ABSTRAK
ABSTRACT
This research was conducted to determine the best soaking time of coconut
fiber as liquid fertilizer and its responses to the growth and yield of sweet potato.
This research used field experiment of randomized block design, which consisting
of one factor: the soaking time of coconut fiber (P) at 5 levels: p0 (1 day), p1 (7
days), p2 (14 days), p3 (21 days) and p4 (28 days). Each treatment consisted of five
replications. Each replication consisted of 5 samples, so there were 25 units and
375 treatment plants. The variables observed in this research were the above
ground dry matter (g), the number of tuber per plant (tuber), fresh weight of tuber
per plant (g), fresh weight of tubers per plot (g). The results showed that soaking
time of the coconut fiber significantly affected the number of tuber per plant, fresh
weight of tuber per plant and fresh weigth of tuber per plot. While the soaking
time of coconut fiber treatment have no significantly affected above ground dry
matter variable. Treatment of soaking time 14 days (p3) gave the highest value of
tubers per plant (3,24), fresh weight of tuber per plot (2084,83) and fresh weight
of tuber per plant (186,98). Treatment of 1 day soaking time (p 0) gave the lowest
value of the three variables but gave the highest value on above ground dry
matter variable.
1
PENDAHULUAN
Ubi jalar adalah salah satu komoditi pangan yang memiliki prospek baik di
dunia. Komoditas ini memiliki potensi ekonomi dan sosial yang tinggi karena ubi
jalar merupakan tanaman sumber karbohidrat yang sangat sesuai untuk digunakan
sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun industri. Ubi jalar mengandung
kalori yang cukup besar yaitu 123 kal/100 g berat basah umbi (Rukmana, 1997).
Kandungan pati yang tinggi, gula yang rendah, bertekstur kering serta terdapat
vitamin A dan C yang tinggi juga menjadi peluang bagi ubi jalar dalam proses
diversifikasi pangan.
Di luar negeri khususnya negara – negara maju, ubi jalar dijadikan bahan
makanan seperti tepung, kecap, gula permen, dan sirup.Selain itu dapat pula
dijadikan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia selain sebagai komoditas
tanaman pangan penting dalam rangka mendukung ketahanan pangan masyarakat
dan perekonomian nasional, sekarang ini digunakan juga untuk bahan baku
industri gula cair, alkohol, sorbitol hingga pembuatan plastik yang mudah terurai.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), luas panen tanaman ubi jalar di
Kalimantan Barat mencapai 1.867 ha dengan produktivitas mencapai 79,74 ku/ha
dan produksi mencapai 14.959 ton, sedangkan di Indonesia produksi ubi jalar
mencapai 2.056.046 ton dengan produktivitas 113,27 ku/ha. Produksi ubi jalar
secara nasional lebih besar dari produksi di Kalimantan Barat, sehingga
Kalimantan Barat berpeluang meningkatkan 1,4 kali dari produktivitas ubi jalar
saat ini. Produksi ubi jalar dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya
dengan pemupukan.
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun.Pupuk padat biasanya
diberikan melalui tanah dan pupuk cair diberikan melalui tanah dan daun. Pupuk
organik cair dari sabut kelapa merupakan olahan dari pemanfaatan limbah sabut
kelapa yang sangat banyak ditemui di Indonesia. Pupuk cair ini merupakan hasil
perendaman selama beberapa minggu dan diindikasikan mengandung unsur K.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan pupuk cair sabut
kelapa serta mengetahui pengaruh lama perendaman sabut kelapa sebagai pupuk
cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
METODE PENELITIAN
2
375 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu berat kering
tanaman bagian atas, jumlah umbi per tanaman, berat basah umbi per tanaman,
dan berat basah umbi per petak.
Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang berpengaruh
nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN