Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

PYELONEFROLITOTOMI PADA TN.S

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN NERS


PADA STASE KEPERAWATAN KMB

Oleh :
Anggia Sapta Oktora
201030200110

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2020
A. Anatomi fisiologi
Anatomi
Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior
abdomen, pada kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak
antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri
biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena
letak hati.
Ginjal orang dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm,
lebar 5 – 7,5 cm, dan ketebalan 2,5 cm. Hal yang menahan
ginjal tetap pada posisi di belakang peritonium parietal adalah
sebuah masa lemak peritoneum (kapsul adiposa) dan jaringan
penghubung yang disebut fasia gerota (subserosa) serta kapsul
fibrosa (kapsul renal) membentuk pembungkus luar dari ginjal
itu sendiri, kecuali bagian hilum.
Ginjal dilindungi lebih jauh lagi oleh lapisan otot di punggung
pinggang, dan abdomen, selain itu juga oleh lapisan lemak,
jaringan subkutan, dan kulit (Black & Hawk, 2014).
Bila dibelah bagian dalam, ginjal mempunyai tiga bagian yang
berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal,
atau korteks renal, berwarna terang dan tampak bergranula.
Bagian ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil kapiler.
Glomerulus membawa darah menuju dan membawa produk sisa
dari nefron, unit fungsional ginjal (LeMone, 2015).
Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Setiap ginjal
mempunyai lebih kurang 1 - 1,3 juta nefron yang selama 24 jam
dapat menyaring 170 – 180 liter darah dari arteri renalis
(Syaifuddin, 2011). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru.
Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses
penuaan yang normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron
secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nerfron yang
berfungsi biasanya menurun kira – kira 10 persen setiap 10
tahun; jadi, pada usia 80 tahun, jumlah nefron berfungsi 40
persen lebih sedikit ketika usia 40 tahun. Setiap nefron terdiri
atas:
a. kumpulan kapiler disebut glomerulus, yang akan memfiltrasi
sejumlah besar cairan dan darah, dan
b. tubulus panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urine
dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal (Guyton & Hall, 2014).

Nefron dan Pembuluh Darah Sumber: Auliyaslideshare, 2010


Pembentukan urine proses seluruhnya oleh nefron melalui tiga
proses, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi
tubulus (LeMone, 2015).
a. Filtrasi Glomerulus. Filtrasi glomerulus adalah sebuah proses pasif,
yaitu tekanan hidrostatik mendorong cairan dan zat terlarut melewati
suatu membran. Jumlah cairan yang disaring dari darah ke dalam
kapsul per menit disebut laju filtrasi glomerulus.
Tiga faktor yang mempengaruhi laju ini, yaitu total area
permukaan yang ada untuk filtrasi, permeabilitas membran
filtrasi, dan tekanan filtrasi bersih. Tekanan filtrasi bersih
berperan untuk pembentukan filtrat dan ditentukan oleh dua
gaya: gaya dorong (tekanan hidrostatik) dan gaya tarik
(tekanan osmotik). Tekanan hidrostatik glomerulus
mendorong air dan zat terlarut menembus membran. Tekanan
ini dilawan oleh tekanan osmotik di glomerulus 4 (terutama
tekanan osmotik koloid protein plasma dalam darah
glomerulus) dan tekanan hidrostatik kapsul yang dikeluarkan
oleh cairan dalam kapsul glomerulus.
b. Reabsorpsi Tubulus. Reabsorbsi tubulus adalah proses yang dimulai
saat filtrat memasuki tubulus proksimal. Pada ginjal sehat, hampir
semua nutrien organik (seperti glukosa dan asam amino) direabsorpsi.
Namun, tubulus secara konstan mengatur dan menyesuaikan laju serta
tingkat reabsorpsi air dan ion sebagai respon terhadap sinyal
hormonal. Reabsorbsi dapat terjadi secara aktif dan pasif. Zat yang
didapat kembali melalui reabsorpsi tubulus aktif biasanya bergerak
melawan gradien listrik dan/ atau kimia. Zat – zat ini, termasuk
glukosa, asam amino, laktat, vitamin, dan sebagian besar ion,
membutuhkan ATP-dependent carrier untuk dipindahkan ke ruang
interstisial. Pada reabsorpsi tubulus pasif, yang mencakup difusi dan
osmosis, zat bergerak di sepanjang gradiennya tanpa mengeluarkan
energi.
c. Sekresi Tubulus. Proses akhir pembentukan urine adalah sekresi
tubulus, yang merupakan reabsorpsi balik yang penting. Zat seperti
ion hidrogen dan kalium, kreatinin, amonia, dan asam organik
bergerak dari darah di kapiler peritubulus menuju tubulus itu sendiri
sebagai filtrat. Dengan demikian, urine terdiri atas zat yang disaring
dan disekresi. Sekresi tubulus sangat diperlukan untuk membuang zat
yang tidak ada dalam filtrat, seperti obat – obatan. Proses ini
membuang zat yang tidak diinginkan yang telah direabsorpsi oleh
proses pasif dan menghilangkan ion kalium tubuh yang berlebihan.
Sekresi tubulus juga merupakan kekuatan penting dalam pengaturan
pH darah. Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) terukur dianggap sebagai
cara yang paling akurat mendeteksi perubahan fungsi ginjal. Nilai
normal GFR adalah 90 – 120 mL/menit. Estimate GFR (eGFR) dapat
digunakan untuk menghitung fungsi ginjal berdasarkan pada kreatinin
serum, usia, dan jenis kelamin. National Kidney Foundation
merekomendasi bahwa eGFR dapat dihitung secara otomatis setiap
kali dilakukan pemeriksaan kreatinin (LeMone, 2015). Hormon
paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid
bersama – sama mengatur reabsorbsi kalsium dan fosfat. Hormon
antidiuretik (ADH) dari lobus posterior kelenjar hipofisis
meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal dan duktus
kolektivus, meningkatkan reabsorpsi air. Aldosteron, disekresi oleh
korteks adrenal, meningkatkan reabsorpsi natrium dan ekskresi
kalium. Peptida natriuretik atrial disekresi oleh atrium jantung dalam
berespons terhadap peregangan dinding atrium, penurunan reabsorpsi
natrium dan air di tubulus kontortus proksimal dan duktus kolektivus.
Hormon ini juga menghambat sekresi ADH dan aldosteron
(Nurachmah, 2011).
B. Definisi
Dijelaskan pada (http://perawathati.blogspot.com) nefrolitiasis
adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat
asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin).
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana
terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari
ginjal dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran
kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli
dibentuk di dalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke
kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam
urine (Nursalam, 2011:65).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah
batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan
pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium
fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis
merupakan suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal
(Arif Muttaqin, 2011:108).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau
kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan
bahwa batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu
penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi
pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian
pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan
proses perkemihan.
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana
terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari
ginjal. Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi
oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu
kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung
dalam urin, dan pekerjaan.
Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang
mencapai 80%. Nefroliatisi berdasarkan komposisianya terbagi
menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin,
batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat. Pembentukan
batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi.
Namun pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat
reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya
hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pervikalises,
hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli buluneurogenik
ikut berperan dalam proses pembentukan batu.
C. Etiologi dan factor resiko
1. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab
terbentuknya batu ginjal yang dapat dipicu oleh faktor
keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan
peningkatan penyerapan kalsium usus, menurunnya
reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi dari
tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan
fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi
kemih dengan monosodium koloid kristalisasi kalsium
oksalat yang diinduksi oleh urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum.
Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60%
nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah
keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis
metabolik, peran penghambatan sitrat juga melibatkan
pembentukan larutan kompleks dan pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi
kalsium oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk
batu kalsium). Disebabkan oleh produksi oksalat yang
berlebih akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan
penyerapan oksalat usus, peningkatan asupan makanan
bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam (pH 5.5)
dan urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi
pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam
maka urin menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam
dalam kristalisasi kalsium oksalat. Sedangkan urin yang
sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat
yang dalam kombinasi dengan kalsium berubah menjadi
termodinamika brusit yang tidak stabil dan akhirnya
terbentuk hidroksiapatit.
2. Factor resiko
Faktor Risiko
Faktor-faktor dari kimia darah:
a. Kalsium (hiperkalsiuria)
b. Sistin (sistinuria) karena penyakit genetic
c. Oksalat (hiperoksaluria)
d. Asam urat (hiperuricosuria)
e. Natrium (hipernatriuresis)
f. Sitrat (hipositraturia)
Faktor komorbid:
1. Gangguan usus yang menyebabkan malabsorpsi seperti: Pasca
reseksi usus, kolitis dan diare kronik, serta penyakit Crohn
2. Artritis gout karena peningkatan asam urat darah
3. Hiperparatiroidisme
4. Medullary sponge kidney (penyakit kongenital)
5. Renal tubular acidosis
6. Infeksi saluran kemih
7. Sindrom metabolik (obesitas, dislipidemia dan diabetes mellitus)
Diet, seperti diet tinggi kalsium, dan riwayat pribadi atau
keluarga dengan batu saluran kemih juga merupakan faktor
risiko.

D. Patofisiologi dan pathway


1. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa
obstruksi dan infeksi saluran kemih. Batu yang dibiarkan di
dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu
kalsum. 60% tersusun dari kalsium okslat, 20% dari
campuran kalsium okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam
urat dan struvite (magnesium ammonium fosfat) dan 2%
adalah batu brushite.
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih
tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku
menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air
seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi
pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi
tukak, dimana tukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai
tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan
menetralkan muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam
mekanisme. Supersaturasi yang berlebihan adalah penyebab
terbentuknya batu asam urat atau batu sistin, sementara batu
infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri. Sementara batu
yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium, masih
belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.
Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya
keseimbangan antra zat pembentukan batu dan inhibitor.
Beberapa inhibitor batu antara lain ion magnesium yang dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan
okslat, membentuk garam magnesium okslat sehingga jumlah
okslat yang akan berikatan dengan kalsium akan menurun.
2. Pathway
E. Manifestasi klinis
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
1. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos
sistem kalises ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih.
2. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
3. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih
karena batu.
4. Demam
5. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan
terjadi gangguan pada pembentukan urin,baik dari
warna,bau dan karakterisitiknya.
6. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni
mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh
akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan
terhadap  beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
7. Tubuh cepat lelah / kelelahan
8. Bau Mulut / ammonia breath
9. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
F. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari
batunefrolitiasis adalah:
1. Sumbatan: akibat pecahan batu
2. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
4. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).
G. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau
indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka
( Soeparman & Waspadji: 2002).
H. Pemeriksaan penunjang
1. Urin
a. PH lebih dari 7,6
b. Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c. Biakan urin d. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Darah
1. Hb turun
2. Leukositosis
3. Urium krestinin
4. Kalsium, fosfor, asam urat
3. Radiologi Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
4. USG abdomen

I. Askep
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Jam : 12.00
Pengkajian tgl : 21 Oktober 2020 NO. RM : 10157419
Tanggal MRS : 21 Oktober 2020 Dx. Masuk : Nefrolithis
Ruang/Kelas : II/Mawar Dokter yang merawat : dr. A

Nama : Tn. Supriyadi


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 53 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Identitas

Agama : Islam
Penanggung Biaya : BPJS
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jemur Nganisan 5/75 C Surabaya

Keluhan utama : klien mengatakan nyeri hebat di pinggang, klien mengatakn nyeri hilang timbul,
Riwayat Sakit dan Kesehatan

semalam tidur saya sering terbangun karena nyeri, saya selalu membayangkan bagaimana operasi
nanti.

Riwayat penyakit saat ini : Klien merasakan nyeri pinggang sejak 2 minggu yang lalu, nyeri hilang dan
timbul, kemudian berobat ke Poliklinik Urologi RSDS Surabaya, dilakukan pemeriksaan foto thorax,
BOF/IVP, ternyata ditemukan batu pada pyelum dextra, lalu klien dianjurkan untuk dioperasi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik √sedang  lemahKesadaran: CM
Tanda vital TD: 130/90 mmHg Nadi: 92 x/mnt Suhu : 36,8 ºC RR: 16 x/mnt
Pola nafas irama: √ Teratur  Tidak teratur
Pernafasan

Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain: takipnea


Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas √ Ya  Tidak Batuk √Ya  Tidak
Masalah:

Irama jantung: √ Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak


Nyeri dada:  Ya √ Tidak
Bunyi jantung: √ Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: √ < 3 dt  > 3 dt
Akral: √ Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
Masalah:
Kardiovaskuler

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15


Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain: baik
Persyarafan

Refleks patologis: babinsky  budzinsky  kerniglain-lain: baik


Lain-lain:
Istirahat / tidur: jam/hari Gangguan tidur:
Masalah:

Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain: Tidak Anemis
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya √ Tidak Jelaskan:


Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √ Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya √ Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:

Kebersihan: √ Bersih  Kotor


Urin: Jumlah: banyak cc/hr Warna: kuning pekat Bau: khas urine
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya √Tidak


Nyeri tekan  Ya √ Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Masalah:
Nafsu makan: √ Baik  Menurun Frekuensi: 3 x/hari
Porsi makan: √ Habis  Tidak Ket:
Diet :
Minum : 300 cc/hari Jenis:
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa √ Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
Pencernaan

 Pembesaran tonsil  Lain-lain:

Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik x/mnt
Pembesaran hepar  Ya √ Tidak
Pembesaran lien  Ya √ Tidak
Buang air besar 2 x/hari Teratur: √ Ya  Tidak
Konsistensi Bau: Warna:
Lain-lain:

Masalah:

Kemampuan pergerakan sendi: √ Bebas  Terbatas


Kekuatan otot:5555
Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik √ Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: √ Baik  Sedang  Jelek
Odema:  Ada √ Tidak ada Lokasi
Luka  Ada √ Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada √Tidak ada Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :

Masalah:

Pembesaran Tyroid  Ya √ Tidak


Endokrin

Hiperglikemia  Ya √ Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya √ Tidak Pus  Ya  Tidak
Masalah:
HigienePersonal

Mandi : mandiri Sikat gigi : mandiri


Keramas: mandiri Memotong kuku: mandiri
Ganti pakaian : mandiri

Masalah:
Orang yang paling dekat: Keluarga
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
Kegiatan ibadah: Konsep tentang penguasa kehidupan klien percaya kepada Allah Sumber
Psiko-sosio-spiritual

kekuatan/harapan disaat sakit : hanya kepada Allah Ritual agama yang bermakna/berarti diharapkan
saat ini : hanya berdoa kepada Allah Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapaui
situasi saat ini klien yakin Keyakinan akan kesembuhan : klien yakin

Persepsi terhadap penyebab penyakit : suatu cobaan


Lain-lain :
Masalah:

Laboratorium
Hasil laboratorium

Faal Hemostasis
Pemeriksaan penunjang

- PPT : 11,4 Control 11,6 Beda dengan kontrol  2 detik.


- KPPT : 34,2 Control 30,8 Beda dengan kontrol  7 detik.

Faal Hati

- SGOT : 25 (L < 37 P < 31) U/L


- SGPT : 20 (L < 40 P < 31) U/L
Radiologi/ USG, dll
Terapi:
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1 DS : Nyeri akut Agen pencedera
- Klien mengatakan nyeri hebat fisiologis
- Klien mengatakan nyei hilang timbul
DO :
- Klien tampak memegangi pinggang
- Klien tampak meringis jika nyeri
datang
- Klien tampak memilik skala 7
TTV :
Td : 130/90 mmHg
N : 92x/mnt
RR : 16x/mnt
S : 36,5

2 DS : Ansietas Kekhawatiran
- Klien mengatakan sering terbangun mengalami kegagalan
saat tidur
- Klien mengatakan selalu
membayangkan bagaimana saat di
operasi
DO :
- Klien tampak terlihat tegang saat di
ruang medikasi
TTV :
Td : 130/90 mmHg
N : 92x/mnt
RR : 16x/mnt
S : 36,5

3 DS : Gangguan rasa nyaman Gejala penyakit


- Klien mengatakan tidak nyaman
saat melakukan pergerakan
- Klien mengtakan susah untuk rileks
jika nyeri datang
DO :
- Klien tampak memegangi pusat
nyeri
- Klien tampak tidak nyaman saat
bergerak
- Klien tampak meringis
TTV :
Td : 130/90 mmHg
N : 92x/mnt
RR : 16x/mnt
S : 36,5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis
2. Ansietas b/d krisis situasional
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. Supriyadi Nama Mahasiswa : Anggia Sapta Oktora
Ruang : II/Mawar NPM : 201030200110
No.M.R. : 10157419

No Tanggal dan Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


jam Keperawatan (PES) Hasil
1 22/10/20 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
pencedera fisiologis intervensi karakteristik, durasi,
keperawatan 2x 24 frekuensi, kualitas,
jam, maka nyeri akut intensitas nyeri
menurun dengan - Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : - Berikan teknik
- Keluhan nonfarmakologis untuk
nyeri : 5 mengurangi rasa nyeri
- Meringis : 5 ( terapi music )
- Gelisah : 5 - Jelaskan strategi
Perasaan takut : 5 meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasipemberian
analgetik, jika perlu
2 22/10/20 Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan - Identifikasi saat tingkat
situasional intervensi ansietas berubah
keperawatan 2x 24 - Identifikasi kemampuan
jam, maka ansietas mengambil keputusan
menurun dengan - Monitor tanda-tanda
kriteria hasil : ansietas
- Verbalisasi - Ciptakan suasana
khawatir terapeutik untuk
akibat kondisi menumbuhkan
yang di hadapi kepercayaan
:5 - Dengarkan dengan
- Perilaku penuh perhatian
tegang : 5 - Latih teknik relaksasi
- Perilaku - Latih kegiatan
gelisah : 5 pengalihan untuk
mengurangi ketegangan

3 22/10/20 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan - Monitor respons


b/d gejala penyakit intervensi terhadap relaksasi
keperawatan 2x 24 - Anjurkan rileks dan
jam, maka gangguan merasakan sensasi
rasa nyaman relaksasi
meningkat dengan - Gunakan nada suara
kriteria hasil : lembut dengan irama
- Rileks lambat berirama
meningkat - Anjurkan sering
- Keluhan tidak mengulangi atau melatih
nyaman teknik yang dipilih
menurun
- Gelisah
menurun
- Merintih
menurun
- Menangis
menurun

D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. Supriyadi
Diagnosis Medis : Nefrolithis
Ruang Rawat : II/ Mawar
Tgl/ No. Diagnosa Implementasi SOAP
Jam Keperawatan
22/10/20 1 - Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, - klien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri masih merasa nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri - klien mengakan
- Berikan teknik nonfarmakologis nyeri seperti
untuk mengurangi rasa nyeri ditusuk2
( terapi music ) - klien mengatakn
- Menjelaskan strategi nyeri hilang timbul
meredakan nyeri - klien memilih skala 7
- Mengajarkan teknik O:
nonfarmakologis untuk - klien gtampak
mengurangi rasa nyeri meringis
- Berkolaborasipemberian - klien tampak gelisah
analgetik, jika perlu dengan nyerinya
- klien tampak
memegangi pusat
sakit
- PQRST :
P : nyeri dirasa akibat proses
penyakit
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan sagat
tajam di bagian pinggang
S : skala nyeri 7
T : nyeri dirasakan secara
hilang timbul
-
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
S:
- Klien mengatakan
masih
22/10/20 2 - Mengidentifikasi saat tingkat membayangkan
ansietas berubah bagaimana jika di
- Mengidentifikasi kemampuan operasi
mengambil keputusan - Klien mengatakan
- Memonitor tanda-tanda tidur tidak nyaman
ansietas karena gelisah
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk O:
- Klien tampak gelisah
menumbuhkan kepercayaan
- Mendengarkan dengan penuh - Klien tampak tidak
tidur dengan
perhatian
nyenyak
- Klien tampak
khawatir
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

22/10/20 3 S:
- Klien mengatakan
- Memonitor respons terhadap masih merasa belum
relaksasi nyaman
- Menganjurkan rileks dan - Klien mengatakan
merasakan sensasi relaksasi masih tidak nyaman
- Menggunakan nada suara pada saat bergerak
lembut dengan irama lambat - Klien mengatakan
berirama belum terbiasa
- Menganjurkan sering
mengulangi atau melatih teknik O:
- Klien tampak belum
yang dipilih
nyaman
- Klien tampak masih
tidak nyaman
dengan nyeri
- Klien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
23/10/20 1 - Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, - klien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri nyeri sedikit
- Mengidentifikasi skala nyeri berkurang
- Berikan teknik nonfarmakologis - klien mengakan
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri seperti
( terapi music ) ditusuk2
- Menjelaskan strategi - klien mengatakn
meredakan nyeri nyeri hilang pada
- Mengajarkan teknik saat tidur
nonfarmakologis untuk - klien memilih skala 5
mengurangi rasa nyeri O:
- Berkolaborasipemberian - klien tampak
analgetik, jika perlu meringis
- klien tampak
memegangi pusat
sakit
- klien tampak sudah
bisa tidur
- PQRST :
P : nyeri dirasa akibat proses
penyakit
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan sagat
tajam di bagian pinggang
S : skala nyeri 5
T : nyeri dirasakan secara
hilang timbul
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

S:
- Klien mengatakan
sudah merasa
tenang akan rencana
23/10/20 2 - Mengidentifikasi saat tingkat operasi
ansietas berubah - Klien mengatakan
- Mengidentifikasi kemampuan tidurnya sudah
mengambil keputusan kembali normal
- Memonitor tanda-tanda tanpa ada gelisah
ansietas
- Menciptakan suasana O:
- Klien tampak tidak
terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan gelisah
- Klien tampak tidur
- Mendengarkan dengan penuh
perhatian dengan nyenyak
- Klien tampak tidak
khawatir
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S:
- Klien mengatakan
masih merasa belum
23/10/20 3 - Memonitor respons terhadap nyaman
relaksasi - Klien mengatakan
- Menganjurkan rileks dan masih tidak nyaman
merasakan sensasi relaksasi pada saat bergerak
- Menggunakan nada suara tetapi berkurang
lembut dengan irama lambat - Klien mengatakan
berirama belum terbiasa
- Menganjurkan sering
mengulangi atau melatih teknik O:
yang dipilih - Klien tampak belum
nyaman
- Klien tampak masih
tidak nyaman
dengan nyeri
- Klien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

24/10/20 1 - Mengidentifikasi lokasi, S:


karakteristik, durasi, frekuensi, - klien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri nyeri sudah hilang
- Mengidentifikasi skala nyeri - klien mengakan
- Berikan teknik nonfarmakologis sudah merasa
untuk mengurangi rasa nyeri nyaman
( terapi music ) - klien mengatakn
- Menjelaskan strategi nyeri hilang pada
meredakan nyeri saat tidur
- Mengajarkan teknik O:
nonfarmakologis untuk - klien tampak tidak
mengurangi rasa nyeri meringis
Berkolaborasipemberian analgetik, jika - klien tampak sduah
perlu tidak memegangi
pusat sakit
- klien tampak sudah
bisa tidur
- PQRST :
P : nyeri dirasa akibat proses
penyakit
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan sagat
tajam di bagian pinggang
S : skala nyeri 5
T : nyeri dirasakan secara
hilang timbul
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

S:
- Klien mengatakan
sudah merasa
nyaman
24/10/20 3 - Memonitor respons terhadap - Klien mengatakan
relaksasi sudah nyaman pada
- Menganjurkan rileks dan saat bergerak tetapi
merasakan sensasi relaksasi berkurang
- Menggunakan nada suara
lembut dengan irama lambat
O:
berirama
Menganjurkan sering mengulangi atau - Klien tampak sudah
nyaman
melatih teknik yang dipilih
- Klien tampak sudah
tidak gelisah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai