Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH DASAR TELEKOMUNIKASI

“Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi

Bessel”

DosenPengampu:

Toni Kusuma Wijaya, ST., M.Si

Oleh:

Meirwin Npm 19030022

Program StudiTeknikElektro
FakultasTeknik
Universitas Riau Kepulauan
BATAM
2021
Penyelesaian Analitik dan Pemodelan Fungsi Bessel

abstrak

Dalam makalah ini akan dilakukan penyelesaian analitik dan pemodelan persamaan diferensial
Bessel serta menunjukkan sifat simetri pada ruang Hilbert dan ortogonalitas untuk memperoleh
grafik Fungsi Bessel Jn(x) dan fungsi Neuman Nn(x).

1. Pendahuluan

Salah satu dari persamaan-persamaan diferensial yang terpenting dalam penerapan matematika
adalah persamaan diferensial Bessel x2y + xy + (x2 – v2) y = 0, di mana parameter v merupakan
bilangan yang diberikan. Persamaan ini timbul dalam soal-soal tentang getaran (vibrasi), medan
elektrostatik, rambatan (konduksi) panas, dan sebagainya, pada sebagian besar kasus
persoalan tersebut menunjukkan sifat simetri silinder. Kita asumsikan bahwa parameter v di
dalam persamaan diferensial di atas (*) adalah bilangan riil dan taknegatif. Perhatikan bahwa
persamaan diferensial ini mempunyai titik singular reguler di x = 0. Jadi Persamaan mempunyai
penyelesaian yang berbentuk

y(x) = xr a x
m0
m
m

= a
m0
m xmr dengan a0  0 turunan-turunannya adalah

 

y(x) =  (m  r) x   (m  r
mr1
m1 x mr
am 1)a
m1 m0

(m  r 1)(m  r) a
mr
y(x) = m m1
x
m2

xmr2
  (m  r  1)(m  r
 2)a
m0
substitusikan y, y dan y ke persamaan diferensial di atas, diperoleh

[(r  m)(r  m 1)  (r  m)  (x 2


 v 2 m xmr  0
)]a
m0

Bagi persamaan ini dengan xr dan kemudian kumpulkan koefisien dari xm, maka didapat

(r – v )a0 + [(r + 1) – v ] a1x +


2 2 2 2
[((r  m)
m2
2
 v 2 )a m  am2 ]xm = 0

(r2 – v2)a0 = 0

[(r + 1)2 – v2] a1 = 0


[((r  m)
m2
2
 v2 )am  am2 ]= 0

karena a0  0, dari (r2 – v2)a0 = 0 diperoleh persamaan penunjuk

r2 – v2 = 0  r = ± v

begitu pula dari [(r + 1)2 – v2] a1 = 0 di dapat a1 = 0.


Sedangkan dari persamaan [((r  m)


m2
2
 v2 )a m
 am2 ]= 0 didapat rumus rekursi

(r + m – v)(r + m + v) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … (1)

selanjutnya kita tinjau kasus r = v.

Penyelesaian Terhadap Akar r1 = v

Untuk r = r1 = v maka rumus rekursi menjadi m(2v + m) am = - am-2, untuk m = 2, 3, … karena a1 =


0, maka diperoleh a3 = 0, a5 = 0, …, a2k-1 = 0, untuk k = 1, 2, … dengan syarat 2v + m  0
untuk m = 2, 3,
….

Gantikan m dengan 2m dalam rumus (1) memberikan

1
a2m =  2
a2m2 , untuk m = 1, 2, 3, … (2)
2 m(v  m)

dengan syarat v  - m. Dari (2) kita peroleh koefisien-koefisien a2, a4, … secara berurutan. ganti m
dengan m-1 dalam (2), sehingga diperoleh

a2m-2 =  1
a2m4
2 (m 1)(v  m
2

1)
dengan demikian

(1)2
a2m = a2m4
24 m(m 1)(v  m)(v  m 1)

apabila proses ini dilanjutkan, maka didapat

(1)m a
0 , untuk m = 1, 2, 3, …. (3)
a2m = 2 2m m!(v  m)(v  m 1)...(v 
1)

a0 masih sembarang, biasanya diambil

1
a0 =
2v (v  1)

dimana  adalah fungsi Gamma. Untuk keperluan di sini cukup kita ketahui bahwa () didefinisikan
oleh integral

( )   e t t  ( > 0)
1
dt
0

dengan integrasi parsial diperoleh

(  1) 
e
t 
t dt   e t
t 
  ett 1dt
 

 0
0 0

pernyataan pertama di ruas kanan adalah nol dan integral di ruas kanan adalah (). Ini
menghasilkan hubungan dasar

(+1) =  () (4)

karena

e
t
(1) = dt  1
0

kita simpulkan dari (4) bahwa

(2) = (1) = 1 !, (3) = 2(2) = 2!, dan umumnya (k+1) = k! untuk k = 0, 1, 2, ….

Ini menunjukkan bahwa fungsi gamma dapat dipandang sebagai generalisasi dari fungsi faktorial
yang diketahui dari kalkulus elementer. Kita kembali pada masalah yang kita tinjau, (v+m)(v+m- 1) …
(v+1) (v+1) = (v+m+1) jadi rumus untuk a2m pada (3) menjadi

(1)m
a2m 
22m m!(v  m)(v  m 1)...(v  1)(v  1).2v
(1)m
a2m 
2v2m m!(v  m  1) , m = 0, 1, 2, …. (5)


Dengan menentukan r = v dan substitusikan (5) ke y(x) = 2m-1
a m x dan mengingat a
r m
x = 0, untuk
m0
m = 1, 2, …, maka didapat
  (1)m 2m

y(x) = x
v
 a2m x
2m
=x 2
v
v2m
m!(v  m  1)
x
m0 m0

fungsi ini dikenal sebagai fungsi Bessel jenis pertama orde v dan ditulis dengan notasi J v(x). Jadi
 m
v (1) 2m

Jv(x) = x 2 v2m
m!(v  m  1)
(6)
m0

atau

xv  1  x 2  x4  ...
Jv(x) = 2 (v  1)
v
2(2v  2) 2.4(2v  2)(2v  4)
 

dan berlaku untuk v yang bukan bilangan bulat negatif, atau


 m
n (1) 2m

Jn(x) = x 2 n2m
m!(n  m)!
x
m0

Deret di ruas kanan pada (6) konvergen mutlak untuk setiap x (uji dengan tes hasil bagi). Fungsi ini
merupakan solusi persamaan diferensial (6) untuk v bukan bilangan bulat negatif. Khususnya untuk v
= 0, dari (6) diperoleh

x2 x4 x6
J0(x) = 1  2
 2 2
 2 2 2
 ...,
2 2 .4 246

yaitu fungsi Bessel orde nol.

2. Pembahasan

Pada pembahasan ini kita tinjau kasus r = - v, dengan mengganti v dengan –v di (6), kita peroleh
 m
v (1) 2m

J-v(x) = x 2 2mv
m!(m  v  1)
(7)
m0

Karena persamaan Bessel memuat v2, maka fungsi-fungsi Jv dan J-v merupakan penyelesaian-
penyelesaian dari persamaan Bessel untuk v yang sama. Bila v bukan bilangan bulat, maka J v dan J-v
adalah bebas linear karena suku pertama di (6) dan suku pertama di (7) berturut-turut adalah
kelipatan hingga yang tak nol dari x v dan x-v. Ini memberikan hasil berikut.

Teorema 1. (Penyelesaian umum persamaan Bessel)

Jika v bukan bilangan bulat, maka penyelesaian umum persamaan Bessel untuk setiap x  0 adalah
y(x) = c1 Jv(x) + c2 J-v(x). Tetapi jika v suatu bilangan bulat, maka y(x) = c 1 Jv(x) + c2 J-v(x) bukan
penyelesaian umum. Ini diperoleh dari teorema berikut.

Teorema 2. (Kebergantungan linear fungsi-fungsi Bessel Jn dan J-n)

Untuk bilangan bulat v = n, fungsi-fungsi Bessel J n(x) dan J-n(x) adalah bergantung linear karena

J-n(x) = (-1) n Jn(x) untuk n = 1, 2, 3, ….

Fungsi eksponensial dapat digunakan untuk menyatakan fungsi-fungsi J n(x). kita tahu bahwa

 1

xt ( n
) e
xt2

n0 n! 2

 1

xt
n!
(
2) e
n  xt 2
n0

bila kedua deret itu kita perkalikan maka diperoleh


x
(t  1 )
e2   J (x) t n
 t
n
n

= J0(x) + J1(x) t + J2(x) t2 + J-1(x) t-1 + J-2(x) t-2 + ….

berlaku untuk setiap x dan t  0. Jadi Jn merupakan koefisien dari uraian fungsi elsponensial di atas.
Untuk memenuhi penyelesaian dan pemodelan fungsi Bessel dengan nilai limit dapat ditunjukkan
dengan gambar di bawah ini
0.4

0.2

10 20 30 40 50

0.2

0.4

Gambar 1. Grafik fungsi-fungsi Bessel

0.4

0.2

2 4 6 8 10 12 14
0.2

0.4

0.6

0.8

Gambar 2. Ruang Hilbert dengan deret Fourier Bessel


10

3 2 1 1 2 3

10

Gambar 3. Fungsi Bessel dengan Orde n

0.8

0.6

0.4

0.2

1.0 1.5 2.0 2.5 3.0

Gambar 4. Fungsi Bessel ortogonalitas


2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

10 8 6 4 2 2

0.5
Gambar 5. Fungsi Bessel Neuman Sferis

3. Kesimpulan

Dari pemodelan persamaan diferensial Bessel yang disebut fungsi Hankel atau disebut fungsi
Bessel jenis ketiga dan penyelesaian persamaan Helmholtz dalam sistem koordinat sferis dan
duplikasi Legendre untuk menyelidiki ortogonalitas fungsi-fungsi harmonik diperoleh grafik fungsi
Bessel Jn(x) dan fungsi Neuman Nn(x).

DAFTAR PUSTAKA

Abell, M. L. & J. P. Braselton, Diferential Equations with Mathematica, Third Edition,


ELSEVIER Academic Press (2004).

Kreyszig, E, Advanced Engineering Mathematics, 5th Edition, John Wiley and Sons, New York (1983).

Anda mungkin juga menyukai