Anda di halaman 1dari 13

Sholat Wajib

Nama Anggota Kelompok 2 : 1. Muhammad Zikki Bagus Setiawan

2. Viani Rodhiyah

3. Putri Dwi Lestari Ningsih

4. M Aji Sudrajat

A. LATAR BELAKANG

Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai
mahluk yang paling sempurna yaitu shalat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi
tidak mengerti terhadap apa yang dilakukan.

Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang di
wujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapan-ucapan
tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat ini tidak jauh berbeda
dari arti yang digunakan oleh bahasa di atas, karena di dalamnya mengandung do’a-
do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya. Adalah
suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha sempurna,
melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan
hidupnya yang sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan
problema. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu sholat, dan syarat rukunya

Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa
kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib
ada juga shalat-shalat sunah.
B. PEMBAHASAN

A.   Menjelaskan Pengertian Shalat dan Kedudukannya dalam Islam

Shalat secara bahasa berarti, doa. Sebagaimana allah swt berfirman . “Dan
berdoalah untuk mereka, karena sesungguhnya doamu itu akan menjadi ketentraman
jiwa bagi mereka“. (At-Taubat :103), sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu
perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah”
berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT banyak sekali berfirman tentang kewajiban


untuk mengerjakan shalat lima waktu. Di antaranya adalah sebagai berikut:

“...Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-


perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 45)

Shalat mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam. Terutama


shalat wajib lima waktu, kedudukannya dalam rukun Islam didahulukan, setelah
mengakui diri sebagai orang Islam atau membaca dua kalimat shahadat, sebelum
kewajiban yang lainnya. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, bahwa Islam itu
ditegakkan oleh lima perkara yang disebut sebagai rukun Islam. Yakni, membaca dua
kalimat syahadat, mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang
mempunyai kemampuan. Setelah mengakui diri sebagai seorang Muslim dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat, kewajiban pertama dan utama yang harus
dilaksanakan adalah shalat lima waktu. Tanpa melakukan shalat lima waktu, berarti
seseorang telah meruntuhkan keagamaannya sendiri. Sebab, shalat adalah tiang
agama. Mengenai hal ini, Rasulullah SAW telah bersabda sebagai berikut:

“Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang mengerjakannya berarti ia


menegakkan agama, dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia meruntuhkan
agamanya.” (HR Baihaqi)

Sebagai tiang agama maka mengerjakan shalat merupakan tanda yang paling nyata
apakah seseorang beragama dengan baik atau justru menjadi orang yang kufur.
Rasulullah SAW bersabda:

“(Batas) antara hamba dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR Tirmidzi dan
Abu Daud)

Shalat juga menjadi tolok ukur apakah amal seorang Muslim itu baik atau
tidak pada saat perhitungan amal di hari kiamat nanti. Jika shalat seseorang baik
maka amal yang lain dihitung sebagai amal yang baik. Sebaliknya, jika shalat
seseorang buruk maka amal yang lain dihitung sebagai amal yang buruk. Rasulullah
SAW bersabda:

“Pertama-tama amalan yang dihisab (dihitung) untuk seorang hamba pada hari kiamat
(nanti) adalah shalat. Apabila shalatnya itu bagus maka baguslah amalan yang lain,
dan apabila buruk maka buruk pulalah amalan yang lain.” (HR Thabrani)

B.   Menjelaskan Syarat Sah Shalat

Shalat dinilai sah dan sempurna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas
dari hal-hal yang membatalkanya.
 Syarat-syarat Shalat

Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:

a.    Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-
nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci dari haid dan nifas serta
telah mendengar ajakan dakwah islam.

b.    Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:

a)   Suci dari dua hadas

b)  Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.

c)   Menutup aurat

d)  Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut),
sedangkan aurot perempuan adalah jami’i  badaniha illa wajha wa kaffaien (semua
anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).

e)   Menghadap kiblat

f)    Mengerti kefarduan Shalat

g)   Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.

h)  Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat

C.   Menjelaskan Rukun dan Sunnah Shalat

Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan


dan ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat
tersebut tidak mungkin tercapaiI dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syarat
Sunnah dianggap rukun dan rukun shalat dianggap sunnah dalam shalat.  Kalau dalam
hal ini tidak difahamkan kembali maka hal yang mungkin terjadi adalah shalat kita
bisa menjadi tidak sah.

Oleh karena itu perlu diulas kembali rukun dan sunnah dalam shalat.

Berikut ini adalah Rukun dalam shalat

1. Niat
2. Berdiri
3. Membaca takbirotul ihram
4. Membaca Surat Al fatihah
5. Ruku’ serta tuma’ninah
6. I’tidal  serta tuma’ninah
7. sujud dua kali serta tuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah
9. Duduk Tasyahud akhir serta tuma’ninah
10. Membaca tasyahud akhir
11. Mengucapkan salam yang pertama
12. Tertib

Sedangkan sunnah dalam shalat adalah 

1. Mengangkat kedua tangan pada empat posisi


2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
3. Membaca Do’a Iftitah
4. Membaca Ta’awudz sebelum membaca surat Alfatihah
5. Membaca Amin sesudah membaca surat Alfatihah
6. Membaca surat atau ayat Alquran setelah membaca surah Alfatihah
7. Mengeraskan bacaan surat Alfatihah dan Surah/ayat ketika  waktu shalat
Maghrib, Isya dan Shubuh
8. Membaca takbir setiap berpindah rukun
9. Meluruskan punggung dengan belakang kepala ketika ruku’
10. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud
11. Membaca Sami’allohu Liman hamidah dan Robbana lakalhamdu ketika i’tidal
12. Membaca doa perlindungan sesudah membaca tasyahud akhir

Syarat untuk menjadi sahnya shalat adalah dengan melaksanakan rukun dalam
shalat.  Ketika salah satu dalam rukun ditinggalkan maka shalatnya menjadi tidak sah
dan harus diulang kembali.  Namun apabila sunnahnya ada yang ketinggalan maka
shalatnya tetap sah.  Sunnah dalam hal ini pengertiannya adalah apabila dilakukan
maka dapat pahal dan apabila ditinggalkan maka rugi karena tidak dapat pahala.
Dua hal ini, sebagian kaum muslimin tidak memahaminya dengan baik sehingga yang
terjadi adalah rukun shalat banyak yang diabaikan namun sunnah dalam shalat malah
dilakukan secara berlebih bahkan sunnah dianggap rukun dalam shalat

D.  Menjelaskan Hal-hal yang Dapat Membatalkan Shalat

Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat

A. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf,


walaupun tidak mempunyai arti.

Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya shalat karena
berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap membatalkan
shalat.

Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan: Shalat tidak batal di
karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara.

Ketika seseorang berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah dan


Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi
ualama mazhab yang lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada
maksud seperti membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.
B. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini
hukumnya membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang
yang tidak shalat. Para ulama mazhab menyepakatinya.

C. Makan dan Minum

Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda pendapat
menganai kadarnya.

Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan shalat


apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau menghilankan syarat atau
rukun dalam shalat seperti berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan: makan
dan minum di dalam shalat membatalkan shalat walaupun makanan tersebut hanya
sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air.

Menurut Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk
kedalam rongga perut itu membatalkan shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya
dengan sengaja dan tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal
tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut Mazhab Hambali mengatakan
: kalau makanan dan minumannya banyak maka membatalkan shalat baik di sengaja
maupun tidak akan tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.

D. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi

Seluruh ulama mazhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali
Mazhab Hanafi mereka mengatakan: shalat batal jika jika perkara tersebut datang
sebelum selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum
salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan shalat

E. Tertawa terbahak-bahak
Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan batal. Masing-masing
ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya shalat salah satu
contoh yakni pendapat Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai berikut.

E.   Mengupayakan Persiapan Khusyuh dalam Shalat

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah
khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak
orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid
dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Khusyu' merupakan kekuatan sholat. Tanpa khusyu' sholat seakan tidak


mempunyai makna bagi pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang
rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya.

Ibnu Katsir mengatakan: khusyu' adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu'
karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu' adalah
sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan,
pengabdian. (al-Madarij 1/520).
Tempat khusyu' adalah di dalam hari dan membekas ke seluruh tubuh
manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu' maka seluruh anggota tubuh tidak lagi
beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah
tentaranya.

Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan.  Karena hanya mereka yang ikhlash
ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara
sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu
atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.

Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu', yaitu khusyu' iman dan
khusyu' munafik. khusyu' Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan
penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya
penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota
badannya.

Adapun khusyu' munafik adalah fisiknya khusyu' tapi hatinya tidak. Para
sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu' munafik. (Ruh 314).
Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu' adalah wajib, karena banyaknya dalil yang
menganjurkan khusyu' dan mencela orang yang tidak khusyu' dalam sholat.
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa
memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan
ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk
mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji
Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak
maka akan menyiksanya." (H.R. Abu Dawud – sahih)

Menghadirkan khusyu' dalam sholat dapat dilakukan melalui dua cara.


Pertama, mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu'an dan
kedua, menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu'an.

Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu'an adalah sbb:

A. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan
mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan
siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu
sholat. Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.

B. Thoma'ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat.


Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan
thma'ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu
Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk pencuri
adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. "Mereka yang
tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih).
Seseorang tidak akan bisa khusyu' tanpa thoma'ninah ini karena cepatnya pergerakan
sholat telah menghilangkan kekhusyu'an dan konsentrasi hati.

C. Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:"Ingatlah


mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia
akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu
sholatnya yang terakhir" (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu
Ayub r.a. "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (Ahmad: sahih).

D. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu


juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri
mushalli.

 Adapun perkara-perkara yang mengganggu kekhusyu'an adalah sbb:

1. Membersihkan tempat sholat dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi


seperti gambar-gambar dan ornamen yang menarik perhatian orang sholat.

2. Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan
menarik pandangan mushalli dan mengganggu konsentrasinya dalam sholat.
Rasulullah pernah sholat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-
warni lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).

3. Hindari solat di waktu makan. Rasulullah s.a.w. bersabda"Tidak baik sholat


di hadapan makanan" (Muslim). Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam
sudah siap dan datang waktu sholat, maka dahulukan makan malam" (Bukhari).

4. Hindari menanah buang air besar, kecil dan angin. Rasulullah s.a.w.
melarang sholat sambil menahan kencing (Ibnu Majah:sahih). Riwayat lain
mengatakan bahwa Rasululllah s.a.w. bersabda kalau kalian akan sholat dan ingin ke
wc maka pergilah ke wc dulu (Abu Dawud:sahih).
5. Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat. Rasulullah s.a.w. bersabda
"Kalau kalian sholat dan ngantuk maka tidurlah hingga ia mengerti apa yang
dikatakan" (Bukhari).

6. Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kuarng bersih karena itu
akan menganggu konsentrasi saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau
membersihkan tempat sujudmu (dari kerikil) saat sholat, kalau terpaksa
melakukannya maka itu cukup sekali (Abu Dawud:sahih).

7. Jangan membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang sholat di


samping kita. Rasulullah s.a.w. bersabda "Ingatlah bahwa kalian semua menghadap
Allah, janganlah saling mengganggu, jangan membaca lebih keras dari saudaranya
dalam sholat" (Abu Dawud: sahih).

8. Jangan tengak-tengok saat sholat. Rasulullah s.a.w. mengingatkan bahwa


tengak-tengok dalam sholat adalah gangguan syetan. (Bukhari). Dalam hadist lain
dikatakan "Allah senantiasa melihat hambanya saat sholat selama ia tidak menengok,
kalau menengok maka Allah meninggalkannya" (Abu Dawud: sahih).

9. Jangan melihat ke arah atas. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Ada orang-
orang sholat sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali"
(Ahmad:sahih).

10. menahan mulut ketika ingin menguap. Sabda Rasulullah s.a.w. Ketika
kalian menguap saat sholat, maka tahanlah sekuatnya karena syetan akan masuk ke
mulut kalian" (Muslim).

11. Jangan sholat seperti kebiasaan binatang. Dalam sebuah hadist Rasulullah
s.a.w. melarang sholat seperti patukan gagak, duduknya harimau dan menjalankan
ibadah di tempat yang satu seperti onta (Ahmad: sahih).
C. PENUTUP

 Kesimpulan

Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh


Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak
menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan
secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah
melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir, semua perbedaan
mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing
memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad
yang panjang.

Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya


memiliki paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang
lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.

Artinya " shalat lima waktu dari shalat jum'at sampai shalat jum'at berikutnya
adalah penghapus seluruh dosa yang ada di antara keduanya, selama tidak ada dosa
besar yang di perbuatnya".(HR.Muslim dan Tarmidzi)

Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan


waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia
maupun akherat kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami
sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk makalah-makalah
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Ahsin W. Alhafidz, M.A, Indahnya Ibadah dalam Islam, Jakarta: Srigunting,
2010

Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah: Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi


Aksara, 2006)

Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, (PT. Sirnar Baru Algensido 1954)

Dradjat ,Zakiah Prof.Dr. Ilmu Fiqh,Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf,1995

Anda mungkin juga menyukai