Anda di halaman 1dari 2

7 Akhlak Qurani atau 7 Pilar Pendidikan

Masih diperoleh dari Majalah Noor, 7 Akhlak atau 7 Pilar Pendidikan merupakan modal
untuk membangun pendidikan karakter yang bersumber dari Alquran. Berikut uraiannya.

1. Merdeka dan memiliki kedaulatan diri,


Berdasarkan dengan teologi bahwa faktanya, Allah SWT menciptakan manusia
lengkap dengan berbagai potensi yang diberikan kepadanya, termasuk potensi
kemauan dan kehendak diri (iraadah) serta kemampuan memilih dan berupaya untuk
mandiri (ikhtiyaar). Dengan dua potensi itu, manusia diberi ruang sepenuhnya guna
memutuskan dan bersikap. Termasuk dalam memilih untuk beriman atau tidak. Tugas
Rasulullah SAW hanya mengingatkan serta menyampaikan kebenaran, adapun
selanjutnya umatnya hanya tinggal memilih. Hanya saja setiap pilihan ada
konsekuensinya masing-masing yang wajib ditanggung. Bisa dibuka alquran Surat Al
Kahfi (18), ayat 29-30.
2. Menjunjung tinggi kemanusiaan,
Landasannya bahwa manusia memiliki ak asasi yang harus dijaga dan dihormati.
Manusia merupakan makhluk yang sempurna yang sudah Allah SWT ciptakan di
muka bumi ini (surat at-Tin, 95:4). Selain itu manusia pun dianugrahi keutamaan dan
kemuliaan yang lebih dibandingkan makhluk selainnya (QS. Al Isra', 17;:70).
3. Optimis dan berkomitmen melakukan perubahan,
Alquran mengajarkan bahwa Allah SWT memotivasi dan membimbing hamba-
hambanya agar dapat meraih kehidupan baik di dunia dan di akhirat dengan selamat
(QS Al Baqarah, 2:200-202). Manusia dibekali dengan beragam potensi, kesempatan,
serta kenikmatan-kenikmatan lainnya. Tujuannya, manusia agar diberi ruang seluas-
luasnya untuk tetap optimis dan senantiasa berkomitmen melakukan perbuatan baik.
Bukankah manusia terlahir tidak tahu apa-apa, lantas Allah SWT memberinya
pendengaran, penglihatan, serta hati untuk dijadikan alat mempelajari banyak hal.
(QS. An-Nahl, 16:78). Bahkan, Alquran juga mengingatkan bahwa Allah SWT tidak
akan mengubah suatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya (QS. ar-Ra'd,
13: 11). 
4. Toleran dan menghargai perbedaan,
Allah menciptakan manusia berbeda-beda; jenis kelamin, bahasa, suku, bangsa, warna
kulit, tabiat, kebiasaan, kemampuan, dan lain sebagainya. Perbedaan ini tidak
diciptakan oleh Allah SWT sebagai dasar untuk saling ejek atau saling tindas sesama
manusia. Perbedaan merupakan anugrah yang patut untuk disyukuri sekaligus sebagai
alasan untuk saling mengenal dan saling melengkapi (QS. Al Hujurat, 49:13).
5. Mengenali diri sendiri dan berani mengakuui kelemahan,
Manusia diciptakan lengkap dengan berbagai keterbatasan dan kelemahan yang
dimiliki, bahkan manusia diciptakan dengan keadaan dasar yang serba lemah. Untuk
itulah Allah SWT senantiasa menunjukkan serta memberikan jalan yang termudah
bagi manusia (QS. An Nisa', 4:28). Dengan dasar lemah itulah manusia diajarkan
untuk bersikap rendah hati, tahu kadar kemampuan sendiri, sekaligus berani mengakui
kelemahan.  Perlu disadari, bahwa tanpa bimbingan Tuhan dan berikut kerjasama
antar sesama, sepenuhnya manusia tidak bisa berbuat banyak. Pembaca bisa
membayangkan apabila manusia dalam memenuhi kebutuhannya dilakukan tanpa
bantuan dari orang lain. Untuk bisa berpakaian layak saja, manusia membutuhkan
campur tangan banyak orang, mulai dari penyedia bahan baku, pembuat kain, penjhit,
dan seterusnya.  
6. Menghormati hukum,
Dalam Alquran surat As-Syams, 91:7 disebutkan, di dalam diri setiap manusia
terdapat energi positif yang mendorongnya untuk bertaqwa dan taat pada aturan
Allah. Selain itu juga terdapat energi negatif yang mengajaknya untuk berbuat
maksiat dan melanggar hukum Allah SWT. Energi negatif ini apabilal tidak bisa
dikelola dan dimusnahkan berpotensi menimbulkan kerusakan dan kehancuran yang
hebat. Energi negatif sah-sah saja dilakukan sebab hasrat namun harus melalui jalan
yang halal atau benar. Di sinilah aturan hukum dan norma-norma tertentu ditetapkan.
Karena itu pula penghormatan dan ketaatan terhadap hukum harus ditegakkan.
7. Memiliki kesadaran spiritual.
Supaya kehidupan seseorang tetap berada di jalur yang benar dan baik, perlu dibantu
oleh pengawasan serta hukum dari luar. Itu pun masih belum bisa dikatakan cukup.
Faktor lain yang sangat perlu untuk dipersiapkan adalah kontrol dari dalam atau
kesadaran dalam jiwa. Kesadaran senantiasa berfungsi untuk pengingat agar tidak
bertindak di luar koridor kebenaran dan kebaikan. Inilah yang disebut dengan
kesadaran spiritual. Kesadaran ini yang akan menjadikan manusia senantiasa merasa
kehadiran Allah SWT bersamanya di setiap ruang dan waktu. Bahkan, perbuatan
manusia sekecil apapun pasti tidak akan luput dari pantauan dan pengamatan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai