Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok :

1. Fifin
2. Elvy
3. Dimas
4. Lylya
Shalat Jama’ dan Qasar
Meng-qashar adalah memperpendek jumlah rakaat dan menjamak adalah mengumpulkan waktunya
shalat. Diperbolehkan bagi seorang musafir, yakni orang yang sedang dalam keadaan berpergian, yaitu
memperpendek shalat yang jumlah rakaatnya empat-empat, bukan yang kurang dari empat, seperti shalat
yang jumlah rakaatnya dua atau tiga. Seseorang telah dinyatakan berpergian terhitung setelah dia melewati :

1. Tugu (pembatas Desa) daerah tempat tinggalnya.


2. Apabila perjalanan yang akan di tempuhnya itu tidak searah dengan tugu itu berada, atau di daerah dia diami tidak
terdapat tugu pembatas, maka statusnya sebagai musafir terhitung setelah melewati parit.
3. Jika tidak ada parit, maka setelah melewati jembatan.
4. Jika jembatan juga tidak ditemukan, maka terhitung setelah melintasi kawasan pemukiman daerah asalnya meskipun
kawasan tersebut terdapat bidang-bidang tanah yang belum dikelola oleh penduduk tempat tinggalnya.
5. Demikian pula seandainya perjalanan yang akan ditempuh itu searah dengan keberadaan tugu daerah-daerah sekitar,
maka status kemusafirannya juga baru terhitung setelah melalui hal-hal di atas. Tugu yang ada tidak lagi dijadikan
acuan
Diperbolehkannya meng-qashar shalat yang jumlah rakaatnya empat dengan memenuhi 5 syarat :

1. Berpergian seseorang itu bukan dalam rangka maksiyat.


2. Jaka tempuh berpergiannya itu ada 16 farsah secara pasti (tidak boleh
kurang sedikit saja) menurut pendapat yang lebih shahih.
3. Orang yang melakukan qashar tersebut shalatnya berupa shalat “Ada”
yang rakaatnya 4 (bukan shalat qadla’).
4. Orang yang berpergian tersebut, niat meng-qashar shalat bersamaan
takbiratul ihramnya shalat.
5. Bagi orang yang meng-qashar shalat, di dalam (mengerjakan) sebagian
dari shalatnya, tidak boleh berma’mum kepada seorang imam yang
muqim; yakni ma’mum kepada orang yang mengerjakan shalatnya
secara sempurna.
Dan diperbolehkan bagi seorang musafir pada (sa’at) berpergian yang jauh lagi mubah, yaitu
mengumpulkan antara dua shalat, yakni Dhuhur dan ‘Ashar, dengan jamak taqdim (shalat ‘Ashar
dikerjakan di dalam waktu shalat Dhuhur) dan dengan cara jamak ta’khir (mengerjakan shalat Dhuhur
di dalam waktu shalat ‘Ashar),

Dan (diperbolehkan pula) ia mengumpulkan antara dua shalat, yakni Maghrib dan ‘Isya’ dengan cara
jamak tagdim dan (boleh dengan cara) jamak ta’khir,
Syarat-syarat jamak taqdim itu ada 3 (tiga) :
1. Mushalli mulai dengan melakukan shalat Dhuhur sebelum melakukan shalat ‘Ashar, dan (demikian juga)
memulai shalat Maghrib sebelum shalat ‘Isya’.
2. Niat jamak di permulaan mengerjakan shalat yang pertama. Dengan cara, ia membersamakan niat jamak itu
dengan takbiratul ihramnya shalat.
3. Muwalah (susul-menyusul dengan segera) antara mengerjakan shalat yang pertama dengan shalat yang
kedua. Dengan gambaran senggang waktu yang memisah antara shalat yang pertama dan yang kedua itu
tidak begitu lama.

Adapun syarat –syarat jamak ta’khir, yaitu sebagai berikut:


• Jama’ takhir dalam pelaksaanya wajib untuk niat jama’,dan niat tersebut harus
dilakukan pada waktu shalat yang pertama
• Boleh mengakhirkan niat,hingga waktu shalat yang pertama masih tersisa masa
• Jama’ takhir tidak wajib melaksanakan shalat secara tertib,muawalah dan tidak harus
niat jama’
Tata Cara Shalat dalam Kendaraan
1. Dengan posisi duduk di kursi kendaraan disertai dengan niat shalat (yang
dikehendaki) diteruskan dengan Takbiratul Ihram.
2. Tangan bersedekap, membaca do’a Iftitah, surat Al-Fatihah, dan surah yang
dikehendaki
3. Ruku’ membungkuk sedikit, membaca do’a sesuai dengan tuntunan
4. I’tidal, mengangkat kedua tangan dengan punggung lurus dalam posisi duduk di
kursi kendaraan
5. Sujud, membungkuk badan sedikit ( lebih rendah dari waktu Ruku’)
6. Duduk diantara dua sujud. Posisi sempurna di kursi kendaraan. Untuk rakaat
selanjutnya sama seperti rakaat pertama.
7. Duduk Terakhir. Duduk sempurna di kursi kendaraan dengan meletakkan kedua
tangan diatas lutut dan telunjuk jari kanan dikeluarkan dari gengaman
8. Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri
9. Berdo’a
Sholat Jum’at
Sholat jum’at adalah sholat 2 rokaat yang dilakukan di hari jum’at secara berjamaah setelah khutbah
jumat setelah masuk dzuhur.Untuk dapat melakukan sholat jum’at berjamaah,jumlah yang hadir harus minimal
40 orang dan dilakukan di masjid yang dapat menampung banyak jamaah. Hukum sholat jumat bagi laki-laki
adalah fardlu a’in ,yakni wajib dilakukan bagi setiap laki-laki.

Syarat-syarat kewajiban melakukan shalat jum’at ada tujuh perkara yaitu :


1. Islam
2. Sudah baligh (dewasa)
3. Berakal sehat. Tiga syarat ini menjadi syarat yang harus dipenuhi bagi shalat-shalat
selain shalat jum’at.
4. Merdeka
5. Laki-laki
6. Sehat badan/jasmani
7. Menetap (berdomisili di suatu desa/kota).
Syarat-syarat sahnya melakukan shalat Jum’at, itu ada 3 yaitu :

1. Shalat Jum’at diadakan di tempat tinggal yang menetap, yang mana sejumlah orang-orang yang ikut Jum’atan itu
menetap (berdomisili) di situ, baik tempat tinggal itu berupa sebuah kota dan desa yang sudah dibikin sebagai
tempat tinggal (domisili) yang tetap.
2. Jumlah (yang ikut serta) di dalam berjamaah Jum’at itu harus mencapai 40 orang laki-laki, dari ahli Jum’ah, Yaitu
orang-orang yang sudah mukallaf, laki-laki, merdeka (bukan budak) dan bertempat tinggal tetap.
3. Waktu pelaksanaanya masih ada,yaitu waktu dzuhur.maka seluruh bagian shalat jumat harus terlaksana pada waktu
tersebut.

Fardlu-fardlu shalat jum’at ada tiga.Sebagian ulama’ mengungkapkan dengan bahasa


“syarat-syarat”.Pertama dan kedua adalah dua khutbah, Ketiga : dari beberapa
fardlunya shalat jum’at ialah : shalat jum’at itu dilaksanakan sebanyak dua rakaat
dalam berjama’ah dengan golongan orang yang menjadikan shahnya shalat jum’at.
Rukun-rukunnya dua Khutbah tersebut ada 5 (lima), sebagai berikut :

1. Membaca al-Hamdulillah.
2. Membaca shalawat untuk Rasulullah SAW. Kedua bacaan (hamdalah dan shalawat Nabi
tersebut) lafadznya sudah ditentukan.
3. Berwasiat untuk bertaqwa kepada Allah. Dan tentang lafadlnya (ungkapan kata) wasiyat itu
tidak ada ketentuan secara pasti, (demikianlah) menurut pendapat yang shahih.
4. Membaca ayat al-Qur’an di dalam salah satu kedua khutbah tersebut.
5. Membaca do’a buat orang mu’min laki-laki dan perempuan, berada dalam berkhutbah yang
kedua.

Sunnah –sunnah hai’ahnya jum’at :


1. Mandi
2. Membersihkan Tubuhnya
3. Memakai pakaian bewarna putih
4. Memotong kuku jika sudah panjang dan demikian pula sunnah memotong rambut
Dan disunnahkan mendengarkan baik-baik sewaktu khatib berkhutbah, yaitu berdiam diri sambil
mendengarkan dengan seksama.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai