Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK MELALUI

MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Ganes Bening Mahardika


Jl. Soepardjono No.8 RT 01 RW 02 Bendogerit, Kota Blitar
beningmahardika01@gmail.com

Abstract :
Improving the skills of composing short story text or short stories in the
learning process for students may already be very familiar with
Indonesian language and literature learning. However, with the use of
audio visual media may be new and exciting to achieve the success of the
learning process. The use of this media is intended to facilitate students in
understanding short stories so that students are able to understand the
short story in depth. In this article, the basis for the development is
Knowing the basic concepts, application of teaching, and the effectiveness
of the use of audio visual media in preparing short story text in grade 5
students of Elementary School. With audio visual media is expected to
benefit teachers, both as a tool and input and consideration in choosing
alternative media as an effort to overcome the problems in learning to
compose short story text in grade 5 students. Also useful for students to be
skilled in preparing short story text in the process Learning. In addition,
by displaying an audio visual media that is interesting and contains life
values, is expected to be useful for learning and daily life of students.

Keywords: writing, short story, media, audio, visual.

Abstrak :
Meningkatkan keterampilan menyusun teks cerita pendek atau cerpen
dalam proses pembelajaran untuk siswa mungkin sudah sangat akrab pada
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Akan tetapi, dengan
pemanfaatan media audio visual mungkin sebagai hal yang baru dan
menarik untuk mencapai kesuksesan proses pembelajaran itu. Penggunaan
media ini ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami cerita
pendek agar siswa mampu memahami cerpen secara mendalam. Dalam
artikel ini, yang menjadi dasar pengembangannya
adalah mengetahui konsep dasar, penerapan pengajaran, serta efektivitas
penggunaan media audio visual dalam menyusun teks cerita pendek pada
siswa kelas V Sekolah Dasar. Dengan media audio visual diharapakan
bermanfaat bagi guru, baik sebagai alat bantu serta masukan dan
pertimbangan dalam memilih media alternatif sebagai upaya mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada
siswa kelas 5. Selain itu juga bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam
menyusun teks cerita pendek dalam proses pembelajaran. Selain itu,
dengan menayangkan media audio visual yang menarik dan mengandung
nilai-nilai kehidupan, diharapkan mampu bermanfaat untuk pembelajaran
dan kehidupan sehari-hari siswa.

Kata kunci: menulis, cerpen, media, audio, visual


Sering kita jumpai pembelajaran yang kurang variaCAtif dan cenderung monoton,
sehingga membuat antusiasme peserta didik menjadi kurang. Dalam proses pembelajaran
perlu adanya inovasi, salah satunya dalam bidang media pembelajarannya. Karena dengan
media yang menarik tentu peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional atau pendidik ketika dikelas hanya
berceramah dan peserta didik hanya duduk mendengarkan apa yang disampaikan pendidik itu
sudah kuno, untuk mengantisipasi hal tersebut maka kami menawarkan media audio visual
sebagai media pengantar pembelajaran menulis cerpen.
Kita dapat memperoleh berbagai manfaat dari sebuah inovasi yang kita lakukan,
beberapa diantaranya adalah kita dapat memperluas khasanah keilmuan, karena dengan
adanya hal tersebut tentu kita akan membaca berbagai referensi untuk menambah wawasan
agar dalam pengambangan bentuk dan vaiasi media menjadi lebih konpleks. Selain itu, kita
juga dapat menyajikan media yang menarik, serta bermanfaat bagi keberlangsungan
pembelajaran dan kelanjutannya bagi keterampilan siswa.
Dengan adanya media audio visual ini diharapakan bermanfaat bagi guru, sebagai alat
bantu serta masukan dan pertimbangan dalam memilih media alternatif sebagai upaya
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada siswa
kelas V. Selain itu juga bermanfaat untuk siswa agar terampil dalam menyusun teks cerita
pendek dalam proses pembelajaran.
1. Konsep Dasar Media Audio Visual dan Teks Cerpen
Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya
sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab
dengan kehidupan kita.
Menurut Tarigan (2008:4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. (Tarigan 2008:
23) Dalam memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis
tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
Menulis adalah menurunkan atau menjelaskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain
dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dalam
gambaran grafik itu. (Tarigan 2008:22).
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada
pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, pesan
atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembacaan sebagai penerima pesan.
Sebagai suatu ketetampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks
karena penulisan dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta
menuangkannya dalam informasi rsgsm bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik
kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual,
dan sosial seseorang. Menullis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya
insiatif dan kretaivitas, meumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
Beberapa pendekatan yang kerap muncul dalam pembeajaran menulis,
pertama, pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang sekalipun
tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan menulis
seseorang. Kedua, pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai
struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis. Ketiga, pendekatan
koreksi bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan
yang diperoleh atas tulisannya. Keempat, pendekatan formal mengungkapkan bahwa
keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengaleniaan, pewancaraan,
serta konvensi atau aturan penulisan dikuasi dengan baik.
Menurut  Sayuti  (2009:13),  cerpen  adalah  cerita  pendek  yang  habis dibaca  sekali 
duduk,  panjang  cerpen  berkisar  antara 1000-1500  kata, yang dimaksud dengan dibaca
sekali duduk adalah tidak memerlukan waktu yang lama dalam membacanya.
Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu
jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Hampir setiap media massa yang terbit di
indonesia menyajikan cerpen setiap minggu. Majalah-majalah hampir selalu memuat satu
atau dua cerpen. Seolah-olah tanpa memuat cerpen, isi majalah itu tidak lengkap. Bahkan,
pemancar-pemancar radio siaran juga mempunyai rubrik cerpen yang diasuh secara berkala.
Seolah-olah cerpen telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cerpen mempunyai
pembaca dan pendengar yang disiarkan melalui radio. Bukan tidak mungkin ada penggemar
berat cerpen. Ini terbukti dengan adanya penerbit yang sengaja menerbitkan kumpulan cerpen
berbentuk majalah secara berkala dan mampu terbit terus-menerus.
Sesuai dengan teori ekonomi, jika ada konsumen tentulah ada produsen. Dengan kata
lain, menulis cerpen merupakan lahan pekerjaan produktif dan memiliki prospek masa depan
yang cerah. Persaingan di antara sesama penulis cerpen untuk berebut tempat melalui media
cetak yang berbobot makin kentara, karena semakin tinggi dan berbobot suatu media massa
yang memerlukan cerpen, semakin tinggi pula bayaran untuk penulis cerpen. Dengan
demikian, penerbit pun bersaing dalam memilih cerpen yang bagus dari penulis-penulis yang
handal. Semakin mahal bayaran cerpen yang disediakan penerbit, biasanya semakin dapat
diandalkan mutu cerpen yang dimuatnya secara berkala itu.
Pengertian cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan
tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita terbatas. Sebuah cerpen
biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita karena memang alur ceritanya cuma
sekali dan langsung tamat.
Cerpen dapat terbentuk karena adanya unsur-unsur intrinsik cerpen, unsur intrinsik tersebut
antara lain adalah tema yakni ide pokok menjadi dasar pengembangan cerita pendek.
Tema satu cerita menceritakan segala masalah, baik itu berbentuk problem
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan seterusnya. Untuk tahu tema satu
cerita, dibutuhkan apresiasi menyeluruh pada beragam unsur karangan itu. Mungkin temanya
itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, maupun pada latar, plot atau alur,
yakni rangkaian momen yang direka serta dijalin dengan seksama hingga menggerakkan jalur
cerita melewati perjumpaan klimaks serta penyelesaian. Penokohan serta perwatakan yakni
cerita pengarang menggambarkan serta mengembangkan watak beberapa pelaku yang ada
didalam karyanya. Seting atau latar yakni area serta waktu berlangsungnya cerita. Latar ini
bermanfaat untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, serta membangun situasi cerita.
Latar terdiri atas latar area, waktu serta sosial.
Selain itu, sudut pandang dan amanat. Sudut pandang yakni posisi pengarang saat
membawakan cerita tersebut. Amanat yakni pesan yang ingin disampaikan pengarang
melewati karyanya pada pembaca atau pendengar. Pesan dapat berbentuk harapan, anjuran,
kritik dan seterusnya.
Adapun di dalam menuliskan sebuah cerpen ada beberapa teknik yang dapat
diterapkan yakni paragraf pertama yang mengesankan. Paragraf pertama adalah kunci
pembuka. Cerita pendek adalah karangan pendek, paragraph pertama bisa segera masuk pada
pokok masalah, serta bukannya melantur pada perihal yang klise terlebih
apabila lantas terkesan menggurui. Perihal tersebut pastinya cuma menyebabkan kebosanan
serta rasa apatis untuk pembacanya.
Selain itu, teknik yang lain adalah  menggali suasana. Melukiskan satu latar terkadang
membutuhkan detil yang agak apik serta kreatif. Penggambaran situasi yang biasa-biasa serta
telah dikenal umum tak lagi menarik untuk pembaca. Bila akan melukiskan situasi kota
jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan jalan raya, serta keramain
kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik dikarenakan penggambaran tersebut
bukan hanya adalah perihal yang baru. Walau demikian, apabila melukiskan situasi kota
jakarta kaitkannya pada situasi hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh
pembacanya.
Teknik lainnya adalah menggunakan kata-kata efektif. Kata-kata efisien yaitu kata-
kata yang segera berikan kesan pada pembacanya. Gunakan kata-kata efisien, pembaca
diinginkan bisa lebih mudah menangkap maksud dari tiap-tiap sisi cerita sampai tamat. Tak
hanya menggunakan kata-kata efisien pengarang juga dituntut untuk mempunyai kekayaan
kosakata serta style bhs supaya cerita yang dibuatnya bisa mengalir dengan lancer serta tidak
kering dan menjemukan.
Selain itu juga harus menggerakkan tokoh (ciri-ciri). Di dalam cerita senantiasa ada
tokoh. Tokoh-tokoh yang ada selalu bergerak dengan fisik atau psikis sampai terlukis
kehidupan yang sama juga dengan kehidupan sehari-hari. Ada juga konsentrasi cerita yaitu di
dalam cerita pendek, semua wujud mesti fokus pada satu masalah pokok. Teknik terakhir
adalah cerita mesti diakhiri jika masalah telah dikira selesai. Kecenderungan cerita-cerita
mutakhir yaitu sentakan akhir yang membuat pembaca antusias serta penasaran.
Yang jelas, teks cerita pendek telah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunitas menurut Daryanton (dalam Criticos, 1996). Kata media
berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai
pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni
media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan antara
lain,pertama, memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, Kedua, mengatasi keterbatasan
ruang, waktu tenaga dan daya indera. Ketiga, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih
langsung antara murid dengan sumber belajar. Keempat, memungkinkan anak belajar mandiri
sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestiknya. Kelima, memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama. Keenam, proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (kominikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatikan, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar
mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
2. Penerapan Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio
VisualUntuk Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V
Media audio visual akan menetukan bentuk aktivitas-aktivitas pembelajaran
tertentu. Hal ini dikarenakan media audio visual dapat merangsang kreativitas serta keaktivan
siswa dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al.,2001) adalah
sebagai berikut. Pertama, kemammpuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau
kegiatan dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada
saat diperlukan dapat ditunjukan dan diamati kembali seperti kejadian
aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek
atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya
diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diualang-ulang
penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang
besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalya siaran TV atau Radio.
Media audio visual efektif jika diterapkan pada siswa di seluruh tingkatan umur dan
tingkatan kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP, konsep media audio visual harus
relatif sederhana dan menarik, dan pelajaran tentang konsep tersebut tidak terlalu lama dan
benar-benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SD utamanya kelas V konsep dari
media audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan mengandung
nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
3. Keefektifan Pengajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Dengan Media Audio
Visual Pada Siswa Kelas V
Pembelajaran berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman
belajar. Pembelajaran efektif menguatkan praktik dalam tindakan. Pembelajaran efektif
mengintegrasikan komponen-komponen.
Keefektifan media audio visual yang dilakukan dalam pembelajaran menyusun cerita
pendek cukup efektif. Melalui media ini siswa mampu menganalisis, menyimpulkan, dan
menemukan konsep, dan termotivasi dalam belajar agar proses pembelajaran berjalan dengan
sukses. Keefektifan media audio visual terlihat dari hasil belajar siswa dalam menyusun teks
cerita pendek atau cerpen.
Dengan menampilkan media audio visual dalam proses pembelajaran, siswa diberi
kepercayaan menganalisis konsep-konsep yang mereka terima dan mengeksplorasi informasi
dari konsep-konsep yang terdapat dalam media tersebut. Siswa mungkin akan mampu
mengambil contoh yang baik dan menarik dalam menyusun teks cerita pendek.

PENUTUP
Simpulan
Media audio visual efektif jika diterapkan pada siswa di seluruh tingkatan umur dan tingkatan
kelas. Untuk siswa yang masih usia SD dan SMP, konsepmedia audio visual harus relatif
sederhanadan menarik, dan pelajaran tentang konsep tersebut tidak terlalu lama dan benar-
benar dipandu oleh guru. Sedangkan pada siswa SMA utamanya kelas XI konsep dari media
audio visual yang ditayangkan kompleks namun harus tetap menarik dan mengandung nilai-
nilai kehidupan yang bermanfaat untuk pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.

DAFTAR RUJUKAN

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Penerapannya Sangat Penting dam mencapai Tujuan


Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi.  Yogyakarta: Gama Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai