PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari plasenta previa
b. Untuk mengetahui etiologi plasenta previa
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari plasenta previa
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis plasenta previa
e. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis plasenta previa
f. Untuk mengetahui klasifikasi plasenta previa
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan plasenta previa
h. Untuk mengetahui komplikasi plasenta previa
1
1.3. Manfaat
Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta
yang sempurna menutupi serviks. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4,
Helen Varney, 641).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi
sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Sejalan
dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah
rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu dapat mengubah luas
pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2008)
2.2. Etiologi
Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion
leave yang persisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada
grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan
leiomioma uteri. (norma, dkk. 2013).
3
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
a. Endometrium yang inferior
b. Chorion leave yang persesiten
c. Korpus luteum yang bereaksi lambat
2.3. Patofisiologi
Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih
mengalami perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut Manuaba (2008), implementasi plasenta di segmen bawah rahim
disebabkan:
a. Endomentrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten.
4
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah
segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang
bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang
robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
5
Ciri yang paling menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti
sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah
beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi
perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan dapat bertambah hebat karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim, dengan demikian
perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan juga
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta
previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah
terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta (Buku Ilmu
Kebidanan.2014. Sarwono Prawirohardjo. 497-498).
2.5. Diagnosis
Penegakan diagnosa plasenta previa dilakukan berdasarkan hal berikut ini:
a. Anamnesa
Adanya keluhan berupa perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22
minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada
mutigravida. Perdarahan cenderung berulang pada volume yang lebih
banyak dari sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila tekanan
darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi
dingin. Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucat.
6
c. Pemeriksaan khusus Kebidanan
Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta
berada pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa
dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada
ibu yang kurus.
Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan. Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam,
banyak, sedikit atau darah beku (stolsel).
2.6. Klasifikasi
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
d. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga berada pada jarak lebih kurang
2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap
plasenta letak normal. ( Ilmu Kebidanan. Sarwono Prawirohardjo. 495)
7
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Scearce (2007) yaitu:
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan
klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin normal).
Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
Menurut Manuaba (2008) plasenta previa dengan perdarahan
merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan
ibu dan anak serta mengurangi kesakitan dan kematian.
Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang
mempunyai fasilitas yang cukup.
8
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG (2009) :
a. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di
rumah sakit. Pasien diminta tirah baring dan dikalukan pemeriksaan
darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh. Pada kehamilan
24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk perawatan paru janin.
b. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu berhati-hati karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovolemik
seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang
cukup berat, lebih berat daripada penampakannya secara klinis.
Transfusi darah perlu segera diberikan.
c. Pada kondisi yang terlihat stabil dalam perawatan diluar rumah sakit,
koitus dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan
dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi
plasenta menjauhi ostiun uteri internum (OUI)
d. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
tirah baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
e. Pada pasien dengan riwayat seksio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihat kemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
f. Seksio sesaria juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang
menghawatirkan
9
2.8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa yaitu :
a. Komplikasi pada ibu
Dapat terjadi anemi bahkan syok
Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
Infeksi pada perdarahan yang banyak
b. Komplikasi pada janin
Kelainan letak janin
Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Plasenta pevia adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta
yang sempurna menutupi serviks.Plasenta previa terdiri dari plasenta previa
totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis, dan plasenta
letak rendah.
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa
sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk
menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang
tindakan karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan
menimbulkan perdarahan baru. Dalam menghadapi plasenta previa dapat
dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara memasang
infus dengan cairan pengganti dan segera lakukan tindakan rujukan ke
rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan
sebagainya.
3.2. Saran
Saran untuk ibu yang mengalami plasenta previa agar dapat segera
mengenali tanda dan gejala, serta berobat ke bidan maupun dokter. Saran
untuk bidan agar dapat memberikan asuhan dengan cara
menginformasikannya dengan baik, agar kedepannya plasenta previa dapat
cepat dikenali gejalanya dan mendapatkan terapi segera demi meningkatkan
kesehatan ibu dan janin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Antar Sumbar. 2013. Kematian Ibu dan Bayi Sumbar Jauh dari Target
MDGs. diakses pada tanggal 02 desember 2013.
http://www.antarasumbar.com/berita/pariaman/d/6/291693/kematian-
ibu-dan-bayi-sumbar-jauh-dari-target-mdgs.html
Ayah Bunda. 2012. Plasenta Previa Dalam Kehamilan. diakses pada tanggal
02 desember 2019. ‘http://ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+
Kesehatan/placenta.previa.pada.kehamilan/001/001/642/1/4
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obstetri. Jakarta:
EGC
Norma, Nita, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta :
Trans Info Media
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12