatan diluar kontrol
yaitu:
1) Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih
sayang, karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri
(termasuk mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari).
2) Situasi yang menjenuhkan dan membosankan, padahal tempat-tempat
tersebut mestinya dapat merupakan faktor penting untuk mencegah
kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif).
3) Lingkungan masyarakat yang tidak/kurang menentu bagi prospek
kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi,
korupsi, manipulasi, gosip, isu-isu negative, perbedaan terlalu
mencolok antara si kaya dan si miskin dan sebagainya.8

B. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan.9 Proses mereaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu yang dipelajari.
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Sesorang dianggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. menurut teori ini yang terpenting
adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output
yang berupa respon.

8
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta : Erlangga,v1983), cet.1,
h.93.
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana Pranda Media Grup,2006), Cet.1,h.114.
13

Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk


membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.10 Dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah, pembelajran merupakan aktivitas yang
paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapain tujuan pendidikan
banyak tergantung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara itu mengajar. Dari
berbagai definisi yang dikemukan oleh pakar-pakar secara umum
pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam
perilaku sebagai hasil intraksi anatara dirinya. Secara lengkap, pengertian
pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut:
“pembelajaran adalah proses yang dilakuklan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.”

C. Pendidikan Agama Islam


1) Pengertian Agama Islam
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenai,
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, di
barengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut Agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11
Menurut Endang Saifuddin Anshari Pendidikan Agama Islam
adalah proses bimbingan (Pimpinan, tuntutan, usulan) oleh obyek didik
terhadap perkembangan jiwa (Pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan
sebagainya), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan tertentu, dengan

10
Dimyati Dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
157.
11
Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta:Ruhama,1995),cet.2, h. 65.
14

metode tertentu , materi dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah
terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran
Agama Islam.12
Menurut M.Yusuf Al-Qardhawi Pendidikan Agama Islam adalah
Pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, Pendidikan
Agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik keadaan damai
maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.13
Menurut Basyiruddin Usman “Pendidikan Agama diartikan sebagai
suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis
dengan menanamkan akidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau
akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah
SWT”.14
Sedangkan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Departemen Agama Republik Indonesia yang dikutip Allisuf Sabri
merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam yaitu “ usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15
Pendidikan Agama Islam Adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
serta mengimani ajaran Agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut Agama lain dalam hubungannya dengan

12
Endang Saifuddin Anshari,Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Usaha
Interprise 1976), h. 85.
13
M.Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Hasan Al-
Banna,terj.Bustami A.Gani dan Zainal Abidin Ahmad,(Jakarta: Bulan Bintang,1980), h.157.
14
Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres,2002), h. 4.
15
Ali Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005),cet. 1, h.
111.
15

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan


persatuan bangsa.16
Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
bentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).17
Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas
maka pendidikan Agama Islam merupakanusaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,
memahami,dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau pelatihanyang telah ditentukan untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan.
2) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan
suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila
tujuannya sudah dicapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan
berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya
dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir. Menutut Ramayulis (200)
“Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang agama islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.18
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing umat
manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah yakni
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
dengan penuh kesadaran dan ketulusan ini.Untuk itu rumusan tujuan

16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi(
Konsep dalam Implementasi Kurikulum 2004), Remaja Rosda Karya, Bandung: 204, h.130.
17
Ahmad D.Marinda, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-
Ma’arif,1962),h.23.
18
Ramayulis, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005),cet.4,
h.21.
16

pendidikan Agama Islam yang berbunyi membentuk manusia yang


beriman dan bertakwa kepada Allah SWT adalah merupakan tujuan
yang bersifat fundamental.19
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.20
Menurut M. Arifin dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam
mengemukakan “bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan
takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya
dalam masyarakat”.21
Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan
menjelaskan “Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang
agama islam menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara”.22
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan
bertakwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan diri
kepada Allah dan selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.

19
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qu’an, (Jakarta:UIN Jakarta pres,
2005), cet.1, h. 167-173.
20
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2012), cet. V, h. 78.
21
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996) cet.ke-4,h.15.
22
Alisuf Saabri,Op. cit.
17

D. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh suatu
organism.Berbagai respon terhadap stimuli, motorik atau glandular,
dipandang sebagai jenis perilaku.23 Dalam kamus bahasa Indonesia
perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan.24 Dengan kata lain, perilaku merupakan hasil
dari stimulus atau berupa respon yang ada pada diri manusia terhadap
lingkungan disekitarnya, yang mana respon yang dapat dikenali dalam
bentuk tindakan yang dapat diamati oleh panca indra.
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan
irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri
psikoseksual tertentu pada masa enam tahunpertama dalam kehidupannya.
Pandangan ini menunjukan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia
pada dasarnya adalah deterministik.Sekalipun demikian, menurut Gerald
Corey yang mengutif perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpuh pada
dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah
dinyatakan pada aliran Freud luluh.Lebih jauh, Kovel menyatakan bahwa
jalan pikiran itu adalah ditentukan,tetapi tidak linier.Ajaran psikonalisis
menyatakan bahwa perilaku seseorang lebih rumit daripada apa yang
dibayangkan pada orang tersebut.25
Pokok utama dari pada timbulnya kenakalan anak-anak terutama
disebabkan dari pada kelalaian para orang tua.Dalam masa seperti
sekarang ini banyak orang tua lebih mengutamakan pekerjaan diluar
rumah dari pada pendidikan terhadap anak-anaknya.26
Berdasarkan uraian di atas, maka perilaku dapat diartikan sebagai
gerak gerik yang dilakukan individu maupun oleh suatu kelompok,
mengakibatkan seseorang melakukan perbuatan tersebut.

23
Kanisius, Kamus Istilah Kunci Psikologi,(Yogyakarta: Kanisius, 1989),cet.1,h.41.
24
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka,2002),h.859.
25
Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.73.
26
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1983), cet.1,
h.65.
18

E. Kerangka Berpikir
Anak jalanan merupakan sebuah realita sosial yang mewarnai
kehidupan masyarakat Indonesia. Anak jalanan dengan berbagai karakter
yang dimiliki telah menjadi bagian dalam setiap aktifitas sehari-hari yang
secara tidak langsung mengganggu keamanan, ketertiban dan kenyamanan
orang lain serta dirinya sendiri.
Pekerjaan yang dijalani anak jalanan dapat dikelompokan kedalam
empat kategori yaitu usaha dagang, usaha jasa, pengamen dan kerja
serabutan.Pekerjaan yang dijalani anak jalanan di jalan merupakan
pekerjaan yang penuh resiko. Mereka akan mudah terserang penyakit
sehingga membutuhkan tempat tinggal, makanan, pakaian, dan tentunya
jaminan kesehatan. Terdapat kecenderungan semakin pasti jenis pekerjaan
anak jalanan maka semakin baik peranan rumah singgah dalam upaya
perlindungan anak jalanan.
Sebagian besar anak jalanan memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
ada yang pernah sekolah namun terpaksa putus sekolah bahkan ada yang
tidak pernah mengenyam pendidikan disekolah. Anak jalanan sangat
memerlukan pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan
pengetahuan dan daya kreatifitasnya agar tidak tertinggal walaupun
pendidikan mereka tergolong rendah. Hal ini berarti adanya
kecenderungan semakin rendah tingkat pendidikan anak jalanan maka
semakin baik peranan perlindungan anak jalanan.
Penyebab anak-anak turun kejalan pun beragam, yaitu: pertama,
kondisi ekonomi keluarga (kemiskinan) sehingga semakin miskin kondisi
ekonomi keluarga anak jalanan maka semakin tinggi tingkat kepuasan
pemenuhan kebutuhan. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tentu
sangat membutuhkan sandang, pangan dan papan, jaminan kesehatan dan
pendidikan yang tidak terpenuhi dengan baik dalam keluarganya.Latak
belakang kedua, disharmonisasi keluarga (konflik dengan atau antar orang
tua).Selain membutuhkan sandang, pangan, papan, jaminan kesehatan dan
pendidikan anak jalanan yang mengalami konflik dalam keluarga juga
19

sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih, dalam hal ini
dapat diberikan oleh kakak Pembina sebagai pengganti orang tua dan
sesama anak jalanan sebagai pengganti saudara.Memiliki kecenderungan
semakin tinggi konflik yang terjadi dalam keluarga anak jalanan maka
semakin tinggi tingkat kepuasan pemenuhan kebutuhan anak jalanan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan


Secara umum penelitian tentang anak jalanan telah mulai dilakukan
di berbagai tempat. Adapun diantaranya adalah :
1. Syaifuddin Zuhri yang berjudul “Peran Keluarga Dalam Mendidik
Akhlak Anak Jalanan”. Semarang: Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
2011. Peneliti mengkaji tentang Pendidikan anak jalanan di kawasan
tugu muda semarang untuk pendidikan akhlak terhadap Allah SWT,
akhlak pribadi anak jalanan dikawasan tugu muda semarang cendrung
pasrah nemeima keadaan mereka. Pemanfaatan dan pengoptimalan
bakat yang ada pada diri mereka kurang di gali untuk bisa lebih
dikembangkan, terutama untuk anak jalanan yang masih bersekolah
mempunyai kesempatan lebih banyak menyongsong masa depan
dengan salah satunya rajin belajar. Peran keluarga masing-masing
individu dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu
Muda Semarang tidak berperan dengan baik sebagaimana mestinya.
Keluarga anak jalanan cenderung melakukan pembiaran terhadap
pendidikan akhlak anak jalanan.
2. Sanah Sanan yang berjudul “Peranan Rumah Singgah Dalam Membina
Moral Anak Jalanan Cengkareng Jakarta Barat”. Jakarta: PGMI,
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Peneliti mengkaji tentang
Pembinaan yang diberikan dalam balam bentuk pendidikan baik
formal maupun non formal sangat membantu anak jalanan, khususnya
untuk meningkatkan kemampuan itelektual mereka. Anak jalanan yang
20

rutin datang bahkan menetap di rumah singgah secara intensif akan


memperoleh pelayanan, maka dengan sendirinya hal ini akan
mempercepat proses perubahan perilaku dan moral mereka. Sebaliknya
anak yang hubungannya jarang akan kurang intensif, akibatnya proses
perubahan perilaku dan moral mereka akan lama.
3. Dini Farida yang berjudul “Persepsi Anak Jalanan Mengenai Urgensi
Pendidikan Agama Islam Di Cilincing Jakarta Utara”.Jakarta :
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Peneliti
membahas tentang anak jalanan pada umumnya, yang membedakan
mereka, hanyalah profesi dan kegiatan yang mereka lakukan setiap
hari. Anak jalanan juga mengerti pentingnya pendidikan, tapi
kebanyakan mereka berfikir bahwa pendidikan itu pada ujungnya
untuk menghasilkan uang, jika mereka bisa menghabiskan uang tanpa
pendidikan, maka dari sanalah mereka monomer duakan pendidikan.
Persamaan skripsi diatas dengan penulis adalah sama-sama membahas
tentang akhlak, perilaku, dan moral anak jalanan sama-sama ingin
memperbaiki akhlak anak jalanan yang kurang sesuai dengan anak-anak
lain. Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam hal ini karena dari
pendidikan Agama Islam anak bisa memahami bagaimana caranya
menghargai, menghormati, dan menyayangi orang lain. Karena
sebagian anak jalanan lebih mementingkan pekerjaan mereka dari pada
pendidikan, faktor ekonomi mereka yang sangat rendah sehingga tidak
mampu untuk sekolah.
Perbedaan skripsi diatas dengan penulis adalah penulis
menggunakan metode kualitatif deskriptif sedangkan skripsi diatas
menggunakan kualitatif fenomenologis sebagai strategi penelitian yang
dilakukan untuk menjelaskan fenomena yang ada saat penelitian dengan
fokus permasalahan yang diteliti kemudian dianalisa gambaran nyata
yang sedetail-detailnya tentang fenomena yang terjadi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif atau


dengan kata lain peneliti yang bersifat nonstatistik. Jenis penelitian kualitatif ini
mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari pelaku yang dapat diamati.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan tentang Peranan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di rumah singgah CCE(Charity Of Children Education).
Peneliti akan mengkaji proses Pembelajaran pendidikan Agama di Rumah singgah
CCE (Charity Of Children Education), yang dilakukan dengan observasi,
dokumentasi, dan wawancara.1
A. Tempat dan Waktu
Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah CCE (Charity Of Children
Education) yang beralamat di Jl.Kebagusan 1 Gang warung RT 6 RW 1 Pasar
minggu, Jakarta selatan (belakangragunan). Adapun waktu penelitian terhitung
dari tanggal 12 November sampai 12 Desember 2014.
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah:
1. Pengurus CCE (Charity Of Children Education)
Subjek pertama yang akan dipilih adalah informasi kunci, yaitu
informasi yang dipandang sangat menguasai aspek-aspek yang akan
diteliti, dengan pertimbangan tersebut, yang dipilih sebagai informan kunci
adalah Ketua pengurus, karena beliau dianggap subjek yang paling
mengetahui dalam sistem kependidikan di rumah singgah.
2. Guru-guru di rumahsinggah CCE (Charity Of Children Education)
Subyek kedua yang akan dipilih adalah informasi pengelola, yaitu
informasi sebagai pengelola para anak jalanan yang dipandang mampu
menyampaikan aspek-aspek yang akan diteliti.
3. Anak-anak jalanan CCE (Charity Of Children Education)

1
Hasil Observasi di Charity Of Children Education

21
22

Untuk mencari data dari para anak jalanan penelitihanya mengambil


sebagian populasi yang dipandang bisa mewakili.Sedangkan yang diambil
sebagai sampelnya adalah purposive sampling, karena besar sampling
ditentukan oleh pertimbangan informasi.2

B. Metodologi Penelitian
Pengertian metode penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian.Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang
dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini, ia tidak perlu
membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung
memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat
bersifat substantive atau metodologis. Asumsi substanstive berhubungan
dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan
dengan metodologi penelitian.3
Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan
berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian
sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena
tersebut.4
Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesa,
melainkan untuk mencari informasi untuk mengambil kesimpulan.
Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat
eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status
fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada
dilapangan.

2
Ibid
3
Juliansyah Noor, MetodologiPenelitian, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2011), h.
254.
4
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013),cet.1, h.47.
23

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiyah untuk


mendapatkan data dan tujuan kegunaan tertentu.5 Penelitian skripsi ini
menggunakan metode dekskriptif yaitu penelitian yang bersaha
mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
Penelitian deskriptif memutuskan perhatian pada masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif,
peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa
tersebut.Variable yang diteliti bisa tunggal (satu variable) bisa juga lebih dari
satu variable.6

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan
suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah.
Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.7 Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Observasi
Metode Observasi adalah metode yang digunakan dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti sebagaimana yang
diungkap kan Sutrisno Hadi:“Metode observasi bisa dikatakan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki, dalamarti yang luas, observasi tidak hanya
terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung”.8

5
Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 2.
6
Ibid, h. 34.
7
Maman Abdurrahman, PanduanPraktisMemahamiPenelitian, (Bandung: CV
PustakaSetia, 2011) cet.1, h. 3.
8
SutrisnoHadi, Metodologi Research II ,(Yogyakarta: Andi Offset, 1984), h. 126.
24

Tindakan observasi dilakukan peneliti pada umumnya mempunyai


tujuan agar dapat mengamati dan mencatat fenomena yang muncul dalam
variable terkait sebagai akibat dari adanya kontrol dan manipulasi
variable.9
Beberapa hal yang perludi perhatikan dalam observasi yaitu
topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respons, stimulus
control (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.10

2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menu mental
dari seseorang11. Studi domentasi merupakan bagian yang mendukung
dalam proses mengungkapkan dan mendeskipsikan hasil penelitian.
Dalam dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data mengenai
profil CCE (Charity Of Children Education).
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu
berbentuk surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, dan foto.
Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member
peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam,
yaitu auto bigrafi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data server dan flashdisk, dan
data tersimpan di website.12

9
Juliansyah.,op. cit., h. 114.
10
Ibid., h. 141.
11
Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2009), cet. IX, h. 329.
12
Juliansyah.,op. cit., h. 141.
25

3. Metode Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan
makna dalam suatu topik tertentu.13
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan
pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.14
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai respondenya itu intonasi suara, kecepatan berbicara, dan
sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal. Dalam
mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu auto
anamnesis (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)
dan aloanamnesisi (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa
tips saat melakukan wawancara yaitu mulai dengan pertanyaan sangat
mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,
jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol
emosi negatif.15

4. Metode Angket (Questioner)


Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (reponden). Dengan angket ini dapat diketahui tentang
keadaan/ data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap yang dimilikinya.
Angket yang penulis sebarkan kepada anak-anak CCE sebagai reponden

13
Ibid, h. 317.
14
Lexy J. Meleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung, PT RemajaRosdakarya,
2013), h. 186.
15
Juliansyah, op. cit., h. 139.
26

peneliti. Melalui penyebaran angket ini diharapkan akan dapat data


tentang peran pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak jalanan
di CCE yang kurang lebih berjumlah 20. Questioner adalah suatu alat
pengumpulan data atau informasi sebagai instrument pengumpulan data
dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
menjawab secara tertulis pada responden.16
Jenis kuesioner yang dapat digunakan dalam peroses pengumpulan
data, yaitu kuesioner tertutup.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah
dalam bentuk pilihan ganda, jadi kuesioner jenis ini responden tidak
diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.
Contoh: penerapan skala likert
Bagaimana pendapat saudara mengenai sistem yang ada di
Charity Of Children Education ini?
1) Selalu
2) Sering
3) Kadang-kadang
4) Tidak pernah
Metode pengumpulan data melalui teknik kuesioner memiliki
kelebihan dan kekurangan seperti halnya pada metode pengumpulan data
yang lain. Kelebihan teknik kuesioner antara lain:
a. Jumlah responden dalam jumlah yang besar dalam cakupannya
cukup luas, karena kuesioner dapat dikirim melalui pos
b. Biaya yang digunakan dengan teknik ini relative murah
c. Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan
wawasan yang luas, cukup orang yang terkait dengan permasalahan
dalam penelitian.

16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1993), cet. IX, hal. 202.
27

Kekurangan teknik kuesioner , antara lain:


a. Tingkat pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim melalui pos
b. Tekhnik kuesioner hanya dapat diberikan kepada respondenyang
dapat membaca
c. Bila pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan oleh salah
satu seseorang responden, maka hasil penelitian tidak akurat
Petunjuk-petunjuk yang harus di ikuti saat memilih bahasa dalam
peroses pembuatan kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah
dipahami responden
b. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik
c. Pertanyaan harus singkat
d. Dalam pemilihan kata-kata hindari pemilihan dalam kata-kata ganda
e. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya
orang-orang yang mampu merespon) jangan berasumsi mereka tau
banyak
f. Pastikan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tekhnis cukup
akurat sebelum menggunakannya
Adapun kisi-kisi yang ditanyakan kepada responden diantaranya:
a) Mengenai metode apa yang digunakan Pembina Charity Of
Children Education untuk membina dan mengarahkan anak-anak
jalanan
b) Problem yang dihadapi pada saat menerapkan Pendidikan Agama
Islam terhadap anak jalanan
c) Bagaima perilaku anak jalanan pada saat berlangsung
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
28

Kisi-kisi Instrument
Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku
terpuji anak jalanan :
Tabel 3.1
Variabel Indikator Nomer Jumlah
Butir
Pembelajaran Menanamkan moral 1,2,3,4,5 5 soal
Pendidikan keislaman, mematuhi
Agama Islam peraturan yang ada di
Charity Of Children
Education
Mengaplikasihkan
pelajaran yang telah
di dapat di Charity Of
Children Education
Perilaku Sopan santun tata 6,7,8,9,10 5 soal
Terpuji anak krama dan
jalanan Di kedisiplinan .
Charity Of
Children
Education

D. Teknik Pengolahan dan Analisis


Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis
data. Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan upaya berlanjut,
berulang dan sistematis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada
saat pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Artinya, data dari awal
sudah mulai dianalisis, karena data tersebut terus bertambah dan berkembang,
29

dan jika data yang diperoleh belum memadai atau masih kurang, maka dapat
segera dilengkapi.17
Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan menyatakan bahwa analisis
data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari,
menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan,
dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan teknik-
teknik pengumpulan data lainnya.18 Pengumpulan dan analisis data penelitian
kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling
tumpang tindih.Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan
analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi
sebelumnya yang telah digunakan dan diperoleh.
Analisi data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya
dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dikumpulkan
secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima,
maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.19
Untuk menganalisis data yang terkumpul, maka data itu perlu dianalisa
langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengelolah dan menganalisis
data adalah sebagai berikut:
1. Editing, mengedit data adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul.
Memeriksa angket yang telah terisi apakah telah terisi dengan sempurna
atau belum.
2. Tabulating dan Scoring, merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian
proses analisis data. Degan membuat tabulasi maka data lapangan akan

17
ZainalArifin, Penelitian Pendidikan Metodedan Paradigma Baru, (Bandung: PT
RemajaRosdakarya, 2011), Cet. I, h.171.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2009), cet.IX, h.244.
19
Ibid, h. 245.
30

tersusun dalam suatu tabel sehingga dapat mudah dianalisa, setelah data
dibuat dalam tabel kemudian semua pertanyaan angket diberi skor nilai
setiap itemnya dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah
menjadi nilai angka.
3. Analiting dan Interprestasi,langkah selanjutnya adalah menganalisis
data, setelah data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban
responden untuk setiap alternatif, kemudian dipersentasikan dengan

rumus :

P= Angka
F= Frekuensi yang sedang dicari
N= Number Of Cases (Jumlah responden) atau banyaknya
individu
Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya penulis mengkategorikan
hasil angket mengenai angket Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
anak yang berada di Charity Of Children Education berdasarkan skor
yang diperoleh, yaitu:
1) Skor 60-52 baik sekali
2) Skor 51-43 baik
3) Skor 42-34 sedanglcukup
4) Skor 24-15 rendah sekali.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Objek Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya CCE (Charity Of Children
Education)
Charity Of Children Education Community (CCE Community)
merupakan komunitas yang terdiri dari mahasiswa lintas Universitats se-
JABODETABEK. Komunitas ini bertujuan untuk menghadapi segala
permasalahan dan tantangan yang ada pada negara ini terutama mengenai
pendidikan bagi anak-anak kurang mampu serta mewujudkan apa yang
dicita-citakan mereka untuk negaranya. Komunitas ini berencana mendirikan
dan mengaktifkan “School of Life” bagi anak-anak yang tidak mampu,
memberikan dorongan semangat kepada mereka tentang penting kehidupan,
dan memberikan pengajaran yang baik kepada mereka.
School of Life merupakan sebuah program pembelajaran bersifat non
formal yang diberikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Definisi
dariSchool Of Life ini sendiri adalah sebuah sarana pembelajaran yang dibuat
agar menciptakan kehidupan ditengah masyarakat yang “Mati”. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah lingkungan dimana pendidikan sangat minim
didapatkan, yaitu dilingkungan anak-anak yang kurang mampu .
Selain mengajarkan beberapa mata pelajaran formal, dalam SOFL
(School Of Life) ini juga memberikan tentang arti pentingnya sebuah
pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak tidak mampu. Pembelajaran
integrasi kecerdasan emosional ini diharapkan nantinya melahirkan
pemimpin-peminpin bangsa yang berkarakter, humanis, dan mencintai
bangsa beserta rakyatnya. Program kami sebagai langkah awal untuk
mrmbuat SOFL (School Of Life) adalah dengan mengadakan pengajaran di

31
32

lapak pemulung yang terletak di Jl. Kebagusan 1 Rt 06/Rw 01, Gang Waru,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.1
Karena keterbatasan perekonomian, membuat sebagian besar orangtua,
warga lapak pemulung kebagusan berpendapat untuk lebih mengedepankan
mata pencaharian dari pada pendidikan untuk anaknya. Diharapkan dari
langkah awal ini kami akan dapat membuat lingkungan sekitar mengenali
konsep dari School Of Life ini sendiri mengerti betapa pentingnya sebuah
pendidikan.

2. Visi dan Misi


a. Visi
a) Membangun generasi yang berkualitas dan mandiri.
b. Misi
a) Memberikan program pembelajaran pendidikan formal sesuai dengan
mata pelajaran di sekolah.
b) Memberikan program pembelajaran pendidikan nonformal untuk
pengembangan diri.
c) Memberikan program keterampilan untuk mereka.2

1
Hasil Observasi dan Dokumentasi di CCE (Charity Of Children Education)
2
Ibid.,
33

3. Struktur Kepengurusan

Ketua Pengurus

Asep Roby Sulaeman

Sekretaris Bendahara

Joni Asmara Febri Dwi Rahmawati

Humas Pendidikan

Adjeng Septi Wulandari Wulan Sari Rahayu

Staf Pengajar

Syahrial Sukoco
Eka Apriana
Dian Febriani
Errica Syamara
Febri Dwi Rahmawati
Fitri Apriliani
Hadiansyah Ismawan
Sarah Khairini
Tsuwaybatul Aslamiyah
Abdul Latief Fikry
Mega Ulan Nurmaysari
Dwi Handayani
Dicky Mahsardi
34

4. Program CCE (Charity Of Children Education)


1) Sekolah Kehidupan
Sekolah kehidupan adalah School OF Life merupakan sebuah
program pembelajaran bersifat non formal yang diberikan bagi anak-anak
yang kurang mampu. Definisi dari School Of Life ini sendiri adalah
sebuah sarana pembelajaran yang dibuat agar menciptakan kehidupan di
tengah masyarakat yang mati. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
lingkungan dimana pendidikan sangat minim di dapatkan, yaitu
dilingkungan anak-anak yang kurang mampu.
Selain mengajarkan beberapa pelajaran formal, dalam sekolah
kehidupan ini juga memberikan tentang arti sebuah pentingnya
pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak tidak mampu. Pembelajaran
integrasi kecerdasan emosional ini diharapkan nantinya melahirkan
pemimpin-pemimpin bangsa yang berkarakter, humanis, dan mencintai
bangsa beserta rakyatnya. Program kami sebagai langkah awal untuk
membuat sekolah kehidupan terletak di Jl. Kebagusan 1 Rt 06/Rw 01,
Gang Waru, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Karena keterbatasan
perekonomian, membuat sebagian besar orang tua, warga lapak pemulung
kebagusan berpendapat untuk lebih mengedepankan mata pencaharian
dari pada pendidikan anaknya.
Diharapkan dari langkah awal ini kami akan dapat membuat
lingkungan sekitar mengenali konsep dari School Of Life ini sendiri
mengerti betapa pentingnya sebuah pendidikan. Konsep School Of Life
antara lain adalah:
a. Pelatihan Kewira Usahaan adalah program pelatihan dan pengelolaan
bagi anak-anak jalanan untuk mempunyai usaha mandiri sesuai dengan
kemampuan mereka. Pelatihan kewirausahaan ini diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup kesejahteraan bagi anak-anak jalanan
35

sehingga mereka mampu meraih pendidikan yang tinggi demi masa


depan yang cemerlang.
b. Rencana kami adalah mengadakan program kewirausahaan berupa
pelatihan keterampilan seperti menyablon baju, atau membuat pin dsb.
Hasil dari pelatihan ini nantinya akan dijadikan usaha ekonomi.
Program ini bertujuan mengajarkan mereka untuk bisa berwirausaha
sendini mungkin sebagai jembatan mereka mendapatkan penghasilan
guna melanjutkan pendidikan di bangku sekolah. Untuk saat ini
sebagai langkah awal, kami baru merealisasikan pelatihan
kewirausahaan dengan membuat boneka kochy, yang berbahan dasar
kok (bola bulu tangkis/Shuttlecock). Hasil dari penjualan boneka chaky
ini akan dialokasikan sebagai tabungan pendidikan terhadap adik-adik
kami.
2) Sekolah Paket
Sekolah paket adalah Pendidikan kesetaraan meliputi program kejar
paket A setara SD (6 tahun), paket B setara SMP (3 Tahun), dan paket C
setara SMA (3 Tahun). Program ini semula ditujukan bagi peserta didik
yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah
sekolah putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup. Disamping itu
dimaksudkan juga untuk msyarakat lain yang memerlukan layanan
khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari
perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak ada batasan usia dalam program kesejahteraan ini. Pegawai negri,
ABRI, anggota DPR, Karyawan pabrik banyak yang mendapatkan
36

program kesejahteraan ini untuk meningkatkan kualifikasi ijazah


mereka.3

5. Bentuk-bentuk Kegiatan Rumah Singgah Charity Of Children Education


(CCE)
Kegiatan di Rumah Singgah CCE terbagi atas kegiatan kesenian,
keterampilan, dan kegiatan sosial moral. Kegiatan kesenian terdiri dari
kegiatan musik mulai dari gitar,rabana, marawis, dan alat musik tradisional
lainnya. Kegiatan keterampilan terdiri dari menyablon, dan menjahit.
Kegiatan sosial-moral terdiri dari pengajian, baca tulis Al-Qur’an dan
praktek sholat. Kegiatan belajar-mengajar di CCE (Charity Of Children
Education) adalah setiap hari sabtu dan minggu. Sabtu kegiatan belajar
formal seperti, Pendidikan Agama Islam, Bahasa Indonesia, Matematika,
Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu pengetahuan sosial.
Sedangan hari minggu kegiatan belajar non Formal seperti, karate, musik,
tari , dan keterampilan lainnya.
Kegiatan di rumah singgah Charity Of Children Education (CCE) dapat
dikatakan kurang lancar. Hanya sebagian anakyang bersedia mengikuti
kegiatan-kegian yang ada di CCE walaupun terkadang datang terlambat
karena harus bekerja dulu di jalanan.
Berikut jadwal kegiatan yang ada di Rumah Singgah CCE (Charity Of
Children Education) pada hari Sabtu:
Jam 07.30-09.00 Pembelajaran Agama Islam
Jam 09.00-10.30 Pembelajaran Matematika
Jam 10.30-12.00 Pembelajaran Bahasa Inggris
Jam 12.00-13.00 Istirahat dan sholat Dzuhur

3
Hasil Wawancara dengan Bapak Asep Roby Sulaiman. Pada 15 November 2014 Pukul 09.00
WIB, di Charity Of Children Education Pasar Minggu.
37

Jam 13.00-14.30 Pembelajaran Bahasa Indonesia


Jam 14.30-16.00 Pembelajaran IPA
Berikut jadwal kegiatan yang ada di Rumah Singgah CCE (Charity of
children education) pada Hari Minggu:
Jam 9.00-11.00 Karate
Jam 11.00-1230 Istirahat dan sholat Ashar
Jam 13.00-14.30 seni tari
Jam 14.30-15.30 musik
Jadwal di atas disusun sesuai dengan keadaan, baik keadaan pengasuh
maupun anak jalanan. Adanya jadwal yang jelas tersebut bertujuan untuk
mendidik para anak jalanan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang
lain.4
B. Penyajian Dan Analisis Data
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Terhadap Perilaku Anak Jalanan.
Setelah data terkumpul dengan menggunakan metode observasi,
dokumentasi, angket dan wawancara, peneliti dapat menganalisis hasil
penelitian dengan teknik kualitatif deskriptif, artinya peneliti akan
menggambarkan, menguraikan dan menginter pretasikan data-data yang telah
terkumpul sehingga akan memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang hal yang sebenarnya.
Dalam penyajian data ini maka penulis akan memaparkan secara sekilas
dari hasil yang di dapat dari lapangan yang berkaitan dengan rumusan
masalah.
a. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Rumah Singgah CCE (Charity Of Children Education)

4
Hasil Observasi Pada 15 November 2014 Pukul 09.00 WIB, di CCE (Charity Of Children
Education) Pasar Minggu.
38

Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar guru mempersiapkan


materi yang akan diajarkan tanpa membuat RPP terlebih dahulu, guru
hanya membaca buku yang ingin diajarkan kepada anak-anak tersebut
dan juga kegiatan belajar mengajar di Charity Of Children Education
dilakukan diluar kelas. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan
guru Agama, yakni ibu Dwi Handayani, bahwa:
“Saya hanya memekai buku-buku yang sudah tersedia disini,
sebelum mengajar saya hanya membaca terlebih dahulu buku yang
ingin diajarkan kepada anak jalanan.”5
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Pembelajaran Agama Islam di Charity Of Children Education
kurangnya pesiapan, karena guru tidak membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran terlebih dahulu, sehingga Pelaksanaan pembelajarannya
tidak sistematis.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah
CCE (Charity Of Children Education)
Berdasarkan observasi peneliti, pelaksanaan pembelajaran
dilakukan seminggu dua kali pada hari sabtu dan minggu dari jam 08.00
WIB sampai jam 17.00 WIB, kegiatan belajar mengajar di CCE(Charity
Of Children Education) dilakukan setiap hari sabtu dan minggu karena
terbatasnya waktu anak jalanan sehingga kegiatan belajar mengajar
diadakan seminggu dua kali. Hal ini Berdasarkan wawancara peneliti
dengan ketua CCE (Charity Of Children Education) yakni, Bapak Asep
Roby Sulaiman, bahwa:
“Pelaksanaannya kurang baik, karena terbatasnya waktu sehingga
pembelajaran dilaksanakan seminggu dua kali. Biasanya dimulai

5
Hasil Wawancara dengan Ibu Dwi Handayani. Pada Minggu 23 November 2014 Pukul 09.00
WIB, di Charity Of Children Education, Pasar Minggu.
39

dari jam 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB, itu setiap hari Sabtu
dan Minggu.6
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaaan
pembelajaran pendidikan Agama Islam masih kurang terlaksana, kerena
waktu yang sangat terbatas sehinggaakan sulit untuk melakukan
Pembelajaran pendidikan Agama Islam.7
c. Evaluasi Pendidikan.
Evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang sangat penting
dalam kualiatas mengajar, yang berfungsi untuk mengetahui kemajuan
belajar peserta didik dan mengukur tingkat keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Penilaian yang dilakukan ketika proses pendidikan
berlangsung dan setelah kegiatan pendidikan berlangsung. Hal ini
berdasarkan wawancara peneliti dengan guru Agama, yakni ibu Dwi
Handayani, bahwa:
“Penilaian yang dilakukan dengan memberikan tugas sesuai materi
yang diberikan, rencana selanjutnya dengan setiap anak harus
melaporkan laporan shalat lima waktu, dan setor hafalan yang
diberikan setiap kali pertemuan.”8
Berdasarkan observasi di sana bahwa penilaian yang dilakukan di
Charity Of Children Education dengan cara memberikan tugas sesuai
materi yang diajarkan, setor hafalan, dan melaporkan laporan shalat lima
waktu. Ketika seorang peserta didik di masukkan ke dalam lembaga
pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal yang
diharapakan oleh orang tua adalah perubahan tingkah laku, pengetahuan

6
Hasil Wawancara dengan Bapak Asep Roby Sulaiman. Pada 15 November 2014 Pukul
09.00 WIB, di Charity Of Children Education , Pasar Minggu.
7
Hasil Wawancara dengan Bapak Asep Roby Sulaiman. Pada 15 November 2014 Pukul
09.00 WIB, di Charity Of Children Education , Pasar Minggu.
8
Hasil Wawancara dengan Ibu Dwi Handayani. Pada Minggu 23 November 2014 Pukul 09.00
WIB, di Charity Of Children Education, Pasar Minggu.
40

dan pengalaman mereka. Hal itu dapat di katagorikan sebagai prestasi


untuk mengukur peserta didik dalam proses pembelajaran di Charity Of
Children Education (CCE).
Ketika seorang peserta didik dimasukkan ke dalam lembaga
pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal yang
diharapakan oleh orang tua adalah perubahan tingkah laku, pengetahuan
dan pengalaman mereka. Hal itu dapat dikatagorikan sebagai prestasi
untuk mengukur peserta didik dalam proses pembelajaran di Charity Of
Children Education (CCE).
.
2. Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah
Singgah CCE (Charity Of Children Education)
Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam rumah singgah itu
sangat berperan, karena dari pendidikan Agama Islam lah anak bisa
membiasakan Akhlak terpuji kepada orang tua dan guru. Namun pada
kenyataannya pendidikan Agama Islam masih kurang berperan terhadap
perilaku anak jalanan. Akan tetapi sebagian dari anak jalanan yang belajar di
CCE (Charity Of Children Education) menganggap Pendidikan Agama Islam
disini sangat berpengaruh kepada kehidupan mereka. Hal ini berdasarkan
wawancara peneliti dengan anak jalanan, yakni M.Nasir, bahwa:
“Peranan Agama Islam di Charity Of Children Education menurut saya
sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari karena dari sinilah
saya bisa belajar menghormati orang tua, guru dan orang lain.”9
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pendidikan Agama Islam sangat berpengaruh terhadap perilaku sopan santun

9
Hasil Wawancara dengan M.Nasir. Pada 29 November 2014 Pukul 09.00 WIB, di Charity
Of Children Education , Pasar Minggu.
41

kepada orang tua dan guru. Lain halnya dari hasil wawancara peneliti dengan
anak jalanan lainnya yakni, Udin dan Ani bahwa:
“Peranan Pendidikan Agama Islam tidak berpengaruh bagi saya karena
kehidupan saya sehari-hari saya sibuk mencari uang dengan mengamen
dan memulung dijalanan ,jadi tidak sempat untuk menerapkannya.”10
“Peranan Pendidikan Agama Islam kurang berpengaruh bagi saya ,
karena kehidupan saya berada dijalanan jadi menurut saya kesopanan
itu tidak terlalu penting buat saya.11
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pendidikan Agama Islam kurang berpengaruh, karena menurutnya kesopanan
itu tidak terlalu penting bagi seseorang yang tinggal dijalanan. Hal ini juga
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam,
yakni ibu Dwi Handayani, bahwa :
“Peranan Pendidikan Agama Islam di rumah singgah ini kurang
pencapaiannya dikarenakan dari sebagian anak jalannya tersebut yang
jarang mengikuti kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.Mungkin sebagian anak-anak itu beranggapan kalo pendidikan
Agama Islam itu kurang begitu penting dibandingkan dengan
pekerjaannya yang menghasilkan uang. Tapi dari sebagian anak jalanan
mengaku membutuhkan Pendidikan Agama Islam untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.”12
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian anak-
anak jalanan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dengan
Pendidikan mereka. Maka dari itu pendidikan Agama Islam kurang berperan

10
Hasil Wawancara dengan Udin. Pada 29 November 2014 Pukul 10.00 WIB, di Charity Of
Children Education , Pasar Minggu
11
Hasil Wawancara dengan Ani. Pada 29 November 2014 Pukul 11.00 WIB, di Charity Of
Children Education , Pasar Minggu.
12
Hasil Wawancara dengan Ibu Dwi Handayani. Pada Minggu 6 Desember2014 Pukul 09.00
WIB, di Charity Of Children Education, Pasar Minggu.
42

penting dalam membentuk perilaku anak jalanan. Namun sebagian dari


mereka masih mau mempelajari Pendidikan Agama Islam.

3. Analisis Inerprestasi Data


Dibawah ini akan disajikan hasil instrument angket Peranan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap perilaku anak jalanan di
Charity Of Children Education. Angket mengenai peranan pembelajaran
pendidikan Agama Islam terhadap perilaku terpuji anak jalanan CCE (Charity
of Children Education). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
1) Apakah selalu mengikuti kegiatan mengaji di CCE?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
1. Selalu 1 5%
Sering 3 15 %
Kadang-kadang 16 80 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan yang
berada di CCE (Charity of Children Education) 80% kadang-kadang
mengikuti kegiatan megaji, 15% sering mengikuti kegiatan mengaji, dan
5% selalu mengikuti kegiatan mengaji di CCE. Ini menunjukkan bahwa
kurangnya kesadaran anak jalanan untuk mengikuti kegiatan mengaji.
43

Tabel 4.2
2) Selama ada di CCE, apakah anda mendapatkan pembelajaran
seputar agama?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
2. Selalu 3 15 %
Sering 5 25 %
Kadang-kadang 10 50 %
Tidak pernah 2 10 %
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan yang
berada di CCE (Charity of Children Education) 50% kadang-kadang
mendapatkan pendalaman pembelajaran seputar agama, 25%
mendapatkan pendalaman pembelajaran seputar agama, 15% selalu
mendengarkan pendalaman pembelajaran seputar agama, dan 10% tidak
pernah mendapatkan pendalaman pembelajaran seputar agama. Ini
menunjukkan kurangnya minat belajar anak jalanan seputar
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tabel 4.3
3) Jika Pembina sedang menjelaskan tentang pembelajaran agama
Islam, apakah anda mendengarkannya?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
3. Selalu 4 20 %
Sering 6 30 %
Kadang-kadang 10 50 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
44

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan yang


berada di CCE (Charity of Children Education) 50% mendengarkan
pembelajaran agama Islam, 30% sering mendengarkan pembelajaran
agama Islam, dan 20% selalu mendengarkan pembelajaran agama
Islam.Ini menunjukkan kurangnya kepedulian anak jalanan terhadap
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tabel 4.4
4) Apakah kegiatan agama yang anda ikuti berdampak positif pada
anda?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
4. Selalu 10 50 %
Sering 6 30 %
Kadang-kadang 4 20 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan yang
berada di CCE (Charity of Children Education) 50% menyadari
bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam berdampak positif, 30%
tidak terlalu menyadari bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam
berdampak positif, dan 20% kurang menyadari bahwa pembelajaran
pendidikan Agama Islam berdampak positif. Ini menunjukan bahwa
anak jalanan yang berada di CCE (Charity of Children Education)
cukup menyadari tentang pembelajaran pendidikan agama Islam.
45

Tabel 4.5
5) Apakah setiap hari anda selalu menyempatkan diri untuk
membaca Al-Qur’an?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
5. Selalu 3 15 %
Sering - -
Kadang-kadang 10 50 %
Tidak pernah 7 35 %
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan
yang berada di CCE (Charity of Children Education) 50%
kadang-kadang membaca Al-Qur’an, 35% tidak pernah membaca
Al-Qur’an, dan 15% selalu membaca Al-Qur’an. Ini menunjukkan
bahwa anak jalanan yang ada di CCE (Charity of Children
Education) tidak membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an.
Tabel 4.6
6) Ketika tidak diperintah untuk melakukan shalat, apakah
anda melakukannya?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
6. Selalu 5 25 %
Sering 3 15 %
Kadang-kadang 12 60 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan
yang berada di CCE (Charity of Children Education) 5 % selalu
melakukan shalat tanpa diperintah, 60 % kadang-kadang
46

melakukan shalat tanpa diperintah, dan 15% sering melakukan


shalat tanpa diperintah. Ini menunjukkan bahwa sebagian anak-
anak jalanan tidak membiasakan melaksanakan shalat lima
waktu.
Tabel 4.7
7) Jika hari senin dan kamis, apakah anda berpuasa?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %

7. Selalu 1 5%
Sering 1 5%
Kadang-kadang 17 85 %
Tidak pernah 1 5%
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan
yang berada di CCE (Charity of Children Education) 85%
kadang-kadang berpuasa senin-kamis, 5% selalu berpuasa senin-
kamis, 5% sering berpuasa senin-kamis, dan 5% tidak pernah
berpuasa senin-kamis. Ini menunjukkan bahwa anak jalanan tidak
membiasakan puasa senin-kamis.
Tabel 4.8
8) Apakah Pembina mengajarkan anda sikap kejujuran?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
8. Selalu 12 60 %
Sering 6 30 %
Kadang-kadang 2 10 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
47

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan


yang berada di CCE (Charity of Children Education)60% selalu
bersikap jujur, 30% sering bersikap jujur, dan 10% kadang-
kadang bersikap jujur. Ini menunjukkan bahwa Pembina yang
berada di CCE (Charity of Children Education) membiasakan
anak-anak jalanan untuk bersikap jujur.
Tabel 4.9
9) Pernahkah uang hasil mengamen atau memulung anda
sedekahkan?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
9. Selalu 8 40 %
Sering 9 45%
Kadang-kadang 3 15 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan
yang berada di CCE (Charity of Children Education) 45% sering
bersedekah uang hasil mengamen atau memulung, 40% selalu
bersedekah uang hasil mengamen atau memulung, dan 15%
kadang-kadang bersedekah uang hasil mengamen atau memulung.
Ini menunjukkan bahwa anak jalanan yang berada di CCE
(Charity of Children Education) telah memahami arti sedekah
sehingga mereka menyadari berbagi kepada sesama dan mau
memberikan sebagian dari penghasilan mereka.
48

Tabel 4.10
10) Apakah anda menghormati orang tua, guru, dan teman?
No Alternatif jawaban Frekuensi Presentase %
10. Selalu 10 50 %
Sering 1 5%
Kadang-kadang 9 45 %
Tidak pernah - -
Jumlah 20 100%
Sumber: Data Hasil Penelitian
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa anak jalanan
yang berada di CCE (Charity of Children Education) 50% selalu
menghormati orang tua, guru, dan teman, 1 % sering
menghormati orang tua, guru, dan teman, dan 45% kadang-
kadang menghormati orang tua, guru, dan teman. Ini
menunjukkan bahwa anak jalanan sebagian masih belum
nemanamkan kesopanan kepada orang tua, guru, dan teman yang
berada di CCE (Charity of Children Education).
Berdasarkan kesimpulan tabel-tabel di atas, dapat di ketahui
bahwa responden dalam menjawab dan memilih jawaban yang
diajukan penulis kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang.
Itu menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam
belum sepenuhnya berperan dalam kehidupan mereka sehari-hari,
karena kebanyakan dari responden memilih jawaban kadang-
kadang. Sebagian dari anak-anak jalanan masih belum menyadari
bahwa pentingnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
49

Padahal Pendidikan Agama Islam mengajarkan mereka hal-


hal yang sebaiknya dilakukan, dan hal-hal yang sebaiknya tidak
dilakukan, adapun persepsi mereka sendiri mengenai penting
tidaknya Pendidikan Agama Islam, jawabannya sangat beragam,
ada yang sangat merasa penting, ada juga yang acuh saja
mengenai pembelajaran pendidikan Agama Islam, namun
sebagian besar mereka mengakui bahwa pendidikan Agama Islam
itu dapat mempengaruhi perilaku mereka sehari-hari, padahal
dengan mengakui adanya pengaruh Pendidikan Agama Islam
dalam kehidupan mereka, itu bisa ditafsirkan sama halnya dengan
mereka mengakui kebutuhan Agama Islam dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dari segi manapun mereka menolak dan cuek
terhadap Agama, namun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka
tidak dapat terlepas dari Agama tersebut.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Charity Of Children
Education masih kurang terlaksana, karena waktu yang sangat terbatas, yaitu hanya
dua kali pertemuan dalam satu minggu sehingga akan sulit untuk melakukan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun pelaksanan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dilakukan setiap hari sabtu pukul 07.30 sampai pukul 09.00.
2. Peranan pendidikan Agama Islam di CCE (Charity Of Children Education) masih
kurang berperan terhadap perilaku anak jalanan, karena sebagian anak jalanan masih
mementingkan pekerjaan mereka dibandingkan dengan pendidikan, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari anak jalanan itu sendiri,
keluarga, dan guru/Pembina anak jalan. Anak jalanan mengerti pentingnya
pendidikan, tapi sebagian dari mereka berfikir bahwa pendidikan itu pada ujungnya
untuk menghasilkan uang, dan ketika mereka berfikir bahwa menghasilkan uang itu
bisa dilakukan tanpa melalui pendidikan, maka kemudian mereka akan
menomorduakan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku anak
jalanan sehari-hari sebagian anak jalanan mulai melaksanakan tentang apa yang
mereka dapat kan dalam pembinaan seperti, berkata sopan santun kepada guru, orang
tua, dan orang lain. Anak jalanan yang sering datang untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar di CCE (Charity Of Children Education) dengan sendirinya akan
mempercepat proses perubahan perilaku dan moral mereka. Sebaliknya, anak yang
jarang atau kadang-kadang datang akan kurang intensif, akibatnya proses perubahan
perilaku dan moral mereka akan lama.

B. Saran-Saran
1. Kepada Pembina Charity Of Children Education terus mengabdikan diri dan terus
peduli dengan generasi muda bangsa kita agar tidak menyia-nyiakan kemampuan dari
generasi kita agar bermanfaat untuk orang lain, dibutuhkan tenaga propesional dalam

50
51

hal mengajar di Charity Of Children Education sehingga anak jalanan lebih terarah
dan lebih baik lagi
2. Untuk anak-anak jalanan Charity Of Children Education, Teruslah belajar walaupun
waktu kalian terbatas, Dalam rumah singgah ini banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang kalian ambil, banyak prestasi yang menjadikan diri kalian bangkit dari
keterpurukan serta masalah yang kalian hadapi dijalanan maupun masyarakat serta
keluarga.
3. Kepada para masyarakat, memang terkadang kita takut dengan anak jalanan,
terkadang tidak semua anak jalanan memiliki siat atau perilaku yang kasar, dan setiap
anak jalanan itu mempunyai pembina atau pemimpin, jika anak jalanan itu diajarkan
yang baik oleh pemimpin akan menghasilkan anak-anak jalanan yang berbudi pekerti
baik serta mengetahui norma-norma atau aturan tanpa harus menggunakan kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Maman, PanduanPraktisMemahamiPenelitian, (Bandung: CV


PustakaSetia, 2011) cet.1
Al-Qardhawi M.Yusuf, Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Hasan Al-
Banna,terj.Bustami A.Gani dan Zainal Abidin Ahmad,(Jakarta: Bulan
Bintang,1980)
Anshari Endang Saifuddin,Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Usaha
Interprise 1976)
Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan Metodedan Paradigma Baru, (Bandung: PT
RemajaRosdakarya, 2011), Cet. I
Darajat Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, ( Jakarta: Ruhama, 1995)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka,2002)
Dimyati Dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
Hadi Sutrisno, Metodologi Research II ,(Yogyakarta: Andi Offset, 1984)
Jaenudin Ujam, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)
Kanisius, Kamus Istilah Kunci Psikologi,(Yogyakarta: Kanisius, 1989),cet.1
Majid Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi(
Konsep dalam Implementasi Kurikulum 2004), Remaja Rosda Karya,
Bandung: 204
Marinda Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-
Ma’arif,1962)
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996) cet.ke-4
Meleong Lexy J., MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung, PT RemajaRosdakarya,
2013)
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang
Pres, 2008), cet. 1
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2012), cet. V
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
Suyanto Bagong, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2003)
Soetomo, Masalah Sosial Dan Pembangunan, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
1995), cet. 1
Nata Abudin dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadist, (Ciputat : UIN
Jakarta Pres, 2005), cet. 1, h. 236.
Nata Abuddin, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qu’an, (Jakarta:UIN Jakarta pres,
2005), cet.1
Noor Juliansyah, MetodologiPenelitian, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group,
2011)
Partowisastro Koestoer,Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Erlangga 1983)
Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Ramayulis, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005),cet.4
Sabri Ali, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005),cet. 1
Sanjaya Wina, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013),cet.1
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses
Pendidikan,(Jakarta:Kencana Pranda Media Grup,2006), Cet.1
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Bandung:PT. Reflika Aditama,2005)
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2009), cet. IX
Sujanto Agus, Psikologi Kepribadian, (Semarang: Bumi Akasara, 2006)
Ulwan Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pemeliharaan Kesehatan
Jiwa anak), (Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 1990), cet. 1
Usman Basyiruddin, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres,2002)
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Bukti Penelitian

Lampiran 3 : Instrumen Angket

Lampiran 4 : Hasil Wawancara Pengurus di Charity Of Children Education

Lampiran 5 : Hasil Wawancara Guru Agama di Charity Of Children Education

Lampiran 6 : Hasil Wawancara Anak binaan di Charity Of Children Education

Lampiran 7 : Dokumentasi dan Observasi


Lampiran 3

Instrumen Penelitian

Angket Mengenai Peranan Pembelajaran Agama Islam Terhadap Prilaku


Anak Jalanan.

Identitas Responden
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan mengaji?


a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Selama ada CCE, apakah anda mendapatkan pendalaman seputar Agama
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Jika Pembina sedang menjelaskan tentang pembelajaran Agama Islam, apakah anda
mendengarkan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah kegiatan Agama yang anda ikuti berdampak positif pada anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah setiap hari anda selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Ketika tidak diperintah untuk melakukan solat, apakah anda melakukannya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Jika hari senin & kamis apakah anda berpuasa
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah Pembina mengajarkan anda sikap kejujuran?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Pernahkah uang hasil mengamen dan memulung anda sedekahkan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah anda menghormati orang tua, guru, dan teman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Lampiran 7

DOKUMENTASI OBSERVASI
HASIL WAWANCARA

Nama : M. Nasir

Jabatan : Anak Binaan CCE

Pertanyaan :

1. Apakah peran Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap perilaku adik?


Jawab : Peranan Agama Islam di Charity Of Children Education menurut saya sangat
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari karena dari sinilah saya bisa belajar
menghormati orang tua, guru dan orang lain.
2. Setelah adik belajar Agama Islam apakah adik merasakan ada manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari?
Jawab : Sangat bermanfaat bagi saya jdi mengerti batasan-batasan antara yang baik dan
yang buru.
3. Pendidikan Agama Islam seperti apa yang diajarkan di Charity Of Children Education?
Jawaban : mengaji dan menghapal surat-surat pendek.
4. Pernahkan adik belajar materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum guru Agama
mengajarkan materi tersebut?
Jawab : tidak sempat
5. Setelah belajar dari Charity Of Children Education, kegiatan apa yang adik lakukan?
Jawab : Mengamen dan memulung.
HASIL WAWANCARA

Nama : Udin

Jabatan : Anak Binaan CCE

Pertanyaan :

1. Apakah peran Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap perilaku adik?


Jawab : Peranan Pendidikan Agama Islam tidak berpengaruh bagi saya karena kehidupan
saya sehari-hari saya sibuk mencari uang dengan mengamen dan memulung dijalanan
,jadi tidak sempat untuk menerapkannya.
2. Setelah adik belajar Agama Islam apakah adik merasakan ada manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari?
Jawab : Sangat bermanfaat.
3. Pendidikan Agama Islam seperti apa yang diajarkan di Charity Of Children Education?
Jawaban : Pengajian
4. Pernahkan adik belajar materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum guru Agama
mengajarkan materi tersebut?
Jawab : tidak sempat
5. Setelah belajar dari Charity Of Children Education, kegiatan apa yang adik lakukan?
Jawab : Mengamen dan memulung.
Lampiran 6

HASIL WAWANCARA

Nama : Ani

Jabatan : Anak Binaan CCE

Pertanyaan :

1. Apakah peran Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap perilaku adik?


Jawab : Peranan Pendidikan Agama Islam kurang berpengaruh bagi saya , karena
kehidupan saya berada dijalanan jadi menurut saya kesopanan itu tidak terlalu penting
buat saya.
2. Setelah adik belajar Agama Islam apakah adik merasakan ada manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari?
Jawab : Banyak manfaatnya
3. Pendidikan Agama Islam seperti apa yang diajarkan di Charity Of Children Education?
Jawaban : mengaji
4. Pernahkan adik belajar materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum guru Agama
mengajarkan materi tersebut?
Jawab : tidak sempat
5. Setelah belajar dari Charity Of Children Education, kegiatan apa yang adik lakukan?
Jawab : Bermain
Lampiran 5

HASIL WAWANCARA

Nama : Dwi Handayani

Jabatan : Guru Agama ibu

Pertanyaan :

1. Materi apa saja yang Bapak/Ibu ajarkan kepada anak CCE?


Jawab : Materi yang diajarkan adalah, Huruf-huruf hijaiyayah, Al-Qur’an, Tajwid, dan
Ilmu Agama lainnya.
2. Apakah Bapak/Ibu sebelum mengajar membuat RPP?
Jawab: Saya hanya memekai buku-buku yang sudah tersedia disini, sebelum mengajar
saya hanya membaca terlebih dahulu buku yang ingin diajarkan kepada anak jalanan.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengevaluasi kemampuan anak dalam Pembelajaran Agama
Islam?
Jawab : Penilaian yang dilakukan dengan memberikan tugas sesuai materi yang di
berikan, rencana selanjutnya dengan setiap anak harus melaporkan laporan shalat lima
waktu, dan setor hafalan yang diberikan setiap kali pertemuan.
4. Apakah peran Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap perilaku anak jalanan?
Jawaban : Peranan Pendidikan Agama Islam di rumah singgah ini kurang pencapaiannya
dikarenakan dari sebagian anak jalannya tersebut yang jarang mengikuti kegiatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Mungkin sebagian anak-anak itu beranggapan
kalo pendidikan Agama Islam itu kurang begitu penting dibandingkan dengan
pekerjaannya yang menghasilkan uang. Tapi dari sebagian anak jalanan mengaku
membutuhkan Pendidikan Agama Islam untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
5. Kendala apa saja yang Bapak/Ibu temui ketika mengajarkan Agama Islam?
Jawab : Kurangnya kedisiplinan dari anak tersebut dan kurangnya keminatan dari anak
jalanan tersebut untuk belajar Agama Islam.
Lampiran 4

HASIL WAWANCARA

Nama : Asep Roby Sulaiman

Jabatan : Ketua/Pengurus CCE

Pertanyaan:

1. Apa yang memotivasi Bapak/Ibu dalam mendirikan Charity Of Children Education ?


Jawaban : Memotivasi mendirikan Charity Of Children Education yaitu,perihatin dengan
apa yang didapatkan anak jalanan yang kekurangan biaya pendidikan.
2. Apa saja program Charity Of Children Education?
Jawaban : Sekolah Kehidupan yaitu, Sekolah kehidupan adalah School OF Life
merupakan sebuah program pembelajaran bersifat non formal yang diberikan bagi anak-
anak yang kurang mampu dan Sekolah paket adalah Pendidikan kesetaraan meliputi
program kejar paket A setara SD (6 tahun), paket B setara SMP (3 Tahun), dan paket C
setara SMA (3 Tahun).
3. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah?
Jawab : Pelaksanaannya sudah cukup baik, namun karena terbatasnya waktu sehingga
pembelajaran dilaksanakan seminggu dua kali . biasanya dimulai dari jam 08.00 WIB
sampai jam 17.00 WIB,itu setiap hari Sabtu dan Minggu.

Anda mungkin juga menyukai