Anda di halaman 1dari 51

About My Life

the text of my world


 Home
 About

MAY 21
MEMBUAT NASKAH DRAMA DARI
SEBUAH NOVEL
Posted on May 21, 2016 by resamaliadestiawati
Standard

(XI IPA 1)

SMA NEGERI BALUNG

OLEH  :

Anis Laili  (01)

Nia Hanim Qordia Fahma (26)

Resamalia Destiawati (31)

Safriki Munfi’atil Mawaddah (34)

IDENTITAS NOVEL

JUDUL NOVEL         : SWEET ANGEL #2 THE ROSE


PENGARANG           : LUNA TR

TAHUN TERBIT        : JUNI, 2005

PENERBIT                : CINTA, JALAN YODKALI NO 16 BANDUNG 40214

KETERANGAN NOVEL : 344 HALAMAN.:ILUS.;17 CM  (NOVEL)


ISBN 979-3800-11-9

 
SINOPSIS

Arista Rayesti ialah siswa baru di SMA Triasa yang merupakan SMA favorit di Jakarta yang bertempat di daerah
Jakarta Selatan. Ia adalah siswa kelas dua, panggilan singkat namanya ialah Ista. Mengapa dikatakan siswa
baru karena Ista merupakan pindahan dari Malaysia. Keberadaannya di Malaysia bukan karena dia sekolah SMA
disana, tapi dalam rangka penyembunyian dari tuduhannya sebagai pembunuh, pembunuh ibunya sendiri. Nama
Ista ini adalah sebagai nama samaran dari penyembunyianya, nama aslinya ialah Rizka Handayani dengan
nama panggilan Kika. Sehingga selama keberadannya di sekolah barunya itu, semua teman-temanya
memanggil ia dengan nama Ista.
Mengapa ia bisa kembali lagi sekolah di SMA Jakarta? Karena ia memiliki misi tersendiri. Sekolah untuk
mendapatkan ilmu bukanlah motif terpenting baginya kembali ke SMA. Ista merupakan anak genoid yang
menyebabkan ia sangat pintar, pemberani, dan cerdik. Hanya dalam satu hari saja ia dapat menyerap semua
pelajaran bahkan sampai pelajaran kelas tiga.
Dari kecil hingga remaja kelas satu, Ista tinggal di Indonesia, namun ketika duduk dibangku SMA kelas satu, ia
terlibat sebuah masalah yang menyebabkan ia sebagai tersangka pembunuh ibunya sendiri. Padahal yang
menyebabkan semuanya ialah musuh besarnya yang bernama Jenderal Rastaji. Sampai saat itu, status Ista di
Indonesia ialah sebagai tersangka dan buronan polisi. Oleh karena itu, Ista lari ke Malaysia dan tinggal disebuah
panti asuhan guna mengurus anak-anak panti. Suatu hari, dua orang laki-laki bernama Sarwan dan Aditya
datang menemui Ista ke panti asuhan di Malaysia itu. Maksud kedatangannya ialah untuk membebaskan Ista
dari semua tuduhan tadi sehingga dapat kembali lagi ke Indonesia. Sarwan dan Aditya ialah dari pihak intelijen
nasional di Indonesia, mereka juga berjanji akan mencari fakta dan bukti mengenai jenderal Rastaji seputar
dalang permasalahan yang menghinggapi Ista. Namun semua itu ada syaratnya, Ista harus bersedia untuk
membantu badan intelijen negara itu untuk mengungkap suatu peristiwa.
Dua tahun lalu, terjadi kasus penyelewengan dana likuiditas di Bank Interindo. Kerugian negara mencapai 400
juta dolar AS atau sekitar 3,5 triliun rupiah. Direktur utamanya yang bernama Sudarmadi adalah pelaku
utamanya. Telah lama Sudarmadi diincar polisi baik di dalam maupun di luar negeri. Suatu waktu, pemerintah
Indonesia mendapatkan kabar dari kepolisian Perancis, bahwa Sudarmadi sudah tewas didalam mobilnya di
pusat kota Paris karena dibunuh. Kekayaan atau uang negara yang dirampas Sudarmadi harus segera
dikembalikan dan menyerahkan semua tugas itu kepada badan Intelijen negara. Sarwan dan Rastaji yang
merupakan badan Intelijen Negara itu meminta bantuan Ista untuk menyelidiki keberadaan salah satu anak
Rastaji yang diduga bersekolah di SMA Triasa. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan uang negara
tersebut. Ista ditunjuk bukan tanpa alasan, pertama karena ia memiliki kemampuan genoid yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata, dan kedua ia sedang memiliki masalah yang diharapkan Ista dapat bekerja
maksimal karena diiming-imingi ia dapat terbebas dari semua tuduhan pembunuh pada dirinya. Itulah mengapa
Ista dikatakan siswa baru di SMA Triasa, Jakarta.
Awal Ista masuk ke kelas barunya itu didampingi oleh Pak Anggoro guru Fisika. Selama bersekolah di SMA
tersebut, Ista ditemani Aditya yang menyamar menjadi guru, ia bersama Ista akan bekerja sama mencari bukti
dan data tentang salah satu anak Sudarmadi yang diduga sekolah di SMA tersebut. Selama di sekolahnya, Ista
yang pandai, cantik, dan mudah bergaul memiliki banyak teman, salah satunya ialah Viana. Viana ialah
perempuan favorit di SMA nya. Selain ia cantik, ia juga supel. Di sekolahnya, Viana memiliki musuh bebuyutan
yang selalu mengajak ia bersaing terutama dari segi gaya yaitu tiga perempuan yang Viana sebut sebagai trio
kwek-kwek, ia adalah Anna, Rasty, Desy. Dari ketiga perempuan tersebut yang paling tidak disukai Viana ialah
ketua ganknya bernama Desy.
Selain Pak Anggoro, banyak guru lain yang difavoritkan siswa-siswa di SMA Triasa, salah satunya guru cantik
dan baik bernama Bu Rena. Bu Rena ialah guru Bahasa Inggris. Selama pembelajaran berlangsung, Ista
memandang wajah bu Rena yang lembut dan tenang, tapi dibalik wajah itu, Ista seperti melihat sesuatu yang
disembunyikan bu Rena, sesuatu yang kelam dan mungkin ingin dilupakannya.
Berhari-hari Ista berada di SMA Triasa, ia merasakan kebahagiaan karena memiliki banyak teman, sesekali ia
pun teringat kembali pada saat-saat SMA dulu sebelum ke Malaysia di SMA 132 Jakarta, meskipun hanya satu
tahun. Wajar saja, Ista yang memiliki kemampuan genoid memiliki skill diatas teman-temannya. Dalam ulangan,
ia sering memiliki nilai terbesar dikelasnya, belum lagi dalam olahraga, seperti pertandingan bola voly, setiap kali
Ista turun tangan pasti timnya menjadi pemenang. Ista juga termasuk perempuan cerdik, Desy yang dianggap
musuh bebuyutan oleh teman dekatnya, Viana, sering sekali jail dan menganggu Viana, namun dengan
kecerdikan Ista, rencana jahat Desy tak pernah berhasil.
Sambil bersekolah tak lupa Kika dan Aditya menjalani misinya untuk mencari data-data seputar anak dari
Sudarmadi. Suatu hari Aditya memberikan data seluruh siswa SMA, maklum saja, samarannya sebagai guru
memudahkannya untuk mendapatkan data-data seluruh siswanya. Ista menyelidikinya satu per satu, hingga ia
mendapatkan informasi tentang keluarga Viana dan Desy. Viana adalah anak direktur perusahaan terkenal di
Jakarta, sedangkan Desy ialah anak orang penting di Indonesia, meskipun mereka berasal dari keluarga kaya
tapi sifat mereka berbeda jauh, Viana yang sangat rendah diri, dan baik. Desy yang angkuh dan super jutek.
Ada salah satu rahasia Viana yang tidak diketahui oleh semua orang tetapi hanya diketahui oleh Dessy, yaitu
tentang nasib ayahnya, ayah Viana ialah seorang koruptor yang sudah meninggal akibat serangan jantung,
akibat kejadian itu, ibu Viana mengalami sakit yang berkepanjangan hingga masa tuanya, Viana mengurus
ibunya tersebut dengan ditemani oleh kakak laki-lakinya yang bernama Ryan, dan Ryan ini sempat menjalin
hubungan cinta bersama Ista. Hal inilah yang menyebabkan mengapa Desy seolah sering menekan Viana,
dalam artian Viana berada dibawah tekanan Desy. Seperti contoh, ketika ada pemilihan ketua OPTRI
(Organisasi Pelajar Triasa), Desy mengancam Viana untuk mengundurkan diri dari kandidat ketua OPTRI jika
tidak ingin rahasia keluarganya dibocorkan di depan teman-temannya. Ista yang berada di tengah-tengah
mereka mencoba menyelidiki sesuatu yang terjadi diantara Viana dan Desy.
Misi Ista untuk mencari siapa anak Sudarmadi terhalang oleh kedatangan Ronald sebagai siswa baru di SMA
Triasa. Ronald adalah suruhan dari Rastaji, musuh besarnya Ista. Rastaji sudah mengetahui keberadaan dan
maksud Ista di sekolah Triasa, maksud didatangkannya Ronald adalah untuk menggagalkan misi Ista sehingga
Rastaji bisa mengambil alih harta kekayaan Sudarmadi yang semula akan diselamatkan oleh Ista, selain itu Ista
yang merupakan musuh Rastaji hendak dibunuh oleh Ronald secara perlahan. Mengapa Ronald? Ronald
merupakan anak rekayasa genetik sama seperti Ista, dan anak genoid hanya bisa dibunuh oleh anak genoid lagi.
Selain itu, selama Ista masih hidup, misi Rastaji untuk mendapatkan harta kekayaan Sudarmadi akan sulit,
karena terhalangi oleh Ista yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Dengan mudah, Ronald yang sudah mengetahui maksud keberadaan Ista membocorkan rahasia Ista sebagai
buronan polisi dan tersangka pembunuhan ibunya kepada teman-temanya, iapun membocorkan rahasia bahwa
Ista bukanlah nama sebenarnya. Kontras teman-temanya membecinya termasuk Viana yang menyebutnya
sebagai pengecut, dan dikeluarkan dari SMA Triasa. Misi Sarwan, dkk tidak berhenti begitu saja, masih ada
Aditya yang menyamar menjadi pa guru, namun tanpa bantuan Ista misinya akan lama terselesaikan.
Ronald yang tanpa halangan Ista di sekolahnya dapat dengan mudah dan gampang mencari keberadaan siapa
anak Sudarmadi, hingga akhirnya ia berkesimpulan bahwa anak dari Sudarmadi ialah Desy. Rastaji langsung
menculik Desy, namun naas yang diculik malah Viana (salah tangkap), setelah mengetahui bahwa yang diculik
adalah Viana, lalu mereka menculik Desy, Viana tidak begitu saja dilepaskan, maksudnya dengan keberadaan
Viana bisa saja membantu menjalankan misinya. Ista yang tidak rela melihat teman-temanya menderita karena
diculik berusaha membantu membebaskan mereka. Dengan kemampuan genoid yang dimilikinya Ista tidak
merasa takut menghadapi budak titahan Rastaji, hanya satu yang menjadi musuh beratnya yaitu Ronald.
Pertempuran hebatnya dengan Ronald beradu fisik disebuah gedung kosong tempat menculik Viana dan Dessy,
pertempuran darah terjadi diantara mereka berdua. Ista sempat mengalami kelelahan yang menyebabkan dia
ambruk di tengah pertempuran, di tengah keambrukanya menghadapi kematian Ista teringat bahwa saat itu ialah
saatnya datang bulan, bagi anak perempuan genoid sepertinya, kedatangan datang bulan akan menambah
semangat beberapa kali lipat dari semangat dan tenaga sebelumnya, beruntung memang. Datang bulan itupun
akhirnya datang juga. Ista memiliki kekuatan yang super melebihi kekuatan yang dimiliki Ronald, diakhir
pertempuran itupun akhirnya Ronald mati, lebih tepatnya hancur dan hangus.
Rastaji yang merupakan musuh besar bagi Ista, tidak disia-siakan begitu saja. Secepat kilat Ista menghampiri
dan membawa Rastaji untuk dilemparkan keluar terjun bebas menembus kegelapan malam ke daerah Teluk
Jakarta, seketika itu Rastaji mati, seketika itu pula Ista menghilang di kegelapan.
Viana dikembalikan kerumahnya untuk mengurus ibu beserta kakaknya Ryan. Desy yang semula diduga sebagai
anak Sudarmadi ternyata memang benar. Tapi ternyata, Anak Sudarmadi bukanlah hanya satu, ada satu lagi
anak Sudarmadi yang akan memberikan bukti yang lebih kuat tentang uang yang disimpin ayahnya itu, siapakah
dia?
Dia adalah Rena, Bu Guru Rena. Aditya yang selama menjadi guru sempat menjalin hubungan dekat dengan
Rena, berhasil mengorek dan mendapatkan informasi bahwa Rena adalah anak dari Sudarmadi. Rena dan Desy
sendiripun tidak mengetahui bahwa mereka merupakan kaka beradik. Dari Rena dan Desy inilah kunci untuk
mendapatkan kembali uang negara diperoleh. Badan intelijen mendapatkannya dari kalung yang dipakai oleh
mereka berdua. Kalung tersebut memiliki nomor rekening yang dibagi dua oleh Sudarmadi, satu disimpan pada
kalung Desy, satu disimpan pada kalung Rena yang jika disambungkan merupakan nomor rekening tempat
penyimpanan uang Sudarmadi yang disimpannya di Bank luar negeri di Swiss. Untuk urusan ini, Rastaji memang
tidak beruntung, dia melupakan satu fakta penting bahwa sebenarnya Sudarmadi mempunyai dua orang anak,
Desy dan Rena.
Setelah kasus itu tuduhan dan kasus buron bagi Kika dicabut, namun tidak ada yang mengetahui kabar dan
keberadaan Kika. Bahkan Sarwan dan Aditya pun tidak mengetahui keberadannya. Kika memang misterius.
Namun Kika sempat mengirim e-mail pada Viana, menanyakan kabar tentang dirinya, persahabatan diantara
mereka memang tidak akan pernah terputus, sepanjang apapun jarak yang menghalanginya, Viana yang sempat
benci karena Ista seorang penipu hilang sudah, kini yang ada hanya kasih sayang persahabatan, tanpa Viana
ketahui dimana keberadaan Ista saat itu, karena hal itu masih dan akan selalu Ista rahasiakan..

BAGIAN YANG MENARIK

 Pak Anggoro masuk kelas, diikuti cewek berambut panjang dan berkaca mata tipis. Melihat ada cewek
baru masuk kelas plus wajahnya yang bagaikan super model membuat siswa-siswa cowok mulai ribut,
bahkan ada yang bersiul-siulan. Seolah-olah mereka lupa dengan keangkeran pa Anggoro.
(halaman 8 paragraf 3)
Bagian ini menggambarkan suasana yang ribut ketika ada siswa baru yang masuk, sekaligus
menambah penasaran pembaca untuk mengetahui siapa siswa baru tersebut.
• “ Makanya, kalian harus selalu belajar walaupun gak ada ulangan. Jadi, kalau ada ulangan mendadak
begini, nilai kalian tidak jeblok!”
(halaman 30 paragraf 1)
Bagian ini sangat menarik, karena hal ini bisa terjadi pada siapapun termasuk pada pembaca yang
membuat pembaca tersenyum, selain itu bagian ini memiliki pesan yang sangat penting.

• “ Nggak apa-apa. Gue ja yang pindah” kata teman sebangku Viana, “Gue Dina, sory baru kenalan
sekarang. Gue liat, kayaknya Viana lebih butuh bantuan elo, terutama kalo pas ulangan, ia nggak Vi?”
(halaman 41 paragraf 4 kalimat pertama)
Terlihat nada mengejek dari Dina pada Viana, sekilas pembaca menjadi penasaran dan tertarik untuk
mengetahui kemampuan Viana yang sebenarnya terutama dalam hal pelajaran.
• “ Alaa, elo kok SBGL banget sih?”
“ Apaan tuh?”
“ Sok banget geto, loh!”
(halaman 47 paragraf 3 kalimat pertama)
Pembaca merasa tertarik dengan kata SBGL, penasaran dan menambah kata gaul yang baru sehingga
tidak ketinggalan terutama di dalam pergaulan.

• “Yee..tuh, kan, elo yang naksir dia! Ambil gih, kalo dia juga mau ama elo! Jangan SCTM deh.”
“ Apaan SCTM?”
“ Sok cuek, tapi mau!”
(halaman 47 paragraf 6 kalimat pertama)
Pembaca merasa tertarik dengan kata SCTM, penasaran dan menambah kata gaul yang baru
sehingga tidak ketinggalan terutama di dalam pergaulan.

• Cowok yang ditabraknya menahan tubuh Kika supaya nggak jatuh. Kayak adegan di film-film, Kika
melihat wajah cowok itu. “ Lumayan, imut juga.” Gumamnya dalam hati.
(halaman 52 paragraf 3)
Bagian ini membuat pembaca tersenyum miris, membayangkan kejadian serupa bila menimpa
pembaca sendiri.

• “ Kau tidak bisa lari Kika.”


“ Elo siapa?”
“Nanti kau akan tahu. Juga mengenai apa yang ada di balik pintu itu. Satu hal yang pasti, kita tidak
berbeda. Kita adalah satu, kau tidak bisa lari dari semua ini!”
“Mimpi itu lagi”. Kika terbangun dari tidurnya.
(halaman 53 paragraf 1)
Bagian ini sangat menarik dan membuat penasaran pembaca tentang siapa yang sering hadir dalam
mimpi Kika tersebut.

• Ucapan Desy itu membuat langkah Viana terhenti. Wajahnya menyiratkan rasa terkejut yang sangat.
(halaman 55 paragraf 7)
Terjadi permainan kata pada “rasa terkejut yang sangat” membuat kesan lain pada diri pembaca.

• Saat keempat cowok itu makin dekat ke arahnya, tatapan mata Kika tiba-tiba berubah. Tatapan yang
tadinya lembut itu berubah seperti tatapan mata seekor harimau. Entah kapan mulainya, tiba-tiba tubuh
Kika bergerak cepat, hanya dalam hitungan detik kempat penyerangnya tersungkur. Serangan Kika
tidak hanya cepat, tapi keras, dan tepat pada bagian yang mematikan.
(halaman 66 paragraf 7)
Adegan ini membawa pemikiran pembaca pada kejadian yang sebenarnya, dimana seorang genoid
bertarung dengan menggunakan kekuatannya, sehingga memperlihatkan sisi wonder women nya Kika.

• “ Itu minuman mahal, tau!” Di sini, nggak ada yang jual. Gue sengaja minta dikirim dari Taiwan.
Untung aja, di sini nggak ada tes doping.”
(halaman 103 paragraf 5)
Bahasa licik itu, semakin menyudutkan Desy pada posisi yang tidak disukai oleh pembaca.

• Banyak cowok anak SMA Triasa yang mulai ngedeketin Kika. Mulai ngajak kenalan, sampe ngajak
jalan. Kebanyakan, mereka terpesona melihat gaya Kika ketika di lapangan. Dengan rambut tergerai
dan tanpa kaca mata, Kika terlihat memesona.
(halaman 115 paragraf 2)
Pembaca tertarik dengan bagian ini sambil membayangkan anak laki-laki Jakarta dari SMA Triasa yang
dibayangkan dengan kekerenannya mengajak Ista yang cantik.

• Desy memekik saat melihat mobilnya. Sedan yang tadinya mulus, sekarang penuh dengan bercak-
bercak seperti tetesan zat asam berwarna merah darah. Bau asam masih tercium.
(halaman 121 paragraf 2)
Bagian ini membuat pembaca penasaran siapa yang berani berbuat demikian pada Desy? Viana, Ista,
ataukah temanya yang lain?

• Seorang wanita setengah baya berbaring di atas ranjang. Matanya terpejam. Keriput menghiasi
wajahnya, sementara rambutnya telah mulai memutih.
(halaman 137 paragraf 3)
Bagian ini membuat penasaran dan menarik pembaca untuk membaca bagian selanjutnya.

• “Alasan utama gue mundur adalah demi menjaga nama baik sekolah, juga siswa SMA Triasa ini,
bokap gue hanya narapidana tersangka yang ditahan akibat tuduhan korupsi”
(halaman 159 paragfaf 1)
Ketegaran Viana menghadapi masalah, dan kesanggupannya untuk menceritakan semua yang terjadi
pada keluarganya di hadapan teman-temanya tidak membuat dia takut bila dijauhi oleh teman-
temanya, adegan ini sangat menunjukan sebuah keberanian yang luar biasa.

• “ Gue nggak peduli apa yang menimpa keluarga elo. Gue ikut prihatin, tapi itu nggak akan mengubah
perasaan gue sama elo!” ujar Yogi pada Viana.
(halaman 172 paragraf 5).
Bagian ini, memperlihatkan sebuah kekuatan cinta yang tidak habis dan luntur akibat kasus yang
menimpa salah satu keluarganya.

• “ Coba elo lihat muka si Desy sama para “bebeknya” waktu liat kampanye elo, lucu banget! Cemberut
kayak marmut, sayang HP gue ketinggalan di kelas, kalo bawa, pasti udah gue potret.”
(halaman 173 paragraf 6)
Adegan ini sangat menarik, lucu dan membuat pembaca tersenyum terseringai ketika selesai membaca
bagian ini.
• Kika lalu jongkok di bawah mejanya, dengan cepat dia memasukan bubuk putih dalam bungkus
plastik ke dalam mulutnya, semuanya tanpa sisa.
(halaman 177 paragraf 1 kalimat ke 2)
Demi temanya, Kika berani menelan narkoba dengan kekuatan genoid yang ia miliki, demi menghindari
Viana dari tuduhan narkoba atas rencana Desy, adegan ini sangat menarik dimana persahabatan
antara mereka sangatlah baik.

• Sasha masuk ke kelas yang kosong, dia menuju tas nya dan mengambil kantong plastik berwarna
hitam, lalu cewe itu menuju meja Viana lalu membuka tas Viana.
(halaman 179 paragraf 2)
Adegan ini membuat pembaca tercengang mengapa Sasha sebagai sahabat Viana tega
mengkhianatinya, sekaligus membuat penasaran apa motif dari semuanya.

• Sebagai genoid, Kika memang pintar dalam segala hal. Tapi dalam urusan cinta, dia nggak berubah
sama sekali. Masih tetep bego dan nggak berpengalaman.
(halaman 187 paragraf 5 kalimat ke-2)
Bagian ini menyadarkan pembaca bahwa tidak semua orang yang memiliki fisik cantik, juga pintar
memiliki berbagai keuntungan dari berbagai hal.

• Mata Kika dan Ryan berpandangan, seolah-olah ingin mengungkapkan isi hati masing-masing.
(halaman 236 paragraf 5)
Bagian ini menggambarkan sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta, membuat pembaca
tersenyum dan membayangkan pada alam yang sebenarnya.

• Ruangan itu begitu gelap. Sama sekali tidak ada penerangan di dalamnya Satu-satunya sumber
cahaya berasal dari luar, yaitu sinar bulan purnama yang sedikit menembus jendela yang tertutup tirai.
(halaman 241 paragraf 1)
Permainan kata pada bagian ini membawa pemikiran pembaca pada kejadian yang sebenarnya
dimana berada dalam ruangan kosong di tengah malam yang sepi dibaluti kegelapan.

• “ Gue jadi ngerasa keilangan kalo ga ada elo, nggak ada lagi yang bisa gue ajak berantem. Nggak
enak kalo sehari aja nggak lihat muka perang elo, gue jadi nggak semangat sekolah!”.
(halaman 248 paragraf 2).
Bagian ini membuat pembaca tersenyum dengan kata-katanya, menyiratkan bahwa persaingan antara
Desy dan Viana hanya dijadikan permainan untuk menambah semangat bersekolah.

• “ Elo gila? Kalo elo nyalain lampu, mereka tau kalo kita udah ga keiket. Elo kira mereka nggak mikir
bagaimana lampu bisa nyala sendiri?”
(halaman 253 paragraf 4)
Bagian ini menyiratkan kepanikan pada mereka, sehingga hendak bertindak pintar-pintar bodoh yang
membuat pembaca tersenyum sinis.

• “ Kita kemana nih, jalannya bercabang?”


“ Lurus aja.”
“ Kenapa lurus?”
“ Biasanya yang baek-baek kan, jalannya lurus diridhoi Allah, hehe.”
(halaman 255 paragraf 5)
Bagian ini sangat menggelitik, dimana masih sempat-sempatnya bercanda di tengah ketegangan.
• Viana segera menyadari posisinya, dia melihat kesekelilingnya. Ruangan itu penuh dengan orang.
Rastaji juga ada di situ, duduk di atas sebuah kursi berwarna hitam, Ronald juga ada di situ.
(halaman 257 paragraf 1)
Susunan kata-katanya mampu membawa pembaca pada situasi yang dihadapi Viana dan Desy,
pembaca seolah ikut terlibat dalam kejadian tersebut.

• Tubuh Kika tergantung dan terayun-ayun pada seutas kabel di lantai 37.
“ Tinggi juga!, kalo jatuh, gue bisa jadi kornet!”.
(halaman 269 paragraf 1)
Kata-katanya membawa fikiran pembaca yang berada pada situasi menegangkan menjadi tercairkan
dengan kata-kata Kika, benar-benar adegan yang menarik.

 Sambil terus menembak, Kika menerima telepon dari Ryan yang disambungkan ke earsetnya.
“Ista lagi ngapain, ko ada suara tembakan?
“ Oo, itu suara temen lagi maen PS, mungkin tugas jadi agen bikin mereka agak stress, jadii rada…
rada…”
(halaman 296 paragraf 1)
Kika yang merupakan genoid yang memiliki kemampuan lebih, mampu melakukan percakapan telepon
sambil beradu tembakan, benar-benar bagian adegan yang sangat menantang.
• “Ada saat ketika kita nggak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, walau kita paksakan
sekalipun. Meski Ista ingin sekolah, tapi Ista nggak bisa.”
(halaman 303 paragraf 5)
Bagian ini merupakan bagian terakhir pertemuan antara Viana dan Ista, dan bagian ini meninggalkan
pesan yang penting.
• Kika menarik pelatuk pistolnya. Suara tembakan menggema dalam gedung. Hal yang sama juga
terjadi pada Ronald. Dua buah peluru beradu di udara.
(halaman 310 paragraf 4)
Bagian ini mengkisahkan peraduan tembakan dari pertempuran dua genoid yang sangat menarik
sekali.

• Ronald menerjang dengan tongkat besi di tangannya. Tongkat itu diputar-putarkannya membentuk
putaran maut.
(halaman 314 paragraf 3)
Bagian ini mengkisahkan betapa hebatnya pertempuran saat itu.

• “ Seperti cewek lain, gue juga dapet haid secara teratur. Tapi, jika pada cewek lain, haid bikin mereka
lemas dan merasa kesakitan, pada genoid cewek, siklus haid justru meningkatkan tenaga hingga dua
kali lipat, bahkan lebih.”
(halaman 317 paragraf 6)
Bagian ini merupakan kebangkitan Kika setelah jatuh lemah setelah dihantam Ronald, kedatangan haid
dapat membuatnya bangkit, adegan yang seru dan menarik sekali.

• “ Kenapa? Kau sudah tidak haid lagi? Itu siklus haid tercepat yang pernah kudengar.” Ejek Ronald
sambil memutar-mutar tongkatnya, membuat Kika tambah menjerit.
(halaman 323 paragraf 3)
Bagian ini mengkisahkan pertempuran yang belum kunjung selesai, Kika yang jatuh akibat sakit
membuat Ronald mengejeknya.

• “ Janggaaannn…!!!!” Seru Rastaji. Tapi, terlambat tubuhnya terlempar keluar. Terjun bebas
menembus kegelapan malam, diiringi lengkingan teriakan yang memilukan. Sejenak Kika memandang
ke bawah, mengikuti jatuhnya tubuh Rastaji ke teluk Jakarta di bawahnya.
(halaman 329 paragraf 5)
Bagian adegan diatas mengkisahkan tragedi pembunuhan Kika pada musuh besarnya Rastaji, adalah
adegan yang sangat mengerikan.

• Kayaknya cukup disini aja e-mail dari Ista, entar Ista kirim lagi kalo ada kesempatan, dan Ista harap,
kamu nggak akan melupakan Ista untuk selamanya, paling nggak di dalam hati kamu. Ista akan selalu
bangga punya teman seperti kamu. Sekarang, Ista ada di suatu tempat yang tenang dan nggak ada
seorang pun yang ngenalin Ista. Agen Intelijen juga nggak tau Ista ada dimana. Kalo waktunya tiba, Ista
sendiri yang akan dateng nemuin kamu. Ista janji.
(halaman 337 paragraf 1)
Bagian ini menarik dari segi pesan yang disampaikan Ista pada Viana, bahwa persahabatan antara
mereka tak kan pernah putus untuk selama-lamanya, membuat pembaca sedikit terharu membacanya.

UNSUR-UNSUR INTRINSIK
1. TEMA
Misteri Di Balik Persahabatan
B. AMANAT
* persahabatan sejati datangnya dari hati. Kalau kita selalu mengingat arti persahabatan yang kita miliki
dalam hati kita, maka kita akan merasa selalu dekat. Persahabatan tersebut akan tetap abadi
selamanya, walaupun kita saling berjauhan dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi
* jangan menyalah gunakan kemampuan lebih yang dimiliki untuk hal-hal yang tidak baik, gunakanlah
kemampuan tersebut secara tepat dalam menghadapi sesuatu yang perlu diatasi.

C. ALUR
Alur yang di gunakan ialah alur maju dan alur mundur. Dimana, kisah yang disajikan menyajikan kisah
yang pernah terjadi sebelumnya, selain itu kisah lain disajikan dalam alur maju (sekarang dan
kedepannya).

D. TOKOH DAN WATAK

1. Rizka Handayani
(Kika/ Ista) Cerdik, Penyayang, Mementingkan
Persahabatan, nekad, terkadang emosinya meluap-luap, pendendam, misterius
2. Viana Supel, Easy Going, Mudah terpengaruhi, Baik, rendah diri.
3. Desy Selalu ingin bersaing, Licik, Sombong.
4. Aditya Hati-hati, penuh perhitungan.
5. Rastaji Jahat, Licik, berwatak keras.
6. Ryan Penyayang, baik.
7. Rena Pendiam, tenang.
8. Ronald Pendendam, keras, Misterius

E. LATAR, TEMPAT, WAKTU


1. Panti Asuhan di Johor Baru, Malaysia.
2. Sekolah (SMA Triasa Jakarta Selatan).
3. Gedung kosong Grianta Tower di daerah Kuningan, Jakarta. Malam hari.
4. Rumah Viana.
5. Rumah Sakit.

F. SUDUT PANDANG
Pengarang sebagai orang luar, tidak ikut campur dalam cerita.

1. GAYA PENULISAN
Gaya penulisan pengarang dikatakan normal, tidak menggunakan kata-kata berlebih, tidak banyak
menggunakan majas, ataupun berbelit-belit yang menyebabkan pembaca sulit memahami artinya.
Penulisan dengan menggunakan kata-kata sederhana akan lebih memudahkan pembaca menangkap
makna yang terkandung dalam cerita tersebut.
Dalam sebagian percakapan, terdapat bahasa-bahasa non baku yang lebih dikenal dengan bahasa
gaul, seperti
– saya = gue
– kamu = elo
– ingin = pengen
– kalau = kalo
– Ayah = bokap
dll.
Percakapan dengan menggunakan bahasa non baku (gaul) ini, digunakan dalam rangka percakapan
remaja (anak SMA) di Jakarta. Adapun bahasa yang digunakan dalam menarasikan ataupun
memaparkan suatu kejadian atau kegiatan diluar percakapan menggunakan bahasa baku dengan
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
H. KONFLIK

Manusia Dengan Manusia

UNSUR EKSTRINSIK

2000. BIOGRAFI PENGARANG


LUNA TR. (Tidak dipaparkan riwayat hidup pengarang).
B. WAKTU PENCIPTAAN
Novel merupakan cetakan kesatu di bulan Juni tahun 2005, dan novel ini termasuk karya angkatan
tahun 2000. Waktu penciptaan di tahun 2005 di mana zaman sudah semakin maju dan berkembang.
Banyak penggunaan kata-kata baru yang tidak baku sebagai bentuk dari perkembangan zaman, selain
itu isi cerita juga di sesuaikan dengan situasi zaman pada saat itu.

C. SITUASI PENCIPTAAN
Novel yang merupakan angkatan tahun 2000, penciptaan isi novelnya disituasikan tidak terlepas dari
hal ihwal percintaan, meskipun novel ini sebenarnya berisi mengenai sebuah misteri dalam pencarian
seorang target dan musuh, tapi masih tetap menyisipkan kisah percintaan di dalamnya.

D. KARYA SEJAMAN
Banyak karya lain yang juga seangkatan dengan novel ini, seperti novel karya penulis ternama Andrea
Hirata, Laskar pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, ataupun karya ternama lain Habiburrahman Al-Azizy
seperti Ayat-ayat cinta, Ma`rifat cinta, dll.

TEEEEETTTT…..!!!!
Bel tanda masuk berbunyi. Ratusan penghuni SMA Triasa masuk kelas masing-masing. Suasana kelas
2A yang terletak di lantai dua berisik seperti biasanya. Maklum, belum ada guru yang masuk ke kelas.
Jam pertama adalah pelajaran fisika yang lumayan cocok buat penyegaran otak di pagi hari. Dengan
guru yang terkenal dengan keangkerannya.
“Pak Anggoro datang!!”

Kontan, teriakan itu membuat seluruh penghuni kelas 2A menuju kelas masing-masing. Mereka seolah-
olah anak paling manis sedunia.
Pak Anggoro masuk kelas diikuti cewek berambut panjang dan berkacamata tipis. Melihat ada cewek
baru masuk kelas plus wajahnya yang bagaikan supermodel, siswa-siswa cowok mulai ribut, bahkan ada
yang bersiul-siul seolah- olah mereka lupa dengan keangkeran Pak Anggoro.
Pak Anggoro  : “Mulai hari ini kalian data teman baru pindahan dari Bandung.”

Kemudian Pak Anggoro meminta murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya.
Kika              : “Nama saya Arista Rayesti. Panggil aja Ista.” (Memperkenalkan diri)
Pak Anggoro mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas sesaat.
Pak Anggoro : “Kamu bisa duduk disana!” (Sambil menunjuk meja dan bangku yang kosong disebelah bangku
Viana).
Setelah itu murid baru yang bernama Ista langsung menuju tempat yang dimaksud Pak Anggoro.
Viana            : “Yang elo dudukin bangku Dina, temen gue!” (Berbisik)
Kika               : “Maaf…..Ista nggak tau. Pak guru yang nunjukin bangku ini.”

Viana             : “Elo murid baru, pindahan dari mana?”

Kika               : “Aku Ista dari Bandung.” (Sambil menjulurkan tangan)


Viana             : “Besok elo harus pindah. Selain gue temen gue juga duduk disini. Untung hari ini dia nggak
masuk” (Sambil menyambut uluran tangan Ista)
 

===============@@@@@@@@@@@@@@@@@================

 
 
 
Minggu sebelumnya di kota Johor Baru, Malaysia
 

Diantara rintik hujan yang mengguyur, sebuah sedan hitam masuk kehalaman rumah yang cukup luas
dan berhenti di depan teras. Dua orang pria turun dari kedua sisi pintu mobil. Mereka bergegas menuju
teras yang dipenuhi anak –anak yang sedang bermain. Seorang anak berusia 10 tahun menyambut dua
pria itu dan menanyakan maksud mereka.
Sarwan         : “Makcik Ista ada?”

Aditya          : “Pak Sarwan yakin, dia orang yang kita cari?”

Sarwan         : “Kita lihat saja. Dia bisa sembunyi, tapi tak bias lari dari kita.”
Anak perempuan tadi kembali dengan seorang wanita setengah baya yang mengenakan kerudung.
Sarwan         : “Selamat siang makcik (Mencoba bersikap ramah). Kami ingin bertemu makcik Ista, adakah?”
Bu Nur                    : “Tidak ada yang bernama Ista disini, kalian salah alamat.”

Sarwan dan Aditya saling berpandangan.


Sarwan         : “Kami tak mungkin salah. Bukannya disini panti sejahtera?”

Bu Nur                    : “Benar. Tapi, tak ada yang bernama Ista. Siapa kalian? Polisi?”

Aditya          : “Kami petugas dari kedutaan Indonesia. Kami punya urusan penting dengan Ista.”

Sarwan         : “Tenang Dit…” (Mencoba menenangkan rekannya)


Kika              : “Biarkan saja mereka bertemu saya, Bu Nur.”

Suara gadis dari dalam rumah, menghentikan omongan Bu Nur. Sarwan dan Aditya mendongakkan
kepala mereka. Seorang gadis berkerudung merah berada di belakang Bu Nur.
Kika              : “Kalian ingin bicara dengan saya? Kita bicara diruang samping ujar gadis itu”

Mereka pun pergi keruang samping.


Kika             : “Sekarang, apa yang anda berdua inginkan dari saya?”

Aditya          : “Jangan berlagak! Kami tau siapa sebenarnya kau! Rizka Handayani, atau kami panggil dengan
sebutan Kika?”

Anehnya mendengar omongan Aditya raut wajah Ista yagn sebenarnya adalah Kika itu, tidak kelihatan
terkejut sedikitpun. Dia tampak tenang dikursinya.
Kika              : “Jadi kalian tau? Trus, kalian mau apa?! Menangkapku? Kalian siapa? Polisi, intelijen, atau
militer? Atau, kalian kerja untuk dua-duannya.”

Sarwan         : “Kami agen itelijen nasional nona Rizka, dan tujuan kami kesini bukan untuk menangkapmu kami
ingin memberi suatu kesempatan padamu kembali ke inidonesia.”

Kika              : “Kembali ke Indonesia? Untuk apa? Agar aku bisa ditangkap? Lagipula, aku senang tinggal didini.
Di tempat ini hidupku sangat berarti. Aku bisa membantu merawat anak-anak yang kehilangan kasih sayang,
kehilangan orang tua mereka, sama sepertiku.”

Aditya          : “Tenang? Kau bisa ditangkap polisi dengan tuduhan pendatang gelap?”

Kika              : “Aku bisa datang dan pergi sesukaku. Nggak ada yang bisa mengahalangi atau menangkapku.
Aku nggak merasa terancam disini. Kini dengan kedatangan kalian aku berpikir untuk pergi dari tempat ini. Aku
nggak ingin membahayakan jiwa Ibu Nur dan anak – anak panti.”

Sarwan         : “Jangan khawatir selain pihak intelijen, belum ada yang tau keberadaanmu. Dan, kami tidak
mempunyai kepentingan untuk menangkapmu. Kami menawarkan kesempatan padamu untuk kembali ke
Indonesia, bukan sebagai buronan melainkan sebagai orang bebas. Asal kau mau bekerja sama dengan kami.”

Kika              : (Tersenyum dengan omongan Sarwan ) “Sudah kuduga aku nggak mungkin tiba-tiba aku dapat
pengampunan. Pasti ada syaratnya. Jadi, pihak intelijen ingin minta bantuanku?”
Aditya          : “Bukan meminta bantuan melainkan bekerja sama.”

Kika              : “Apa pun itu lalu apa untungnya bagiku? Apa aku hanya bisa masuk Indonesia? Lalu bagamana
dengan tuduhan padaku?”

Sarwan         : “Kami punya akses. Kami bisa menjebloskan seseorang kedalam penjara, bisa pula
membebaskannya. Selama kau bekerja sama dengan kami, aku bisa pastikan tidak ada seorang pun yang bisa
menyentuhmu tanpa ijin kami.”

Aditya          : “Kau setuju apa tidak bekerja sama dengan kami?”

Kika mengehela napas dan bersandar di kursi. Wajahnya yang sebagian tertutup kerudung itu, tampak
mengeluarkan keringat.
Kika              : “Aku punya syarat untuk hal yang kalian tawarkan. Aku ingin orang yang menjadi dalang
kehancuran hidupku ditangkap. Aku ingin kalian menangkap Jenderal Rastaji.”

Sarwan         : “Terus terang kami tidak bisa janjikan hal itu.”
Kika              : “Kenapa? Bukankah kalian bilang bisa melakukan segalanya?”

Sarwan         : “Benar. Tapi kami punya keterbatasan. Orang yang kau maksud berada diluar jangkauan kami.
Kami tidak punya alasan kuat untuk menangkapnya.”

Kika              : “Bagaimana dengan tuduhan pembunuhan? Percobaan makar?”

Sarwan         : “Tidak ada bukti yang kuat untuk itu. Maaf, tapi kami tidak bisa lakukan apa yang kau minta.
Kecuali kau punya bukti kuat kalau Jenderal Rastaji melakukan semua yang kau tuduhkan.”

Bukti! Itulah yang tidak dimiliki Kika. Justru semua bukti ada pada musuh besarnya itu. Dan, semua bukti
yang ada sekarang mengarah pada dirinya.
Sarwan         : “Akan kukatakan suatu rahasia kecil untukmu pihak intelijen sebenarnya telah mencurigai
Jenderal Rastaji di balik peristiwa lalu. Tapi, kami tidak punya cukup bukti untuk menangkapnya.”

Kika              : “Baiklah, aku tak dapat mempermasalahkan dia untuk saat ini. Walaupun begitu jika aku
menemukannya, aku akan langsung menghabisinya apapun alasan kalian dan resikonya. Kalian tidak bisa
menghalangiku!”

Sarwan         : (Menganggukkan kepala perlahan)


Kika              : “Jadi, kalian mau ngasih tugas apa? Apa aku harus membunuh seseorang kan? Terus terang,
kalau yang ini aku nggak mau aku bukan pembunuh!”

Sarwan         : “Kau tidak perlu membunuh siapa-siapa. Kali ini, tugasmu bisa kau lakukan sendiri. Tugasmu itu
hanya masuk sekolah lagi.”

Kika menegakkan telinga. Tantangan baru membuat adrenalinnya sedikit bergejolak.


Sarwan         : “Dua tahun lalu, terjadi kasus penyelewengan dana liquiditas di bank Interindo. Kerugian negara
mencapai 400 juta dolas AS atau sekitar 3,5 triliun rupiah. Banyak yang terlibat dalam kasus itu, termasuk
direktur utamanya, Sudarmadi Bashir.”

Aditya          : “Tapi sayang pelaku utamanya yaitu Sudarmadi justru berhasil keluar negeri. Hasil penyelidikan
pemerintah, sebagian besar uang korupsi itu masuk kerekening pribadi Sudarmadi. Jumlahnya nggak
tangguang-tanggung…250 juta dolar AS.”

Kika              : “Waaaww seumur hidup dia bisa hidup enak diluar negeri.”

Sarwan         : “Pemerintah Indonesia mengetahui keberadaan Sudarmadi dari kepolisian Prancis, yang
menemukan Sudarmadi tewas di dalam mobilnya di pusat kota Paris. Tidak ada yang tau siapa yang membunuh
dan motivnya. Seketika itu juga, pemerintah bergerak cepat dan pemerintah berhasil menemukan aset milik
Sudarmadi yang ada diluar negeri, termasuk rumah mewahnya di pinggir kota Paris. Sayang, yang ditemukan
pemerintah belum seberapa. Jumlahnya tak lebih dari 50 juta dolar AS. Sedangakan sisanya sekitar 200 juta
dolar AS diduga tersimpan disalah satu bank diluar negeri…Swiss. Tapi kami tidak dapat membuktikan. lalu
sekarang kami sedikit menemukan titik terang.”

Kika              : “sound great…”

Adiya            : “Kami baru tau, ternyata selain ketiga anaknya Sudarmadi punya anak hasil hubungan gelap. Ibu
si anak tersebut meninggal. Karena tidak mungkin mengasuh anaknya, Sudarmadi menitipkan anaknya ke
sahabat karibnya. Dan sekarang keberadaan anak itu tidak diketahui bahkan jenis kelaminnya pun tidak ada
yang tahu. Kami hanya punya satu petunjuk keberadaanya yaitu tempat sekolah anak itu sekarang.”

Kika              : “Tempat sekolah?”

Sarwan         : “Ya, buku harian milik Sudarmadi menyebutkan banyak tentang sebuah   sekolah, kami menduga
itu adalah tempat sekolah anak tersebut karena anak-anak kandungnya tidak ada yang sekolah disitu. Kau pasti
kenal sekolahnya karena sekolahnya berada di Jakarta.”

Kika              : “Oh ya? Dimana?”

Aditya          : “SMA Triasa. Kau tau kan?”

Kika              : (Ingatannya terlempar ke masa lalu, saat dia masih di sekolah. Dia pernah dengar SMA Triasa
karena Ira temannya pernah cerita di taksir cowok tetangganya yang sekolah di SMA Triasa)
Sarwan         : “Karena itulah kami ikut dalam misi ini. Tugasmu, masuk ke SMA Triasa dan mencari tahu anak
Sudarmadi yang menyimpan uang 200 juta dolar AS. Kau akan masuk ke SMA itu sebagai murid kelas 2.”

Kika              : “Kalian kan bisa tanya langsung dan minta data-data di sekolah itu? Apa susahnya?”

Aditya          : “Hal itu sudah kami lakukan bahkan sampai melakukan tes darah dengan kedok kedataan
golongan darah para siswa. Walaupun begitu, kami yakin kalau anak Sudarmadi ada disana. Masalahnya, kami
sama sekali buta soal anak itu. Lagi pula, ini adalah misi rahasia. Kami tidak ingin kabar mengenai misi ini
tersebar luas.”

Sarwan         : “Misi ini sangat rahasia dan berbahaya. Karena kemungkinan besar ada pihak lain yang
mengincar uang itu juga.”

Kika              : “Aku boleh bawa senjata ke sekolah dong kalau bahaya?”

Aditya          : “Nggak boleh! Kami juga berharap kau tidak mengeluarkan kekuatan genoidmu saat menyamar.
Kami tidak ingin ada masalah di kemudian hari. Dan kami harap kau bersikap seperti anak SMA biasa.”

Kika              : “Apa kalian pikir aku senang pamer kekuatan di depan banyak orang? Aku menjadi genoid juga
bukan atas kemauanku. Aku ikut dalam misi kalian bukan berarti aku menjadi agen intelijen. Aku ikut misi ini
untuk bisa kembali ke Indonesia dan membersihkan namaku. Karena itu jika kalian tidak menepati janji, kalian
tentu tau apa yang akan aku lakukan.”

Sarwan        : “Jangan khawatir, kau tidak akan jadi agen kami. Kami juga perlu banyak pertimbangan untuk
merekrutmu menjadi agen. Tidak hanya kemampuan tapi juga loyalitas dan sebagainya.”

Aditya          : “Ohh ya satu lagi….selain kau nanti juga ada agen yang menyamar disana. Dia menyamar menjadi
guru untuk membantumu dan menjadi penghubung antara kau dan kami. Jadi kita telah sepakat?”

Kika              : “Aku akan memikirkannya, jadi kapan misi itu dimulai?”

Sarwan         : “Secepatnya, karena kami butuh jawabanmu secepatnya. Jika kau bersedia kami akan mengurus
segala sesuatunya di Jakarta. Nanti kau akan kami kabari. Jika semuanya berjalan lancer, minggu depan kau
sudah bisa masuk sekolah. Kau masih ingat pelajaran SMA kan?”

====================@@@@@@@@@@@@@@@@===================

 
Hari pertama tidak ada kejadian yang berarti disusul dengan hari kedua yang dengan tiba-tiba diadakan
ulangan Kimia mendadak.
Kika bisa menyelesaikan semua soal dengan mudah dan cepat. Satu hal yang disesali Kika dengan
kemampuan genoidnya adalah kepintarannya. Dia merasa bosan dikelas.
Kika              : “Tau gini gue nggak belajar aja sekalian! Toh akhirnya entar juga gue pasti ngerti lebih cepet
daripada yang lain.” (Batin kika)
Kika melihat Viana yang kebingungan. Kertas jawabanya putih bersih, tanpa satupun huruf diatasnya.
Sempat terfikiran dibenak Kika untuk membantu Viana tapi dia ingat pesan Sarwan, lagipula Viana juga
belum tentu senang kalau dibantu.
Viana            : “Dosa apa gue? Hari kok sial banget!” (Menggerutu)
Kika              : “Liat aja. . .nggak apa-apa kok! Tapi belum tentu bener ya!” (Sambil menyodorkan kertas jawaban
kepada Viana)
Ketika bel istirahat berbunyi sekaligus tanda berakhir jam pelajaran Kimia, sebagian siswa kelas 2A
menarik napas lega.
Viana            : “Terima Kasih. . .elo udah bantuin gue.”

Kika              : “Nggak apa-apa, biasa aja kok!”

Viana            : “Eh..mau ikut ke kantin nggak? gue traktir deh, karena elo udah bantuin gue.”

Kika              : “Boleh..!”

Sesampainya di kantin, tak sedikit orang menyapa Viana. Selain cantik Viana cukup populer di SMA
Triasa, Viana juga kelihatan akrab bergaul dengan siapapun.
Viana            : “Jadi elo cuma tinggal ama pembantu di Jakarta, berani bener?”

Kika              : “Iya..memangnya kenapa?”


Viana            : “Kenapa elo nggak ikut bokap nyokap elo?”

Kika              : “Nggak.. ayah Ista kerja di Singapur, paling lama dua tahun. Ista nggak mau sebentar-sebentar
pindah ke sekolah lagi.”

Viana            : “Kapan-kapan gue boleh nggak main ke tempat elo?”

Kika              : “Boleh, tapi jangan heran ya rumah Ista jelek”

Viana            : “Jangan ngerendah gitu. Emang rumah gue kayak istana?”

Pembicaraan mereka berhenti saat mata Viana melihat pintu kantin, saat itu masuk tiga orang cewek.
Viana seperti melihat musuh di depanya.
Viana            : “Kalau bisa elo jangan berurusan ama tiga orang itu.”

Kika              : “Emangnya mereka siapa?” (Melihat kearah yang di tunjuk Viana)


Viana            : “Mereka sih sebut diri mereka Tri Angel. Tapi gue pribadi lebih suka panggil mereka Trio kwek-
kwek! Abis kemana-mana selalu bertiga kayak bebek.”

Kika              : “Mereka anak kelas 2 juga kan?”

Viana            : “Iya,kelas 2C. Yang di tengah, berambut panjang itu Dessy pemimpin trio kwek kwek. Ortunya
emang tajir sih. Makanya dia ngerasa paling hebat di sekolah ini. Dia selalu memandang rendah orang lain,
terutama yang dianggapnya gak selevel! Yang rambutnya agak keriting itu namanya Anna. Nah, yang rambutnya
di potong pendek namanya Rasti. Menurut gue, mereka lebih cocok disebut pesuruh Dessy ketimbang teman.
Mereka selalu ngikutin semua ucapan Dessy seolah-olah nggak punya pikiran sendiri.”

Rupanya Dessy melihat Viana. Tanpa diduga mereka menghampiri tempat duduk Viana dan Kika.
Dessy            : “Jadi ini anak baru di kelas loe? (Sambil melirik pada Kika)  lumayan juga. Elo udah akrab ama dia
ya? Gak takut tambah saingan lagi?”
Viana            : “Maksud elo apa?”

Dessy            : “Elo tau apa yang gue maksud. Kenalin gue Dessy, pasti elo udah denger tentang gue dari temen
sebelah elo. Kalau gitu gue nggak perlu capek-capek ngenalin Anna ama Rasti” (Kata Dessy sambil melirik pada
kedua sahabatnya yang cuma nyengir di samping kiri dan kanannya. Tangan kanannya dijulurkan pada Kika.)
Kika              : “Ista…Arista Rayesti” (Kika menyambut uluran tangan Dessy.)
Dessy            : “Nama yang bagus! elo tinggal dimana?”

Viana            : “Katanya elo mau ke perpustakaan, daftar jadi anggota. Yuk mumpung belum bel!”

Dessy            : “Gue kan masih mau ngobrol.”

Viana            : “Lain kali bisa.”(Berdiri dari kursinya di ikuti Kika)


Ternyata mereka tidak pergi ke perpustakaan tapi malah kembali ke kelas. Tiba-tiba Viana berhenti.
Viana            : “Gue mau ke WC dulu. Terserah elo mau ke kelas duluan atau nunggu disini, cuma sebentar kok
udah gak tahan.” (Sambil nyengir)
Kika              : “Ista tunggu disini aja deh.”

Viana belok ke WC yang ada di sebelah kirinya. Kika melihat sekelilingnya. Ruang guru dan kepala
sekolah berada di dekatnya.
Kepsek          : “Kalau begitu besok anda mulai mengajar…”

Ista menoleh. Pak Kepsek bersama dengan cowok berusia 20 tahunan. Kika mengenal cowok itu.
Kika              : “Ooo… ternyata dia!”

Cowok yang ternyata Aditya itu melangkah menghampiri Kika.


Kika              : “Jadi elo guru baru itu?” (Saat berpapasan dengan Aditya)
Aditya          : “Ya, aku ditugaskan untuk mengawasi dan membantumu juga sebagai penghubungmu.”

Kika              : “Elo jadi guru apa?”

Aditya          : “Nanti kamu juga tahu. Sampai ketemu bsok!” (Meneruskan langkahnya)
Viana            : “Elo ngomong sama siapa tadi?” (Sambil melihat punggung Aditya)
Kika              : “Guru baru”
Viana            : “Guru baru?”

Jam pelajaran berikutnya, Bahasa Inggris yang gurunya seorang cewek. Namanya Rena. Usianya sebaya
dengan Aditya. Selain cantik, dia juga baik dan ramah kepada siapa saja. Dia tidak segan-segan
membantu siswanya. Cara mengajarnya juga berbeda dengan guru-guru yang lain.
Rena             : “So what will we learn today? (Memulai pelajaran)
Kika              : (Memandang wajah Rena. Wajah yang lembut dan tenang. Tapi di balik wajah itu, Kika seperti
melihat sesuatu yang disembunyikan Rena. Sesuatu yang kelam dan mungin ingin dilupakanya)
=======================@@@@@@@@@@@@@@===========================

Hari berikutnya, teman sebangku Viana, Dina masuk sekolah tapi Viana tetap meminta Kika menjadi
teman sebangkunya. Jam olahraga dimulai, ternyata Adiya mengajar olahraga. Hari ini materinya adalah
atletik yaitu lari.
Aditya          : “Ingat, control kekuatan kamu” (Lirih sambil mendekat kearah Kika, tanpa ada seorangpun
mendengar mereka)
Kika              : “Gue tahu”

Alhasil sampai di finish Kika di urutan ke enam cewek sedangkan Viana diurutan sembilan.
======================@@@@@@@@@@@@@@@=========================

Hari ini digunakan Kika untuk lebih mengenal teman-teman dibantu Viana dan Dina, Kika bisa mengobrol
dengan penghuni kelas lainnya.
Kika              : “Jadi, kamu ikut pemilihan ketua OPTRI?”

OPTRI adalah singkatan dari Organisasi Pelajar Triasa nama lain dari OSIS di SMA Triasa.
Dina             : “Iya dong….Viana kan calon kuat pasti dia kepilih deh.”

Viana            : “Ah elo! kan masih ada Dessy.”

Kika              : “Dessy juga ikut?”

Dina             : “Yupp! kayaknya tuh anak belum puas kalo belum nguasain OPTRI. Kalau dia jadi ketua kan bisa
seenaknya aja bikin program yang tentunya nguntungin buat dia. Tapi elo tenang aja Vi yang gue tau, hampir
semua anak ngedukung elo sedangkan Teguh dia emang punya pengalaman organisasi segudang, bahkan jadi
jagoan para guru buat jadi ketua OPTRI berikutnya.”

Viana Cuma nyengir mendengar ucapan Dina. Kika juga tahu, kalo ternyata Viana lagi deket sama anAk
kelas 2B yang namanya Yogi.
Dina             : “Tuuh anaknya!” (Sambil menunjuk seorang cowok yang kebetulan lewat.)
Kika              : “Dia?”

Viana            : “Apaan sih elo?! Jangan bikin gosip baru ya, siapa bilang Yogi naksir gue. Kita Cuma temenan
kok.” (Kelihatan jelas kalau wajah viana merah banget)
Dina             : “Alaaahh…elo kok SBGL sih?”

Viana            : “Apaan tuh?”

Dina             : “Sok Banget Geto Loh! Jadi elo nggak mau ditaksir Yogi? Kalo gitu Yogi buat gue ya?”

Viana            : “Yeee….tuuh kan elo yang naksir dia! Ambil gih, kalo dia juga mau ama elo! Jangan SCTM deh!”

Dina             : “Apaan STCM?”

Viana            : “Sok Cuek Tapi Mau!”

Dina             : “Hehehehe lagian kenapa sih elo nggak mau pacaran sama Yogi? Dia udah pernah nembak elo
kan?”

Viana            : “Gue belum siap aja.”

Dina             : “Kenapa?”

Viana            : “Mas ak gue harus cerita ke elo, itu kan rahasia pribadi gue.”
Dina             : “Bukan gitu, elo nggak takut kalo Yogi disamber cewek lain. Kayaknya Dessy juga berusaha
ngerebutin dia. Kalo elo kayak gitu, lama-lama Yogi kegaet tuh sama Dessy, doi kan agresif banget.”

Viana            : “Gue tau kok jangan khawatir. Kalo benar begitu, berarti Yogi bukan jodoh gue. Malah gue jadi tau
cowok kayak apa dia sampek bisa kegaet sama cewek kayak Dessy.”

==================@@@@@@@@@@@@@@@=================

Sore hari Kika dan Aditya sengaja bertemu di sebuah mal untuk memebicarakan misi yang sedang
mereka jalankan. Kika memakai topi, sementara rambutnya diikat kebelakang. Dan juga nggak pake
kacamata.
Aditya          : “Gimana ? udah ketemu orangnya?”

Kika              : “Baru juga tiga hari. Gue masih harus menegenal sekolah itu, terutama para penghuninya. Seperti
Pak Sarwan bilang, ini nggak akan mudah” (Sambil menikmati spagetinya)
Aditya          : “Sebetulnya tiga hari udah cukup. Kuharap kau nggak terlalu menikmati tugasmu.”

Kika              :  “Apa maksud elo?”

Aitya            : “Yaa.. bisa aja kamu sengaja berlama –lama agar kamu bisa terus berperan sebagai pelajar
disana. Ingat kamu dikirim kesekolah itu bukan untuk belajar!”

Kika              : “Jadi elo punya pikiran gitu? Elo kira gue sengaja lama-lama di situ?” (Menatap tajam ke arah
Aditya)
Aditya          : “Kelihatannya…”

Kika              : “Elo pingin gue langsung tanya ke anak-anak situ, woii…siapa disini yang anknya Sudarmadi…?!
Gitu?! Atau sekalian aja gue tanya, ‘siapa yang nyembunyiin duit dua triliun?’ jadi semuanya cepet beres!”

Aditya          : “Bukan gitu. Aku cuma ingin kamu fokus ke tugasmu!”

Kika              : “Gue tau. Truss apa elo juga nggak nikmatin tugas elo sebagai guru muda?! Tadi gue liat elo
seneng banget ngobrol bareng temen-temen cewek, juga ama guru bahasa inggris yang cakep itu.”

Aditya          : “Cuma obrolan biasa. Basa –basi.”

Menjelang malam pembicaraan Kika dan Aditya selesai. Kika tidak langsung pulang tetapi
menyempatkan diri jalan – jalan di sebuah toko buku di dalam mal.
Ketika sedang berjalan pulang tepatnya di sebuah toko pakaian  tidak sengaja seseorang menabrak Kika.
Kika              : “Aduuhh”

Tubuh Kika menabrak seorang cowok yang baru keluar dari dalam toko. Topi yang dipakainya terlepas.
Ryan             : “Kamu nggak pa-pa?”

Cowok itu memandang Kika dan mengulurkan tangannya untuk membantu Kika berdiri. Kayak adegan 
film-film, Kika melihat wajah cowok itu. Lumayan, imut juga!
Kika              : “Nggak pa-pa”

Ryan             : “Maaf” (Sambil tersenyum dan menganggukkan kepala)


====================@@@@@@@@@@@@=====================

Setelah turun dari bus, setengah berlari Viana menuju pagar sekolah, hari ini dia telat lagi. Untung dia
sudah kenal dengan Pak Mukhlis yang biasa jaga pintu gerbang. Masalahnya sekarang jam pelajaran
bahasa Indonesia. Bu Nani yang terkenal disiplin kalo nggak mau disebut galak.
Dessy            : “Tuan putri terlamabat lagi?”

Viana menoleh dibelakangnya terlihat Dessy dan Anna.


Viana            : “Maaf. Gue nggak ada waktu buat ngelayanin elo.” (Sambil melanjutkan langkahnya)
Dessy            : “Gue udah tau apa yang terjadi ama bokap elo!”

Ucapan Dessy membuat langkah Viana terhenti dan menyiratkan rasa terkejut yang sangat.
Dessy            : “Elo bisa aja nyembuyiin hal ini ama semua orang, tapi nggak ama gue!”

Viana            : “Apa maksud elo?” (Berbalik menghadap Dessy)


Dessy            : “Elo tau dong maksdu gue. Gue tau semuanya tentang elo. Tentang bokap elo! Elo bisa bayangin
kalo gue sebarin cerita tentang bokap elo ama anak –anak lain. Kalo sampe gue lakukin hal itu, elo nggak bakal
punya muka lagi di sekolah ini.”

Viana            : “Gue sama sekali nggak ngerti yang elo omongin.”

Dessy            : “Apa perlu gue ngomong terus terang? Gue dapet berita dari bokap gue sendiri. Bokap gue kan
punya banyak relasi yang kenal ama bokap elo. Rumah elo juga udah pindah kan? Mobil elo juga udah nggak
ada. Mangkanya elo nggaak pernah bawa mobil lagi.”

Viana            : “Apa mau elo?” (Memandang tajam kearah Dessy)


Dessy            : “Ternyata elo pinter juga, elo tau kalo gue pingin sesuatu dari elo!”

Viana            : “Gue tau tipe ular kayak elo! Jangan basa – basi bilang aja apa mau elo?!”

Dessy            : “Gampang! Elo juga pasti udah tau apa yang gue mau (Tersenyum sinis). Gue mau elo mundur
dari pemilihan ketua OPTRI bulan depan..”
Viana            : “Apa?”

Dessy            : “Apa elo mendadak jadi budek? Perlu gue ulangin?”

Viana            : “Gue denger, tapi gue nggak bisa! Bukan gue yang nyalonin diri tapi temen-temen. Apa alasan
gue ke mereka kalo gue mundur?”

Dessy            : “Alasan elo bisa cari sendiri. Gue nggak mau tau!”

Viana            : “Jadi itu? Elo pingin gue mundur supaya elo bisa menang kan? Tapi belum tentu elo menang,
masih ada Teguh.”

Dessy            : “Teguh bisa gue atasin. Dia bukan ancaman bagi gue, gimana?”

Viana            : “Elo emang bener –bener licik. Kenapa elo nggak tunggu waktu pemilihan, biar kita berkompetisi
secara adil?”

Dessy            : “Bagi gue kompetisi udah dimulai dari sekarang. Ini adalah salah satu strategi menangin
kompetisi. Gue cuma memanfaatkan peluang yang ada. Kalo elo mau cari siapa yang salah, yaa…salahin bokap
elo!”

Viana            : “Jangan bawa-bawa bokap gue! Bagi gue bokap gue tetep ngga salah”

Dessy            : “Ok elo nggak perlu mutusin sekarang. Gue kasih waktu sampe seminggu menjelang pemilihan.
Saat seleksi terakhir calon ketua OPTRI, kalo sampe saat itu elo belum juga mundur elo bakal tau apa
akibatnya..yuuk cabut Na” (Meninggalkan Viana yang masih terpaku di tempatnya.)
==================@@@@@@@@@@@@@@@@@===================

Seharian Viana diem dikelas. Nggak kayak biasanya yang selalu rame membuat teman – temannya heran.
Dina             : “Elo sakit Vi?”

Viana            : “Nggak”

Dina             : “Atau….jangan-jangan….elo dilamar Yogi,ya?

Viana            : “Sialan.” (Menjitak kepala Dina)


Kika              : “Tapi kamu bener nggak apa-apa kan?”

Viana            : “Beneran! Kenapa sih pada resek kalo ngeliat gue diem.”

Dina             : “Yaaa…itu bukan ciri khas elo aja.”

Viana            : “Gue cuma lagi nggak mood aja…sumpah! Entar juga biasa lagi.”

Dina             : “Ya udah kalo gitu.”

Kika              : “Tapi kamu nggak lagi mikirin sesuatu kan?”


Viana            : “Nggak thanks udah merhatiin gue.” (Tersenyum)
Pulang sekolah ada kejutan lain untuk Viana. Yogi telah menunggunya di pintu gerbang.
Yogi              : “Hai Vi”

Viana            : “Hai….,ada apa Gi?” (Matanya melirik Dina dan Kika dibelakangnya, tadinya pengen pulang
bertiga sambil nuggu bus)
Yogi              : “Nggak, cuma mau ngajak elo pulang bareng aja. Udah lama kan kita nggak pulang bareng?”

Viana            : “Tapi kok ngedadak sih? Gue kan udah janji mau pulang bareng ama temen-temen.”

Dina             : “Oya Vi, gue lupa mau kerumah bibi gue dulu di Kedoya. Disuruh ngambil titipan nyokap.”

Kika              : “Ista juga harus cepet pulang. Harus beres-beres rumah.”

Viana            : “Tapi elo bilang langsung pulang? Dan elo Ta, katanya nggak ada kerjaan dirumah?”

Dina             : “Namanya juga lupa Vi”

Kika              : “Iya Ista juga minta maaf.”

Viana            : “Kalian berdua sekongkol ya?”

Dian             : “Hehe yuk Ta, kita ke halte bareng.” (Sambil menarik tangan kika)

Viana            : “Eh kalian kan bisa nebeng mobil yogi. Boleh kan Gi?”

Yogi              : “Boleh”

Dina             : “Nggak ah! Kita nggak mau ngeganggu. Yuk ta (Melangkah menjauh dari Viana dan Yogi). Sekali –
kali Viana harus digituin. Dia tuh sebetulnya suka ama Yogi, cuma gengsi aja nunjukinnya”
=======================@@@@@@@@@@@@@@@@=================

Sepulang sekolah Kika tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang ternyata adalah sahabat
lamanya, yang bernama Ira. Awalnya Kika menolak untuk berbicara dengan Ira karena tugasnya sebagai
agen akan terbongkar jika Ira menanyakan banyak hal pada Kika. Akan tetapi pada akhirnya Kika tak tega
melihat sahabat lamanya itu dan mereka berbincang di sebuah cafe.
Kika              : “Pertemuan ini hanya kita yang tahu. Kuharap kau tidak memberitahu Eka.”

Ira                : “Kenapa elo nggak mau Eka tau?”

Kika              : “Sebab, gue nggak mau kemunculan gue tersebar luas. Sebetulnya, gue juga nggak boleh ketemu
elo.”

Ira                : “Nggak apa-apa. Sekarang elo kok sekolah di SMA Triasa? kenapa nggak balik ke SMA 132 aja?”

Kika              : “Ceritanya panajang dan elo nggak boleh tau!”

Ira                : “Kenapa gue nggak boleh tau? Apa elo juga nggak mau cerita kemana aja elo selama ini.”

Kika              : “Maaf, tapi gue nggak mau elo celaka. Sebaiknya, elo nggak tau apa-apa tentang gue. Asal elo
tau gue juga bukan Kika yang dulu.”

Ira                : “Ok kalo itu mau elo.”

===================@@@@@@@@@@@@@@@@@@==================

Sepulang dari pertemuannya dengan Ira, sebuah sedang memepet Kika yang sedang berjalan menuju
rumahnya. Pintu depan mobil terbuka. Ternyata Aditya!
Aditya          : “Cepat masuk!”

Kika              : “Ada apa?”

Aitya            : “Cepat! Jangan banyak tanya!

Kika              : (Memasuki mobil Aditya)


Aditya          : “Kenapa kau nggak mau dengar perkataan kami.” (Sambil menjalankan mobil dengan kecepatan
tinggi)
Kika              : “Perkataan apa?”

Aditya          : “Sudah kami bilang, jangan libatkan masa lalumu! Ternyata, kau melanggarnya.”

Kika              : “Soal Ira?”

Aditya          : “Pihak militer telah mengawasi tentangmu. Sekarang, pasukan khusus siap meringkusmu!”

Kika              : “Bagaimana bisa? Katanya kalian telah merehabilitasi namaku.”

Aditya          : “Nggak sekarang! Nanti, setelah misimu berhasil! Sekarang, statusmu masih seorang buronan.”

Kika              : “Pembohong!”

Aditya          : “Bukan saatnya membicarakan itu! Pak Sarwan sedang mencoba bertemu dengan petinggi militer
untuk meyakinkan kalo kau sedang dalam misi pemerintah. Terpaksa misi ini kami bocorkan ke pihak militer.
Berdoalah, semoga kita nggak bentrok duluan dengan pasukan yang ditugaskan menangkapmu! Karena itu kita
lebih baik menghindar sambil menunggu kabar dari Pak Sarwan.”

Kika              : “Soal itu jangan khawatir. Gue nggak mudah ditangkap! Tapi, gimana dengan Ira? Dia nggak apa
–apa kan?”

Aditya          : “Jangan khawatir! Temanmu nggak akan apa-apa pihak militer hanya akan mengejarmu. Setelah
kejadian dulu, mereka pasti nggak mau gegabah. Yang aku khawatirkan, justru jika yang mengejarmu bukanlah
pasukan militer dibawah komando markas besar, tapi pasukan lain yang punya komanan sendiri.”

Kika              : “Rastaji?”

Aditya          : (Menganggukkan kepala)


Kika              : “Udah saatnya gue akhiri semua ini. Mumpung nama gue belum direhabilitasi.”

Aitya                      : “Apa maksudmu? “

Kika              : “Elo tau dimana Rastaji sembunyi?”

Aditya          : “Kau akan balas dendam? Itu akan menyulitkan posisimu, kau mungkin akan sulit mendapatkan
rehabilitasi. Membunuh seorang perwira tinggi militer adalah sesuatu yang sulit dimaafkan! Apalagi, perwira yang
berpengauh seperti Rastaji.”

Kika              : “Masalahnya, sekarang bukan balas dendam atau nggak! ini menyangkut siapa yang lebih cepat.
Rastaji masih berusaha membunuh gue. Gue nggak akan bisa hidup tenang selama dia masih hidup.
Rehabilitasi yang kalian tawarkan akan sia-sia!”

Aditya          : “Kalaupun begitu aku tidak bisa memberitahumu!”

Kika              : “Elo tahu kalau gue bisa ngebunuh elo saat ini juga?”

Aditya          : “Kau tidak bisa mengancamku!”

Kika              : “Sialan! Gue harus ngomong apa lagi supaya bisa meyakinkan elo.”

======================@@@@@@@@@@@@@@@@@=====================

Minibus berwarna biru tua menyusuri jalan berliku perkebunan teh yang terbentang luas di kawasan
puncak. Minibus berhenti di depan pagar rumah mewah satu-satunya di daerah tersebut. Empat orang
pria turun dari dalam minibus dan memasuki rumah mewah tersebut.
Tampak seseorang pria menunggu mereka di ruang kerjanya. Pria itu duduk membelakangi tamunya.
Jenderal Rastaji     : “Bagaimana?”

Bodyguard              : “Kami telah menemukan apa yang anda cari selama ini jenderal. Secara tidak sengaja salah
satu orang kita melihatnya. Ciri-cirinya sama persis seperti dia.” (Sambil menyerhakan sebuah map pada pria
dihadapannya)
Dalam map tersebut terdapat foto Kika dalam ukuran 10R
Bodyguard              : “Dia di SMA Triasa. Murid kelas 2A, memakai nama Arista Rayesti. Panggilannya Ista”

Jenderal rastaji      : “Ini memang dia! Tidak salah lagi, aku masih ingat wajahnya saat menembak kaki dan
tanganku. Jadi merpati itu telah muncul lagi? Tapi, untuk apa dia disana? Dia ingin kembali sekolah? Padahal dia
tahu, Kalau militer dan polisi masih memburunya. Atau, dia telah aman untuk muncul? Apa pihak militer atau
polisi tidak tahu tentang ini?”

Bodyguard              : “Saya rasa belum. Anda punya rencana untuk memberi tahu mereka?”

Jenderal rastaji      : “Tidak. Aku punya rencana yang lebih baik. Hubungi orang kita di Washington. Aku ingin
bicara dengannya.”

==================@@@@@@@@@@@@@@@@==================

Kesunyian rumah mewah di kawasan puncak terusik ketika beberapa penjaga rumah trsungkur.
Bodyguard  I           : “Ada penyusup.” (Mereka menyiapkan senapan atau pistol semi otomatis)
Bodyguard II           : “Kemana dia?”

Tampak sesosok bayangan diantara dua penjaga bersenjata otomatis melepaskan tendangan dan
pukulan yang beruntun, membuat kedua penjaga itu roboh.
Bodyguard I            : “Di samping rumah.”

Kika masuk ke rumah memakai kaos training pack hitam dengan rambut panjang di ikat satu ke
belakang. Kika masuk ke dalam rumah dengan menjebol pintu samping akibat terdorong tubuh panjaga
yang digunakan mendobrak pintu.
Kika                        : “Mana Rastaji? (Bentak Kika kepada para penjaga yang menghadangnya)
Bodyguard menghujani Kika dengan tembakan beruntun, membuat cewek itu berlindung di sebuah meja
yang dibalikkan. Dia melemparkan meja ke lampu kristal berukuran besar yang pecah seketika.
Kegelapan menyelimuti ruangan membuat para penjaga tidak bisa melihat Kika. Namun Kika masih bisa
mengetahui mereka meski dalam kegelapan. Satu per satu dari penjaga dihabisi oleh Kika.
Di sisi lain Aditya sedang berbicara di telfon dengan Pak Sarwan.
Adiya                      : “Halo?”

Sarwan                   : “Aditya? Dimana posisimu sekarang?”

Aditya          : “Saya berada di luar tempat perlindungan Jenderal Rastaji.”

Sarwan         : “Apa? Kau ada di luar? Lalu Kika?”

Aditya          : “Dia menyusup ke rumah Jenderal Rastaji untuk mnghentikannya.”

Sarwan         : “Bagaimana kalau dia gagal?”

Aditya          : “Dia tidak mungkin gagal. Tidak ada manusia yang bisa menandingi dia.”

Sarwan         : “Kau benar. Dan info yang kudapat, Jenderal Rastaji mendatangkan genoid untuk menghadapi
Kika.”

Aditya          : “Tapi bukannya Kika satu-satunya genoid yang tersisa? Bukankah yang lainnya tewas dalam
peristiwa di Cikarang?”

Sarwan         : “Aku tidak tahu detailnya, jika Kika bertemu genoid itu sekarang, semua misi kita akan
berantakan.”

Aditya          : “Baiklah. Jadi saya harus menghentikan dia sebelum terlambat.”

Hampir seluruh rumah telah dijelajahi Kika tapi dia belum bisa menemukan dimana Rastaji berada.
Kika              : “Rastajiiiii….!” (Berteriak)
Aditya          : “Dia tidak ada disini.”

Kika              : “Dari mana elo tahu kalau dia tidak ada?”

Aditya          : “Dia pasti udah kabur.”

Kika              : (Terdiam sejenak) “gue punya cara buat mastiin kalau dia ada disini apa nggak!”
Adiya            : “Apa maksudmu? Kau mau apa?” (Tanyanya heran)
Kika              : (Melihat kepada para penjaga yang tergeletak di tanah namun masih sadar) “Kalian punya waktu
sepuluh menit buat ninggalin tempat ini kalau masih mau hidup. Cepat!”
Lima belas menit kemudian Kika membakar habis rumah mewah itu beserta seluruh isinya.
Kika              : “Elo bener, dia udah gak ada di rumah itu.” (Memandangi api unggun raksasa di depannya)
Adiya            : “Kamu emang bener-bener gila!”

=========================@@@@@@@@@@@@@@@@@====================

Kika ketemu dengan cowok yang menabraknya di mal. Saat baca-baca majalah toko buku dia melihat
cowok itu sedang asyik membaca komik. Dan sialnya si cowok melihatnya. Tapi si cowok nggak bereaksi
apa-apa.
Kika melanjutkan kegiatan membacanya. Dia menoleh kebagian komik, ternyata cowok itu udah nggak
ada.
Kika              :  “Kemana dia?” (Batin Kika)
Penasaran, Kika berkeliling seolah-olah dia sedang melihat buku, padahal mau cari tau keberadaan
cowok tersebut.
Kika              : “Mungkin dia udah keluar.” (Batin kika lagi)
Ryan             : “Cari apa?”

Suara itu mengagetkan Kika. Ternyata cowok itu udah ada didekatnya.
Kika              : “Nggak….nggak cari apa –apa.” (Menutupi kegugupannya, lalu pergi meninggalkan cowok itu)
Sangking gugupnya, Kika menabrak rak buku yang ada didepannya. Nggak ada buku yang jatuh, tapi
malunya itu loh! Apalagi banyak yang ngelihat. Sementara si cowok hanya tersenyum sambil
menggelengkan kepala. Entah kenapa dia nggak berusaha menahan kika yang juga diam-diam
diamatinya.
====================@@@@@@@@@@@@@@@=====================

Setiap tahun SMA Triasa selalu memperingati hari jadi sekolahnya dengan bazar, pensi, hingga lomba.
Mulai lomba menyanyi, basket hingga voli. Khusus untuk voli putri kelas 2A merupakan favorit juara.
Hingga hari ini kelas 2A udah ngantongin dua kemenangan beruntun atas kelas lainnya. Jauh lebih baik
daripada tim cowok kelas mereka yang udah “tewas” di babak penyisihan.
Dina             : “Kalian sebagai cowok emang payah! Cuma menang gaya doank! Masak lawan anak kelas satu
bisa kalah!”

Shasa            : “Iya, mending kalian jadi cheerleader buat kita-kita. Sekali-kali donk gantian!”

Andalan kelas 2A adalah Meti, dia adalah salah satu anggota klub voli junior nasional. Smash-smash
keras Meti menimbulkan horor tersendiri di kubu lawan. Melihat gaya Meti bermain, mengingatkan Kika
pada masa lalunya. Saat masih di SMA 132 dia juga andalan voli sekolah. Kika pernah ditawari untuk ikut
bermain sama anak kelas 2A tapi Kika menolak nggak bisa.
Viana            : “Masak sih, elo nggak bisa maen voli? Voli kan lebih gampang daripada basket?”

Kika              : “Bener. Ista emang nggak suka olahraga.”

Meti              : “Wah, padahal sayang…tubuh elo udah menunjang jadi pemain voli atau basket. Sayang kalo
nggak dimanfaatin.”

Viana            : “Elo belajar voli ya? Entar gue ajarin, lama-lama yak an elo bisa. Soalnya terus terang stok
pemain kita sedikit banget. Kalo salah satu cedera kekuatan kita bisa turun drastis.”

Kika              : “Gimana entar deh!”

Penolakan Kika masih berhubungan dengan larangan Aditya yang mengawasi Kika untuk nggak ikutan
maen dan nggak nunjukin kemampuannnya.
Meti              : “Besok kita lawan kelas 2C.”

Viana            : “2C??” (Memandang Dessy dan teman-temannya yang ada di pinggir lapangan)


Sepulang sekolah, sebuah sedan berhenti di dekat Viana dan ternyata mobil itu adalah mobil Dessy.
Viana            : “Mau apa elo?”

Dessy            : “Elo nggak tau, atau bener-bener nggak tau? (Bertolak pinggang dihadapan Viana) Gue langsung
aja! Besok elo harus bantuin kelas gue ngelawan kelas elo.”
Viana            : “Ngebantu kelas elo buat apa?”
Dessy            : “Buat apa? Apa elo udah lupa gue megang rahasia elo? Rahasia bokap elo? Elo mau gue sebarin
soal bokap elo besok?”

Viana            : “Jadi elo manfaatin soal bokap gue buat ngegencet gue begitu?”

Dessy            : “Terserah elo mau bilang apa! Pokoknya besok elo nggak boleh maen voli atau kalopun elo maen
harus maen jelek. Mengerti? Oya, jangan lupa perjanjian kita. Waktu elo tinggal seminggu lagi…daahhh” (Masuk
kedalam mobil dan pergi)
====================@@@@@@@@@@@@@@@@@@======================

Keesokan harinya Viana menolak bermain voli karena alasan lagi datang “tamu bulanannya”
Winda           : “Tapi ini penentuan Vi. Elo kan tau kalo anak-anak 2C pada jago-jago.”

Viana            : “Gue tau. Abis mau gimana lagi? Gue juga pengen maen, tai elo tau kan gimana rasanya kalo pas
giliran ‘dapet’?”
Winda           : “Ya..tapi….”

Meti              : “Ya udah! Kita nggak bisa maksa Viana. Lagian dipaksain juga percuma kalo Viana nggak bisa
maen. Entar malah maennya nggak bener lagi!”

Sementara itu Kika merasa ada yang aneh dengan Viana.


Kika              : “Sebenarnya kamu nggak lagi ‘itu kan’?” (Duduk disamping Viana)
Viana            : “Apa maksud elo? Gue bener-bener ladi dapet kok.”

Kika              : “Kemaren Ista liat waktu mobil Dessy berhenti deket kamu. Waktu kamu ngobrol sama Dessy,
kayaknya Dessy ngancam kamu. Betul? Apa yang Dessy lakuin ke kamu? Akhir-akhir ini kamu kayaknya
ketakutan kalo ketemu dia.”

Viana            : “Ini bukan urusan elo!”

Set penentuan dimulai. Terjadi adu gebug bola yang seru. Akan tetapi tiba –tiba Sasha tergeletak di
lapangan sambil memegang betisnya.
Sahsa           : “ Aduuuh.”

Meti              : “Elo nggak apa –apa Sha?” (Menghampiri Sasha)


Sasha            : “Kaki gue kayaknya kesleo Met.”

Winda           : “Tapi masih bisa berdiri kan?”

Sasha            : “Nggak tau berdiri aja nggak bisa.”

Shanti           : “Dia nggak bisa maen, ototnya terlalu tegang, jadi harus diurut. Kalo dipaksain maen lagi bisa
bahaya.”

Sementara di sebrang lawan.


Rasti             : “Mereka lagi kebingungan cari pemain Des!”

Dessy            : “Kita bisa protes biar mereka nggak lama-lama. Mereka bisa di WO atau terpaksa maen lima
orang.”

Rasti              : “Minuman yang elo kasih itu ada gunanya juga, minuman apaan sih?”

Dessy            : “Itu minuman mahal tau! disini nggak ada gue sengaja minta dikirim dari Taiwan. Untung aja
nggak ada tes dopping?”

Rasti             : “Haah jadi elo kasih kita dopping?”

Dessy            : “Alaaah yang penting kita menang.”

Kelas 2A yang kebingungan mencari pemain pengganti Shasa tiba-tiba dikejutkan oleh suaa Kika yang
menawarkan diri.
Kika              : “Biar Ista yang main.”

Viana            : “Katanya elo nggak bisa maen voli?”


Kika              : “Ista pernah maen voli pas SMP. Yaa walaupun nggak terlalu jago, tapi lumayanlah.”

Winda           : “Gimana Met?”

Meti              : “Ya udah elo cepet ganti baju. Gue mau bilang wasit supaya ngasih perpanjangan waktu uat ganti
pemain.”

Masuknya Kika yang diluar dugaan itu benar-benar di pandang enteng oleh kelas 2C.
Penampilan gemilang Kika ternyata juga membangkitkan semangat tersendiri bagi anggota timnya.
Sempat kejar – kejaran angka antara kelas 2A dan 2C. Tapi kemudian kelas 2A unggul. Pertandingan di
tutup dengan smash keras dari Kika di tengah lapangan. Seluruh penonton terutama anak – anak kelas
2A bersorak dan menghambur ketengah lapangan atas kemenangan kelasnya.
=======================@@@@@@@@@@@@@@@@@@================

Seisi kelas heboh dengan berita yang dibawa Lia, anak 2A yang jadi anggota panitia pemilihan Ketua
OPTRI. Viana yang baru datang pun langsung ditarik dan diadili teman-temannya.
Winda           : “Berita itu nggak bener kan Vi?”

Viana            : “Berita apa?” (Tanya Viana bingung)


Sasha            : “Berita kalau elo ngundurin diri dari pemilihan Ketua OPTRI.”

Viana            : “Maaf, gue belum ngomong ama elo semua.”

Dina             : “Kenapa Vi, elo ngundurin diri? Kita kan udah capek-capek promosiin elo. Peluang elo menang
gede banget.”

Viana            : “Ini masalah keluarga gue. Gue takut nggak bisa konsentrasi pada pemilihan Ketua OPTRI.”

Sasha            : “Elo gak bisa mundur gitu aja. Seenggaknya elo ngomong dulu ke kita -kita.”

Viana            : “Gue mita maaf.”

Sasha            : “Elo pikir cukup ama minta maaf.”

Viana            : “Jadi apa gue mesti sujud sambil mohon ampun ama elo semua.” (Suaranya bergetar menahan
tangis dengan mata berkaca-kaca)
Meti              : “Udah-udah. Kita harus hargain keputusan Viana, lagian yang pertama kali pengen jadi ketua itu
kita.”

Semuanya terdiam, Sasha yang sadar kalau tadi dirinya keterlaluan segera merangkul Viana.
Sasha            : “Maafin gue Vi. Gue dan temen-temen yang lain bakal tetep ngedukung elo.”

Sepulang sekolah, Dessy memekik saat melihat sedannya yang mulus sekarang penuh dengan bercak-
bercak seperti tetesna zat asam berwarna merah darah. Bercak-bercak itu merusak cat mobilnya. Dia
menemukan secarik kertas yang dicepit diantara wiper. Dessy membaca tulisan yang ada di kertas itu.
Kalau elo berani ngeganggu Viana lagi, nasib elo akan lebih buruk dari cat mobil elo!
Sweet Angel
======================@@@@@@@@@@@@@@@@@@=================

Seorang siswa cowok berkacamata tebal dengan rambut di sisir rapi keluar dari ruang tata usaha. Kika
yang tidak sengaja berada di dekat ruang tata usaha bersama Aditya, memandang cowok itu dengan
pandangan bertanya-tanya.
Kika              : “Siapa dia, gue kayaknya baru lihat.”

Adiya            : “Dia Ronald, siswa baru di kelas 2C.”

Kika               : “Oh…”

Adiya             : “Ini yang kamu minta 2 hari yang lalu. (Aditya menyelipkan selembar kertas yang dilipat-lipat ke
tangan Kika) Kami dapat dari komputer kejaksaan.”
Pulang sekolah Kika berdiri di dekat Viana yang sedang menunggu bus.
Kika              : “Jalan Kenanga Baru No. 24.”
Viana menoleh ke arah Kika tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Viana terkejut karena Kika mengetahui
alamat rumah barunya.
=================@@@@@@@@@@@@@@@@@@@================

Viana dan Kika berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Mereka menuju kantin rumah sakit setelah
menjenguk mami Viana.
Viana            : “Mami seneng banget bunga mawar, mami punya kebun bunga mawar dihalaman depan dan
belakang rumah kami yang dulu.” (Saat makan bakso di kantin dekat rumah sakit)
Kika              : “Jadi itu kenapa kamu dikasih nama Viana Flourosa? Flou dari bahasa Prancis Fleur yang
artinya Bungasedangkan Rosa dari kata Rose yang artinya mawar, jadi artinya kamu adalah Viana si bunga
mawar.”
Viana            : “Kata mami nama Viana adalah pemberian papi.”

Kika              : “Terus apa yang terjadi ama mami kamu?”

Viana            : “Tiga bulan yang lalu papi di tangkap pihak kejaksaan karena dituduh bertanggung jawab atas
kredit macet senilai hampir 150 milyar. Papi dimanfaatin oleh rekan kerjanya untuk keperluan proyek. Tapi di
tengah jalan proyek, rekan kerja papi mulai sering mungkir dari kewajibannya termasuk melunasi pinjaman di
bank. Rekan kerja sama papi melarikan diri ke luar negeri. Tinggalah papi sendirian menanggung hutang-hutang
di bank. Karena nggak sanggup melunas,i pihak bank menyita semua harta yang kami miliki. Papi ditahan
karena semua aset tersebut nggak cukup buat ngelunasi hutang papi. Itulah kenapa gue nggak mau anak – anak
disekolah tau. Gue yang dulunya anak direktur tajir kemana- mana naik mobil, itu adalah cerita lalu.”

Kika              : “Lalu soal Dessy?”

Viana            : “Dessy tau tentang papi. Papinya kan punya bank dan dia punya banyak kenalan. Dessy
ngegunain ini buat ngegencet gue.”

Kika              : “Ista ngerti dia emang bener-bener jahat.jadi itu alas an kamu ngundurin diri dari pemilihan ketua
OPTRI?”
Viana            : “Gue nggak mau ngecewain anak-anak, gue nggak mau mereka ngerasa tertipu punya ketua
OPTRI anak seorang koruptor, itu bisa ngajatuhin nama sekolah. (Diam sejenak) Sekarang elo udah tau cerita
tentang gue. Terserah elo mau nyimpen buat diri elo sendiri atau ngomong sama yang lain.”
Kika              : “Bukan Ista yang akan ngomong ama yang lain tapi kamu yang cerita langsung ke anak-anak.”

Viana            : “Maksud elo?”

Kika              : “Kamu sendiri yang bilang cepat atau lamabat anak-anak akan tau.”

Viana            : “Gue belum bisa cerita sama anak-anak sekarang.”

Kika              : “Kenapa? Yogi? Kamu sayang sama Yogi?”

Viana            : (Menggangguk pelan) “Gue nggak mau dia ngejauhin gue begitu tau apa yang terjadi ama gue.
Bokapnya Yogi pejabat pemerintah pasti mereka nggak mau anaknya berhubungan sama anak koruptor.”
Pandangan Viana tertuju pada lift. Seorang cowok keluar dari lift mendekati mereka.
Viana            : “Itu kak Ryan!”

Kika ikut melihat kearah pandangan Viana, seketika itu raut wajahya berubah melihat kakak Viana. Itu
cowok yang menabrak kika di mall. Dan dia juga pernah liat di toko buku.
==================@@@@@@@@@@@@@@@@@================

Musim kampanye pimilihan Ketua OPTR di mulai. Selama seminggu, setiap calon ketua diberi
kesempatan berkampanye saat istirahat. Untuk pemilihan kali ini, ada dua calon yaitu Teguh Dwi Cahyo
dari kelas 2 B dan Dessy Lavianti dari kelas 2C.
Hari ini jadwal kampanye Dessy.
Dina             : “Gilaaaaa!!!! Bisa-bisa tuha anak menang.”

Sasha            : “Tentu aja, rame! Kampanyenya ada dorprize segala. Ada cheerleadear, lagi! Terang aja cowok-
cowok pada betah nongkrong, biarpun panas kayak gini.”

Dyna             : “Kampanye apa bazar sih? Apa nggak dilarang? Kalo menurut gue, ini termasuk money politik!”

Sasha            : “Alaaaaaaa……. Belagu elo, sok politik segala! Emang, elo tahu politik itu apa?”
Yogi lagi ngobrol dengan teman-temannya di dalam kelas, saat Viana muncul.
Yogi              : “Viana ada apa?”

Viana            : “Gue pengen ngomong ama elo habis pulang sekolah?”

Yogi              : “Ngomong apa?”

Viana            : “Gue gak bisa ngomong disini. Yang jelas ini penting banget buat gue. Tapi, kalau elo nggak bisa
sekarang,ng gak apa-apa. Lain kali aja.”

Sebetulnya, sepulang sekolah Yogi ada janji membantu Teguh menyiapkan bahan kampanye besok. Tapi,
dia melihat Viana sungguh-sungguh ingin bicara. Yogi pun mengangguk-nganggukkan kepala.
===================@@@@@@@@@@@@@===================

Keesokan harinya, Viana jauh lebih pendiam dari pada sebelumnya. Bahkan, dia langsung menghilang
setelah menaruh tas di mejanya, dan baru balik ketika bel masuk berbunyi.
Kika              : “Dari mana Vi?”

Viana            : “Gue coba mikirin apa yang elo ucapin di rumah sakit.”

Saat istirahatpun, Viana langsung ke luar kelas tanpa ngomong apa-apa. Beberapa saat kemudian, Dina
yang tadi ke luar kelas bareng Viana, balik lagi dengan napas ngos-ngosan.
Dina             : “Hey, semua! Viana suruh kita ngumpul di lapangan basket! Viana mau kasih pengumuman.”

Sasha            : “Kumpul di lapangan basket?”

Meti              : “Bukankah lapangan basket sekarang buat kampanye Teguh?”

Sahsa            : “Viana ngebantu Teguh kampanye kali! Koalisi!”

Meti              : “Sok tahu elo. Jadi kita di suruh milih Teguh? Emangnya Viana mau ngomong apa?”

Sasha            : “Mana gue tahu Viana ngomong apa.”

Lapangan basket di halaman depan seklah jadi rame dalam sekejap. Apa ini bagian dari kampanye
Teguh?
Rasty            : “Kira-kira Viana mau ngapain Des?”

Dessy            : “Mana gue tahu!”

Anna             : “Jangan-jangan Viana gabung ama Teguh. Wah, elo bisa dalam bahaya gede nih.”

Dessy            : “Udah-udah, elo berdua cerewet banget.  Mendingan elo lihat aja dia mau ngapain.”

Viana berdiri di mimbar yang biasa di pake para calon bekampanye. Di sebelah mimbar berdiri Teguh,
Yogi, dan beberapa anggota tim suksesnya.
Viana            : “Terima kasih buat temen-temen yang udah berkumpul dan mau mendengar omongan gue. Buat
temen-temen yang udah memungkinkan gue ada di depan sini buat ngejelasin acara gue mundur dari
pencalonan beberapa hari yang lalu. Alasan yang mungkin membuat temen-temen bertanya-tanya, sekarang
gue akan ceritakan semuanya.

Dessy            :  (Terhenyak mendengar pernyataan Viana) “Jangan-jangan tuh anak mau…” (Batin Dessy)
Viana            : “Alasan pertama gue mundur adalah menjaga nama baik SMA Triasa.”

Kemudian gadis itu bercerita tentang dirinya, siapa dia sekarang, juga tentang keluarganya, terutama
boapnya yang di tahan dengan tuduhan korupsi. Semua di ceritakan Viana dengan lancar walaupun
dengan suara yang sedikit bergetar.
Dina             : “Gue nggak nyangka sampai segitunya Viana.” (Matanya berkaca-kaca)
Sasha            : “Pantas aja dia selama ini nggak mau cerita pada kita, mungkin malu takut kita ngejauhin dia,
setelah tahu kalau dia buka lagi anak orang kaya.”

Winda           : “Hidup Viana!! Vianaa!!”

Teriakan tersebut berasal dari barisan kelas 2A. Tanpa di duga, di susul teriakan lain yang menorak
sorak Viana. Dan mereka meminta Viana untuk kembali mencalonkan diri sebagai calon ketua OPTRI.
Setelah melewati rapat antar guru dan panitia pelaksana OPTRI yang panjang,  pada akhirnya Viana ikut
pemilihan ketua meski di tentang mati-matian oleh Dessy.
Anna             : “Jadi apa tindakan elo Dess?”

Dessy            : “Gue gak tahu.”

Ronald          : “Peluang kamu masih ada! kamu masih punya kartu truf untuk mendepak Viana.” (Tiba-tiba
muncul di belakang mereka)
Dessy            : “Ronald?”

===================@@@@@@@@@@@@@@===================

Hari ini waktunya pelajaran Bahasa Inggris. Rena masuk ke kelas 2A.

Rena             : “Good morning student…!”

Siswa            : “Good morning mom…!”

Ketika Viana membuka tas sekolah, seketika raut wajahnya berubah.


Kika              : “Ada apa Vi?”

Viana            : (Tidak menjawab, di hanya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, bungkus plastik kecil yang
isinya serubk putih)
Kika              : “Apa nih? Punya Siapa Vi?”

Viana            : “Nggak tau.”

Kika              : (Membuka bungkus plastik yang di pegangnya dan mencicipi bubuk putih di dalamnya sedikit)
“nggak salah lagi!”
Viana            : “Emang pa Ta? Narkoba kan?”

Kika belum sempat menjawab saat pintu kelas di ketuk dari kelas. Pak Ramlan masuk bersama tiga guru
lain. Setelah bicarak sejenak dengan Rena, Pak Ramlan bicara di depan kelas.
Pak Ramlan  : “Anak-anak kami para guru mendengar kabar, kalau sekolah kita telah di masuki oleh benda-
benda yang tidak ada hubunganya dengan KBM, serta di larang oleh hukum seperti narkoba, VCD porno, atau
senjata tajam. Untuk itu pihak sekolah akan mengadakan razia”.

Kontan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Para guru mulai menyebar memeriksa setiap anak.
Viana dan Kika saling pandang, fikiran mereka cuma satu. Viana telah di jebak.
Kika              : “Kamu bawa minum kan?”

Viana            : “Buat apa?”

Kika              : “Udah keluarin aja cepetan!”

Viana            : (Mengeluarkan botol minuman yang ada di dalam tasnya dan memberikanya pada Kika)
Kika              : (Jongkok di bawah mejanya. Dengan cepat dia memasukkan bubuk putih dalam bugkus plastik
kedalam mulutnya tanpa sisa)
Viana            : “Elo nggak apa-apa?”

Kika              : “Iya.. Ista cuma sakit perut sedikit, tapi udah mulai hilang kok.”

Sedikit demi sedikit tubuh kika mulai membaik, keringatnya mulai berhenti mengalir. Bu Wati
menghampiri mejanya.
Bu wati         : “Kamu nggak apa-apa? Kayaknya kamu sakit?”

Kika              : “Ista sedikit sakit perut bu, tapi nggak apa-apa udah mendingan.”

Bu Wati        : (Memeriksa tas kika dan Viana, lalu pergi)


Viana            : “Emang tadi apa sih? Bukanya narkoba?”

Kika              : “Kalau narkoba pasti ista udah teller sekarang, cuma tepung biasa kok. Di bikin kayak narkoba.”

Viana            : “Tapi kalau tepung kenapa elo telen?”


Kika              : “Kalau tepung ini di temuin guru sekarang, pasti mereka mengira ini narkoba. Kamu bisa di bawa
ke kantor, walaupun nggak terbukti narkoba tujuan orang yang menaruh ini udah tercapai yaitu bikin kamu malu
di depan kelas. Ini lelucon orang yang nggak ada kerjaan, pasti ini dimasukin pas istirahat tadi.”

Viana            : “Siapa ya yang naruh? nggak mungkin ada anak luar yang masuk kelas, kelas kan nggak kosong
banget!”

Viana mungkin menganggap ini cuma iseng temen-temenya. Tapi bukan itu fikiran Kika, bubuk putih itu
adalah putaw bernilai ratusan juta rupiah. Ini jelas, bukan kerjaan orang iseng. Tujuanya untuk
menjatuhkan nama Viana.  Mungkin masih ada hubunganya dengan pemilihan ketua OPTRI.
Kika              : (Ada yang mengkhianati Viana )
========================@@@@@@@@@@@@@@@@@======================

Sasha masuk ke kelas yang kosong karena seluruh penghuninya sedang ikut pelajaran olah raga,  ia
menuju meja Viana dan membuka tas Viana. Sebuah suara terdengar di belakangnya.
Kika              : “Skarang apa lagi yang bakal kamu masukin ke tas Viana?”

Sasha            : (Spontan enoleh kea rah pintu kelas) “Eh Ista ngapain Ta?”
Kika              : “Justru Ista mau tanya. Ista lihat tadi kamu pergi diam-diam.”

Sasha            : “Enggak, tadi gue cuma naruh anting, takut ntar jatuh.”

Kika              : “Trus? Anting kamu mau di tarung di tempat Viana?”

Sasha            : (Gelagapan, bingung menjawab pertanyaan Kika)


Kika              : “Apa yang kamu umetin di baju?”

Sasha            : “Itu bukan urusan elo!”

Kika              : “Kenapa Sha? Kenapa kamu khianatin Viana?”

Sasha            : “Apa maksud elo?”

Kika              : “Kamu kan yang kemaren masukin putauw di tas Viana?” (Dengan gerakan cepat tangan Kika
masuk ke balik baju Sasha, mengambil kantong plastik yang di sembunyikan di balik bajunya)
Sasha            : “Ista..!”

Kika              : “DVD porno? (Melihat isi katong plastik) kamu bener-bener pengen ngejatuhin Viana ya? Kamu
masih ingat bungkus putauw kemarin? Ohh ya tetangga Ista polisi jadi, Ista minta tolong periksain sidik jari
dibungkus itu,  banyak sidik jari kamu disamping sidik jari Viana yang cuma satu.”
Shasa            : (Hanya diam tertunduk)
Kika              : “Kenapa Sha?”

Shasa            : (Berlari ke mejanya dan duduk menangis) “Maafin gue, gue nggak maksud nyakitin Viana.”
Kika              : “Siapa yang nyuruh kamu? Dessy?”

Shasa            : “Bokap gue kerja di bank bokapnya Dessy. Dessy tau itu jadi dia maksa gue ngelakuin apa yang
dia suruh kalo nggak bokap gue bakal dipecat. Sumpah gue sebenarnya nggak tega ngelakuin ini. Gue
terpaksa.”

Kika              : “Dessy lagi. Rupanya tuh anak belum nyerah juga.”

====================@@@@@@@@@@@@@@@==================

Seperti perkiraan banyak orang, Viana memenangkan pemilihan ketua OPTRI. Bahkan, dia menang telak
atas Dessy. Teguh pun menjadi wakil ketua OPTRI.
Sepulang sekolah, Kika diajak Viana kerumahnya. Ini pertama kalinya, Viana mengajak temannya
kerumah barunya bahkan Yogi aja belum pernah.
Viana            : “Maaf rumah gue kecil dan nggak ada apa-apa.”

Kika              : “Bisa aja kamu. Rumah kamu bagus, rapi juga.”

Suara motor terdengar memasuki halaman rumah.


Viana            : “Kak Ryan!”
Mendengar nama itu, kontan jantung Kika berdebar. Dia sempat salah tingkah saat bertemu kakak Viana
itu dirumah sakit. Saat melihat Kika didepan rumahnya wajah Ryan langsung berubah.
Ryan             : “Hai!” (pendek seolah-olah baru pertama kali bertemu Kika)
Kika              : “Hai!”

Viana            : “Kakak gimana sih? Kayak baru ketemu Ista pertama kali aja! Elo juga, Ta. Kok jadi keringetan
gitu?”

Kika baru sadar kalau wajahnya udah basah oleh keringat, sangking geroginya!
Viana            : “ Elo naksir kakak gue ya?” (Tanya Viana tiba-tiba. Saat itu, Ryan lagi mandi)
Kika              : “Hah?! Kok kamu tanya gitu?”

Viana            : “Abis, setiap ketemu kakak gue kok elo jadi diem sih?  trus kayaknya gugup banget! Biasanya,
kalau kayak gitu, berarti orang itu diem – diem naksir.”

Kika              : (Kika hanya diam)


Viana            : “Nggak papa kok kalau elo naksir kakak gue, kayaknya dia juga naksir elo tuh. Soalnya saat
ketemu elo di rumah sakit dia banyak nanya elo. Katanya, kalian udah pernah kertemu?”

Kika              : “Iya, di toko buku.”

Viana            : “Toko buku? Tapi, kata kakak gue dia ketemu elo di toko baju. Mana yang bener?”

Kika              : “Eh … itu juga. Kami udah dua kali ketemu kok!”

Viana            : “Ooo… gitu?”

Kika              : “Bener! Tapi, cuma kebetulan. Sumpah!” (Wajah kika mulai memerah)


Viana            : “Hahaha janjian juga nggak apa-apa kok! Tapi hati-hati aja ama kakak gue . Bukannya gue
ngejelekin kakak gue sendiri tapi gue tau kalo dia tuh orangnya bosenan. Tapi gue rasa, sekarang kakak gue lagi
jomblo….”

Tiba-tiba Viana memandang kika dengan sedikit aneh.


Kika              : “Kenapa Vi?”

Viana            : “Coba kacamata elo, elo dibuka?”

Kika              : “Buat apa?”

Viana            : “Buka aja..! (Kika pun melepaskan kacamatanya). Nah, kalo gini elo emang mirip tipe cewek yang
disenengin kakak gue. Elo tuh cantik banget kalo nggak pake kacamata. Waktu elo maen voli, elo nggak pake
kacamata kan, tapi kok elo bisa ngeliat?”
Kika              : “Kacamata ini buat baca. Ista udah nggak jelas kalo liat huruf, apalagi yang ekcil-kecil. Kalo liat
biasa masih bisa sih asal jangan jauh-jauh.”

Viiana           : “Kenapa elo nggak pake kontak lens aja?”

Kika              : “Nggak kontak lens gampang hilang lagian perawatannya harus hati-hati. Mending Ista pake
kacamata aja.”

Viana            : “Bisa aja kakak gue merhatiin elo kalo elo nggak pake kacamata. Tapi kalo elo sama kakak gue
siap-siap aja sakit hati, seerti yang gue bilang tadi kakak gue orangnya bosenan jadi siap-siap aja ditinggal ama
dia.”

Kika              : “Kamu…lagian siapa yang jadian ama kakak kamu?” (Wajah kika semakin memerah)
Viana            : “Yaa siapa tau! Tuh…kan, muka elo jadi tambah merah hehehe…”

Tanpa setahu Kika dan Viana, Ryan ternyata nguping pembicaraan mereka. Dalam hati cowok itu
mengutuk adiknya. ‘bukannya promosiin, eh malah ngejatuhin citra dimata Kika. Jadi kesannya gue
cowok yang suka ganti-ganti cewek!’ Ryan merutuk kesal.
Kika              : “Kamu tau anak SMA Triasa yang nggak tinggal ama orangtua kandungnya?”

Viana            : “Kenapa nanya gitu?”


Kika              : “Ada temen papa yang kehilangan anaknya. Katanya kalo anaknya msih hidup sekarang anaknya
usianya sama dengan kita.  Siapa tau aja anaknya sekolah di SMA Triasa.”

Viana            : “Namanya? Cewek atau cowok?”

Kika              : (Kika terdiam mendengar pertanyaan Viana)


Viana            : “Masa nama ama jenis kelamin anaknya juga lupa?”

Kika              : “Bukan gitu. Ista lupa nanyain. Kamu tau nggak, anak SMA Triasa yang kira-kira anak angkat?”

Viana            : “Hmmm susah! Rata-rata siswa nggak cantumin orangtua kandung. Mereka malu juga mungkin.
Tapi belum tentu kan anak temen bokap elo itu juga di SMA Triasa.”

Kika              : “Iya juga” (Sambil mengangguk)


Jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam saat kika tiba di depan jalan yang menuju rumahnya dengan
diantar Ryan pake motor.
Kika              : “Makasih ya” (Sambil turun dari motor)
Ryan             : “Bener nggak mau dianterin sampe depan rumah?”

Kika              : “Nggak usah. Rumah Ista udah deket kok. Udah ya, Kak Ryan harus kerja kan?”

Ryan             : “Ista”
Kika              : “ada apa?” (Kika pun berhenti)
Ryan             : “Kapan-kapan, kamu mau nggak aku ajak ke kafe tempat aku kerja? Lihat penampilanku
disna?” (Terlihat kaku banget)
Kika              : “Kakak ngajak ista kencan?” (Sambil tersenyum)
Ryan             : “Eh..bukan gitu. Itu juga kalo kamu mau. Kalo nggak juga nggak pa-pa”

Kika              : “Oke.”

Ryan             : “Apa?

Kika              :  (Menganguk)
Ryan             : “Jadi kamu mau”

Kika              : “Hemm nanti aku kabari lagi”

Ryan             : “Gimana kalo sekarang?”

Kika              : “Sekarang?”

Ryan             : “Iya, nanti pulangnya aku anter. Gimana?”

Kika              : “Boleh. Tapi gimana dengan Viana? Nanti kan kak Ryan harus jemput dia.”

Ryan             : “Kamu belum tau?”

Kika              : “Belum, tapi apa?”

Ryan             : “Sudah beberapa hari ini aku nggak jemput Viana lagi. Udah ada yang jemput.”

Kika              : “Yogi?”

Ryan              : (Mengangguk)


=========================@@@@@@@@@@@====================

Tanpa disangka hubungan Aditya dan Rena semakin dekat, dan saat ini saja mereka sedang kencan di
pantai.
Tiba-tiba Aditya menanyakan hal yang menurut Rena aneh.
Aditya          : “Disekolah ada berapa orang yang berstatus anak angkat? Maksudku, anak yang nggak tinggal
ama orang tua kandungnya?”

Rena             : “Maksud kamu apa?” (Memandang heran kearah Aditya)


Aditya          : “Terus terang, ada temen ayahku yang kehilangan anaknya. Sekarang dia lagi nyariin anaknya.
Katanya kalo nggak salah usia anaknya 17 tahun. Siapa tau aja anknya sekolah di SMA Triasa.”
Rena             : “Oooh gitu. Mana Rena inget.”

Aditya          : “Kamu nggak inget apa diantara anak didik kamu ada yang anak angkat? Kamu kan deket ama
anak-anak?”

Rena             : “Iya, tpi Rena nggak kepikiran nanya soal itu. Biasanya mereka nggak mau terbuka soal itu
bahkan banyak orang tua yang lebih memilih untuk ngerahasiain hal itu. Rena juga ngerti kalo rata-rata mereka
nggak mau terbuka tentang status anak angkat, karena sebetulnya Rena juga anak angkat.”

Ucapan Rena tersebut sontak membuat Aditya terguncang. ‘Rena anak angkat?’
Aditya          : “Kamu?”

Rena             : “Ya, orang tua Rena yang sekarang bukanlah orang tua kandung Rena”

Aditya          : “Kenapa kamu cerita soal ini ke aku? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalo soal anak angkat itu
adalah sesuatu yang sensitive, nggak semua orang mau membicaarakannya.”

Rena             : “Karena Rena pikir kamu harus tau tentang ini. Rena nggak mau kalo kamu tau nanti kamu akan
menyesal telah milih Rena.” (Aditya tersenyum)
Aditya          : “Ini bukan masanya suatu hubungan harus mempermasalahkan latar belakang dan asal – usul
seseorang.  Siapa pun orang tuamu dari mana asal kamu, sikapku nggak akan berubah. Aku menjalin hubungan
bukan kaarena sifat dan kepribadianmu, juga bukan karena latar belakang keluarga kamu.”

=========================@@@@@@@@@@@@@================

Masuk sekolah, Kika diliputi keheranan. Kika merasa semua mata memandang ke arahya, tatapan mereka
pun memandang sinis ke arah Kika. Bahkan Viana yang biasanya selalu ngocol di kelas kali ini cuma
diam.
Kika mencoba mencairkan kebekuan dengan bertanya pada Viana tentang PR fisika. Viana cuma diam
bahkan kemudian berdiri dari kusinya dan berjalan keluar kelas. Keheranan Kika terjawab saat tiba-tiba
Dina menarik tanganya dan menyeretnya kebelakang kelas diikuti cewke-cewek lain.
Kika              : “Ada apa ini?”

Diana            : “Jangan pura-pura kita udah tau semua tentang elo! (Dengan nada marah)
Kika              : “Tau apa?”

Dina             : “Elo bukan pelajar. Elo dikirim ke sini buat mata-matin Viana kan? Buat nyari bukti tentang
bokapnya?” (Sambil mencekal kerah baju Kika)
Kika              : “Maksud kamu apa?”

Winda           : “Jangan belagak pilon! Elo tuh mata-mata intelijen kan? Elo bukan pelajar!!!”

Kika              : “apa lagi ini? Apa identitas penyamaranku udah terbongkar? Atau hanya kebetulan?” (Batin Kika)
Dina             : “Kenapa bengong? Mau coba nyangkal? nona mata –mata, atu kami panggil Kika?”

Ucapan Dina mengagetkan Kika, ini jelas bukan kebetulan. Mereka tau nama aslinya.
 Ada yang membocorkan penyamara Kika.
Kika              : “Kalian salah. Ista nggak mata-matain Viana, justru Ista berusaha ngebantu Viana.”

Dina             : “Omong kosong!!!! Mana ada yang mau percaya?! Lagian elo masih berani pake nama ista?”

Kika              : “Kalian salah ada persoalan yang lebih besar dari yang kalian kira.”

Dina             : “Begitu ya? Soal apa?”

Kika              : “Maaf Ista nggak bisa bilang. Tapi yang jelas ini bukan tentang Viana. Sama sekali nggak ada
hubngannya sama dia.”

Dina             : “Kalo nggak ada hubungannya kenapa elo nggak mau cerita? Kenapa?”

Kika              : “Karena…..”

Viana            : “Dina! Cukup! (Viana tiba-tiba muncul dan berteriak). Lepasin dia”


Dina             : “Tapi…Vi?

Viana            : “Lepasin, elo mau dapet masalah?”

Kika              : “Vi..ini sama sekali nggak ada hubungannya ama kamu. Ista nggak mungkin nyakitin kamu.”

Viana           : “Elo dipanggil kepala sekolah. Bawa tas elo juga, mulai sekarang elo nggak diterima lagi dikelas
ini.” (Sambil mengambil tas dan memberikannya pada Kika)
Kika              : “Vi..”

Dina             : “Udah tunggu apa lagi?! Atau nunggu diusir?! (Sambil membentak Kika)
Kika memandang teman-temannya satu-persatu. Hampir semua memandang dengan sorot mata
kebencian padanya, termasuk cowok-cowoknnya.
Kika              : “Ista nggak mungkin nyakitin kamu Vi. Percayalah.” (Viana membuang muka)
Kika berjalan menjauh. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Air mata kesedihan. Hati Kika terluka
karena dibenci sahabatnya. Lebih menyakitkan lagi ketika Kika bertemu dengan Dessy dan teman-
temannya yang melihat dari jendela kelas.
Dessy            : “Nggak nyangka, ternyata ada agen rahasia di sekolah kita, ciih!”

Anna             : “Nggak nyangka ya Dess. Padahal anaknya pendiem gitu.”

Dessy            : “Pantes aja Viana marah. Gara-gara dia Viana jadi ngebongkar aib keluarganya di depan umum.
Bukan begitu nona Kika?”

Ingin rasanya Kika menampar mulut Dessy dan lainnya yang menghina dirinya. Tapi dia masih bisa
menahan diri agar tidak menambah permasalahan. Sekarang yang penting baginya adalah bertemu
Aditya. Aditya pasti tahu semuanya, seperti siapa yang membongkar pnyamarannya.
Ponsel yang ada di saku Kika berbunyi. Dari Aditya.
Kika              : ‘Hallo.’

Aditya          : ‘Kamu diamana?’

Kika              : ‘Di dekat tangga. Penyamaran gue udah kebongkar.’

Aditya          : “Aku tahu. Sekarang kamu cepat pergi dari sini!’

Kika              : ‘Pergi? Tapi Viana bilang gue dipanggil kepala sekolah.’

Aditya          : ‘Soal itu biar aku urus. Yang penting sekarang kamu cepat pergi.’

Kika              : ‘Siapa yang ngebongkar penyamaran gue?’

Aditya          : ‘Aku juga lagi nyelidikin. Berita ini menyebar secara tiba-tiab. Nanti, aku hubungi kamu untuk bicara
lebih lanjut.’

Telepon diputus Kika melaksanakan apa yang diperintahkan Aditya. Sejenak dia berhenti di depan
gerbang SMA Triasa. Memandang ke teman-teman dan juga gurunya yang melihatnya. Kika yakin dia
nggak bakal bisa berkumpul lagi dengan teman-temannya.
 Setelah puas memandang Kika menyetop taksi dan malaju menjauh dengan taksi yang ditumpanginya.
===================@@@@@@@@@@@@@@===============

Malam hari, Kika dijemput Aditya. Mereka mengobrol di dalam mobil.


Aditya          : “Kamu belum tahu siapa yang membocorkan penyamaranmu. Yang jelas, dia pasti tahu tentang
dirimu. Mungkin itu pihak yang juga mengejar uang Sudarmadi. Dengan terbongkarnya penyamaranmu, semakin
keliatan kalo pihak lain juga masuk di SMA Triasa. Untung saja mereka hanya tau kau sebagai agen yang
menyamar. Mereka tidak tahhu siapa aku, walaupun aku terpaksa memocorkan identitasku di depan kepala
sekolah untuk menyelamatkanmu.”

Kika              : “Elo ngak punya orang yan gdicurigai?”

Aditya          : “Cukup sulit. Aku belum punya bukti untuk itu.”

Kika              : “Gimana dengan siswa-siswi baru yang masuk hampir bersamaan dengan gue?”
Aditya          : “Itu nggak bisa dijadiin dasar penyelidikan. Rupanya mereka lebih pintar dari kami, mereka tau pola
kerja intelijen.”

Kika              : “Rastaji?” (Bergumam)


Aditya          : “Apa?”

Kika              : “Hanya Rastaji yang tau segalanya tentang gue. Bukan nggak mungkin dia juga menincar uang
dua triliun milik Sudarmadi.”

Aditya          : “Bisa jadi. Tapi setelah kau membakar rumahnya di puncak, sampai sekarang kami kehilangan
jejaknya. Saat ini pun sedang terjadi kepanikan di markas besar militer. Dua kompi pasukan khusus yang berada
di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah mendadak menghilang. Kami tau kalau sebagian besar prajurit di dua
kompi itu loyal kepada Rastaji. Sebagian besar dari mereka pernah jadi anak buahnya. Entah ini kebetulan apa
nggak.”

Kika              : “Bagaimana dengan misi ini?”

Aditya          : “Maaf, perintah dari pusat kau terpaksa ditarik dari misi ini. Keberadaaanmu sudah tidak diperulkan
lagi. Tapi, Pak Sarwan akan tetap mengusahakan namamu dihapus dari daftar buronan. Untuk sementara kau
boleh tinggal di rumah itu sampai ada kabar lebih lanjut.”

Kika              : “Tapi, tidak ada titik terang? Kita kan belum tau siapa anak angkat Sudarmadi?”

Aditya          : “Hemmm…” (Seolah ragu, dan membuat Kika curiga)


Kika              : “Kalian udah tau siapa anak angkat Sudarmadi?

Aditya          : “Kami mulai menduga.”

Kika              : “Siapa?”

Aditya          : “Selama ini kita fokus penyelidikan kita hanya pada siswa SMA Triasa. Kita menyampingkan hal
lain. Bahwa bisa aja anak angkat Sudarmadi ada di SMA itu bukan sebagai siswa. Sebagai guru, misalnya…”

Kika              : “Guru? Maksud elo?”

Aditya          : “Rena. Dia baru cerita kalo dia adalah anak angkat. Dari ceritanya mirip sekali dengan informasi
tentang Sudarmadi. Kami sedang menyelidiki kebenaran cerita Rena. Mungkin satu atau dua hari ini, Rena akan
diperiksa.”

Kika              : “Gitu….(Tiba-tiba kika teringat sesuatu). Jangan besok! Rena jangan diperiksa besok.”
Aditya          : “Kenapa?”

Kika              : “Dua hari lagi ulang tahun Rena. Kebetulan hari itu dia mengajar di kelas 2A. Viana dan yang lain
udah nyiapin pesta kejutan buat Rena. Gue nggak mau apa yang udah mereka siapin jadi sia-sia.”

Aditya          : “Rena mau ulang tahun?”

Kika              : “Elo kan deket ama dia, masak elo nggak tau?”

Aditya          : “Aku emang nggak tau, tapi aku akan coba bicara ke Pak Sarwan. Aku juga nggak maungebuat
Rena sedih di hari ulang tahunnya.”

Kika              : “Kayaknya elo emang bener-bener jatuh cinta ama dia…”

Aditya hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Kika.


======================@@@@@@@@@@@@@@===============

Sambil menunggu kabar dari Aditya, Kika melewatkan waktunya dengan mengunjungi tempat tempat
yang terkait dengan masa lalunya. Kika mengunjungi makan orang tuanya, menemui Ira sahabat lamanya
dan tak lupa kika juga mampir sebentar ke SMA Triasa untuk melihat sekolah tersebut.
Satu-satunya orang yang masih mau ngobrol dengan Kika adalah Ryan. Itu terjadi saat Kika berkunjung
ke kafenya.
Ryan             : “Viana emang gitu. Sifatnya sensitive. Sekali dia merasa dikecewain orang,  akan susah baginya
maafin orang itu. Hmmm jadi nama kamu Kika. Tapi boleh kan aku tetep panggil kamu Ista? Abis aku udah
terbiasa ama nama itu.”
Kika              : “Boleh”

Ryan             : “Terus terang mulanya aku juga kaget pas denger dari Viana. Tapi, aku lalu mikir. Apa
hubungannya ama aku? Jadi siapapun kamu, nggak akan mengubah sikapku. Seharusnya Viana juga demikian.
Bukankah kamu udah cerita kalo misi kamu nggak ada hubungnnya ama dia?”

Kika              : “Iya” (Sambil mengangguk)


Ryan             : “Ya itulah Viana. Dia paling nggak suka dibohongin.”

Kika              : “Tapi aku nggak pernah bohongin dia….”

Ryan             : “Bagi dia lain. Bagi dia nyembunyiin identitas kamu yang sebenarnya udah dianggap ngebohongin
dia. Ya kamu harus bisa mengerti. Sifat kami emang beda. Itu wajar mengingat…..”

Kika              : “Mengingat apa?”

Ryan             : “Nggak, lupain aja.” (Ryan langsung terdiam menyadari kalo dia kelepasan ngomong)
Kika              : “Ada yang kamu sembunyiin tentang Viana?”

Ryan memandang ke arah Kika. Kika bisa lihat mata Ryan menyimpan kebimbangan, seperti ingin
ngomong sesuatu tapi nggak bisa.
Kika              : “Ryan????”

=========================@@@@@@@@@@@@@@@==================

Ponsel Aditya tidak diangkat-angkat, walaupun Kika udah menelponnya berkali-kali. Setelah lebih
sepuluh kali mencoba ponsel itu akhirnya diangkat juga.
Aditya          : ‘Hallo.’

Kika              : ‘Elo lagi ngapain aja sih. Kok nggak diangkat-angkat?’ (Dengan nada tinggi)
Aditya          : ‘Ada apa?’

Kika              : ‘Apa elo yakin kalo Rena anak Sudarmadi?”

Aditya          : ‘Eh iya..emang kenapa?’

Kika              : ‘Gue kira bukan Rena anak Sudarmadi. Ternyata anak Sudarmadi adalah siswi SMA Triasa
sendiri’

Aditya          : ‘Hah? Yang bener? Siapa?’

Kika              : ‘Viana!’

Aditya          : ‘Viana?’

Kika              : ‘Iya, Viana’

Aditya          : ‘Kika. Aku ngerti kalo kamu lagi sedih atas perlakuan Viana dan teman-temannya. Tapi kamu
nggak usah ngambil kesimpulan seperti itu’

Kika              : ‘Gue nggak ngada-ngada.  Ini brdasarkan keterangan Ryan. Ternyata Viana juga anak angkat.’

Aditya          : ‘Hmmm.’

Kika              : ‘Elo keliatannya nggak terkejut? Kalian udah tau itu?’

Aditya          : ‘Sudah kubilang,  kami mempelajari setiap data. Kami tau sejak awal Viana anak angkat.’

Kika              : ‘Kalian tau, dan nggak ngasih tau gue? Atau kalian anggep itu nggak penting?’

Aditya          : ‘Sekarang kan tau juga.’

Kika              : ‘Kalo Viana bukan orang yang kita cari, kenapa dia menghilang?’
Aditya          : ‘Apa maksdumu?’

Kika              : ‘Tadi Ryan nelfon ke ponsel Viana, tapi nggak aktif. Di telfon ke kafe tempat dia kerja, katanya
Viana sekitar jam sembilan minta ijin ke toilet. Tapi, ternyata dia nggak balik lagi. Dicari ke mana-mana nggak
ada. Dirumah juga nggak ada. Ini bikin Ryan cemas.’

Aditya          : ‘Kamu nggak usah khawatir! Mungkin Viana pergi ketempat lain.’

Kika              : ‘Tapi, nggak biasanya Viana kayak gini. Gue jadi ikut cemas. Gue ama Ryan mau cari dia. Elo
juga harus bantu.’

Aditya          : ‘Iya, eh udah dulu. Rena udah manggil. Aku nggak mau dia curiga’

Kika              : ‘Emang kamu lagi dimana?’

Aditya          : ‘Di kamar mandi ruamh Rena. Aku cari alasan biar bisa nerima telfon kamu’

Telfon ditutup. Kika pun tenggelam dalam kebingungan lagi. kemana aja kamu,…Viana?
=========================@@@@@@@@@@@@=====================

Beberapa mobil polisi parkir di depan rumah Dessy.


Kika              : “Sebentar”

Ryan             : “Kamu yakin mau ketemu dia? Nggak apa-apa?”

Kika              : “Tenang aja nggak apa-apa”

Kika akan menemui Dessy. Dia bermaksud menanyakan keberadaaan Viana. Mungkin aja Dessy tahu
atau dia terlibat. Kalau Dessy nggak mau ngaku, Kika bermaksdu bersikap sedikit keras pada cewek itu.
Dia nggak peduli bahwa orang tua Dessy adalah seorang komisaris bank yang punya banyak kenalan
pejabat pemerintah.
Kika yakin Dessy juga ikut terlibat membocorkan rahasia penyamarannya. Masalahnya, dari mana Dessy
tau tentang dirinya? Sebab, selain pihak intelijen nggak ada yang tahu soal penyamarannya.
Anna             : “Istaaa….”

Kika              : “Ada apa An? Kenapa banyak polisi? Ini rumah Dessy kan?”

Anna             : “Tolong Ta..Dessy hilang!”

Kika              : “Hilang?”

Anna             : “Iya, awalnya kita pergi ke kafe Laquinta tempat Viana bekerja. Tujuan Dessy, dia pengen ngejek
Viana. Sesampainya di kafe Dessy pergi ke toilet, katanya sebentar. Tapi ditunggu –tunggu nggak balik. Gue
cuma nemuin tas Dessy di toilet.”

Kika               : “Aneh Viana juga hilang….”

Anna             : “Viana? Dia juga hilang?”

Kika               : “Apa ada yang hubingin orang tua Dessy? Minta tebusan misalnya?”

Anna             : “Nggak….gue mohon kali ini, tolong cari Dessy! Dia emang jahat ama elo dan Viana, tapi dia baik
ama ague dan Rasti. Gue janji kalo elo nolong Dessy, gue akan nasehatin dia supaya sikapnya ke Viana
berubah. Gue janji!”

Kika              : “Tenang, Ista pasti akan nlong Dessy. Jam berapa Dessy menghilang?”

Anna             : “Hmmmm gue ama Dessy sampe di kafe sekitar jam 9. Nggak lama setelah dapet meja, Dessy
langsung pergi ke toilet. Jadi sekitar jam segitulah.”

Kika               : “Jam 9??? Itu waktu yang sama, Viana dilaporkan menghilang” (Batin Kika)
======================@@@@@@@@@@@@@@==================

Kika mendatangi sebuah gedung yang menjulang bersama Ryan.


Kika              : “Sekarang kamu cepat pergi. Kalo yang lain liat kamu ada disini, kamu bisa dapat masalah. Dan
kalo ada kabar dari Viana kamu juga kasih tau Ista.”

Ryan hanya mengangguk lalu kembali memakai helmnya.


Seumur-umur, baru kali ini Kika masuk di markas intelijen. Kika langsung menuju lantai 5, sesuai
petunjuk Aditya. Di sebuah ruangan, Kika melihat Aditya dan Sarwan serta beberapa orang agen lain.
Aditya          : “Kami telah mengecek data diri Ronald. Ternyata, dia tidak punya data diri sebelumnya. Jati dirinya
bahkan lebih misterius darimu.”

Kika               : “Jadi dengan kata lain, dia adalah orang yang ditugaskan untuk menyamar, dengan tujuan yang
sama dengan kita?”

Aditya          : “Benar sekali.”

Sarwan         : “Ada laporan, malam ini ada pergerakan pasukan!”

Aditya          : “Pasukan? Malam-malam gini? Untuk apa? Apa ini ada hubungannya dengan misi kita, serta
menghilangnya Viana dan Dessy?”

Sarwan         : “Kemungkinan dengan misi kita iya. Tapi, berhubungan dengan hilangnya teman-teman Kika,
masih belum jelas.  Apalagi dugaan kami, anak Sudarmadi itu adalah Rena.”

Kika              : “Jadi kemungkinan kuat Rastaji ikut dalam perburuan harta karun milik Sudarmasdi?”

Sarwan         : “Belum bisa dipastikan apa pasukan itu bergerak untuk menghalangi misi kita. Juga apa atas
suruhan Jenderal Rastaji. Kami sedang memeriksanya dengan militer setempat.”

Setelah Aditya menerima telfon wajahnya tampak tegang.


Aditya          : “Dari Rena. Dia telah tahu hilangnya Dessy. Yang tidak kita duga, Rena punya informasi penting
mngenai Dessy. Dan kika benar kita mungkin harus mencari mereka.”

=============================@@@@@@@@@@@@@=====================

Kika               : “Jadi, anak Sudarmadi yang sebenarnya adalah Dessy?”

Aditya          : “Benar”

Kika               : “Lalu, Rena?”

Aditya          : “Rena juga anak Sudarmadi, tapi bukan anak kandung. Sebelum dinikahi Sudarmadi ibu Rena
suduah pernah menikah, lalu bercerai. Rena adalah anak hasil pernikahan itu. Setelah menikah dibawah tangan
dengan Sudarmadi, lahirlah Dessy. Dan seperti kita tahu, ibu Dessy meninggal tidak lama setelah melahirkan
dia. Karena tidak mungkin merawat kedua anaknya, Sudarmadi menyerahkan kepada orang lain. Rena
diserahkan kepada keluarga ayahnya, sedangkan Dessy diserahkan kepada sahabatnya yang tidak mempunyai
anak. Walaupun begitu Sudarmadi tetap mengikuti perkembangan kedua anaknya, terutama Dessy.”

Sarwan         : “Lalu, bagaiman dengan uang yang disembunyikan Sudarmadi? Rena tahu itu?”

Aditya          : “Sayangnya, tidak. Rena memang pernah mendengar Sudarmadi pernah menyinggung tentang
uang itu. Tapi, Sudarmadi tidak memberi tahu dia dimana uang itu disimpan. Dia juga tidak mengerti apa Dessy
tau soal uang itu.”

Kika              : “Jadi, kuncinya ada pada Dessy?”

Aditya          : “Kelihatannya begitu. Dan kalau boleh berkata jujur, tampaknya musuh kita telah selagkah lebih
maju dari kita. Mungkin mereka telah tahu siapa Dessy hingga bisa menculiknya, saat kita msih menduga-duga.”

Kika              : “Ronald, pasti karena Ronald dia kan, dia dikelas yang sama dengan Dessy. Jadi dia bisa
mengorek banyak informasi tentang dia. Apalagi anna bilang, kalo akhir-akhir ini Ronald deket sama Dessy dan
selalu membantunya. Juga tentang DVD porno dan putauw itu juga ide Ronald. Anna juga bilang bahwa yang
membocorkan rahasia penyamaran gue adalah Ronald.”
Sarwan         : “Tunggu? Kalo Dessy benar-benar anak kandung Sudarmadi, kenapa waktu tes darah tidak
ketahuan?”

Aditya          : “Karena saat tes darah kebetulan Dessy tidak masuk karena sakit. Rena juga ingat karena dia
yang menerima surat ijin Dessy.”

Seorang agen memberikan selembar kertas pada Sarwan.


Sarwan         : “Dua kompi pasukan yang hilang itu terlihat di sekitar jalan Rasuna Said, dekat Grianta tower.”

Aditya          : “Grianta Tower? Mau apa mereka disana?”

Sarwan         : “Sudah saatnya aku menemui pimpinan militer untuk membicarakan hal ini.”

===================@@@@@@@@@@@@@@@@@@===============

Ruangan itu begitu gelap. Sama sekali tidak ada penerangan di dalamnya. Satu-satunya sumber cahaya
berasal dari luar, yaitu sinar bulan purnama yang sedikit menembus  jendela yang tertutup tirai.
Viana            : “Dessy elo udah sadar?

Dessy            : “Viana?”

Viana            : “Elo nggak apa –pa kan?” (Viana terlihat masih mengenakan seragam kerjanya dan seperti juga
Dessy tangan Viana pun terikat kebelakang)
Sakit kepala Dessy masih terasa, Dessy mencoba mengingat apa yang udah menimpa dirinya. Terakhir
dia ingat dirinya akan ke toilet, ketika dua cowok berbadan tegap menyergapnya. Suasana sekitar toilet
memang agak gelap dan sepi. Dessy mencoba melawan dan berteriak minta tolong. Tapi nggak sempat
karena saat itu mulutnya keburu dibekap. Sebelum jatuh pingsan Dessy sempat mendengar suara Viana
yang mencoba melawan penculiknya. Kenbetulan Viana baru saja keluar dari toilet, dan dia mengenali
Dessy yang akan diculik.
Dessy            : “Kenapa?”

Viana            : “Elo ngomong apa?”

Dessy            : “Kenapa elo nolong gue?”


Viana            : “Gue nggak nolong elo. Buktinya kita malah sama-sama ketangkep.”

Dessy            : “Elo tau kalo gue benci sama elo. Kenapa elo masih mau nolong gue?”

Viana            : “Justru itu gue jadi ngerasa kehilangan kalo nggak ada elo. Nggak ada lagi yang bisa gue ajak
berantem.”

Dessy            : “Tapi, gue nggak mau punya utang budi ke elo.”

Viana            : “Tenang aja gue juga nggak punya niat buaat itung-itungan ke elo! Sekarang, yang penting kita
harus bisa lolos dari sini.”

Dessy            : “Gimana caranya? Elo sendiri tau kita berada di lantai atas gedung bertingkat dan dijaga.”

Viana            : “asal bisa ngelepasin ikatan tangan kita, kita bisa cari akal.”

===================@@@@@@@@@@@@@@@================

Sarwan         : “Pasukan di siagakan di istana dan sekitarnya.”

Kika              : “Kenapa disana? Kenapa nggak langsung ke kuningan?”

Sarwan         : “Sayangnya itu bukan pasukan penyerbu pasukan itu di siagakan khusus untuk melidungi
petinggi. Tidak ada pasukan penyerbu.”

Kika              : “Tidak ada? ini sama sekali nggak ada kaitanya  sama politik atau keamanan negara. Rastaji
cuma ngincer  duit senialai dua triliun. Nggak lebih.”

Aditya          : “Ada masalah Pak?”


Sarwan         : “Yang kita hadapi adalah dua ratus prajurit tempur yang di bekali dengan kemampuan khusus,
setengah dari mereka adalah prajurit yang pernah tinggal selama enam bulan di hutan Aceh. Mereka punya
pengalaman tempur lebih di banding pajurit lain, jika di lakukan penyerbuan akan banyak jatuh korban. Belum
lagi nama militer yang jadi tercoreng karena peristiwa ini.”

Kika              : “Jadi, kalian cuma diam? Membiarkan Rastaji ngerampok duit negara dan memakainya untuk
membentuk pasukan militer pribadi.”

Sarwan         : “Militer tidak diam, kabarnya panglima langsung membentuk tim untuk mengadakan pembicaraan
dengan komandan dengan pasukan yang desersi terutama dengan Jenderal Rastaji. Da kalau bisa semua ini
harus di selesaikan tanpa kontak senjata.”

Kika               : “Nggak akan bisa. Rastaji orang yang licik. Dia nggak akan nyerah gitu aja. Kalau militer nggak
bisa maju kalian kan bisa? Kalian juga punya pasukan kan?”

Aditya          : “Kika, kami adalah badan intelijen. Tugas kami hanya mencari informasi dan menjaga informasi
dari dan untuk negara, terutama yang menyangkut keamanan nasional. Kalaupun ada operasi lain diluar itu,
sifatnya terbatas dan dalam skala kecil. Jika butuh pasukan khusus kami biasanya bekerja sama dengan militer.”

Sarwan         : “Agen intelijen hanya di latih untuk menyusup, menyamar, atau mendapatkan informasi. Tidak di
lathi untuk bertempur apalagi untuk menghadapi pasukan khusus. Menghadapi dua kompi pasukan khusus, itu
konyol.”

Kika              : “Kecuali jika agen kalian bukan manusia biasa. Ia kan?” (Seulas senyum tersungging dari bibir
Kika)
Aditya          : “Kamu nggak punya fikiran buat pergi kesana dan menghadapi mereka sendirian kan?”

Sarwan         : “Sebaiknya jangan coba-coba lakukan.”

Kika              : “Kenapa nggak? Gue pernah berhadapan dengan pasukan khusus sebelumnya.”

Sarwan         : “Masalahnya bukan itu, jika ada kontak senjata suasana bisa jadi tidak terkendali, kami bisa di
salahkan.”

Kika              : “Siapa bilang harus ada kontak senjata?”

Aditya          : “Apa maksudmu?”

Kika              : “Kalian bilang tugas kalian salah satunya menyusup kan? Gue cuma perlu nyelametin Viana dan
Dessy nggak perlu ada kontak dengan para prajurit.”

Sarwan         : “Itu nggak masuk akal, walaupun kau punya kemampuan di atas manusia biasa tapi bukan berarti
kau bisa memasuki gedung dengan mudah. Agen terbaik kami pun belum tentu bisa melakukanya. Apalagi kau
tidak punya pengetahuan tekhnik dasar intelijen termasuk memasuki daerah musuh tanpa terlihat!”

Kika              : “Oh..ya? apa kalian punya buku panduanya? Biar gue baca. Dalam waktu satu jam, gue akan jadi
agen intelijen terbaik yang pernah kalian punya.”

==================@@@@@@@@@@@@@@@@===============

Dalam kegelapan Viana dan Dessy berhasil melepaskan ikatan mereka. Viana melihat ke sekeliling
ruanagan.
Viana            : “Angkat meja itu Dess!” (Dessy dan Viana mengangkat meja ke salah satu dinding)
Di bagian atas dinding ada lubang fentilasi yang menghubungkan seluruh ruangan dalam gendung,
saluran udara di dalamnya cukup di masuki mereka berdua. Mereka berdua menemukan lubang yang
menurut mereka adalah jalan ke luar. Tanpa berfikir panjang, Viana menendang pintu lubang tersebut
hingga terlepas. Viana melompat keluar di ikuti Dessy.
Viana dan Dessy jatuh di atas karpet pada sebuah ruangan yang terang benderang. Viana menyadari
posisinya. Ternyata ruangan itu di penuhi dengan orang. Rastaji juga ada di situ. Dan yang membuat
Viana dan Dessy lebih terkejut adalah, di situ juga ada Ronald.
Dessy                      : “ Ronald?”

Jenderal Rastaji     : “Usaha yang bagus nna-nona” (Sambil tersenyum menyeingai)


==================@@@@@@@@@@@@@@@@@==================
Kika              : “Gue udah siap! Ternyata lebih gampang dari yang gue kira. (Kika melemparkan buku setebal
hampir lima ratus halaman, buku tentang tekhnik dasar intelijen)
Aditya          : “Ini cetak biru Grianta Tower, kami bisa mematikan system listrik dan keamanan mereka  dari luar.
Tapi, pasti mereka akan curiga.”

Kika              : “Kalau gitu biarkan nggak masalah bagi gue.”

Sarwan         : “Kau yakin? Di sana kau sendirian. Bantuan personil tidak memungkinkan.”

Kika              : (Mengangguk)

Aditya          : “Dan jika terjadi apa-apa, kami akan menyangkal mengirimu.”

Kika              : “Rasanya, gue pernah denger kata-kata itu sebelumnya, gue udah tahu.”

===================@@@@@@@@@@@@===================

Dessy nggak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia adalah anak angkat! Dia bukan anak kandung
anak papa dan mama yang selama ini membesarkanya.
Dessy                      : “Bohong! Om pasti bohong.”

Jenderal Rastaji     : “Tereserah kamu nak. Tapi, aku berkata yang sebenarnya. Sebetulnya aku tidak ingin
mengungkit hal ini tapi, ini kesalahan ayah dan ibumu, karena tidak memberitahumu dari dulu. Kau juga harus
menerima kenyataan kalua ayah kandungmu, adalah seorang buronan. Dia membawa lari uang negara senilai
200 juta dolar AS, yang dia sembunyikan di suatu tempat.

Viana                      : “Cukup om! Om udah ngebuat hati Dessy sedih. Jangan di lanjutin lagi.”

Jendral Rastaji       : “Gadis yang berani. Aku yakn kau juga yang mrencanakan usaha pelarian tadi
kan?” (Mencabut pistl yang terslip di pinggangnya dan menodongkan kearah Viana)
Viana                      : (Takut dan memeluk Dessy)
Jenderal Rastaji     : “Jadi, kau tahu di mana aayh kandungmu menyembunyikan uang itu?”

Dessy                      : (Menangis sesenggukan)


Jend.Rastaji           : “Jawab..!”(Menembakkan pistolnya ke arah langit-langit)

Dessy                      : “Desssy… Dessy baru tahu.. kalu Dessy punya ayah kandung, mana mungkin Dessy tahu
soal uang itu.”

Tiba-tiba Ronald mendekati Rastaji, dan membisikan sesuatu di telinganya.


Jenderal Rastaji     : “ Kalian tentu kenal, dengan Kika atau di sekolah kalian di panggil dengan nama Ista.”

Viana                      : (Mendongakkan kepala)


Jenderal Rastaji     : “Tentu kenal. Kalian juga tahu kan, kalau dia adalah agen yang menyamar?”

Viana                      : “Dia kerja untuk om?”

Jenderal Rastaji     : “Aku inginya begitu. Sayang, dia keburu membenciku dan selalu mencari jalan untuk
membunuhku. Kalian tahu kenapa? Karena aku yang telah merubahnya. Aku yang merubah dia dari seorang
remaja normal menjadi lain. Aku juga yang telah membunuh ibunya, pacarnya dan dua orang yang paling di
sayanginya. Dan mungkin dia akan tambah membenciku jika aku membunuh orang satu lagi yang di
sayanginya.”

Viana                      : “Siapa?”

Jenderal Rastaji     : (Menembakkan pistolnya kea rah Viana. Peluru mengenai tembok di belakang Viana)
Viana                      : (Menjerit histeris bersama Dessy)
Dessy                      : “Dessy nggak tahu.. dessy harus ngomong apa..!”

Seorang prajurit masuk menyampaikan berita kepada Rastaji, ada utusan dari markas besar militr yang
ingin bertemu.
Jenderal Rastaji     : “Baiklah. Jaga baik-baik mereka, dan ingat! Kali ini jangan sampai mereka kabur.”

Viana                      : “Om… kami ingin buang air kecil, boleh kami ke kamar  mandi? Sebentar saja, kami janji
nggak bakal kabur lagi. Tolong..”
Jenderal Rastaji     : “Baiklah… kalian boleh ke kamar mandi. Kawal mereka! Kalau mereka coba-coba kabur,
tembak saja.”

====================@@@@@@@@@@@@@@@@@===================

Kika dan anggota tim intelijen bersiap-siap di atap gedung Yana Sinta di sebelah gedung Grianata Tower.
Terlihat para pasukan khusus berjaga di sekitar Grianta Tower.
Aditya                    : “Kau yakin bisa? Jaraknya nggak kurang dari lima puluh meter.  Lagi pula gedung ini kalah
tinggi dari Grianta Tower.  Di atap Grianta Tower, telah di tempatkan penjaga. Kami tidak mungkin
memasukkanu lewat udara.

Kika                         : “Siapa yang mau lewat atap.”

Aditya                    : “Jadi? Kamu tetap pada niatmu semula? Kamu yakin?”

Kika                        : “Yakin!”

Kika mengenakan pakaian serba hitam termasuk rompi dan peralatan yang di bawanya. Rambutnya di
gelung  di belakang. Di tangan Kika tergantung gulungan kabel tipis yang pada ujungnya terdapat kait
besi.
Aditya                    : “Kabel ini sangat ringan dan lentur, tapi lebih kuat dari tambang. Ini barang terbaru dari CIA.
kalau bisa setelah kau gunakan simpan lagi kabel ini. Mungkin saja kau akan memakainya lebih dari sekali.

Kika                        : “Terima kasih.”

Aditya                    : “Dengan ini kita dapat  berkomunikasi. Kami juga perlu tahu, situasi di dalam. Dan
ini… (Menyerahkan sebuah earset tanpa kabel dan sebuah pistol semi otomatis)  Ini untuk jaga-jaga, kalau
situasi jadi nnggak terkendali. Walaupun ada perintah supaya nggak melakukan kontak senjata.”
Kika                        : (Memasukkan earset ke dalam rompinya, tiba-tiba kepalanya pusing, tubuhnya mulai kaku)
Aditya                    : “Kenapa?”

Kika                        : “Nggak ada apa-apa.”

Rasa sakit pada tubuh Kika hanya sebentar. Perlahan-lahan rasa sakit itu mulai hilang.
Aditya          : “Kamu baik-baik aja kan?”

Kika              : (Mengangguk)
Kika              : (Berjalan hingga  sisi lain atap gedung. Sesampainya di pinggir ia berbalik. Melepaskan kabel
yang tergantung di pundaknya. Kika memandang lurus ke depan, kearah Grianta Tower. Menarik nafas sejenak
dan memejamkan mata. Pelan-pelan Kika mulai berlari makin lama makin kencang.
Aditya          : “Cepat sekali!” (Kagum)
Kika sampai di lantai 37.
Kika              : “Tinggi juga! Kalau jatuh gue bisa jadi kornet. (Melihat ke bawah dan memasang earset pada
telinga kanan nya) halo…, gue udah masuk.”
Aditya          : “Ini Blue Sky. Bagaimana status di dalam?”

Kika              : “Aditya?”

Aditya          : “Kau di lantai berapa?”

Kika              : “Lantai 37. Keadaan aman, nggak kelihatan satu orang pun. Sekarang masalahnya gue harus
kemana? Ke bawah atau ke atas?”

Aditya          : “Kamu harus coba, bikin pilihan.”

Kika              : “Kayaknya ke atas deh. Lantainya lebih sedikit.”

Aditya          : “Hati-hati! Waspada dengan kamera pengawas mereka.”

Nggak ngedapetin apa-apa di lantai atas. Kika mutusin menuju lantai di bawahnya. Baru turun satu lantai,
Kika udah melihat dua prajurit dekat tangga.
Kika              : “Gue kejebak nih. Ada yang jaga di dekat tangga. Mau nggak mau gue harus beresin. Gimana?”

Aditya          : “Sweet Angel, posisi?”


Kika              : “Di tangga antara lantai 37-36. Gue beresin degan cepat tanpa ada keributan. Gimana?”

Aditya          : “ Baik.. aksi seperlunya di perbolehkan. Tapi, lakukan dengan cepat dan tanpa suara!”

=======================@@@@@@@@@@@@@@@@@===================

Sambil menunggu Rastaji yang sedang berunding, Ronald duduk di ruang lain bersama Pram seorang
cowok berusia 27 tahun yang ahli komputer. Pram lulusan universitas di Jerman yang di datangkan
untuk memasuki rekening Sudarmadi. Dia sibuk menganalisis data.
Ronald          : “Tunggu! Itu logo apa?” (Menunjuk layar notebook yang di pakai Pram)
Pram            : “Yang mana?”

Ronald          : “Itu. Yang ada di pin yang di pakai sudarmadi. Coba perbesar!”

Pram            : “Ini logo bank Interindo sebelum bank itu di likuidasi.”

Ronald          : “Rasanya aku pernah melihat logo itu sebelumnya. Tapi, tidak sama persis hanya agak mirip.”

Ronald mengingat sebuah kalung yang di pakai oleh Dessy. Seolah-olah menemukan sesuatau,
sekaligus menyesali kebodohannya. Ronald berlari menuju ruangan tempat Dessy dan Viana di sekap.
Dessy                      : “Ronald! Mau apa?” (Perasaan jengkel)
Ronald                    : (Memamerkan seringainya dan maju mendekati Dessy)
Dessy                      : “Mau apa lo? Jangan berani-berani sentuh gue.”

Viana                      : “Jangan sentuh dia” (Maju menghalangi Ronald)


Ronald                    : (Mengayunkan tangan kirinya menampar Viana, hinnga terhempas kembali ke atas sofa)
Dessy                      : “Ronald…!”

Ronald                    : (Tanganya   bergerak ke leher Dessy. Dan sekali sentak ia menarik kalung yang  melingkar
di leher Dessy)
Dessy                      : “ Ronald..! kembaliin kalung gue! Kembaliin..!”

Ronald                    : (Tersenyum dan meninggalkan ruangan)


Jenderal Rastaji     : “Darimana?”

Ronald                    : (Menunjukkan kalung ang ada ditangannnya) “Mengambil apa yang anda cari”
Jenderal Rastaji     : “Kalung itu?”

Ronald                    : (Tersenyum. Dia menuju notebook yang ada diatas meja. Ronald mencocokkan mata
kalung Dessy dengan logo bank Interindo)  “memang mirip, hanya huruf I pada logo bank Interindo diganti
dengan huruf D, menunjukkan inisial nama Dessy….”
Pram                      : “Menurutmu, kalung itu adalah petunjuk keberadaan Sudarmadi?”

Ronald                    : “Kita lihat!” (Mengamati seluruh bagian kalung dengan seksama. Buatannya begitu rapi.
Hingga kemudian, ia melihat ada keganjilan pada kalung. Dengan gerakan kecil, ia mematahkan  mata kalung
yang berbentuk seperti belah ketupat itu., ternyata tidak dipatahkan semuanya. Di dalam mata kalung yang
patah, ada sebuah benda kecil yang berbentuk persegi panjang yang sangat kecil)
Pram                      : “Ini mini, eh bukan tapi mikro USB flashdisk.”

Ronald                    : “Kau bisa membukanya kan?”

Pram                      : “Tentu. Kebetulan, aku punya alatnya. Jarang ada yang menggunakan selain untuk
kepentingan intelijen.”

Jenderal  Rastaji    : (Mendekati meeka berdua)


Ronald                    : “Saya rasa, anda telah mendapatkan uang itu.”

Jenderal Rastaji     : (Tersenyum)


Pram                      : (Mengotak-atik notebooknya dan tak butuh waktu lama sekumpulan huruf  dan angka yang
tidak beraturan memenuhi layar notebook)
Jenderal  Rastaji    : “Apa ini? cuma huruf dan angka-angka yang tidak ku mengerti.”

Pram                      : “Ini karena isinya di-enkripsi*. Tapi tidak sulit membukanya. Ini dia”
*Suatu cara untuk melindungi file agar tidak ada yang dapat membukanya. Biasanya, diberi password atau kode-
kode lain yang tidak dapat dipecahkan orang lain.

Seusai Pram bekerja dengan notebooknya, huruf-huruf dan angka-angka yang tak beraturan itu pun
membentuk suatu pola susunan huruf dan angka yang kini dapat dibaca, walaupun menurut Rastaji
masih sulit dimengerti.
Jenderal Rastaji     : “SWUB? Apa artinya?”

Pram                      : “Mungkin nama bank tempat uang itu disimpan.”

Ronald                    : “Ya. Dan angka-angka itu adalah rekening Sudarmadi di bank tersebut.”

Jenderal  Rastaji    : (Menoleh pada Pram) “Tunggu apa lagi? Bukankah untuk itu kau dibayar?”
Disisi lain Dessy tertidur di pangkuan Viana dengan bekas air mata masih terlihat di pipinya.
Viana                      : (Mengelus rambut Dessy) “Gue pasti akan berusaha ngeluarin elo dari sini, walaupun
nyawa harus gue pertaruhin. Ista, cepet datang!”
Di ruangan lain, tempat Jenderal Rastaji, Pram, Ronald berada.
Jenderal Rastaji     : “Bisa?”

Pram                      : “Swiss World Unity Bank.”

Jenderal Rastaji     : “Kalau begitu tidak ada masalah, cepat masuk ke rekening Sudarmadi.”

Pram                      : “Justru masalah baru dimulai.”

Jenderal Rastaji     : “Maksudmu?”

Pram                      : (Menunjukkan layar notebooknya) “Nomor rekening di bank itu menggunkan kode 20 digit.”
Jenderal Rastaji     : “Lalu?”

Pram                      : “Kode pada USB Flashdisk yang kita dapatkan hanya 10 digit. Masih kurang 10 digit lagi.”

Jenderal Rastaji     : “Sial.” (Menggeram marah)


Ronald                    : “Kau ahli komputer. Apa kau tidak bisa mendapatkan sisanya?”

Pram                      : “Kode di bank itu di-enkripsi dengan cara yang sulit. Hampir mustahil untuk ditembus,
kalaupun bisa butuh waktu lama.”

Jenderal Rastaji     : “Berapa lama?”

Pram                      : “Kalau kita beruntung mungkin beberapa jam. Kalau tidak, mungkin beberapa hari, bulan,
tahun, atau bahkan kode itu tidak bisa ditembus.”

Jend. Rastaji          : (Mengeluarkan pistol dari pinggangnya) “Pecahkan kode itu dalam waktu satu jam atau
kepalamu akan ku pecahkan.”
Pram                      : “Itu mustahil. Anda bisa menembakku tapi tak akan bisa memecahkan kode itu. Setiap
system komputer pada bank di Swiss tersambung dengan system komputer keamanan federal mereka.  Mereka
bisa melacak komputer yang mencoba masuk ke system mereka. Kita bisa ketahuan hanya dalam beberapa
menit.”

Jenderal Rastaji     : (Memasukkan kembali pistolnya dengan wajah yang geram) “Aku tak mau semua ini jadi
sia-sia!”
Ronald                    : “Anak itu…. Pasti ada rahasia lain pada anak itu.” ( Mencoba berfikir)
Ronald hanya keluar ruangan saat terdengar suara tembakan. Rentetan tembakan terdengar di lantai lain.
Jenderal Rastaji     : “Siapa itu? Siapa yang menembak?”

Ronald                    : “Dia telah dating.”

Jenderal Rastaji     : “Siapa yang datang?”

Ronald                    : “Genoid itu. Aku bisa merasakan kedatangannya.”

===================@@@@@@@@@@@@@@@===============
Pintu ruangan tempat Viana dan Dessy disekap dibuka dengan keras. Dessy terbangun saat Rastaji
memasuki ruangan. Perwira berbintang empat itu menghampiri Dessy dan menarik tangannya.
Dessy                      : “Om! Sakit om!” (Jerit Dessy)
Viana                      : “Mau dibawa kemana dia?” (Viana memegang tangan Dessy yang lain)
Jenderal Rastaji     : “ Diam!” (Melayangkan tinju ke arah Viana)
Viana                      : (Tersungkur ke belakang membentur tembok, diam tak bergerak. Darah mengalir dari mulit
dan belakang kepalanya)
Dessy                      : “ Vianaaaaaaaaaaaaaa………..!”

Di suatu lantai yang lain.


Adtiya          : “Sweet Angel apa yang terjadi?”

Kika              : “Maaf, gue ketahuan! sekarang mereka lagi ngejar-ngejar gue. Jumlah mereka makin lama makin
banyak.”

Adtya           : “Apa tindakanmu, uasahakn korban seminial mungkin.”

Kika              : “Gue berusaha menghindar tapi kalau kepepet terpaksa gue melawan.”

Kika              : (Berusaha menghindari pasukan ang mengejarnya, mulai dari menghajarnya, mendobak pintu,
sampai menjebol tembok.)
Listrik dalam gedung yang sempat mati dan menyala kembali. Grianta tower di lengkapi dengan system
listrik cadangan yang otomatis berfungsi saat system utama mati. Di suatu lantai Kika bertemu lima
orang prajurit yang menembakkanya secara bersamaan dan beruntun. Membuat Kika terdesak.
Kika              : (Menjatuhkan badan dan berguling di lantai yang lcin, melepaskan tembakan, dua diantaranya
tepat mengenai kaki msuhnya.)
Dua musuhnya telah roboh. Pasukan yang lain datang dan melepaskan tembakan ke arahnya.
Adiya            : “Sweet angel masih disitu?”

Kika              : “Ada apa? Gue lagi sibuk.”

Adtya           : “Ada telepon masuk ke hp-mu. Kau mau terima atau kami matikan?”

Kika              : “Dari siapa?”

Aditya          : “Dari Ryan.”

Kika              : “Ryan? Gue terima (Sambil terus menembak Kika menerima telepon dari Ryan yang si
sambungkan ke earset-nya) “ Ryan?”
Ryan             : “Ista lagi ngapain? Kayak ada suara tembakan?”

Kka               : “Suara tembakan? Ooo….itu? suara temen-temen lagi main PS2 itung-itung buat refreshing.”

Ryan             : “Udah ada kabar tentang Viana?”

Kika              : “Belum. (Satu tembakan Kika tepat lagi pada sasaran. Udah 12 target!) “Gimana dengan kamu?”
Ryan             : “Aku udah telpon temen-temen Viana tapi gak ada yang tahu.”

Seorang prajurit mencoba nekat mendekatinya dan menembak. Hampir saja pelurunya mengenai kepala
Kika.
Kika              : “Damm!(Maki Kika sabil melepaskan tembakan balasan, prajurit itu roboh)
Ryan             : “Apa kamu bilang?”

Kka               : “Gak papa, udah dulu ya, aku dipanggil atasan. Entar aku kabarin lagi. Ok?!”

Ryan             : “Jaga diri. Aku gak mau ada apa-apa ama kamu.”

Kika              : (Wajah memerah) “Kamu juga, aku juga gak mau kehilangan kamu.”
Pintu sebuah ruangan hancur dihamtam tubuh seorang prajurit yang terlepar. Kika masuk ke ruangan tersebut
dan menemukan tubuh Vian tergeletak bersimbah darah.

Kika              : “Viana!”

Viana            : (Membuka mata dan tersenyum melihat Kika)


Kika              : “Gue nemuin Viana di ruang 2507 pada lantai 25. Cepat kirim tim medis kesini, Viana
terluka.” (Kata Kika melalui earset-nya)
Viana            :  “Elo keren banget kayak di film-film.”

Kika              : (Saat dua prajurit masuk dalam ruangan, memeluk Viana dan menggulingkan tubuh mereka
berdua. Rentetan tembakan dilepaskannya membuat prajurit roboh) “Mana Dessy?”
Viana            : “Di bawa om Jenderal.”

Kika              : “Rastaji.”(Pikir Kika)


Viana            : “Elo harus nyelametin Dessy ta!”

Kika              :(Agak heran mendengr ucapan Viana) “kamu unggu disini ya.Bentar lagi aka nada yang nolong
kamu.”
Viana            : “Ta…”

Kika              : “Ada apa?’’

Viana            : “Gue minta maf ama elo . Udah marah ama elo,udah jahat ama elo juga udah ngebuat anak-anak
ngusir lo dari kelas. Elo mau maafin gue kan?”

Kika              : “Gak ada yang perlu di maafin. Ista yang salah udah ngebohongin kamu. Kalaupun waktu itu kamu
gak ngusir Ista, toh Ista akan tetap pergi dari SMA Triasa setelah tugas Ista disana sudah selesai.”

Viana            : “Jadi elo akan tetap pergi dan nggak akan balik ke SMA Triasa?”

Kika              : (Menganggukkan kepala)


Viana            : “Kenapa kamu gak keluar dari intelijen saja?”

Kika              : “Ista gak bisa balik ke kehidupan Ista yang dulu.”

Viana            : “Gue bakal bantu elo.”

Kika              : “Ada saat kita selalu mendapatkan apa yang kita ingikan walau kita paksakan sekalipun. Ista
harap kamu mengerti.”

Viana            : “Tapi kita masih bisa ketemu lagi kan?”

Kika              : “Tentu aja. Kamu bakal tetep jadi sahabat Ista. Ya udah, Ista mau nolong Dessy dulu.” (Kika
keluar ruangan dan rentetan tembakan menyambutnya. Sebutir peluru menembus bahu kanannya. Darah
mengucur deras dari bahu yang terluka itu)
Di atrium pada lantai 36, Kika melihat sosok yang sangat dikenalnya.
Kika                        : “Rastaji!!! Elo gak bakal bisa lolos kali ini.”

Jenderal Rastaji     : (Menyeret Dessy)


Para prajurit melepaskan tembakan ke arah Kika. Tapi memang tak gampang menembak seorang Genoid
yang kecepatannya 2 kali lipat kecepatan manusia biasa.
Kika                        : (Melepaskan tembakan yang membuat para prajurit roboh. Mengejar Rastaji)
Ronald                    : (Melepaskan rentetan tembakan kearah Kika)
KIka                        : (Melakuan salto menghindari tembakan dan embunyi di suut koridor lain) “Tembakan itu
bukan dilepaskan oleh seorang prajurit.”
Ronald                    : “kenapa? Ini baru permulaan. Kau tidak mungkin menyerah secepat ini kan?”

Kika                        : (Menoleh kearah Ronald dan terkejut) “Ronald!”


=================@@@@@@@@@@@@@@@@@@==============

Ronald berdiri di tengah atrium. Di tangan kanannya tergenggam sepucuk pistol. Ia mengenakan jaket
kulit panjang warna hitam hingga ke lutut kakinya.
Ronal            : “Ayo Riska! Kenapa kau sembunyi. Kau seorang genoid kan?”

Kika              : (Tak bergerak dari tempat persembunyiaannya. Ragu-ragu menyerang Ronald seperi ada sesuatu
yang menahannya)
Ronald          : “Ayo kau tidak bisa lari. Kita adalah satu. Kau tidak bisa lari dari semua ini!”

Kika              : (Tersentak mendengar ucapan Ronald)


Ucapan itu hamper sama dengan yang ada dalam mimpinya selama ini. Mimpi yang selalu menghantui
tidurnya.
Kika              : “Gak mungkin! Ini pasti suatu kebetulan. Ada satu cara un tuk mengetahuinya.” (Kika keluar dari
tempat persembunyiaannya dengan melepaskan rentetan tembakan beruntun)
Ronald          : (Bergerak dengan cepat menghindai tembakan tersebut. Gerakaanya hamper sama cepatnya
dengan Kika)
Kika              : “Elo juga genoid?”

Ronald          : (Mengeluarkan senyum khasnya. Senyum yang menyeramkan) “benar aku seorang genoid. kita
adalah genoid yang asih tersisa, kalau tidak bisa dikatakan satu.”
Kika              : “Apa maksud elo?”

Ronald           : “Jadi kau benar-benar tidak tahu?”

Kika              : (Menggelengkan kepala)


Ronald          : “Kita adalah satu. Kita berasal dari embrio yang sama. Boleh dibilang kita ini saudara kembar. Aku
dilahirkan beberapa bulan lebih dulu darimu.”

Kika              : (Terhenyak mendengar keterangan Ronald) “Bukannya haya satu embrio yang berhasil
diselamatkan saat Professor Sahid terbakar dulu?”
Ronald          : “Memang satu. Itu yang diketahui Professor Sahid. Sebelum laboratoriumnya terbakar, asisten
Professor Sahid telah menukar salah satu emrio dengan embrio lain hingga embrio itu tidak ikut terbakar.”

Kika              : “Professr Wischbert?”

Ronald          : “Ya, dia telah membawa embrioku dan memasukkan embrioku pada rahim seorang wanita yang
juga merawat dan membesarkanku. Dan kau telah membunuh ayah angkatku, Professr Wischbert.”

Kika              : “Gue membunuh professor Wischbert? Justru karena dia kehidupan gue jadi hancur. Seharusnya
proyek genoid itu sudah musnah 20 tahun lalu, terbakar saat itu juga karena Professor Wischbert proyek ini
hidup lagi dan dmanfaatkan oleh orang-rang kayak Rastaji. Professor Wischbert tewas karena kesalahannya
sendiri! Sekarang minggir! Gue harus nyelametin temen gue, dan ngebunuh Rastaji. Gue nggak punya urusan
sama elo. (Menodongkan pistolnya kearah Ronald)
Ronald          : (Menodongkan pistol kea rah Kika)
Kika              : “Jangan sampe gue bertindak kasar. Walau secara teori elo adalah saudara embar gue, gue
enggak segan-segan ngebunuh elo.”

Ronald          : “Silahkan.. aku juga tidak akan membiarkan pembunuh ayah angkatku lolos dari hadapanku.”

Kika              : (Menarik pelatuk pistolnya)


Ronald          : (Menarik pelatuk pistolnya juga)
Suara tembakan menggema di dalam gedung.

Kika              : (Membuang dirinya ke samping sambil terus menembak Ronald)


Ronald          : (Terus membalas tembakan kika)
Tembak menembak yang mereka lakukan sangat sia-sia, karena tak saupun peluru yang mengenai
ssaranya. Keduanya terlalu cepat untuk di tembak. Hinnga akhirnya, peluru pistol kika habis. Ronald tau
apa yang terjadi pada kika.
Ronald          : “Pelurumu sudah habis.” (Menembakkan pistolnya tiga kali kea rah persembunyian Kika)
Kika              : “Gila.. gue bisa mati nih!”  (Melemparkan pistolnya ke lantai sejauh mungkin untuk menarik
perhatian Ronald. Berlari kearah prajurit yang ada di sisi lain atrium)
Ronald          : (Mengetahui tujuan Kika, dan segera melepaskan rentetan tembakan kearah Kika)
Kika              : (Bersalato ke belakang untuk menghindar)
Ronald          : “Kau ingin ambil senjata?” (Menodongkan pistol ke kepala Kika sambil mendekati kedua prajurit
yang pingsan dan mengambil senjata-senjata mereka lalu di lemparkan ke tengah atrium, jatuh ke bawah dan
membuang pistol yang di pegangnya)
Sekarang kedua genoid itu berhadapan tanpa senjata. Ronald mengajak Kika bertarung jarak dekat.
Kika              : (Berlari mengejar Ronald)
Selama sepuluh menit belum ada yang lebih unggul. Sama-sama cepat dan kuat. Pukulan Ronald
berhasil menghindari kika, tapi kika nggak bisa menghindari tendangan yang menghantam perutnya.
Kika              : (Terdorong mundur, menjatuhkan diri dan melepaskan tendangan kearah yang sama)
Walaupun kelihatan seimbang, sebetulnya Ronald lebih unggul daripada Kika. Belum lagi luka di bahu
kanan Kika yang udah mulai mongering itu terbuka lagi terkena pukulan Ronald. Darah mengucur deras.
Ronald          : (Menendang Kika)
Kika              : (Terjungkal menabrak tembok)
Kika merasa Ronald jauh lebih kuat ketimbang lima genoid yang di hadapinya beberapa bulan lalu.
Padahal, jika memang Ronald berasal dari embrio yang sama dengan dirinya berarti Ronald juga
termasuk genoid tipe B. Ronald juga di lahirkan oleh manusia dan hidup di tengah-tengah manusia
seperti Kika. Genoid yang di lahirkan secara alami dan hidup di lingkukan manusia lebih kuat daripada
genoid yang di lahirkan dalam incubator buatan.
Ronald          : “Sekarang saatnya mengakhiri permainan!” (Menendang besi pembatas di dekatnya)
Pembatas yang menghalangi atium patah.potongan pembatas tersebut di jadikanya senjata.
Kika              : “Sial! Kenapa belum datang juga, padahal tenaga gue udah hamper habis”

Ronald          : (Menerjang Kika dengan tongkat besi di tanagnya. Tonkat itu diputar-putarnya membentuk
putaran maut)
Kika              : (Berusaha menghindari serangan Ronald)
Lama-lama Kika mulai terdesak. Sodokan Ronald mengenai perutnya di susul dengan sabetan tongkat
dan di akhiri dengan tendangan yang menghempaskan Kika.
Kika              : (Tersungkur di lantai. Gelungan rambutnya terlepas. Pipi kiri tergores dan maengeluaarkan darah.
Earset yang di pakainya terlepas dan pecah)
Anehnya Kika malah tersenyum.
Kika              : “Pertarungan baru di mulai.” (Memandang tajam ronald)
Ronald          : (Terkesiap tidak menyangka kika masih punya semanagat untuk melawanya)
Kika              : (Berdiri dan memukulkan tangan kirinya ke bahu kananya yang terluka. Pukulan yang sangat kuat
itu membuat proyektil peluru yang bersarang di bahunya terdorong ke luar dari belakang tubuhnya bersama
dngan semburan darah segar)
Ronald          : (Sedikit ngeri melihat apa yang di lakukan oleh Kika)
Kika              : “Kamu tahu bedanya cowok sama cewek?” (Mengayunkan kedua tanganya ke besi pembatas dan
menjadikan potongan besi pembatas tersebut sebagai senjatanya dan di kedua tanganya elah tergenggam dua
potong besi. Bersalto ked pan dan menyerang ronald dengan kedua tongkat di tanganya)
Ronald          : (Kaget dan terdesak)
Kika              : (Menghantam telak ronald. Menyabetkan kedua tanganya kearah pipi Ronald dan mendaratkan
tendangan beruntun)
Ronald          : (Menghantam tembok) “kenapa?” (Berdiri di antara reruntuhan embok yang hancur di antara
reruntuhan tembok yang hancur terkena hantaman tubuhnya)
Darah keluar dari mulut Ronald.
Ronald          : “Yang aku heran kenapa sekarang tenagamu malah jauh meningkat?”

Kika              : “Karena itu gue tanya apa perbedaan mendasar dari cewek dan cowok?”

Ronald          : “Banyak perbedaan antara pria dan wanita.”

Kika              : “Baik kalo begitu. Apa yang biasa terjadi pada tubuh cewek yang nggak mungkin terjadi pada
cowok. Cewek bisa melahirkan dan mendapat apa yang mereka sebut haid secara teratur setiap bulan, lalu….”

Ronald          : (Memandang tajam Kika) “Jangan-jangan kekuatanmu itu karena….”


Kika              : “Benar gue juga baru sadar akhir-akhir ini. Seperti cewek lain, gue juga dapet haid secara teratur.
Jika pada cewek lain haid bisa bikin mereka lemas dan merasa kesakitan, pada genoid justru meningkatkan
tenaga mereka  hinga dua kali lipat atau bahkan lebih. Dan elo milih waktu yang salah buat bertarung ama gue.
Siklus haid gue baru aja mulai 5 menit yang lalu. Dan gue udah persiapin hal ini.”

Ronald          : “Jadi begitu? Kau memang jadi lebih kuat. Tapi jangan kira kau sudah menang”

Kika              : “Elo masih punya simpenan tenaga? Gue rasa elo udah keluarin semua tenaga elo tadi”

Ronald          : (Menyeringai. Salah satu ujung tongkatnya disentuhkan ke lantai.berlari maju menerjang kika.
Ujung tongkat yang bergesekan dengan lantai menimbulkan percikan bunga api)
Pertarungan babak dua di mulai.
=======================@@@@@@@@@@@@@@======================

Pasukan permerintah yang mencium gerak gerik mencurigakan pasukan Rastaji. Mengepung Grianta
Tower tempat Rastaji menyekap Viana dan Dessy. Sessat pasukan pemerintah menguasai keadaan.
Jumlah mereka yang lebih banyak membuat pasukan Rastaji tak berkutik walaupun mereka adalah
pasukan khusus.
Aditya          : (Masuk ke gedung setelah keadaan setelah di kendalikan dan segera menuju lantai 25 dan
menemukan viana tergeletak lemah di dekat sofa, di dalam ruangan 2507)
Viana            : “Pak Aditya!”

Aditya          : “Tenang! Kamu udah aman sekarang.”


Para petugas medis segera memberikan pertolongan pertama pada viana.
Viana            : “Ista… Ista pergi nolong Dessy.”

Aditya          : “Bapak tahu. Sekarang kamu tenang aja, mereka akan membawa kamu keluar dari sini.” (Menuju
lantai atas menyusul kika)
Tiba-tiba terdengar ledakan keras di lantai atas.
Aditya                    : “Ada apa?” (Tanya Aditya melalui earset)
Pasukan Intelijen    : “Mereka meledakkan tangga di lantai 30, pak! Sekarang jalan menuju lantai atas tertutup”

Aditya                    : “Bagaimana dengan tangga artium?”

Pasukan intelijen    : “Tangga pada atrium juga telah di hancurkan. Tapi, kami sedang menyalakan kembali
system listrik di Grianta Tower, hingga lift dapat kembali berfungsi. Tapi, butuh waktu mem-boot system hingga
dapat di gunakan.”

Aditya                    : “Berapa lama?”

Pasukan intelijen    : “Skitar 5 menit.”

Aditya                    : “Kalau begitu cepat lakukan! Bagaimana dengan Kika?”

Pasukan intelijen    : “Terputus. Mungkin earsetnya rusak atau pecah.”

Sementara di atrium lantai atas, Ronald tidak bisa mengimbangi Kika. Entah berapa kali dia terkena
pukulan atau tendangan dari Kika tak sebanding dengan pukulan atau tendangan yang dia berikan pada
Kika.
Ronald                    : (Duduk memegangi perutnya, tulang-tulangna terasa remuk. Wajahnya udah nggak karuan
bentuknya. Darah mengucur tak hanya dari mulut dan pipi, tapi juga dari kedua pelipisnya)
Ronald merasa sudah tak mampu lagi melawan kika. Cewek itu terlalu kuat baginya. Tongkat besinya pun
sudah terlepas dari tangannya.
Ronald                    : “Profesor maaafkan aku karena tidak dapat membalas kematianmu.”

Kika                        : (Mendekati Ronald)


Satu pukulan telak lagi dan Kika bisa menyelesaikan pertarungan maut yang melelahkan baginya.
Masalahnya adalah apakah KIKA hanya ingin membunuh ronald atau hanya melumpuhkannya. Ronald
adalah genoid yang sangat kuat. Jika dibiarkan hidup, Kika khawatir suatu saat Ronald akan
membalaskan dendam padanya.
Tapi Kika juga berpikir Ronald juga berhak untuk hidup.
Kika                        : (Merasakan sesuatu yang nggak enak pada tubuhnya) “Ohh jangan sekarang!”
Tubuh Kika perlahan-lahan jadi kaku rasa sakit menyerang kepalannya. Kika menghentikan langkahnya,
dia tidak ingin Ronald tahu perubahan pada dirinya. Tapi Ronald keburu melihat perubahan pada wajah
Kika.
Ronald          : (Mencoba mengumpulkan tenaga yang tersisa dan menyerang Kika)
Kika              : (Melihat Ronald menyerangnya dan berusaha menangkis tapi tubuhnya telah kaku dan tenaganya
melmah)
Hanya satu serangan dapat dia tangkis selebihnya mendarat dengan telak di tubuh Kika.
Ronald          : (Mengambil tongkat yang telah terlepas dari tangan Kika dan langsung ditancapkan ke pundak
kanan Kika ke dalam lukanya dan menebus tubuhnya)
Kika              : (Menjerit kesakitan)
Ronald          : (Mendorong tubuh Kika hingga tertahan di tembok) “kenapa? Kau sudah tidak haid lagi? Itu siklus
haid tercepat yang pernah kudengar” (Ejek Ronald sambil memutar-mutar tongkatnya)
Kika tak bisa melawan. Darah Kika membasahi tngkat besi dan menimbulkan karat dan asap yang
mengepul sabil menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.
Ronald          : (Menggiring Kika ke ten gah atrium)
Kika              : “ Maafin gue Vi! Gue gak bisa menuhin janji gue ke elo. Salam buat Ryan! Mudah-mudahan dia
nggak sedih nggak bisa ketemu gue lagi!”

Ronald          : “Ini untuk Professor Wischbert! Selamat tinggal adikku!” (Ronald melepaskan pegangannya pada
tongkat yang menencap pada luka Kika dan melancarkan tendangan melayang untuk mendorong tubuh Kika
jatuh ke tengah atrium)
Kika              : (Tubuhnya jatuh melayang dan jatuh di tengah atrium)
Ronald          : “Selesai sudah” (Terduduk lemas dan bersimpuh di lantai. Ronald coba berdiri setelah mengatur
nafasnya. Ronald tak tahu harus kemana. Dia tidak mungkin menyusul Rastaji karna Rastaji sudah melarkan
diri)
Saat Ronald melangkah meninggalkan atrium, samar-samar mendengar suara dari arah tengah atrium.
Saat terjatuh, kondisi tubuh Kika mendadak pulih bahkan kesadaran Kika kembali dengan cepat.
Kika              : (Mengeluarkan kabel yang disimpan pada salah satu saku rompinya dan melemparkannya ke
salah satu besi pembatas atrium. Kabel itu menyangkut pada besi pembatas di lantai 17. Mencabut  tongkat besi
yang menancap di bahunya.dengan kabel tipis itu muncul dari bawah, seakan-akan terbang)
Ronald          : (Berbalik dan terkejut)
Kika              :(Melemparkan tongkat besi yang sudah dicabut dari lukanya kearah Ronald dengan dorongan
tenaga yang kuat)
Ronald          : (Tongat besi mengenai dada kirinya menembus jaket kulit Ronald dan masuk terus ke dadanya
hingga ke jantungnya. Ronald terdorong mundur beberapa langkah, langsung terduduk kemudian roboh tanpa
mengucakan sepatah   kata pun)
Kika              : (Menjejakkan kakinya di lantai dan berjalan mendekati mayat Ronald sambil memegangi lukanya
yang masih mengucurkan darah) “Akhirnya!”
Dengan tewasnya Ronald, Kika berharap mimpi-mimpi buruk yang dulu sering datang hilang dari
hidupnya.
Kika                       : (Berlari menuju koridor)
Di sisi lain, Rastaji di hadang pasukan pemeintah saat hendak mencapai helikopter.
Jenderal Rastaji      : (Melepaskan tembakan beruntun ke pasukan pemerintah. Segera menuju helicopter yang
sudah tersedia di atas gedung)
Rastaji, Dessy dan Pram masuk ke helicopter. Sementara anak buahnya yang tinggal 6 orang berjaga-
jaga di sisi helikopter. Aditya berhasil mencapai lantai teratas bersama agen intelijen yang lain.
Helikopter Rastaji sudah terbang sementara itu anak buahnya di bawah pun memberikan perlawanan,
walaupun akhirnya mereka berhasil dilumpuhkan.
Aditya          : “Sial! Cepat kejar helikopter mereka! Jangan sampai lolos.”

Kika              : (Baru sampai di atap. Melihat helikopter Rastaji dia segera berlari ke sisi gedung dan
melemparkan kabel yang di bawahnya. Ujung kabel melilit tepat pada bagian helikopter)
Tubuh Kika terangkat ke udara terbawa heikopter Rastaji.

Kika              : (Bergelantungan di bawah helicopter dan berusaha naik ke atas. Rambutnya berkibar-kibar di tiup
angin malam yang kencang)
Akibat tubuh Kika, helicopter jadi goyang dan terbang tak stabil.

Pilot helicopter        : “Ada yag menahan di abawah, kita tida bisa naik lagi!”

Jenderal  Rastaji    : (Melihat ke bawah dan menembakkan pistl kearah Kika hingga peluru pistolnya habis.
Mencabut pisaunya dan memotong kabel yang menahan tubuh Kika tapi tak behasil)
Kika                        : “Kita ketemu lagi.” (Sambil memegang tangan Rastaji dan menarik tubuhnya)
Jenderal Rastaji     : “jangaaaan….!!!”

Tubuh Rastaji terlempar keluar. Terjun bebas menembus kegelapan malam, diiringa lengkingan teriakan yang
memilukan. Tubuh Rastaji jatuh ke Teluk Jakarta di bawahnya.

Kika                        : “Ma, Kika udah berhasil membalas dendam pada orag yang udah enghancrkan hidup kita!
Semoga arwah mama sekarng bisa tenang!” (Naik dan masuk ke helikopter)
Dessy                      : “ista?” (Tanya Dessy setengah ngga percaya)
Kika                        : “Hai Des.” (Lalu kedua tangannya mencekik leher Pram dan pilot halikopter di depennya
dari belakang) “Kembali ke Grianta Tower! Jangan coba-coba bertindak bodoh! Gue bisa bunuh kalian dengan
satu tangan.”
==============@@@@@@@@@@@@@@@@@@=================

Viana dan Dessy kembali berhasil diselamatkan, Pram ditangkap dan notebooknya disita. Pihak intelijen
berhasil mebuka rekening Sudarmadi di Swiss, dan menyelematkan uang yang disembunyikannya yang
ternyata masih butuh bahkan dengan bunganya.                                
Kegagalan rastaji membuka rekening Suadrmadi karena dia melupakan fakta penting bahwa dia
mempunyai dua anak. Saat memutuskan menyimpan nomor rekeningnya disuatu tempat rahasia,
Sudarmadi membagi nomor rekening itu menjadi dua bagian. Satu bagian disimpan dalam kalung milik
Dessy dan satu lagi dalam kalung milik Rena. Cuma, Rena tak pernah memakai kalung pemberian
Sudarmadi, jadi tidak ada yang tahu kalau Rena mempunyai kalung yang sama seperti milik Dessy.
Rena sendiri baru tahu kalungnya, menyimpan rahasia saat Aditya bertanya. Saat itulah ia baru sadar
kalu Aditya adalah agen intelijen yang menyamar.
Pihak intelijen juga menemukan bukti baru yang tersimpan dalam notebook milik Pram. Walaupun begitu,
tetap aja tidak mudah menindak lanjuti bukti yang ada tersebut karena banyak nama pejabat pemerintah
yang terlibat.
tUbuh Rastaji tak ditemukan. Padahal pihak militer telah mengerahkan banyak personil untuk mencari
mayatnya. Tapi tubuh perwira itu seolah-olah lenyap di telan laut yang begitu luas. Walaupun begitu,
kecil kemungkinannya dia tetap hidup. Pihak milterpun secara resmi telah menyatakan Rastaji telah
meninggal.
Dan Kika?
Setelah menyelematkan Dessy, Kika langsung menghilang. Dia menolak ditangani tim medis. Bahkan,
Aditya dan pihak intelijen pun juga gak tahu kemana Kika pergi. Tuduhan dan status buron pada Kika
dicabut. Berhari-hari Viana menunggu kabar Kika. Dia ingat Kika janji padanya untuk menemuinya dan
selama ini Kika tidak menepati janjinya.
Viana jadi kasihan melihat Ryan yang kadang-kadang ketahuan lagi bengong sejak kepergian Kika.
Walaupun Ryan gak pernah mau ngaku, tapi Viana tahu kalau kaknya itu mencintai dan merindukan Kika.
Dan Viana percaya karena selama ini dia tidak pernah melihat kakaknya seperti ini, walau udah sering
putus nymbung ama cewek lain. Ryan bener-bener jatuh cinta sama Kika sekarang. Perasaannya saat ini
belum pernah dia rasain sebelumnya.
 

From  : Sweet_Angel@lovemail.com
To      : Vi_cuthe@yahoo.com
 

Vi pa kabar?
Kamu pasti ngerasa aneh dan heran ya, nerima email ini? Kamu pasti bertanya-tanya? Ini email dari siapa? Ini
dari Kika, atau yang kamu kenal dengan Ista. Kamu masih inget Ista kan? Mudah-mudahan kamu belum lupa,
walau kita udah lama nggak ketemu.
Maaf, kalo ternyata kamu lama nunggu kabar dari Ista. Ista emang pernah janji akan ketemu kamu lagi, tapi
sayang buat saat ini Ista belum bisa menuhin janji. Bukannya Ista nggak mau ketemu kamu. Ista sebenarnya
pengen banget ketemu kamu, pengen ngobrol lagi ama kamu. Apalagi Ista janji mau cerita lengkap hal
sebenarnya ke kamu. Tapi saat ini, keadaan nggak memungkinkan buat Ista untuk ketemu kamu. Ista juga
nggak bisa nelfon kamu, abis kamu pasti entar nanya macem – macem. Ista harap, kamu bisa ngertiin Ista.
Keadaan Ista baik – baik aja. Gimana ama kamu? Ista harap, kamu juga baik – baik. Lalu, gimana kabar Dessy?
Ista denger kalian jadi akrab waktu diculik. Kalo bener, itu berita bagus. Ista harap, kamu bisa mulai berteman
dengan dia. Dessy sebenarnya anak baik, cuma selama ini nggak ada yang berani ngomong atau negur dia kalo
dia bikin kesalahan, hingga dia jadi merasa selalu benar. Mudah – mudahan, dengan peristiwa kemaren,
sifatnya akan berubah. Apalagi kamu kan, udah nolong dia. Dia pasti udah nggak berani jahat lagi ke kamu.
Betul, nggak?
Setelah peristiwa kemaren, Ista emang luka, tapi nggak parah. Ista cuma butuh waktu buat nyembuhin luka.
Bukan cuma luka fisik, tapi sesuatu yang lebih penting dari itu. Ista nggak bisa cerita sekarang, karena ceritanya
pasti akan panjang. Suatu saat Ista akan cerita ke kamu.
Vi, walaupun Ista cuma beberapa bulan sekolah di SMA Triasa, tapi rasanya Ista udah lama sekolah disitu.
Apalagi setelah Ista ketemu dan kenalan ama kamu dan teman – teman yang lain. Ista kan, pernah bilang kalo
Ista serasa mendapatkan kembali kehidupan yang pernah hilang. Itu bener. Karena itu, walaupun Ista dalam
tugas menyamar tapi sikap Ista disekolah baik ama kamu dan teman – teman, bukanlah dibuat – buat. Itu adalah
sikap Ista yang sebenarnya. Ista bisa ngerasain apa yang kamu dan teman – teman rasain. Ista ikut ngerasa
kalah waktu tim voli kita ketinggalan pas ngelawan kelas 2C. karena itu, Ista mutusin ikut main, walaupun
sebenarnya Ista udah dilarang ama Aditya, yang kamu kenal sebagai guru olahraga. Kamu pasti udah tahu kalo
Aditya juga seorang agen, sama kayak Ista.
Ista nulis apa lagi ya? Oh iya, bagaiman keadaan kak Ryan? Dia pasti juga udah tahu semuanya tentang diri
Ista. Ista harap dia nggak sedih Karena Ista udah ninggalin dia….
Ista mau buka rahasia ke kamu. Ista sebenarnya suka ama kak Ryan, dan Ista yakin kalo kakak kamu juga suka
ama Ista (bukan ge-er lho!). Tapi, segalanya nggak mungkin saat ini. Kalo Ista tetep ada di dekat kamu atau
kakak kamu, akan berbahaya bagi kalian dan keluarga kalian. Ista nggak mau kamu dan keluarga kamu
mengalami kehidupan yang sama ama Ista. Cukup Ista aja. Melalui email ini Ista juga minta tolong ke kamu buat
ngejelasin semuanya ke kak Ryan. Kamu harus bisa ngehibur dia dan ngebantu dia ngelupakan Ista. Kak Ryan
sangat sayang ama kamu. Waktu kamu ilang dia nyari kamu kemana – mana tanpa merasa capek. Kamu mau
kan, mngelakuin itu untuk Ista? Sebelumnya makasih banget.
Walaupun Ista udah pernah sebelumnya, tapi melalui surat ini, Ista sekali lagi minta maaf ama kamu kalo kamu
menganggep Ista udah bohongin kamu.  Ista sama sekali nggak punya maksud nyakitin hati kamu. Ista nggak
nyangka bisa ketemu temen kayak kamu. Dalam hati, Ista merasa tertekan dan nggak enak hati ama kamu.
Tapi, Ista nggak bisa berbuat apa-apa.
Kayaknya, cukup disini aja e-mail dari Ista. Entar Ista kirim lagi kalo ada kesempatan. Dan Ista harap, kamu
nggak akan melupakan Ista untuk selamanya, paling nggak di dalam hati kamu. Ista akan selalu bangga punya
temen seperti kamu. Sekarang, Ista ada di suatu tempat yang tenang dan nggak ada seorang pun yang nenalin
Ista. Kamu nggak usah berusaha cari Ista. Agen Intelijen juga nggak tau Ista ada dimana. Kalo waktunya tiba,
Ista sendiri yang akan dating nemuin kamu. Ista janji.
CU
Ista
 

From  : Vi_cuthe@yahoo.com
To      : Sweet_Angel@lovemail.com
Hai juga!
Keadaan gue juga baek – baek aja. Gue udah bisa sekolah lagi,   juga Dessy. Dan bener kata elo, gue sekarang
temenan dengan Dessy. Boleh dibilang kita langsung akrab. Gue juga sependapat kalo Dessy tuh anak baek,
cuma selama ini, nggak ada yang ngarahin dia. Gue nunjuk Dessy jadi ketua seksi kesenian dan sekaligus ketua
acara bazar dan pensi SMA Triasa besok. Menurut gue, dia punya jiwa entertainment dan entrepreneur. Mudah
– mudahan pilihan gue nggak salah. Doain aja !
Gue juga pengen ketemu dan ngobrol banyak ama elo. Tapi, kalo saat ini elo nggak bisa, gue ngerti. Gue akan
selalu nunggu kedatangan elo. Jangan lupa bawa oleh –oleh! Kalo nggak elo nggak akan gue layanin  J
Papi udah dibebasin dari tuduhan korupsi setelah rekan bisnisnya berhasil ditangkap, dan mengakui semuanya.
Seluruh kekayaan termasuk perusahaan, rumah dan mobil yang disita dikembalikan pihak bank. Mami juga udah
keluar dari rumah sakit, dan kembali kerumah kami yang dulu. Gue juga udah nggak kerja lagi. Sekarang gue
lebih konsentrasi ke sekolah. Apalagi gue udah jadi “pejabat” di sekolah, otomatis waktu gue lebih padat dari
sebelumnya. Dan gue takut itu bakal ngeganggu kerjaan gue. Lagian, mami papi juga nggak setuju gue kerja.
Kata papi, mulai sekarang dia yang kembali nyari duit buat kami.
Tugas gue sekarang cuma sekolah. Cuma kak Ryan tetep kerja sebagai penyanyi di kafe. Bukan cari duit, tapi
cuma menyalurkan hobi bermusiknya. Dan papi mami nggak keberatan asal Ryan bisa membagi waktu dan
sekolahnya nggak keteteran.
Mengenai kak Ryan, kamu salah besar! Kakak sangat kehilangan elo. Dia kengen ama elo. Gue juga tau kalo
kakak suka ama elo, dan elo juga suka ama dia. Sebetulnya gue seneng kalo elo bisa jadian ama Kakak. Tapi,
mau gimana lagi? Elo lebih milih ngilang. Tapi gue nggak nyalahin elo. Sumpah deh..gue akan selalu dukung elo
dan perasaan elo, setelah apa yang elo alamin. Dan, makasih banget elo udah mikirin keselametan gue dan
keluarga. Elo emang bener –bener sahabat gue yang terbaik!
Gue juga ngerasa, walaupun elo cuma sebentar di SMA Triasa, tapi elo udah jadi temen gue esjak lama, sama
kayak Dina, Sasha, dan juga yang lainnya. Sekali lagi, gue minta maaf karena udah marah dan nuduh elo yang
bukan – bukan. Waktu itu, gue kebawa emosi. Tapi, gue udah jelasin ke temen – temen yang sebenernya, dan
mereka bisa ngerti gue jamin, kalo elo dating lagi ke SMA Triasa, mereka akan nyambut elo dengan tangan
terbuka, dengan senyum, seperti juga gue. Gue juga lega pas tau elo nggak dendam ke gue. Elo bahkan mau
nolong gue dan Dessy, walau untuk itu elo harus mempertaruhkan nyawa elo. Dan gue yakin kalo elo nolong
gue bukan karena tugas, tapi karena panggilan hati elo sendiri. Gue nggak bisa bilang apa – apa selain ucapan
terima kasih ke elo. Soal Pak Aditya, gue sebetulnya juga udah curiga kalo dia bukan guru beneran. Abis cara
ngajarnya aneh sih! Nggak kayak guru – guru olah raga lain. Tapi gue denger dia tetep berhubungan dengan bu
Rena, bahkan makin akrab. Sekarang gosipnya di sekolah bahkan mereka mau tunangan. Bener nggak sih? Elo
kan juga agen intelijen, jadi pasti tau.
Walaupun gue belum sepenuhnya tau apa yang sebenernya yang terjadi ama diri elo, tapi gue ngerti kalo elo
sekarang butuh tempat yang tenang buat nyembuhin luka elo dan mungkin nenangin pikiran hati elo. Semog elo
baek – baek aja. Jangan khawatir, gue nggak bisa lupain elo. Gue akan selalu nunggu elo nepatin janji elo
sendiri. Eh, walau gue tau nama elo sebenernya Rizka Handayani alias Kika, tapi nggak pa – pa kan, gue tetep
panggil elo Ista? Soalnya, gue cuma punya sahabat karib yang namanya Ista buka Kika.
Sekian dulu deh, email dari gue. Sekarang gue mau makan dulu nih!!!
C U again
Viana
====================@@@@@@ THE END @@@@@==================

“Persahabatan sejati datangnya dari hati. Kalo kita selalu mengingat arti persahabatan yang kita miliki
dalam hati kita, maka kita akan merasa selalu dekat. Persahabatan tersebut akan tetap abadi selamanya,
walaupun kita saling berjauhan dan mungkin nggak akan pernah bertemu lagi.”
  Sweet Angel
Penyusun Naskah :

 
Nama           : Anis Laili

TTL                : Jember, 2 Mei 1995

Email           : anislaili454@ymail.com

Nama : Nia Hanim Qordia Fahma

TTL       : Jember, 8 Februari 1996

Email : niakhj8@yahoo.co.id
 

Nama           : Resamalia Destiawati

TTL                : Tangerang, 5 Desember 1995

Email           : resamaliadestiawati@yahoo.co.id
Nama     : Safriki Munfi’atil Mawaddah

TTL          : Jember, 1 April 1996

Email     : safrikimunfiatilmawaddah@yahoo.com


Advertisements
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

SHARE THIS:

 Twitter
 Facebook

Filed under HIGH SCHOOL TASK, Uncategorized | Leave a comment
Post navigation
PreviousPost
Leave a Reply

My File
Search
Search for:  

Archives
 May 2016
 October 2014
 December 2013
 January 2013
 November 2012

High School

FANFICTION HIGH SCHOOL TASKUncategorized


M T W T F S S

« Oct    

  1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31  
May 2016

Categories
 FANFICTION
 HIGH SCHOOL TASK
 Uncategorized

Follow me on Twitter
My Tweets

Recent Posts
 MEMBUAT NASKAH DRAMA DARI SEBUAH NOVEL
 Just Call Me
 Perfect Relief
 SATU MINGGU CINTA BERSAMA SENNA
 Sunset Love
Advertisements
REPORT THIS AD

Create a free website or blog at WordPress.com.


Close and accept
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use. 
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
 Follow

Anda mungkin juga menyukai