Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maria Prodensia Romat Doren

Nim : 1903010071
Kelas/semester : B/V
Mata Kuliah : Analisis dan Evaluasi Kebijakan Publik
Dosen Wali : Theny I. B. K. Pah, S.Sos, M. PA

Kebijakan Persona Non Grata

 Latar Belakang
Turki merupakan negara yang berada diantara dua benua yaitu Eropa dan Asia. Namun
letak geografis tersebut tidak langsung membuat Turki memiliki hubungan luar negeri yang
erat dengan negara-negara di Asia seperti hubungannya dengan Eropa. Kedekatan Turki
yang lebih condong dengan Eropa dapat terlihat dari usaha Turki untuk menjadi anggota
tetap dari Uni Eropa. Selain itu, Turki juga membangun kedekatan dengan negara Barat
lainnya dengan bergabung dalam NATO (North Atlantic Treaty Oganization) dan menjadi
aliansinya (Ministry of Foreign Affairs, n.d).Kedekatan Turki dengan Dunia Barat sudah
terliat dari diadopsinya model laicite Prancis dalam ideologi Turki (hashem, 2010). Model
tersebut mengedepankan prinsip sekularisme.

Osman Kavala, seorang pengusaha dan dermawan, telah dipenjara di Turki selama empat
tahun tanpa dihukum, meskipun Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) menyerukan
pembebasannya. Dia dipenjara pada akhir 2017, dituduh membiayai protes Taman Gezi
pada 2013 dan mengambil bagian dalam kudeta yang gagal pada 2016, yang dia bantah.
Kavala dikenal karena dukungannya terhadap seni dan pendanaannya untuk proyek-proyek
yang mempromosikan keragaman budaya dan hak-hak minoritas. Erdogan menuduhnya
sebagai "kaki Turki" dari miliarder dermawan AS George Soros, yang menurut presiden
berada di balik pemberontakan di banyak negara. Disimpulkan bahwa penangkapan Kavala
didasarkan pada motif politik, tanpa bukti yang masuk akal yang mendukung tuduhan
tersebut. Namun, pejabat Turki tidak mengimplementasikan keputusan tersebut dan
mengatakan bahwa keputusan ECHR belum final. Pada 17 September, Dewan Eropa
mengeluarkan peringatan terakhir kepada Turki untuk membebaskan pengusaha berusia 64
tahun itu. Ia memperingatkan bahwa proses pelanggaran terhadap Ankara akan dimulai
pada akhir November, jika Kavala tidak dibebaskan pada saat itu.
Seorang perwakilan diplomatik harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari negara
penerima. Dalam beberapa kasus ada juga seorang perwakilan diplomatik yang tidak
diterima oleh negara penerima yang disebut dengan Persona Non Grata. Persona Non
Grata adalah sebuah istilah dalam bahasa latin yang dipakai dalam perkencahan politik dan
diplomasi internasional. Orang-orang yang disebut Persona Non Grata biasanya tidak boleh
hadir disuatu tempat atau negara. Apabila ia sudah berada dinegara tersebut, maka ia harus
diusir dan dideportasi. Menurul pasal 9 Konvensi Wina 1961 tentang diplomatik, negara
penerima dapat menyatakan status persona non grata kapan saja tanpa harus menjelaskan
alasan keputusannya.3 Pasal 29 Ayat 1 Konvensi Wina 1961 Mengatakan “Orang agen
diplomatic tidak dapat diganggu gugat (inviolabel). Ia tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam bentuk apapun dari penahanan atau penangkapan. Negara penerima harus
memperlakukannya dengan hormat dan harus mengambil semua Langkah yang tepat untuk
mencegah setiap serangan terhadap badannya, kebebasannya atau martabatnya.

Reccep Tayyip Erdogan memerintahkan sepuluh duta besar asing, termasuk Amerika
Serikat, Jerman, dan Prancis, dinyatakan persona non grata. Perintah itu muncul setelah
para dubes asing menyerukan agar Turki segera membebaskan aktivis Osman Kavala. Dia
telah dipenjara selama lebih dari empat tahun atas tuduhan melakukan protes dan upaya
kudeta, walau dia belum dipidana di pengadilan. Dubes asing yang dicap persona non grata
oleh pemerintah negara tempatnya bertugas membuat dia kehilangan status diplomatiknya
dan seringkali diusir atau tidak lagi diakui sebagai utusan dari negara yang bersangkutan.
Seruan pembebasan atas Kavala tercantum dalam pernyataan bersama oleh Kedutaan
Besar AS, Kanada, Prancis, Finlandia, Denmark, Jerman, Belanda, Selandia Baru,
Norwegia dan Swedia. Tujuh negara itu merupakan sekutu Turki di NATO. Dewan Eropa,
yang dikenal sebagai pemantau HAM, telah memberi peringatan terakhir kepada Turki untuk
memenuhi putusan Pengadilan HAM Eropa agar membebaskan Kavala sebelum dia
menjalani peradilan. Berpidato di depan massa di Kota Eskisehir Sabtu kemarin, Erdogan
mengatakan bahwa para dubes itu "tidak bisa seenaknya datang ke Kementerian Luar
Negeri Turki dan memberi perintah." "Saya memberi perintah yang diperlukan kepada
Kementerian Luar Negeri kita dan mengatakan apa yang harus dilakukan. Sepuluh dubes itu
harus dinyatakan persona non grata. Kalian harus segera menyelesaikannya," Erdogan
mengatakan bahwa para dubes itu harus memahami Turki atau pergi.

Untuk mendeklarasikan 10 utusan - termasuk dari Jerman dan Amerika Serikat - "persona
non grata" berarti mereka sekarang hanya satu langkah dari pengusiran setelah
menyerukan pembebasan aktivis Osman Kavala. Para duta besar dari 10 negara yang
meminta pembebasan aktivis Turki Osman Kavala akan dinyatakan sebagai "persona non
grata”. Penunjukan tersebut merupakan istilah diplomatik yang menandakan langkah
pertama sebelum pengusiran.
Erdogan tidak secara khusus mengklarifikasi apakah perintahnya berarti bahwa para
diplomat - yang dia tuduh "tidak senonoh" - akan diperintahkan untuk meninggalkan negara
itu. Erdogan telah memerintahkan menteri luar negeri mereka untuk menyatakan 10 duta
besar ini sebagai persona non grata sesegera mungkin. Dia menambahkan bahwa: "Mereka
harus pergi dari sini pada hari mereka tidak lagi mengenal Turki." Kementerian Luar Negeri
Turki memanggil para duta besar untuk mengklarifikasi pernyataan mereka tentang "tidak
bertanggung jawab". Para duta besar yang bersangkutan adalah perwakilan Ankara dari
AS, Jerman, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, dan
Swedia. Para utusan telah mengeluarkan dokumen bersama yang langka yang menyerukan
penyelesaian cepat untuk kasus pemimpin masyarakat sipil Kavala, yang telah dipenjara
sejak 2017. Dengan langkah itu, Erdogan tampaknya berada di jalur bertabrakan dengan
negara-negara itu. Sepertinya Erdogan menginginkan pertikaian diplomatik, dan Turki
menghadapi krisis diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menanggapi langkah
Erdogan, Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan sedang dalam pembicaraan
dengan sembilan negara lain yang terkena dampak.

 Dampak Kebijakan Persona Non Grata Terhadap Politik Turki

Kasus Kavala telah menjadi sumber ketegangan antara pemerintah Turki dan para
sekutu Baratnya. Turki dituduh menerapkan hukum pidana atas para pengritiknya dan
melanggar aturan hukum. Kasus Kavala ini contohnya. Walau sebagai pebisnis, Kavala
telah mengkampanyekan kebebasan berpendapat dan demokrasi. Sedangkan Presiden
Erdogan mengatakan Kavala mendukung aksi protes Gezi di Turki pada 2013. Dia yakin
bahwa protes-protes itu berupaya menjungkalkannya dan pemerintahnya. Itu mengapa
dia yakin semua seruan bagi pembebasan Kavala langsung ditargetkan kepada dirinya.
Oleh karena itu tanggapannya sangat keras. Kalangan pejabat Turki kepada saya
mengaku tidak tahu kapan pengadilan atas Kavala bisa dimulai. Bila situasinya
demikian, kita bisa perkirakan respons dari negara-negara yang telah menyatakan sikap
mereka dan itu akan berdampak bagi ekonomi Turki, yang tengah kesulitan, mengingat
negara-negara itu adalah para mitra dagang terbesar Turki. Ini adalah langkah yang
sangat berani, kemungkinan besar menyangkut unjuk kekuatan, terutama bagi
perpolitikan domestik satu setengah tahun sebelum Pemilu mendatang. Sejumlah analis
yakin ini adalah retorika bagi konsumsi domestik. Namun yang lain berpendapat bahwa
Erdogan bisa saja serius terkait hal itu.

 Penerapan Persona Non Grata di Indonesia

Istilah Persona Non Grata diartikan sebagai sikap penolakan yang datang dari
pemerintah suatu negara terhadap utusan luar negeri yang akan masuk atau telah
menetap di negara tersebut. Dengan kata lain yang lebih simpel : pengusiran. Sikap ini
sah atau legal dilakukan karena sudah diatur dalam Pasal 9 Konvensi Wina dalam bab
Hubungan Diplomatik. Dan pengusiran utusan diplomatik ini boleh dilakukan kapan saja
tanpa harus menjelaskan alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan.

Misal; Xi Jinping marah nih kepada Donald Trump karena telah memakan bakwan
miliknya di Konferensi G-20 yang diselenggarakan di Jakarta. Sudah bakwannya tinggal
satu, sengaja ditaruh di dekat tasnya agar tidak ada yang mengambil. Eh malah dilahap
sama Donald Trump yang duduk disampingnya karena doi ternyata juga suka bakwan.
Xi Jinping ngambek, lalu memulangkan Duta Besar AS dari China.

Indonesia pernah memberi status persona non grata pada seorang atase militer
Uni Soviet di tahun 1982. Atase tersebut bernama Sergei P. Egorov. Ia dituduh telah
melakukan tindakan spionase terhadap pemerintah Indonesia. Ia bersama salah satu
anggota TNI AL bernama Letkol Susdaryanto bersekongkol untuk membocorkan
dokumen-dokumen kelautan Indonesia. Salah satu dokumen yang dibocorkan adalah
dokumen mengenai keadaan laut Natuna. Menurut pengakuan Letkol Susdaryanto, ia
terpaksa menjual dokumen rahasia dikarenakan terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan
iri dengan kehidupan teman-temannya yang terlihat berkecukupan. Sebab Susdaryanto
sudah lama tidak naik pangkat. Untuk aksinya ia diberi imbalan sebesar 600.000 rupiah.
Zaman dahulu uang dengan nominal seperti itu sangatlah besar loh! Maklum nilai tukar
rupiah di kala itu masih kuat hehe. Dua tahun kemudian, Letkol Susdaryanto akhirnya
dijatuhi vonis sepuluh tahun penjara dan dicopot sebagai anggota TNI AL.

Sedangkan Sergio dipulangkan dan statusnya sebagai diplomat dicopot oleh pemerintah
Uni Soviet. Namun uniknya, baik dari pihak Uni Soviet dan Indonesia sama-sama diam
dan tidak mengumumkannya ke publik untuk menjaga hubungan diplomatik antar kedua
negara. Duta Besar Indonesia pun pernah di-persona non grata-kan oleh negara lain.
Contohnya di tahun 2015, ketika Dubes Indonesia untuk Brazil yakni Toto Riyanto ditolak
masuk kesana. Alasannya tidak pernah diungkapkan. Tetapi Toto tahu bahwa ini adalah
serangan balasan atas hukuman mati kepada WN Brazil bernama Marco Archer
Cardoso Moreira. Ia ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta karena membawa narkoba
jenis kokain. Marco lalu dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Indonesia. Presiden
Brazil kala itu, Dilma Rouseff meminta agar Marco tidak dijatuhi hukuman mati dengan
alasan kemanusiaan. Namun permintaannya ditolak mentah-mentah oleh Presiden Joko
Widodo.
Pemerintah Indonesia pada waktu itu sudah berencana ingin membekukan hubungan
diplomatik dengan Brazil. Namun entah kenapa pada akhirnya keinginan tersebut tidak
pernah direalisasikan. Syukurlah pada bulan Oktober 2015, hubungan keduanya berangsur
membaik.

Diplomasi menurut Ernest Satow adalah pemakaian dari kecerdasan atau akal dan
kebijaksanaan terhadap sesuatu kelakuan dari pada hubungan dinas antara
pemerintahpemerintah dari negara-negara merdeka, kadang-kadang diperuas juga didalam
hubungan antara pemerintah dengan negara asal, secara lebih singkat dikatakan kelakuan
dari pada kewajiban atau tugas anatara negara dengan maksud damai. 20 . Sir Ernest
Setow memberikan batas definisi diplomasi yaitu sebagai keterampilan dan ketangkasan
didalam perlakuan dari pada pegulan internasional dan perundingan. Menurut Oxford
english dictionary, pengertian-pengertian diplomasi sebagai berikut:

1. Diplomasi adalah pengendalian serta pemeliharaan hubungan-hubungan


internasional.
2. Diplomasi adalah cara dari pada pengendalian serta pemeliharaan hubungan
internasional oleh para duta besar dan duta.
3. Diplomasi adalah pekerjaan ataupun pengetahuan serta kebijaksanaan seorang
diplomat.21 Berdasarkan pengertian dan definisi diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang harus dimiliki hukum
diplomatik yaitu antara lain :

 Adanya hubungan antar bangsa untuk merintis kerja sama dan persahabatan,
 Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk para
pejabatnya,
 Para pejabat diplomatik harus diakui statusnya sebagai agen diplomatik,
 Agar para diplomat itu dapat melakukan tugas dan fungsinya secara efisien,
mereka perlu diberikan kekebalan dan keistimewaan yang didasarkan atas
aturanaturan dalam kebiasaan hukum internasional serta perjanjian-perjanjian
lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik antar negara.

Berikut tata cara Pembukaan hubungan diplomatik. Menurut pasal 2 Konvensi Wina
1961 : “ pembukaan hubungan diplomatik antara negara-negara dan pengadaan misi
diplomatik tepatnya dilakukan timbal balik.” Persetujuan timbal balik untuk membuka
hubungan diplomatik ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Memberi perjanjian pembukaan hubungan diplomatik.


2. Mendeklarasikan bersama. Hal ini dilakukan apabila antara kedua kepala negara
bertemu baik dalam suatu kunjugan resmi di salah satu negara atau sela-sela suatu
pertemuan resmi atau tempat lain.

Apabila kedua negara telah sepakat untuk membuka hubunganPersona


NonGratasebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) Konvensi Wina Tahun1961,
memang merupakan salah satu jawaban yang disediakan ketika terjadi
permasalahandiplomatik antara negara penerima dan pengirim. Untuk penggunaannya
pernah dilakukan oleh Inggris ketika negara tersebut meminta agar Kedutaan Besar Uni
Soviet memulangkan seratus lima anggotanya, ditambah dengan permintaan pemu-
langan atas nama-nama yang dianggap Inggris melakukan praktik spionase yang terang
dicantumkan Inggris dalam Aide Memorie yang disampaikan kepada Kuasa Usaha
Kedutaan Besar Uni Soviet di London.

Anda mungkin juga menyukai