Anda di halaman 1dari 190

ETIKA PROFESI

UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2


1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49


1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak
lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah)

ii
ETIKA PROFESI

Mukhsin, S.T., M.Kom.

Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2016

iii
ETIKA PROFESI; Aspek Bisnis Teknik Sipil

Mukhsin, S.T., M.Kom.

Tata Letak Isi : Uki

Copyright © 2016 by Penerbit K-Media


All right reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.


Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apapun
tanpa izin tertulis dari Penerbit K-Media.

Cetakan Pertama: Desember 2016

Penerbit K-Media
Anggota IKAPI
Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15
Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta
e-mail: kmedia.cv@gmail.com

MUKHSIN
Etika Profesi; Aspek Bisnis Teknik Sipil, Mukhsin.
-- Yogyakarta: Penerbit K-Media, 2016.
x, 178 hlm. ; 20 cm.

ISBN: 978-602-6570-29-1

--------------
Hak Cipta 2016, pada Penulis

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang


Mahakuasa, akhirnya Buku Ajar untuk matakuliah ETIKA
PROFESI telah dapat diluncurkan. Buku Ajar ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra. untuk memahami dan
menghayati konsep etika profesi secara umum.
“Practice makes perfect”, adalah bisa karena terbiasa,
trisno jalaran soko kulino, ataupun istilah apa saja, yang jelas
semuanya mengisyaratkan bahwa Buku Ajar ini tidaklah cukup
hanya dibaca. Oleh karena itu, sebagai pendukung Buku Ajar ini,
mahasiswa diharapkan membaca materi-materi yang sesuai dari
berbagai sumber, entah itu dari literatur maupun Internet yang
berkaitan dengan aplikasi-aplikasi nyata Etika Profesi dalam
dunia kerja yang nyata, sehingga apa yang tersaji dalam Buku
Ajar tidak hanya “seperti menara gading”.
Penyusunan Buku Ajar ini masih jauh dari sempurna dan
benar, tapi mudah-mudahan dapat membantu pemikiran bagi
siapapun yang akan menerapkan etika profesi demi tercapainya
ahli konstruksi yang profesional. Harapan dari penyusun apabila
ada hal-hal yang belum teridentifikasi agar dapat memberikan
masukan guna penyempurnaan dalam tulisan ini. Penyusun juga

v
berharap bahwa buku ajar ini dapat banyak memberikan manfaat,
khususnya kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah Etika
Profesi.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaiaan
penyusunan buku ajar ini. Kritik dan saran pembaca demi
perbaikan dan kelengkapan Buku Ajar ini sungguh Penyusun
harapkan. Akhirnya, Penyusun berharap semoga Buku Ajar ini
memberikan manfaat dan maslahat bagi para pembaca, sekaligus
memberikan sumbangan pada pengembangan khazanah ilmu.
Insya Allah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Indramayu, November 2016

Mukhsin, ST., M.Kom.

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. v


DAFTAR ISI .......................................................................... vii

BAB I ETIKA .................................................................... 1


1.1 Pengertian dan Nilai Etika ........................................ 2
1.1.1 Etika dan Estetika .........................................4
1.1.2 Etika dan Etiket ............................................4
1.1.3 Etika dan Ajaran Moral ................................6
1.1.4 Etika dan Agama ..........................................7
1.1.5 Macam-Macam Etika ...................................8
1.1.6 Sistem Penilaian Etika ................................ 10
1.2 Moralitas ................................................................ 11
1.2.1 Tanggung Jawab Moral .............................. 13
1.2.2 Kaidah Moral Dalam Kehidupan
Bersama ..................................................... 14
1.2.3 Moral dan Legalitas .................................... 15

BAB II PROFESI .............................................................. 19


2.1 Pengertian Profesi................................................... 20
2.2 Ciri-Ciri Profesi ...................................................... 22
2.3 Profesionalisme ...................................................... 24
2.4 Peranan Etika Dalam Profesi .................................. 25
2.5 Prinsip Etika Profesi ............................................... 28

vii
BAB III ORGANISASI PROFESI dan KODE ETIK
PROFESI .............................................................. 29
3.1 Organisasi Profesi................................................... 29
3.1.1 Manfaat Organisasi Profesi ......................... 31
3.1.2 Tujuan Dibentuknya Organisasi Profesi
Engineering ............................................... 31
3.1.3 Organisasi Profesi Engineering di
Dunia ......................................................... 32
3.1.4 Organisasi Profesi Engineering di
Indonesia.................................................... 33
3.2 Kode Etik Profesi ................................................... 38
3.2.1 Kode Etik Industri Jasa Konstruksi ............. 42
3.2.2 Kode Etik Asosiasi Profesi ......................... 44

BAB IV STANDAR TEKNIK ............................................ 51


4.1 Pengertian Standar Teknik ...................................... 51
4.2 Penggunaan Standard Teknik .................................. 52
4.3 Macam Macam Standar Teknik .............................. 53

BAB V STANDAR MANAJEMEN .................................. 71


5.1 Pengertian Standar Manajemen Mutu ..................... 71
5.2 ISO 9000 ................................................................ 73
5.3 Sistem Manajeman Produksi TQM ......................... 78
5.4 Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) .................................................... 81
5.5 OHSAS 18000........................................................ 82
5.6 Standar Manajemen Lingkungan............................. 83
5.7 ISO 14000 .............................................................. 84

viii
BAB VI PERATURAN dan REGULASI........................... 87
6.1 Definisi Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI)................................................................... 87
6.2 Sejarah HAKI ......................................................... 88
6.3 Macam-macam HAKI ............................................ 90
6.4 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual ............... 95
6.5 Konsep dan Tujuan Penearapan HAKI .................... 96
6.6 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di
Indonesia ................................................................ 97
6.7 Penerapan Undang-Undang No.19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta ................................................... 99
6.8 Sanksi Pelanggaran HAKI .................................... 106

BAB VII ASPEK BISNIS TEKNIK SIPIL ....................... 111


7.1 Aspek Bisnis Di Bidang Produksi ......................... 111
7.2 Prosedur Pendirian Bisnis ..................................... 113
7.3 Kontrak Kerja ....................................................... 118
7.4 Prosedur Pengadaan.............................................. 119
7.5 Kontrak Bisnis ...................................................... 122

BAB VIII KONSULTAN ENGINEERING ........................ 127


8.1 Tugas Konsultan Perencana .................................. 128
8.2 Prospek Kerja Teknik Sipil ................................... 130
8.3 Sertifikasi Profesi ................................................. 133

BAB IX BAKUAN KOMPETENSI LPJK....................... 135


9.1 Persyaratan Sertifikasi .......................................... 135
9.2 Unit Kompetensi .................................................. 142
9.3 Elemen Kompetensi.............................................. 143
9.4 Uraian Kegiatan Kompetensi ................................ 147
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 176

ix
x
BAB I
ETIKA

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga


pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system
yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem
pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan
lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga
kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang,
tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari
tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Sifat-sifat Etika:
1. Non-empris Filsafat : digolongkan sebagai ilmu non
empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada
fakta atau yang kongkret.
2. Praktis cabang-cabang filsafat : berbicara mengenai
sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum
mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak

1
terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang
harus dilakukan”.

1.1 Pengertian dan Nilai Etika


Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir
sama bunyinya, namun berbeda artinya. Pertama berasal dari kata
ethos yang berarti kebiasaan atau adat, sedangkan yang kedua
dari kata ethos yang artinya perasaan batin atau
kencenderungan batin yang mendorong manusia dalam
perilakunya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P
dan K, 1988), etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti
sebagai berikut.
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan/ masyarakat.

Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau


dasar pertimbangan dalam setiap tingkah laku manusia termasuk
kegiatan di bidang keilmuan. Menurut para ahli maka etika tidak
lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk, seperti yang dirumuskan oleh beberapa
ahli berikut ini :
1. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran
dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah
teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang

2
dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan
oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
4. Etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang
benar dan yang salah dalam tindak perbuatannya.
Fagothey (1953)
5. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the
discipline which can act as the performance index or
reference for our control system” (disiplin yang dapat
bertindak sebagai indeks kinerja atau referensi untuk
sistem kendali kita).

Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self


control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral
menyangkut akhlak manusia. Misalnya, perbuatan seseorang
dikatakan melanggar nilai-nilai moral dapat diartikan pula bahwa
perbuatan tersebut melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis
yang berlaku di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi
kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana
ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan

3
dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian
etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya.
“Nilai" dimaksudkan kondisi atau kualitas suatu benda
atau suatu kegiatan yang membuat eksistensinya, pemilikannya,
atau upaya mengejarnya menjadi sesuatu yang diinginkan oleh
individu-individu masyarakat. Nilai tidak selalu bersifat
subjektif, karena ia tetap mengacu pada konteks sosial yang
membentuk individu dan yang pada gilirannya dipengaruhi
olehnya. Aspek nilai inilah yang menjadikan etika sebagai suatu
teori mengenai hubungan antar pribadi dan membedakannya dari
nilai-nilai intelektual atau estetis semata-mata. Nilai etis secara
logis dapat diwujudkan dalam hubungannya antara manusia
dengan sesama manusia.

1.1.1 Etika dan Estetika


Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum,
norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma
hukum berasal dari hukum dan perundang- undangan, norma
agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari
suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-
hari sedangkan norma moral berasal dari etika.

1.1.2 Etika dan Etiket


Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)
berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu :

4
 Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah
tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai
binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun
etiket.
 Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara
normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia
dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru
karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut
sering dicampuradukkan.

Perbedaan antara etika dengan etiket


1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia.
Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang
diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu
sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu
berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang
dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya
sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam
sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam
kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah
seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri”
merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja
sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam.
Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket

5
namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun
munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika
tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik
maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis
adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

1.1.3 Etika dan Ajaran Moral


Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat
pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana
orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik
terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban
manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran
moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran
moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar
melaporkan pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang sebenarnya).

Pluralisme moral diperlukan karena:


1. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya
perbedaan suku,daerah budaya dan agama yang hidup
berdampingan;
2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur
dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya
menantang pandangan moral tradisional;
3. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun
kehidupan, masing-masing dengan ajarannya sendiri
tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:

6
 Sikap terhadap sesama;
 Etika keluarga;
 Etika profesi, misalnya etika untuk dokumentalis,
pialang informasi;
 Etika politik;
 Etika lingkungan hidup; serta
 Kritik ideologi.

1.1.4 Etika dan Agama


Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama
merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral.
Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika
agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar
indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya
rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa Tuhan
memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti
mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat
membantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu
mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan
bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
masyarakat maka agama menghadapi masalah moral
yang secara langsung tidak disinggung- singgung dalam
wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia
dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika
mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata

7
sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena
itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang
mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang
dari semua agama dan pandangan dunia.

1.1.5 Macam-Macam Etika


Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama
dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong
secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan
berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :


1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori.

8
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip
moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana
saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi
oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
etis: cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya.

Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :


1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap
dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat
manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika


sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan
dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.

9
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka
etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau
bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini
adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi

1.1.6 Sistem Penilaian Etika


Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah
pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.
Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat
baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak
atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah
dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu
budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari
semasih berupa angan-angan, cita-cita,niat hati, sampai ia lahir
keluar berupa perbuatan nyata. Burhanuddin Salam, Drs.
menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan,
jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata,
yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu
baik atau buruk.

10
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika
Profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang
merupakan produk dari etika sosial. Etika Profesi adalah : Etika
sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu
lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut.
Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau
kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan
direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada
(4 empat) variabel yang terjadi :
1. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak
baik.
2. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ;
kelihatannya baik.
3. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak
baik.
4. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

1.2 Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan
norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia.
Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus
hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan
antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan
moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan
kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat
dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah
sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket
atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi

11
atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari
beberapa sumber.

Pluralisme moral
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan
merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran
filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar,
sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar,
pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa
perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah
masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian
dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah.
Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
seharusnya.
Nilai-nilai moral merupakan kesadaran manusia dalam
menghadapi sesuatu, sadar akan nilai-nilai yang baik dan buruk.
Penilaian tentang yang baik dan buruk merupakan penilaian
moral, karena moral merupakan nilai yang sebenarnya bagi
manusia. Hal ini berarti adanya kesadaran moral manusia dalam
bersikap dan berperilaku.
Moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai,
dan sikap moral seseorang atau sebuah masyarakat. Nilai-nilai
moral itu berada dalam suatu wadah yang disebut moralitas,
karena di dalamnya terdapat unsur-unsur keyakinan dan sikap
batin dan bukan hanya sekadar penyesuaian diri dengan aturan
dari luar diri manusia.
Moralitas bersifat intrinsik dan ekstrinsik, Moralitas
yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu sendiri,
sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau
tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitas

12
intrinsik ini esensinya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu
sendiri. Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya
didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, baik yang
bersifat perintah ataupun larangan. Moralitas yang bersifat
ekstrinsik ini merupakan realitas bahwa manusia itu terikat pada
nilai-nilai atau norma-norma yang diberlakukan dalam kehidupan
bersama.

1.2.1 Tanggung Jawab Moral


Tanggung jawab merupakan beban moral karena
dibebankan pada kehendak manusia yang bebas untuk
melaksanakan kebaikan. Tanggung jawab tidak dimiliki oleh
makhluk hidup lain selain manusia karena hanya manusia yang
mengerti dan menyadari perbuatannya sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia.
Tanggung jawab merupakan sikap dan pendirian yang
harus dimiliki manusia karena dengan rasa tanggung jawab ini
manusia itu berkembang, menghargai sesamanya dan
lingkungannya. Sikap ini merupakan beban moral, karena
seyogyanya diwujudkan dalam perilaku yang nyata, yaitu
bertindak dengan semestinya, bertindak sesuai norma dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tidak dipengaruhi
oleh faktor-faktor di luar dirinya. Dengan demikian, tanggung
jawab moral me-rupakan landasan dan kebijaksanaan manusia
dalam memandang kehidupan ini.
Kesalahan moral dalam kehidupan
1. Unsur kodrati manusia : adalah kesalahan yang
berpasangan dengan kebaikan, merupakan unsur kodrati
manusia
2. Kesalahan yang diartikan pelanggaran : kesalahan dapat
diartikan sebagai pelanggaran apabila orang yang berbuat

13
salah itu mengerti dan memahami serta berbuat dengan
sengaja.

Dalam kaitannya dengan kesalahan moral, maka


penerapannya dapat dilihat dalam bentuk yang konkret dalam
kehidupan bersama. Sesuatu dikatakan tidak bermoral karena
memalukan masyarakat. Suatu perbuatan dikatakan salah karena
masyarakat menyalahkan. Pandangan yang semacam ini
mengandung kebenaran akan tetapi belum menunjuk akar yang
terdalam dari kesalahan moral. Baik atau buruk pada akhirnya
tergantung pada pendapat masyarakat. Jahat atau tidak, itu tidak
bergantung dari tertangkapnya atau tidak tertangkapnya oleh
orang lain atau pihak yang berwajib.
Semua itu belum menunjuk pada akarnya. Satu-satunya
yang dapat menerangkan adanya kesadaran akan kesalahan, ialah
pengakuan bahwa manusia itu dalam perbuatannya menangkap
diri sendiri sebagaimana mestinya, dalam hubungannya dengan
realitas yang sebenarnya, terutama dengan Tuhan yang
menciptakan (N. Drijarkara, tahun 1981 halm 28-36).

1.2.2 Kaidah Moral Dalam Kehidupan Bersama


Nilai-nilai dalam kehidupan bersama merupakan dasar
bagi norma-norma yang dianut dan ditaati bersama oleh suatu
masyarakat. Norma atau kaidah ini diperlukan untuk melindungi
kepentingan bersama. Kaidah merupakan pedoman untuk
berperilaku. Kaidah sebagai pedoman bersama ini menentukan
perilaku seseorang, apakah sesuai atau tidak dengan pandangan
hidup bersama dan bagaimana seyogyanya seorang anggota
masyarakat itu berperilaku.
Dalam perkembangannya, kaidah-kaidah yang muncul di
masyarakat itu bermacam-macam. Pada prinsipnya kaidah-

14
kaidah tersebut terbagi menjadi dua : yaitu kaidah-kaidah yang
berhubungan dengan aspek kehidupan individu dan kaidah-
kaidah yang berhubungan dengan orang lain.
Tata kaidah tersebut terdiri dari kaidah kepercayaan atau
keagamaan, kaidah kesusilaan, kaidah sopan santun dan kaidah
hukum, dapat dikelompokkan seperti berikut.
1. Tata kaidah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi
lebih lanjut menjadi:
a. Kaidah kepercayaan atau keagamaan;
b. Kaidah kesusilaan.
2. Tata kaidah dengan aspek kehidupan antarpribadi yang
dibagi lebih lanjut menjadi:
a. Kaidah sopan santun atau adat;
b. Kaidah hukum (sudikno-mertokusumo, 1988:6)

1.2.3 Moral dan Legalitas


Seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant memberikan
penegasan hubungan antara moralitas dan legalitas. Dalam
metafisika kesusilaan (Metaphysik den Sitten, 1797), Kant
membuat distingsi antara legalitas dan moralitas.
Legalitas dipahami Kant sebagai kesesuaian dan ketidak-
sesuaian semata-mata suatu tindakan dengan hukum atau norma
lahiriah. Kesesuaian dan ketidaksesuaian ini pada dirinya sendiri
belum bernilai moral sebab dorongan batin (triebfeder) sama
sekali tidak diperhatikan. Nilai moral baru diperoleh di dalam
moralitas.
Selanjutnya oleh Kant menegaskan bahwa moralitas
adalah kesesuaian sikap perbuatan kita dengan norma atau
hukum batiniah kita yakni apa yang kita pandang sebagai
kewajiban kita.

15
Moralitas akan tercapai apabila kita menaati hukum
bukan karena hal itu akan menguntungkan atau karena takut pada
sanksinya, melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu
merupakan suatu kewajiban yang harus ditaati.
Kant menegaskan pula bahwa kesungguhan sikap moral
kita baru tampak kalau kita bertindak demi kewajiban itu sendiri,
kendati itu tidak mengenakkan kita ataupun memuaskan perasaan
kita. Dorongan atau motivasi lain selain kewajiban (seperti belas
kasihan, dan iba hati) memang "patut dipuji", tetapi itu sama
sekali tidak mempunyai nilai moral (bukan amoral atau
bertentangan dengan moral). Menurut Kant, kewajibanlah yang
menjadi tolok ukur atau batu uji apakah tindakan seseorang boleh
disebut tindakan moral atau tidak.
Kant membedakan moralitas menjadi dua yaitu Moralitas
Heteronom dan Moralitas Otonom.
1. Moralitas Heteronom adalah sikap di mana kewajiban
ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu
sendiri, melainkan karena sesuatu yang berasal dari luar
kehendak si pelaku sendiri, misalnya karena mau
mencapai tujuan yang diinginkan ataupun karena
perasaan takut pada penguasa yang memberi tugas
kewajiban itu.
2. Moralitas Otonom adalah kesadaran manusia akan
kewajiban yang ditaatinya sebagai sesuatu yang
dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai hal yang
baik.

Di dalam moralitas otonom, orang mengikuti dan


menerima hukum bukan lantaran mau mencapai tujuan yang
diinginkannya ataupun lantaran takut pada penguasa, melainkan
karena itu dijadikan kewajiban sendiri berkat nilainya yang baik.

16
Moralitas menurut Kant disebut sebagai otonom kehendak
(autonomie des willens) yang merupakan prinsip tertinggi
moralitas, sebab ia berkaitan dengan kebebasan, hal yang hakiki
dari tindakan makhluk rasional atau manusia (terjemahan, Lili-
Tjahjadi, 1991 :47-48).
Ilmu dan moral merupakan suatu sisi yang berbeda
tetapi mempunyai keterkaitan yang erat sekali. Pertentangan-
pertentangan yang muncul antara ilmu dan moral lebih
diakibatkan oleh dikacaukannya dalam penafsirannya. Penafsiran
yang kacau tersebut lebih disebabkan karena adanya pendapat
yang mencoba memisahkan dan mempertentangkan ilmu dan
moral. Moral lebih diutamakan pada pengkajian kaidah
kesusilaan yang berlaku di masyarakat dan ini dipandang tidak
ada kaitannya dengan ilmu.
Situasi etis dalam perkembangan dunia yang semakin
modern ini akan terlihat tiga ciri, sebagai berikut.
1. Adanya pluralisme moral;
2. Timbul masalah etis baru yang tidak terduga;
3. Dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu
kepedulian etis yang universal.

17
18
BAB II
PROFESI

Menurut Frans Magnis Suseno (1991 : 70), profesi itu


harus dibedakan dalam dua jenis, yaitu profesi pada umumnya
dan profesi luhur. Profesi pada umumnya, paling tidak ada dua
prinsip yang wajib ditegakkan, yaitu:
1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung
jawab; dan
2. Hormat terhadap hak-hak orang lain.

Pengertian bertanggung jawab ini menyangkut, baik


terhadap pekerjaannya maupun hasilnya, dalam arti yang
bersangkutan harus menjalankan pekerjaannya dengan sebaik
mungkin dengan hasil yang berkualitas. Selain itu, juga dituntut
agar dampak pekerjaan yang dilakukan tidak sampai merusak
lingkungan hidup, artinya menghormati hak orang lain.
Dalam profesi yang luhur (officium nobile), motivasi
utamanya bukan untuk memperoleh nafkah dari pekerjaan yang
dilakukannya, di samping itu juga terdapat dua prinsip yang
penting, yaitu :
1. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu; dan
2. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi.

19
Untuk melaksanakan profesi yang luhur secara baik,
dituntut moralitas yang tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas
yang tinggi adalah:
1. Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai
dengan tuntutan profesi;
2. Sadar akan kewajibannya;
3. Memiliki idealisme yang tinggi.

2.1 Pengertian Profesi


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa
suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang
bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh
dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek
pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-
bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara,
dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang
seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris
dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut De George, timbul
kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,
sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan
ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau
belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De
George : Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian. Profesional adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari

20
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara
orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan /
Profesi” dan “Profesional” terdapat beberapa perbedaan :
1. Profesi :
a. Pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan keahlian
khusus dalam bidang pekerjaannya.
b. Pekerjaan yang berkaitan dengan bidang yang
didominasi oleh pendidikan dan keahlian, yang diikuti
dengan pengalaman praktik kerja purna waktu.
c. Dilaksanakan dengan mengandalkan keahliannya.
2. Profesional :
a. Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu.
b. Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun
waktu.
c. Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi.
d. Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu
atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
sesuai keahliannya.
e. Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan
keterampilan dan memiliki dasar pendidikan dan
pelatihan serta pengalaman dalam kurun waktu untuk
menunjang keahliannya.
f. Memahami kaidah dan standard moral profesi serta
etika profesi dalam bidang pekerjaannya.

21
g. Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat,
artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
h. Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk
menjalankan profesinya.
i. Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai
pengawasnya.

2.2 Ciri-Ciri Profesi


Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu
melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus,
Biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-
tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan
kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat,
Artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan
masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus
terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Menjadi anggota dari suatu profesi.

22
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang
memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas ratarata. Di satu
pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain
pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik
dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang
kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu
kualitas masyarakat yang semakin baik.

Syarat- Syarat Suatu Profesi :


1. Melibatkan kegiatan intelektual.
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan
sekedar latihan.
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen.
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini
adalah kode etik.

Seorang Profesional dituntut memiliki :


1. Pengetahuan;
2. Penerapan keahlian;
3. Tanggung jawab sosial;
4. Pengendalian diri;
5. Etika bermasyarakat sesuai profesinya.

23
Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk
dapat disebut sebagai profesi, maka pekerjaan itu sendiri harus
mencerminkan adanya dukungan yang berupa:
1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);
2. Diabadikan untuk kepentingan orang lain;
3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan
finansial;
4. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi
dan organisasi profesi tersebut antara lain menentukan
berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta pula
bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran
profesi yang bersangkutan;
5. Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.

2.3 Profesionalisme
Merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu
rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya
suatu profesi. Profesional mengandung pula pengertian
menjalankan suatu profesi untuk keuntungan sebagai sumber
kehidupan.
Profesi sering kali kita artikan sebgai pekerjaan kita
sehari-hari. Namun profesi mengharuskan tidak hanya
pengetahuan dan keahlian khusus melalu persiapan dan latihan,
tetapi dalam arti “profession” terpaku juaga suatu panggilan.
Dimana profesional harus memadukan diri pribadinya kecakapan
teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya dan
juga kematangan etik.
Ciri-ciri Profesionalisme:
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar
kesempurnaan hasil (perfectresult), sehingga kita dituntut
untuk selalu mencari peningkatan mutu.

24
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian
kerja dimana didapati dari pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan kesabaran,
dimana sifat tidak mudah puas atau putus asa mencapai
target.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak
bisa tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau kenikmatan
hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran
dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang
tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa tidaklah mudah menjadi


seorang pelaksana profesi yang profesional, dimana harus
memiliki kriteria-kriteria yang mendasarinya. Dapat lebih jelas
lagi bahwa seorang yang dikatakan profesional adalah mereka
yang sangat kompeten atau memiliki kompetensi-kompetensi
tertentu yang mendasari kinerjanya.

2.4 Peranan Etika Dalam Profesi


Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua
orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok
masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga
sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut,
suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk
mengatur kehidupan bersama.
Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-
nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan
kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama
anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering
menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur

25
dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan
diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala
perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak
didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai
contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia
peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian
klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat
miskin tidak mungkin menjamahnya.
Profesi selalu dikaitkan dengan gagasan 'layanan'.
Dengan demikian, profesi telah digambarkan sebagai
sekelompok orang terorganisir untuk melayani tubuh khusus
pengetahuan dalam kepentingan masyarakat (Appelbaum &
Lawton, 1990: p4). Demikian pula, Whitbeck (1998: p74)
menegaskan bahwa profesi adalah "pekerjaan yang baik
memerlukan studi lanjutan dan penguasaan tubuh khusus
pengetahuan dan melakukan untuk mempromosikan, menjamin
atau menjaga beberapa hal yang secara signifikan mempengaruhi
'kesejahteraan orang lain ". Tanggung jawabnya telah banyak
digambarkan sebagai termasuk kepuasan "kebutuhan sosial
sangat diperlukan dan bermanfaat" (Johnson, 1991: p63- 64); dan
tujuan pelayanan kepada publik (Murdock dan Hughes, 1996,
dikutip dalam Fryer, 1997:p31). Seorang profesional beroperasi
di dunia orang-orang dengan siapa mereka bekerja, rekan dan
spesialis lain, dan orang-orang yang mereka layani, seperti klien
mereka dan publik (Pressman, 1997: p10) - hubungan yang telah
disebut sebagai "konsensus dan fidusia "(Pressman, (1997).
Profesional tidak dibebaskan dari perilaku etis yang
umum - seperti, kewajiban, tugas dan tanggung jawab - yang

26
mengikat orang-orang biasa (Johnson, 1991:p131) dan biasanya
terikat oleh seperangkat prinsip, sikap atau jenis karakter
disposisi yang mengontrol cara profesi dipraktekkan. Hal ini
telah disebut dan kekhawatiran potensi masalah menghadapi
anggota profesi atau kelompok dan dampaknya terhadap
masyarakat (Johnson, 1991:p132) dengan implikasi bahwa
keadilan harus dikaitkan tidak hanya untuk klien tapi juga rekan-
rekan dan publik (Johnson, 1991: p117).
Salah satu aspek penting adalah bahwa konflik
kepentingan, didefinisikan sebagai bunga yang, jika diikuti, bisa
tetap profesional dari pertemuan salah satu kewajiban mereka
(Coleman, 1998: P34). Lain adalah profesional yang tepat yang
relevan disebut sebagai "Hak Penolakan nurani" yang merupakan
hak karyawan untuk menolak untuk mengambil bagian dalam
tidak etis melakukan ketika dipaksa untuk melakukannya oleh
majikan. Hal ini dapat terjadi dalam pekerjaan atau non-kerja
situasi dan mungkin tidak perlu melibatkan melanggar hukum
(Whitbeck (1998: P51).
Penolakan nurani dapat dilakukan dengan baik hanya
tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang satu melihat sebagai
tidak bermoral, atau mungkin dilakukan dengan harapan
membuat protes publik yang akan menarik perhatian pada situasi
yang orang percaya yang salah (Whitbeck, 1998). Profesi yang
berbeda, bagaimanapun, memiliki reputasi yang berbeda
sepanjang etika perilaku yang bersangkutan. Dalam sebuah
survei pendapat terbaru umum, misalnya, arsitek dinilai unggul
dalam perilaku etis untuk pengacara, beberapa dokter dan hampir
semua pengusaha, dengan para ulama berada di peringkat
tertinggi Pengacara, tampaknya, diharapkan untuk
memprioritaskan kewajiban mereka untuk klien atas kewajiban
mereka kepada publik bahkan jika klien mereka bersalah

27
melakukan kejahatan, terlepas dari bagaimana keji kejahatan
(Johnson, 1991).

2.5 Prinsip Etika Profesi


1. Tanggung jawab
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap
hasilnya.
 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada
siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi.
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional
memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan
profesinya.

28
BAB III
ORGANISASI PROFESI dan
KODE ETIK PROFESI

3.1 Organisasi Profesi


Organisasi profesi merupakan organisasi yang
anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka
sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan
fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam
kapasitas mereka sebagai individu.
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH (1998), ada 3
Ciri-ciri Organisasi Profesi:
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu
organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu
profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan
dengan dasar ilmu yang sama.
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan
kode etik dan kompetensi profesi serta memperjuangkan
otonomi profesi.
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan
serta merumuskan standar pelayanan profesi, standar
pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan
kebijakan profesi.

29
Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi
pokok dalam kerangka peningkatan profesionalisme sebuah
profesi, yaitu:
1. Mengatur keanggotaan organisasi
Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang
keanggotaan, struktur organisasi, syarat-syarat
keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih lanjut
lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas dalam
anggaran.
2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui
pengetahuan sesuai perkembangan teknologi
Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi anggotanya untuk meningkatkan
pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi
tersebut.
3. Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi
bagi anggotanya
Sertifikasi merupakan salah satu lambang dari sebuah
profesionalisme. Dengan kepemilikan sertifikasi yang
diakui secara nasional maupun internasional maka orang
akan melihat tingkat profesionalisme yang tinggi dari
pemegang sertifikasi tersebut.
4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh
semua anggota
Etika profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk
seluruh anggota organisasi profesi. Aturan tersebut
menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak
serta pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi
sebuah profesi.

30
5. Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika
profesi
Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik
profesi tentunya mengikat semua anggota. Sangsi
bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias bersifat
internal organisasi seperti misalnya Black list atau
bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi profesi
tersebut.

3.1.1 Manfaat Organisasi Profesi


Apabila organisasi profesi bekerja dengan baik dan
lancar banyak manfaat yang akan diperoleh, akan tetapi menurut
Brecko 1989, minimal ada 4 manfaat yakni :
1. Dapat lebih mengembangkan dan memajukan profesi.
2. Dapat menertibkan dan memperluas bidang gerak
profesi.
3. Dapat menghimpun dan menyatukan pendapat warga
profesi.
4. Dapat memberikan kesempatan kepada semua anggota
untuk berkarya dan berperan aktif dalam
mengembangkan dan memajukan profesi.

3.1.2 Tujuan Dibentuknya Organisasi Profesi Engineering


Tujuan dibentuknya organisasi profesi engineering
menurut Paul H Wright antara lain :
1. Melindungi kepentingan publik maupun profesional pada
bidang tersebut.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasa layanan teknik
dan profesional dalam profesi engineering.
3. Menrbitkan jurnal-jurnal pendidikan dan menyediakan
forum untuk interaksi profesional.

31
4. Mengadakan pertemuan-pertemuan dan
konferensi, mengingat semakin lama ilmu semakin
berkembang.

3.1.3 Organisasi Profesi Engineering di Dunia


1. American Academy of Enviromental Engineers.
Didirikan tahun 1913. 130 Holiday Court, Suite 100,
Anapolis, MD 21401. Internet: www.enviro-engrs.org.
2. American Congress on Surveying and Mapping.
Didirikan tahun 1941. 6 Montgomery Village Avenue,
Suite 403, Gaithesrburg, MD 20879. Internet:
www.survmap.org
3. American Institute of Aeronatics and Astronaustics.
Didirikan tahun 1963. 1801 Alexander Bell Dr., Suite
500, Reston, VA 20191. Internet: www.aiaa.org
4. American Institute of Chemical Engineers. Didirikan
tahun 1908. Three Park Avenue, New York, NY 10016-
5901. Internet: www.aiche.org
5. American Nuclear Society. Didirikan tahun 1954. 555
North Kensington Ave., La Grange Park, IL 60525.
Internet: www.ans.org
6. American Society of Agricultural Engineers. Didirikan
tahun 1907. 2950 Niles Road, St. Joseph, MI 49085-
9659. Internet: www.asae.org
7. Institute of Industrial Engineers. Didirikan tahun 1880.
25 Technologi Park. Atlanta, Norcross, GA 30092.
Internet: www.iienet.org
8. National Institute of Ceramic Engineers. Didirikan tahun
1938. P.O. Box 6136. Westerville, OH 43086-6136.
Internet: www.acers.org

32
9. Society of Petroleum Engineers. Didirikan tahun 1932.
One SME Drive, Dearbon, MI 48121. Internet:
www.sme.org

3.1.4 Organisasi Profesi Engineering di Indonesia


1. Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Jl. Halimun No.39 Guntur, Manggarai
Telepon : +62-21-8352180, Fax : +62-21-8352352
Email : info@pii.or.id, Website : http://www.pii.or.id
2. Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI)
Jl. Tebet Barat Dalam X No.5
Telepon : +62-21-8298518, Fax : +62-21-8316451
Email : haki@cbn.net.id
3. Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)
Graha Iskandarsyah, Lt IV Jl.Iskandarsyah Raya No. 66
C, Kebayoran Baru
Telepon : +62-21-7251864, Fax : +62-21-7208112
Email : hpji@pu.go.id, Website
: http://www.pu.go.id/hpji
4. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)
Gedung Jakarta Design Centre Lt.6 Jl. Gatot Subroto
Kav.53
Telepon : +62-21-5304715, Fax : +62-21-5304711,
Email : iai@ub.net.id
5. Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia (APEI)
Jl. Matraman Raya No. 113 Palmeriam
Telepon : +62-21-85907732, 8597739, Fax : +62-21-
85907549
Email : pp-apei@rad.net.id

33
6. Himpunan Ahli Teknik Iluminasi Indonesia (HTII)
Gedung Jakarta Design Centre Lt.7 Jl. Gatot Subroto
Kav.53.
Telepon : +62-21-5495169, Fax : +62-21-5495169
Email : htii@cbn.net.id
7. Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI)
Gedung Al Devco Oktagon Lt. Dasar Jl. Warung Jati
Barat Raya 75
Telepon : +62-21-7974795, Fax : +62-21-7974795
Email : hatti@indosat.net.id, Website
: http://www.hatti.or.id
8. Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI)
d.a. P.T. Prosys Bangun PersadaJl. M.T. Haryono
Kav.33
Telepon : +62-21-7659229, Fax : +62-21-7659228,
Email : sekretariat@iampi.org, Website
: http://www.iampi.org
9. Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)
Gedung VI Direktorat SDAJl. Pattimura No.20
Telepon : +62-21-72792263, Fax : +62-21-72792263
Email : hathi@pu.go.id, Website
: http://www.kbw.go.id/publik/im
10. Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)
Jl. Tambak No.21Pegangsaan
Telepon : +62-21-3905067, Fax : +62-21-31903240
Email : -
Website : http://www.iap.or.id
11. Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI)
Gedung JDC Lt.7, Jl.Gatot Subroto Kav.53
Telepon : +62-21-5720404, Fax : +62-21-5720404, +62-
21-7235183

34
12. Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar
(KNIBB)
Jl. H. Agus Salim No.69
Telepon : +62-21-331606, Fax : +62-21-3145827
13. Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI)
Jl. Bendungan Hilir No. 144
Telepon : +62-21-5720830, Fax : +62-21-5720830
Email : haei_pusat@cbn.net.id
14. Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII)
Gedung Jakarta Design Centre Lt.7Jl. Gatot Subroto
Kav.53 Jakarta
Telepon : +62-21-7260238, Fax : +62-21-7260238
Email : hdii0183@centrin.net.id
15. Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PATI)
Gedung PT Indosat lt. 25, Jl. Merdeka Barat No. 21
Telepon : +62-21-3869965, Fax : +62-21-3869964
Email : pp_pati@hotmail.com
16. Persatuan Insinyur Profesional Indonesia (PIPI)
Komplek GOLDEN PLAZA, Blok H no.1, Jl. RS
Fatmawati No.15
Telepon : +62-21-75900927, +62-21-7511683
Fax : +62-21-75900928, +62-21-7694044
Email : kepipi@jakarta3.wasantara.net,
17. Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (A2K4)
Gedung STTST Lt.5 Jl.D.I. Panjaitan Kav.12-13 Cawang
Jakarta Timur
Telepon : +62-21-85900386, Fax : +62-21-8402630
Email : a2k4_ina@yahoo.com
18. Ikatan Ahli Teknik Ketenagalistrikan Indonesia (IATKI)
P.T. PLN(persero) Unit Bisnis Jabar, Cab. Bandung Jl.

35
PHH. Mustopha No.45
Telepon : +62-22-7200489, Fax : +62-22-71011550
19. Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia
(HAMKI)
Jl. Ampera III No.23
Telepon : +62-21-7806162, Fax : +62-21-7659228
Email : hamki@cbn.net.id,
Website : http://www.hamki.org
20. Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia (IAFBI)
Sasendo (SWP) Building Lt2, Blok D-4 Jl. Tebet Barat
IV No. 20, Jakarta
Telepon : +62-21-83784107, Fax : +62-21-83784107
Email : bpp@iafbi.org, iafbi@commerce.net.id,
Website : http://www.iafbi.org
21. Ikatan Ahli Sistem dan Konstruksi Mekanis Indonesia
(IASMI)
Jl. Setiabudi Tengah No.37
Telepon : +62-21-5253948, Fax : +62-21-3901111
22. Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan
Indonesia (IATPI)
Jl. RS Fatmawati No.53
Telepon : +62-21-75905702, Fax : +62-21-75905702
23. Ikatan Surveyor Indonesia (ISI)
Kantor BAKOSURTANAL Jl. Raya Jakarta Bogor
KM.46 Cibinong
Telepon : +62-21-8758061, Fax : +62-21-8758064
24. Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia (IAPPI)
Jl. Pangeran Antasari No. 23 Jakarta
Telepon : +62-21-7666530, Fax : +62-21-7666533
25. Himpunan Ahli Perawatan Bangunan (HAPBI)
Stadion Sanggraha Pelita Jaya, Jl. Raya Jagorawi No. 1,

36
Lebak Bulus
Telepon : +62-21-7581771, +62-21-7692751, Fax :
+62-21-7692743
Email : dpphapbi@indo.net.id
26. Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI)
Jl. Jakarta Komp. Kota Kembang Permai No. 22 Kav.40
Telepon : +62-22-7207240 - +62-22-7207243, Fax :
+62-22-7207243
Email : astti_bdg@i-p.com, astti_bdg@plasa.com
27. Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKI)
Jl. Pemuda , Komplek Ruko Graha Mas Blok AD no 3,
Rawangun Jakarta
Telepon : +62-21-4711796, Fax : +62-21-4711860
Email : rmhs1154@centrin.net.id,
Website : http://www.ataki.org
28. Asosiasi Profesi Perkeretaapian Indonesia (APKA)
Jl Stasiun Timur No. 14, Bandung,
Telepon : 022-4222275, Fax : 022-4233053, 022-
4224801
29. Ikatan Ahli Konstruksi Indonesia (IAKI)
Jl. Garut No. 10 Bandung
Telepon : 022-7215937, Fax : 022-7215937
30. Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia
(INTAKINDO)
Jl. Pasar Minggu Raya 12A Km.17
Telepon : +62-21-7918365355, Fax : +62-21-7975332
31. Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia (AMBI)
Kawasan Industri Baja Indonesia, Gd. Utama Lt. III Jl.
Imam Bonjol 4, Warung Bongkok, Sukadanau
Telepon : +62-21-89838095/96, Fax : +62-21-
89108030/31

37
Email : info@ambi-online.com,
Website : http://www.ambi-online.com
32. Ikatan Ahli Pesawat Lift dan Eskalator Indonesia
(IAPLE-Indonesia)
Jl. Paus Dalam No. 11, Rawamangun. Komplek Hubla
Telepon : +62-21-4893823, Fax : +62-21-4893823
33. Asosiasi Profesi Tenaga Terampil dan Ahli Indonesia
(APTA Indonesia)
Gd. Kendali Mutu - PFN R.B.2 Jl. Otto Iskandardinata
No. 125-127 Polonia
Telepon : - Fax : -
Email : sek-bpn@aptaindonesia.or .id,
Website : http://www.aptaindonesia.or.id
34. Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konstruksi (INTAK)
Jl. Natuna No. 21 Bandung
Telepon : +62-21-4236797, Fax : +62-21-4236797
Email : intak@yahoo.co.org,

3.2 Kode Etik Profesi


Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal
yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku
moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang
teguh oleh seluruh kelompok itu.
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode
etik profesi:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,

38
pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya
bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di
lapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan
bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


1. Pengaruh sifat kekeluargaan. Misalnya Seorang dosen
yang memberikan nilai tinggi kepada seorang mahasiswa
dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan dosen
tersebut,
2. Pengaruh jabatan. Misalnya seorang yang ingin masuk ke
akademi kepolisian, dia harus membayar puluhan juta
rupiah kepada ketua polisi di daerahnya, kapolsek
tersebut menyalahgunakan jabatannya,
3. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di
Indonesia, sehingga menyebabkan pelaku pelanggaran
kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan
pelanggaran,
4. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari
masyarakat,

39
5. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan
mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan
keluhan,
6. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi
kode etik profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi
dari pihak profesi sendiri,
7. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para
pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur
profesinya,
8. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas di antara para
pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur
profesinya.

Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika


yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi
adalah:
1. Standar‐standar etika menjelaskan dan menetapkan
tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat
pada umumnya.
2. Standar‐standar etika membantu tenaga ahli profesi
dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau
mereka menghadapi dilema‐dilema etika dalam
pekerjaan
3. Standar‐standar etika membiarkan profesi menjaga
reputasi atau nama dan fungsi‐fungsi profesi dalam
masyarakat melawan kelakuan‐kelakuan yang jahat dari
anggota‐anggota tertentu
4. Standar‐standar etika mencerminkan / membayangkan
pengharapan moral‐moral dari komunitas, dengan
demikian standar‐standar etika menjamin bahwa para

40
anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik)
profesi dalam pelayanannya
5. Standar‐standar etika merupakan dasar untuk menjaga
kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli
profesi
6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak
sama dengan hukum (atau undang‐undang). Seorang ahli
profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima
sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik :


 Sanksi Moral
 Sanksi terhadap Tuham YME
 Sanksi dijatuhkan dari organisasi yang bersangkutan

Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman


tentang apa yang seyogyanya atau seharusnya dilakukan. Pada
hakikatnya kaidah hukum merupakan perumusan pendapat atau
pandangan tentang bagaimana seharusnya/seyogyanya seseorang
itu bertingkah laku. Sebagai pedoman kaidah hukum itu bersifat
umum dan pasif (Mertokusumo, 1991: 16).
Kaidah hukum berisi kenyataan normatif (apa yang
seharusnya dilakukan = das sollen dan bukan berisi kenyataan
ilmiah/peristiwa konkret = das sein). Dengan kaidah hukumlah
maka peristiwa konkret menjadi peristiwa hukum. Untuk
melindungi kepentingan masyarakat, perilaku individu sebagai
anggota masyarakat tidak cukup hanya diatur dan dilindungi oleh
kaidah-kaidah etika, tetapi juga diperlukan adanya kaidah-kaidah
hukum. Dengan kaidah hukum yang mempunyai sanksi yang
tegas dan konkret, maka kepentingan yang diatur serta dilindungi

41
oleh kaidah etika dapat berlaku secara efektif (Komalawati, 1989
: 68).
Persamaan Etika dan Hukum terdapat dalam tujuan
sosialnya. Sama-sama menghendaki agar manusia melakukan
perbuatan yang baik/benar. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa pelanggaran hukum merupakan perbuatan yang tidak etis.
Perbedaannya adalah bahwa Etika itu ditujukan pada
sikap batin manusia, dan sanksinya dari kelompok masyarakat
profesi itu sendiri. Sedangkan hukum ditujukan pada sikap lahir
manusia, membebani manusia dengan hak dan kewajiban,
bersifat memaksa, sanksinya tegas dan konkret yang
dilaksanakan melalui wewenang penguasa/ pemerintah.

3.2.1 Kode Etik Industri Jasa Konstruksi


Kode Etik dan (Keprofesian/Etika Profesi) dikaitkan
dengan Industri Jasa Konstruksi (Konsultan/Kontraktor/Pabrik
material bangunan) adalah sekumpulan peraturan atau ketentuan
yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh
sekelompok orang yang berkeahlian tertentu, yang
berprofesional, untuk menjunjung tinggi kemuliaan profesi
mereka demi tanggungjawabnya terhadap profesi mereka,
masyarakat, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembangunan suatu Bangsa, karena disamping menjadi
penunjang utama kegiatan-kegiatan dalam sektor-sektor
pembangunan yang lain, hasil karyanya juga lambang peradaban
yang dapat mengambarkan tinggi rendahnya kebudayaan suatu
bangsa pada suatu masa.
Mereka merupakan bidang usaha yang tidak saja mampu
menyerap tenaga kerja yang cukup besar, tetapi juga merupakan
bidang yang sangat efektif bagi pemupukan modal pengusaha,

42
untuk selanjutnya diinvestasikan ke berbagai bidang. Di samping
itu idutri atau jasa construksi juga dapat menjadi oral pengerak
perekonomian nasional, karena dalam bidang-bidang tertentu,
telah mampu dikerjakan sepenuhnya oleh potensi dalam negri,
dan dampaknya dapat ikut menggerakkan kegiatan –kegiatan
ekonomi yang lain.
Dikutip dari Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi
(ABET), menterjemahkan Code of Ethics ASCE (American
Society of Civil Engineers), Kode Etik Insinyur yang diterapkan
oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) adalah sebagi berikut :
ATAS DASAR PRINSIP
Insinyur menegakkan dan memajukan integritas,
kehormatan dan martabat profesi engineering dengan:
1. Menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk
peningkatan kesejahteraan manusia;
2. Bersikap jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan
kesetiaan masyarakat, petinggi mereka dan klien;
3. Berjuang untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian
profesi rekayasa, dan
4. Mendukung masyarakat profesional dan teknis disiplin
ilmu mereka.
ATAS DASAR NORMA
1. Insinyur harus memegang hal terpenting seperti
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dalam pelaksanaan tugas profesional mereka.
2. Insinyur harus melakukan pelayanan sesuai bidang
kompetensi mereka.
3. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik secara
objektif dan benar.
4. Insinyur harus bertindak dalam hal-hal yang profesional
untuk setiap petinggi atau klien secara jujur kepada agen

43
atau pengawas, dan harus menghindari konflik
kepentingan individu.
5. Insinyur akan membangun reputasi profesional mereka
atas jasa layanan mereka dan tidak akan bersaing dan
bersikap tidak adil dengan orang lain.
6. Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menjaga
dan meningkatkan kehormatan, integritas dan martabat
profesi.
7. Insinyur harus melanjutkan pengembangan profesi
mereka sepanjang karir mereka, dan harus memberikan
peluang bagi pengembangan profesional untuk insinyur
lainnya yang berada di bawah pengawasan mereka.

3.2.2 Kode Etik Asosiasi Profesi


A. Kode Etik Ikatan Ahli Manajemen Proyek
Indonesia (IAMPI)
Setiap Anggota IAMPI, wajib selalu bersikap, bertingkah
laku dan bertindak berdasarkan etika umum seorang Ahli
Profesional, yaitu:
1. Penuh perhatian terhadap sesama(Caring for Others)
2. Jujur terhadap diri sendiri dan lingkungannya (Honesty),
3. Bertanggungjawab atas semua pikiran, ucapan dan
tindakan yang dilakukannya (Accountability),
4. Menepati janji (Promise Keeping),
5. Bekerja dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
baik dan sempurna (Pursuit of Excellence),
6. Bersikap setia dan taat asas (Loyalty)
7. Bersikap adil (Fairness),
8. Mempunyai integritas dan komitmen terhadap tugas dan
tanggung jawabnya (Integrity and Commitment),

44
9. Dapat menghargai dan menerima pendapat orang lain
(Respect for Others)
10. Bersikap, bertingkah laku dan bertindak sebagai warga
Negara yang baik dengan penuh tanggung jawab
(Responsible Citizenship) atas semua akibat yang
mungkin terjadi.

B. Kode Etik Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan


Indonesia (INTAKINDO)
Konsultan adalah profesi yang penting dan terus
berkembang. Sebagai anggota profesi ini, konsultan diharapkan
untuk selalu menunjukkan standar tertinggi kejujuran dan
integritasnya. Konsultan (khususnya konsultan enjiniring)
mempunyai impak yang langsung dengan kualitas hidup umat
manusia. Dengan demikian, layanan yang diberikan oleh
konsultan memerlukan kejujuran. Imparsialitas, keadilan, dan
kesamaan, dan harus didedikasikan terhadap perlindungan
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan publik. Konsultan
harus berunjuk kerja dalam standar tatalaku profesional yang
memerlukan prinsip-prinsip disiplin tertinggi dalam tatalaku
yang beretika.

Kode Etik Hukum yang Fundamental


Dalam memenuhi tugas-tugas profesionalnya, Konsultan
akan :
1. Memegang teguh kepentingan akan keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan publik.
2. Melaksanakan layanan hanya dalam bidang yang
dikuasainya.
3. Mengeluarkan pernyataan umum hanya dengan cara
obyektif dan benar.

45
4. Bertindak untuk setiap pemberi kerja atau klien sebagai
agen yang setia dan terpercaya.
5. Menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang menipu.
6. Memperlakukan dirinya secara terhormat, bertanggung
jawab, beretika dan mematuhi hukum untuk
memperbaiki kehormatan, reputasi, dan manfaat
profesinya sebagai Konsultan.

C. Kode Etik Himpunan Pengembangan Jalan


Indonesia (HPJI)
Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang
tergabung dalam organisasi profesi HPJI, disusunlah PRINSIP
DASAR tentang norma dan nilai luhur yang disepakati bersama
untuk menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung
tinggi dalam melaksanakan kegiatan profesi sebagaimana
berikut ini :

Prinsip Dasar.
1. Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk
kesejahteraan umat manusia secara berkelanjutan.
3. Bekerja secara profesional untuk kepentingan
masyarakat, bangsa, negara dan organisasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta
menjunjung tinggi martabat profesinya.

Selanjutnya Prinsip Dasar di atas dijabarkan lebih lanjut


dalam KODE ETIK berikut ini.
1. Anggota HPJI wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil
dalam menjalankan profesinya.

46
2. Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak
boleh merugikan nama baik serta profesi orang lain.
3. Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-
sungguh dan tidak merugikan kepentingan umum
khususnya yang menyangkut lingkungan.
4. Anggota HPJI setia dan taat pada peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan
pelatihan untuk peningkatan profesionalisme sesama
anggota.
6. Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan
tanggung jawab profesi dengan integritas tinggi dan tidak
akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian
teknisnya.
7. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi,
bersikap terhormat, dapat dipercaya, dan bertanggung
jawab secara profesional berazaskan kaidah keilmuan,
kepatutan dan kejujuran intelektual.
8. Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan &
keahlian yang dimilikinya wajib menyampaikan
pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti
dan tanpa membedakan.

D. Kode Etik Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia


(ATAKI)
Menyadari sepenuhnya akan kewajiban bagi setiap anak
bangsa dalam kedudukannya sebagai warga negara Republik
Indonesia, mempunyai tanggung jawab untuk memberikan darma
baktinya bagi bangsa dan negara, guna mencerdaskan anak
bangsa. Mengingat bahwa tenaga kerja konstruksi adalah salah
satu pelaku kegiatan dalam bidang ekonomi, yang akan turut

47
serta dalam pencapaian terwujudnya tujuan pembangunan
nasional yaitu masyarakat adil dan makmur yang berasaskan
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945,
ATAKI menetapkan kode etik yang merupakan pedoman
berperilaku anggotanya dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban masing-masing, sebagai berikut:
1. Ikut berperan aktif dalam peningkatan pembangunan
ekonomi nasional
2. Mentaati Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah,
dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
ATAKI
3. Menghormati dan bertanggung jawab terhadap
kesepakatan kerja
4. Pekerja secara profesional dan tidak melakukan
persaingan yang tidak sehat dalam melaksanakan
kegiatannya
5. Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang, dan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

E. Kode Etik Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)


1. Dalam menunaikan tugas profesional yang dipercayakan
kepadanya, seorang arsitek bertanggung kepada diri
sendiri dan mitra kerja, profesi dan ilmu pengetahuan,
masyarakat dan umat manusia serta bangsa dan negara,
sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dalam menunaikan tugas, seorang arsitek membaktikan
seluruh kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan
perasaan yang dimilikinya di dalam proses pembangunan
demi kesejahteraan umat manusia lahir dan bathin,
dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan
kebebasan bersikap.

48
3. Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran
dan hasil karyanya, bukan sebagai tujuan melainkan
sarana yang digunakan secara maksimal dalam mencapai
tujuan kemanusiaan dengan berupaya hemat sumber daya
serta menghindar dampak negatif.
4. Atas dasar kepercayaan atas keutuhan integritas,
keahlian, kujujuran, kearifan dan rasa sosial yang
dilimpahkan kepadanya, maka seorang arsitek
mendahulukan tanggung jawab dan kewajiban dari pada
hak dan kepentingan diri sendiri.
5. Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas,
seorang arsitek berusaha memahami dan
memperjuangkan kepentingan umat manusia dan
masyarakat pemakai, sekalipun pihak ini bukan pemberi
imbalan jasa secara langsung.
6. Arsitek sebagai budayawan harus berupaya mengangkat
nilai-nilai sosial budaya melalui karyanya dan tidak
semata-mata menggunakan pendekatan teknis.
7. Pada tahap manapun dalam proses pembangunan, arsitek
harus menunaikan tugasnya secara bijak dan konsisten.

F. Kode Etik Ikatan Nasional Konsultan Indonesia


Ketentuan Dasar
Dengan menjunjung tinggi profesi Konsultan dan
menghormati Kode Etik IKATAN NASIONAL KONSULTAN
INDONESIA sebagai dasar dinamis untuk melayani sesama
manusia, maka tiap anggota IKATAN NASIONAL
KONSULTAN INDONESIA:
1. Menjunjung tinggi kehormatan, kemuliaan dan nama
baik profesi konsultan dalam hubungan kerja dengan
pemberi tugas, sesama rekan konsultan dan masyarakat.

49
2. Bertindak jujur dan tidak memihak serta dengan penuh
dedikasi melayani pemberi tugas dan masyarakat.
3. Tukar menukar pengetahuan bidang keahliannya secara
wajar dengan rekan konsultan dan kelompok profesi,
meningkatkan pengertian masyarakat terhadap profesi
konsultan, sehingga dapat lebih menghayati karya
konsultan.
4. Menghormati prinsip pemberian imbalan jasa yang layak
dan memadai bagi konsultan, sehingga diyakini dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional dan moral
yang menjamin dapat dilaksanakannya tugas yang
dipercayakan dengan memenuhi semua persyaratan yang
terkait dengan keahlian, kompetensi dan integritas yang
tinggi.
5. Menghargai dan menghormati reputasi profesional rekan
konsultan serta setiap perjanjian kerja yang berhubungan
dengan profesinya.
6. Mendapatkan tugas terutama berdasarkan standar
keahlian profesional tanpa melalui cara-cara persaingan
yang tidak sehat.
7. Bekerjasama sebagai konsultan hanya dengan rekan
konsultan atau tenaga ahli lain yang memiliki integritas
yang tinggi.
8. Menjalankan azas pembangunan berkelanjutan dalam
semua aspek pelayanan jasa konsultan sebagai bagian
integral dari tanggung jawabnya terhadap sesama,
terhadap lingkungan kehidupan yang luas dan terhadap
generasi yang akan datang.

50
BAB IV
STANDAR TEKNIK

4.1 Pengertian Standar Teknik


Standard Teknik adalah serangkaian eksplisit syarat yang
harus dilengkapi oleh bahan, produk, atau layanan. Jika bahan,
produk atau jasa gagal melengkapi satu atau lebih dari spesifikasi
yang berlaku, kemungkinan akan disebut sebagai berada di luar
spesifikasi. Sebuah standard teknik dapat dikembangkan secara
pribadi, misalnya oleh suatu perusahaan, badan pengawas,
militer, dan lainnya, ini biasanya di bawah payung suatu sistem
manajemen mutu, juga dapat dikembangkan dengan standar
organisasi yang memiliki lebih beragam input dan biasanya
dikembangkan dengan sukarela standar, ini bisa menjadi wajib
jika diadopsi oleh suatu pemerintahan, kontrak bisnis, dan
sebagainya.
Istilah standard teknik yang digunakan sehubungan
dengan lembar data (atau lembar spec). Sebuah lembar data
biasanya digunakan untuk komunikasi teknis untuk
menggambarkan karakteristik teknis dari suatu item atau produk.
Hal ini dapat diterbitkan oleh produsen untuk membantu orang
memilih produk atau untuk membantu menggunakan produk.

51
4.2 Penggunaan Standard Teknik
Dalam rekayasa, manufaktur, dan bisnis, sangat penting
bagi pemasok, pembeli, dan pengguna bahan, produk, atau
layanan untuk memahami dan menyetujui semua persyaratan.
Standard teknik adalah jenis sebuah standar yang sering dirujuk
oleh suatu kontrak atau dokumen pengadaan. Ini menyediakan
rincian yang diperlukan tentang persyaratan khusus. Standard
teknik dapat ditulis oleh instansi pemerintah, organisasi standar
(ASTM, ISO, CEN, dll), asosiasi perdagangan, perusahaan, dan
lain-lain.
Sebuah standard teknik produk tidak harus membuktikan
suatu produk benar. Item mungkin diverifikasi untuk mematuhi
standard teknik atau dicap dengan nomor standard teknik. Hal ini
tidak dengan sendirinya menunjukkan bahwa item tersebut
adalah cocok untuk penggunaan tertentu. Orang-orang yang
menggunakan item (insinyur, serikat buruh, dll) atau menetapkan
(item bangunan kode, pemerintah, industri, dll) memiliki
tanggung jawab untuk mempertimbangkan pilihan standard
teknik yang tersedia, tentukan yang benar, menegakkan
kepatuhan, dan menggunakan item dengan benar.
Dalam kemampuan proses pertimbangan sebuah standard teknik
yang baik, dengan sendirinya, tidak selalu berarti bahwa semua
produk yang dijual dengan standard teknik yang benar-benar
memenuhi target yang terdaftar dan toleransi. Realisasi produksi
dari berbagai bahan, produk, atau layanan yang melekat dengan
melibatkan variasi output. Dengan distribusi normal, proses
produksi dapat meluas melewati plus dan minus tiga standar
deviasi dari rata-rata proses. Kemampuan proses bahan dan
produk harus kompatibel dengan toleransi teknik tertentu.
Adanya proses kontrol dan sistem manajemen mutu efektif,

52
seperti Total Quality Management, kebutuhan untuk menjaga
produksi aktual dalam toleransi yang diinginkan.

4.3 Macam Macam Standar Teknik


A. ASME (American Society of Mechanical Engineers)
American Society of Mechanical Engineers (ASME)
adalah asosiasi profesional yang, "mempromosikan seni, ilmu
pengetahuan, dan praktik rekayasa multi disiplin ilmu dan kerja
sama diseluruh dunia" dengan melalui "pembangunan
pendidikan, pelatihan dan profesional lanjutan , kode dan
standar, penelitian, konferensi dan publikasi, hubungan dengan
pemerintah, dan bentuk lain dari jangkauan". Maka dari
itu, ASME adalah masyarakat teknik, organisasi standar, sebuah
organisasi penelitian dan pengembangan, sebuah organisasi lobi,
penyedia pelatihan dan pendidikan, dan organisasi nirlaba.
Didirikan sebagai masyarakat rekayasa berfokus pada teknik
mesin di Amerika Utara, ASME telah menjadi multi disiplin dan
global.
ASME didirikan pada tahun 1880 oleh Alexander Lyman
Holley, Henry Rossiter Worthington, John Edison Sweet and
Matthias N. Forney dalam menanggapi berbagai kegagalan uap
boiler tekanan bejana. Dikenal untuk menetapkan kode dan
standar untuk perangkat mekanik, ASME melakukan salah satu
operasi terbesar didunia penerbitan teknis, menyelenggarakan
konferensi teknis banyak dan ratusan kursus pengembangan
professional setiap tahun, dan mensponsori penjangkauan banyak
dan program pendidikan.
ASME (American Society of Mechanical Engineering)
adalah organisasi dari Amerika Serikat yang mempublis standart
yang digunakan dunia teknik yang meliputi konstruksi dan
inspeksi. Adapun cakupan ASME adalah sebagai berikut:

53
 ASME Section I (2010)
Membahas tentang Konstruksi Power Boiler (Rule for
Construction of Power Boiler).
 ASME Section II (2010)
Membahas tentang Material.
 ASME Section IX (2010)
Membahas tentang Kualifikasi welding dan
Brazing (Welding Brazing Qualification).
 ASME Section V (2010)
Membahas tentang Nondestructive Examination.
 ASME Section VIII (2010)
Membahas tentang Konstruksi Power Boiler (Rule for
Construction Power Boiler).
 ASME Section XI (2010)
Membahas tentang Rule Inspeksi Komponen Power
Plant Nuklir (Rule for Inservice Inspektion of Nuclear
Power Plant Components).

Memiliki satu standar global menjadi semakin penting


sebagai perusahaan menggabungkan melintasi batas
internasional, dibantu oleh perjanjian perdagangan regional
seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan
yang ditetapkan oleh UniEropa (UE), yang telah memfasilitasi
merger internasional melalui penurunan tarif pada impor.
Perusahaan yang terlibat dalam konsolidasi ini digunakan untuk
menjual hanya satu pasar, sekarang menemukan diri mereka jual
ke pasar global .
Di bawah ini adalah Overview dari Code dan Standard
ASME yang biasa di pakai oleh para Engineer untuk mendesign

54
di pabrik baik itu oil & gas atau pulp & paper atau chemical plant
atau apapun yang menggunakan code dan Standard ASME.
ASME / ANSI B16 - Standar Pipes and Fittings yang
ASME B16 Standar mencakup pipa dan alat kelengkapan dalam
besi cor, perunggu, tembaga dan besi tempa The ASME -
American Society of Mechanical Engineers - ASME / ANSI B16
Standar mencakup pipa dan alat kelengkapan dalam besi cor,
perunggu, tembaga dan baja tempa. ASME / ANSI B16.1 - 1998
- Cast Iron Pipe Fittings flensa dan flens Standar ini untuk Kelas
25, 125, dan 250 Cast Iron Pipe Fittings flensa dan flens
meliputi:
 tekanan-suhu peringkat,
 ukuran dan metode mengurangi bukaan menunjuk fitting,
 tanda,
 persyaratan minimum untuk bahan,
 dimensi dan toleransi,

B. ANSI (the American National Standards Institute)


American National Standards Institute (ANSI) sebagai
suara standar AS dan sistem penilaian kesesuaian. ANSI
memberdayakan anggotanya dan konstituen untuk memperkuat
posisi pasar AS dalam ekonomi global sambil membantu untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan konsumen dan
perlindungan dari lingkungan. Ada banyak peralatan proteksi
yang ada pada bay penghantar maupun bay trafo. masing-masing
peralatan proteksi tersebut dalam rangkaian suatu garis
digambarkan dalam bentuk lambang atau kode. Berikut adalah
kode dan lambang rele Proteksi berdasarkan standar ANSI C37-2
dan IEC 60617.
American National Standards Institute (ANSI) adalah
sebuah lembaga nirlaba swasta yang mengawasi pengembangan

55
standar konsensus sukarela untuk produk, jasa, proses, sistem,
dan personil di Amerika Serikat. Lembaga tersebut mengawasi
pembuatan, diberlakukannya, dan penggunaan ribuan norma dan
pedoman yang secara langsung berdampak bisnis di hampir
setiap sektor.
Lembaga tersebut juga mengkoordinasikan standar
Amerika Serikat dengan standar internasional sehingga produk-
produk Amerika Serikat dapat digunakan di seluruh dunia.
Lembaga tersebut memberi akreditasi untuk standar yang yang
dikembangkan oleh perwakilan dari lembaga pengembang
standar, instansi pemerintah, kelompok konsumen, perusahaan,
dan lain-lain. Standar tersebut memastikan agar karakteristik dan
kinerja produk yang konsisten sehingga masyarakat
menggunakan definisi dan istilah yang sama, dan produk diuji
dengan cara yang sama. ANSI juga memberi akreditasi bagi
organisasi yang melaksanakan sertifikasi produk atau personel
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standar
internasional.
American National Standards Institute (ANSI) didirikan
pada tanggal 19 Oktober 1918 dengan misi untuk meningkatkan
daya saing global bagi bisnis dan kualitas hidup Amerika Serikat
dengan mempromosikan serta memfasilitasi standar konsensus
sukarela dan sistem penilaian kesesuaian.
ANSI (American National Standards Institute)
merupakan sebuah kelompok yang mendefinisikan standar
Amerika Serikat untuk industri pemrosesan informasi. ANSI
berpartisipasi dalam mendefinisikan standar protokol jaringan
dan merepresentasikan Amerika Serikat dalam hubungannya
dengan badan-badan penentu standar International lain, misalnya
ISO, ANSI adalah organisasi sukarela yang terdiri atas anggota
dari sektor usaha, pemerintah, dan lain-lain yang

56
mengkoordinasikan aktivitas yang berhubungan dengan standar,
dan memperkuat posisi Amerika Serikat dalam organisasi standar
nasional. ANSI membantu dengan komunikasi dan jaringan
(selain banyak hal lainnya). ANSI adalah anggota IEC dan ISO.
ANSI adalah lembaga amerika yang mengeluarkan
standard ASCII (American Standard Code for Information
Interchange). ASCII (American Standard Code for Information
Interchange) merupakan suatu standar internasional dalam kode
huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode tetapi ASCII lebih
bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter "|". Ia
selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk
menunjukkan teks. Kode ASCII sebenarnya memiliki komposisi
bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari 00000000 hingga
11111111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256,
dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal.
SQL adalah standar ANSI (American National Standards
Institute) bahasa pemrograman untuk mengakses dan
memanipulasi database. Statemen SQL digunakan untuk
menerima, mengubah dan menghapus data. SQL bekerja dengan
berbagai sistem database antara lain MS Access, DB2, Informix,
MS SQL Server, Oracle, Sybase, dll.
Sesuai kegunaan dan perkembangannya, SQL memiliki
beberapa versi, tetapi agar tidak terjadi kekeliruan dibuat standar
oleh ANSI, mereka harus memiliki keywords utama yang dipakai
secara umum yaitu (SELECT, UPDATE, DELETE, INSERT,
WHERE, dan sebagainya). ANSI C adalah standar bahasa C
pertama.

C. ASTM (American Standard Testing and Material)


American Society untuk Pengujian dan Material
(ASTM), adalah pemimpin global yang diakui dalam

57
pengembangan dan pengiriman standar internasional konsensus
sukarela. ASTM Internasional merupakan organisasi
internasional sukarela yang mengembangkan standardisasi teknik
untuk material, produk, sistem dan jasa. ASTM Internasional
yang berpusat di Amerika Serikat. ASTM dibentuk pertama kali
pada tahun 1898 oleh sekelompok insinyur dan ilmuwan untuk
mengatasi bahan baku besi pada rel kereta api yang selalu
bermasalah. Sekarang ini, ASTM mempunyai lebih dari 12.000
buah standar. Standar ASTM banyak digunakan pada negara-
negara maju maupun berkembang dalam penelitian akademisi
maupun industri.
Standar yang dihasilkan oleh ASTM International jatuh
ke dalam enam kategori :
• Standar Spesifikasi, yang mendefinisikan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh subjek standar.
• Metode Uji Standar , yang mendefinisikan cara tes
dilakukan dan ketepatan hasil. Hasil tes dapat digunakan
untuk menilai kepatuhan dengan standar Spesifikasi.
• Praktek Standard, yang mendefinisikan urutan operasi
yang, tidak seperti Metode Uji Standar, tidak
menghasilkan hasil.
• Standar Panduan, yang menyediakan sebuah koleksi
terorganisir dari informasi atau serangkaian pilihan yang
tidak merekomendasikan aksi tertentu.
• Klasifikasi Baku, yang menyediakan pengaturan atau
pembagian bahan, produk, sistem, atau layanan ke dalam
kelompok berdasarkan karakteristik yang sama seperti
asal, komposisi, sifat, atau penggunaan.
• Standar Terminologi, yang menyediakan definisi istilah
yang digunakan dalam standar lain yang disepakati.

58
D. TEMA (The Tubular Exchanger Manufacturers
Association)
The Tubular Exchanger Manufacturers Association, Inc
(TEMA) adalah asosiasi perdagangan dari produsen terkemuka
shell dan penukar panas tabung, yang telah merintis penelitian
dan pengembangan penukar panas selama lebih dari enam puluh
tahun. Standar TEMA dan perangkat lunak telah mencapai
penerimaan di seluruh dunia sebagai otoritas pada desain shell
dan tube penukar panas mekanik.
TEMA adalah organisasi progresif dengan mata ke masa
depan. Anggota pasar sadar dan secara aktif terlibat, pertemuan
beberapa kali setahun untuk mendiskusikan tren terkini dalam
desain dan manufaktur. Organisasi internal meliputi berbagai
subdivisi berkomitmen untuk memecahkan masalah teknis dan
meningkatkan kinerja peralatan. Upaya teknis koperasi
menciptakan jaringan yang luas untuk pemecahan masalah,
menambah nilai dari desain untuk fabrikasi.
Untuk siapapun yang memiliki penukar panas yang
dirancang, dibuat atau diperbaiki, dapat mengandalkan pada
anggota TEMA untuk memberikan desain, terbaru efisien dan
solusi manufaktur. TEMA adalah cara berpikir – anggota tidak
hanya meneliti teknologi terbaru, mereka menciptakan itu.
Selama lebih dari setengah abad tujuan utama TEMA adalah
untuk terus mencari inovasi pendekatan untuk aplikasi penukar
panas. Akibatnya, anggota TEMA memiliki kemampuan yang
unik untuk memahami dan mengantisipasi kebutuhan teknis dan
praktis pasar saat ini.

E. API (American Petroleum Institute)


API adalah standard yang dibikin oleh American
Petroleum Institute untuk memberikan ranking bagi viskositas

59
dan kandungan oli yang berlaku. Ijin oli dari berbagai perusahaan
yang berbeda dibandingkan dalam rangka menciptakan standard
bobot viskositas. Juga ijin oli dari berbagai perusahaan berbeda
dibandingkan dalam rangka menciptakan standard formulasi isi
kandungan oli (terutama untuk meyakinkan isi kandungan oli
sesuai dengan aturan system control polusi yang dikeluarkan
pemerintah) seperti katalitik converter, tetapi standard ini lebih
mengacu pada oli untuk mesin mobil daripada untuk mesin
sepeda motor.
Standar API dipengaruhi oleh mandat pemerintah
(seperti control terhadap polusi), jadi oli yang memenuhi
standard rating lebih baru/tinggi bukan berarti performanya lebih
baik (atau bahkan sama) dengan oli dengan rating yang lebih tua,
ini bergantung pada tipe mesin motor anda. Standar API dibuat
untuk mesin mobil, bukan mesin motor, tetapi masih banyak
digunakan untuk oli sepeda motor. Masih banyak oli sepeda
motor yang memenuhi syarat untuk masuk ke dalam ranking
SF/SG (seperti yang ditawarkan Castrol, Mobil, Top one, dll )
dan banyak juga sepeda motor yang menggunakan spesifikasi oli
ranking ini, seperti Yamaha Vega (Yamalube 4 API Service SF,
SAE20w-40).
API atau American Petroleum Institute adalah suatu
“Main US trade association ” untuk Industry Oil and Gas yang
mewakili sekitar 400 Perusahaan yang tersebar di Production,
Refinement and Distribution, serta industry lainnya, kadang juga
disebut sebagai AOI atau American Oil Industry. Sejak tahun
1924, API sudah membuat standard untuk keperluan Industry
Minyak dan Gas Alam dunia. Fungsi utama asosiasi atas nama
industri termasuk advokasi dan negosiasi dengan lembaga-
lembaga pemerintah, hukum, dan peraturan; penelitian dampak
ekonomi, toksikologi, dan lingkungan; pembentukan dan

60
sertifikasi standar industri; dan penjangkauan pendidikan API
baik dana dan. melakukan penelitian yang berkaitan dengan
banyak aspek dari industri minyak bumi.
API mendistribusikan lebih dari 200.000 eksemplar
publikasi setiap tahun. Publikasi, standar teknis, dan produk
elektronik dan online yang dirancang, menurut API sendiri,
untuk membantu pengguna meningkatkan efisiensi dan
efektivitas biaya operasi mereka, sesuai dengan persyaratan
legislatif dan peraturan, dan menjaga kesehatan, menjamin
keamanan, dan melindungi lingkungan hidup. Setiap publikasi
diawasi oleh komite profesional industri.
Saat ini API memantain sekitar 550 Standard yang
meliputi seluruh aspek didalam Industry Minyak dan Gas Alam.
API juga ikut terlibat secara aktif didalam pembuatan dan
pengembangan ISO atau International Standard Organization
yang juga sesuai untuk digunakan di dunia industry secara
umum. Setiap tahunnya lebih dari 100,000 publications disebar
keseluruh penjuru dunia oleh API.

F. JIS (Japanese Industrial Standard)


Standar Industri Jepang (JIS) menentukan standar yang
digunakan untuk kegiatan industri di Jepang. Proses standarisasi
dikoordinasikan oleh Komite Standar Industri Jepang dan
dipublikasikan melalui Asosiasi Standar Jepang.
JIS adalah standar untuk menyepuh plating pemasok
untuk membuktikan kualitas mereka dalam industri otomotif.
Ruang Lingkup Standar Industri Jepang ini menetapkan
peraturan umum untuk menyepuh (Autocatalytic jenis pelapisan
tanpa listrik tidak termasuk), (selanjutnya disebut sebagai
“plating”) pada suku cadang kendaraan bermotor (selanjutnya

61
disebut sebagai “bagian”) terutama untuk tujuan pencegahan
korosi, pencegahan karat dan untuk tujuan dekoratif.
Beberapa Standar JIS yang telah digunakan :
 JIS H 0400 Daftar istilah yang digunakan dalam
elektroplating.
 JIS 0404 H simbol grafis untuk pelapisan.
 JIS H 8501 Cara uji ketebalan untuk pelapisan logam.
 JIS H 8502 Metode uji ketahanan korosi untuk pelapisan
logam.
 JIS H 8504 Metode uji adhesi untuk pelapisan logam.
 JIS 8617 H Pelapisan nikel dan krom.
 JIS H 8630 Pelapisan pada bahan plastik untuk tujuan
dekoratif.
 JIS Z 8902 Xenon standar sumber cahaya putih.
 JIS D 0201 – Automobile bagian-aturan Umum
elektroplating.

G. DIN (Deutsches Institut für Normung)


Deutsches Institut für Normung (DIN , dalam bahasa
Inggris, the German Institute for Standardization) adalah
organisasi nasional Jerman untuk standardisasi dan anggota ISO
negara jerman. DIN adalah Asosiasi Jerman yang sudah
Terdaftar dan berkantor pusat di Berlin . Saat ini ada sekitar tiga
puluh ribu Standar DIN, meliputi hampir setiap bidang teknologi.
DIN Didirikan pada tahun 1917 sebagai
Normenausschuß der Deutschen Industrie (NADI, ”Komite
Standardisasi Industri Jerman”) , NADI ini berganti nama
Deutscher Normenausschuß (DNA , ”Komite Standarisasi
German”) pada tahun 1926 untuk mencerminkan bahwa
organisasi sekarang berurusan dengan isu-isu standardisasi di

62
banyak bidang ; yaitu, tidak hanya untuk produk industri. Pada
tahun 1975 itu diubah namanya lagi untuk Deutsches Institut für
Normung, atau „DIN„ dan diakui oleh pemerintah Jerman sebagai
badan nasional standar resmi, yang mewakili kepentingan Jerman
di tingkat internasional dan Eropa.
Penunjukan standar DIN menunjukkan asal-usulnya (#
menunjukkan angka) :
 DIN # digunakan untuk standar Jerman dengan
signifikansi terutama domestik atau dirancang sebagai
langkah pertama menuju status internasional.
 E DIN # adalah rancangan standar dan DIN V # adalah
standar awal.
 DIN EN # dipakai untuk edisi Jerman standar Eropa.
 DIN ISO # digunakan untuk edisi Jerman standar ISO.
 ISO DIN ID # digunakan jika standar ini juga telah -
adopted sebagai standar Eropa.

Contoh standar DIN


 DIN 476 : ukuran kertas internasional (sekarang ISO 216
atau DIN EN ISO 216)
 DIN 946 : Penentuan koefisien gesekan rakitan baut /
mur dalam kondisi tertentu.
 DIN 1451 : jenis huruf yang digunakan oleh kereta api
Jerman dan pada rambu lalu lintas.
 DIN 4512 : Definisi kecepatan film , sekarang digantikan
oleh ISO 5800 : 1987 , ISO 6 : 1993 dan ISO 2240 : .
2003
 DIN 31635 : transliterasi dari bahasa Arab
 DIN 72552 : nomor terminal listrik di mobil

63
DIN (Deutsches Institut für Normung) banyak digunakan
mobil mobil buatan Eropah Namun penamaannya lebih simpel.
Kode accu DIN hanya berupa rangkaian lima angka. Yang perlu
diperhatikan, adalah tiga digit angka terdepan yang menunjukkan
kapasitas powernya.
Digit pertama melambangkan angka pertama daya, 5 = 0,
6 = 1, 7 = 2. kedua angka berikutnya tinggal ditempelkan ke
angka pertama untuk mengetahui daya accu. Misal kode 55533,
angka pertama 5 = 0, lalu dua angka berikutnya 55, maka daya
accu ini adalah 055Ah. Contoh lain kode 60038, yang berarti
angka pertama 6 = 1, dan angka dua berikutnya 00, yang artinya
daya accu ini adalah 100Ah.
Seluruh accu punya kode besar dan letak kepala pole
accu nya itu “tenggelam“, sehingga total tinggi/TT (ditambah
tinggi pole) sama dengan tinggi/T (hanya sampai wadah aki).
Beda dengan accu JIS yang punya kepala pole accu nya “timbul
ke atas“ (sering disebut nongol), sehingga total tinggi/TT lebih
besar dari tinggi accu/T. Oleh sebab itu, accu type JIS dan DIN
mempunyai penggunaan yang relatif berbeda, yang cenderung
disesuaikan dengan spesifik jenis mobil.
Jadi, sekarang tidak perlu bingung lagi melihat ukuran
ampere yang digunakan di mobil kita. Dengan mencermati
ukuran accu lama di mobil kita, pasti sudah mudah menentukan
berapa ampere ukuran yang cocok untuk ditemukan accu yang
cocok dengan kendaraan kita. Bukan hanya itu, kita juga bisa
mencari accu berkapasitas lebih besar yang disesuaikan dengan
breket aki standar.

H. BSI (British Standards Institution)


BSI Standar adalah Badan Standar Nasional Inggris
(NSB/National Standard Bodies) dan merupakan pertama di

64
dunia. BSI mewakili kepentingan ekonomi dan sosial Inggris di
semua organisasi standar Eropa dan internasional dan melalui
pengembangan solusi informasi bisnis untuk organisasi Inggris
dari semua ukuran dan sektor. BSI Standar bekerja dengan
industri manufaktur dan jasa, bisnis, pemerintah dan konsumen
untuk memfasilitasi produksi standar Inggris, Eropa dan
internasional. BSI Standar memiliki hubungan kerja yang erat
dengan pemerintah Inggris, terutama melalui Departemen Inggris
untuk Bisnis, Inovasi dan Keterampilan (BIS). BSI Standar
adalah nirlaba mendistribusikan organisasi, yang berarti bahwa
setiap keuntungan yang diinvestasikan kembali ke dalam layanan
yang disediakan.

I. SNI (Standar Nasional Indoesia)


Standar teknik adalah serangkaian persyaratan yang
harus dipenuhi pada saat pembuatan atau produksi suatu barang.
Standar teknik ini dapat menjadi acuan dalam pemrosesan suatu
produk. Dalam suatu produk atau pabrik harus memiliki standar
dalam produknya agar para pembeli dapat mengetahui kualitas
suatu produk tersebut.
Salah satu Contoh standar teknik di Indonesia adalah
SNI (standar nasional Indonesia). SNI adalah satu – satunya
standart yang berlaku secara nasional di Indonesia, dimana
semua produk atau tata tertib pekerjaan harus memenuhi standar
SNI ini. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas, maka
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice,
WTO adalah suatu acuan dalam suatu perumusan SNI di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh badan standarisasi yang
ditetapkan oleh BSN yaitu untuk membina, mengembangkan
serta mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara
nasional menjadi tanggung jawab Badan Standardisasi Nasional

65
(BSN). BSN merumuskan SNI dengan tujuan agar suatu produk
dalam produksi mempunyai standar yang baik. Produk yang
tidak memiliki SNI dianggap gagal dalam pemrosesannya dan
tidak dapat di pasarkan diluar. Contoh produk yang terdapat SNI
adalah helm.
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice,
yaitu:
1. Openess : Terbuka agar semua stakeholder dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency : agar stakeholder yang berkepentingan
dapat mengikuti perkembangan SNI dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap
penetapannya.
3. Consensus and impartiality : agar semua stakeholder
dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan
secara adil;
4. Effectiveness and relevance: memfasilitasi perdagangan
karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
5. Coherence : Koheren dengan pengembangan standar
internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak
terisolasi dari perkembangan pasar global dan
memperlancar perdagangan internasional.
6. Development dimension (berdimensi pembangunan) :
agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan
nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian
nasional.

SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh


BSN yaitu untuk membina, mengembangkan serta

66
mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara
nasional menjadi tanggung jawab Badan Standardisasi Nasional
(BSN).
Contoh Standart Nasional Indonesia yang telah
diterapkan di Indonesia salah satunya adalah tentang penggunaan
Informasi dan Dokumentasi-Internasional Standard Serial
Number (ISSN). SNI ini merupakan adopsi identic dari ISO
3297:2007, ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 01-03 Informasi
dan Dokumentasi, dan telah dibahas dirapat konsensus pada 21
November 2007 di Jakarta. Rapat dihadiri oleh wakil dari
produsen, kelompok pakar, himpunan profesi, dan instansi terkait
lainnya.
Kebutuhan kode pengenal ringkas dan unik sudah
menjadi kebutuhan bagi semua pihak, pertukaran informasi yang
baik diantara perpustakaan, produsen abstrak, dan pengguna data,
maupun diantara pemasok, distributor dan perantara lainnya
menyebabkan terciptanya kode standart. Standart nasional ini
menjelaskan dan memasyarakatkan penggunaan kode stansart
(ISSN) sebagai identifikasi unik untuk terbitan berseri dan
sumber daya berlanjut lainnya.
ISSN adalah nomor dengan 8 digit, termasuk digit cek,
dan diketahui oleh ISSN yang diberikan kepada sumberdaya
berlanjut oleh jaringan ISSN.

Susunan ISSN :
 ISSN terdiri atas delapan digit berupa angka 0 sampai 9,
kecuali digit terakhir (posisi paling kanan) yang dapat
juga berupa huruf besar X. digit terakhir dapat menjadi
digit cek.

67
 Digit cek dihitung berdasarkan modulus 11 dengan bobot
8 sampai 2 dan X harus digunakan sebagai digit cek bila
digit cek adalah 10.
 ISSN harus didahului dengan singkatan ISSN dan satu
spasi, serta ditampilkan dalam dua kelompok yang
masing – masing terdiri atas empat digit yang dipisahkan
oleh tanda hugung. Contoh : ISSN 0251 – 1479.
Pemberian ISSN
 ISSN hanya diberikan oleh pusat dalam jaringan ISSN.
Jaringan ISSN adalah lembaga kolektifyang terdiri atas
Pusat Internasional ISSN serta pusat nasional dan
regional yang menjalankan administrasi pemberian
ISSN.
 Metadata untuk sumber daya berlanjut yang
mendapatkan ISSN harus dikumpulkan dan diserahkan
pada waktu yang ditentukan oleh Pusat Internasional
ISSN ke Register ISSN oleh pusat dalam jaringan ISSN
yang mendaftar sumber daya berlanjut.
 Untuk setiap sumber daya berlanjut dalam media tertentu
sebagaimana ditentukan dalam ISSN Manual hanya
diberikan satu ISSN.
 Setiap ISSN terkait selamanya dengan judul kunci yang
ditetapkan oleh jaringan ISSN pada saat pendaftaran.
 Bila suatu sumber daya berlanjut diterbitkan dalam
media yang berbeda dengan judul yang sama atau
berbeda, ISSN dan judul kunci yang berlainan harus
diberikan untuk setiap edisi.
 Bila sumber daya berlanjut mengalami perubahan berarti
dalam judul atau perubahan besar lain seperti yang

68
disebut dalam ISSN Manual, ISSN baru harus diberikan
dan judul kunci baru harus dibuat.
 ISSN yang telah diberikan untuk sumber daya berlanjut
tidak dapat diubah, diganti atau digunakan lagi untuk
terbitan lain.
 Judul kunci ditetapkan atau disahkan oleh pusat ISSN
yang bertanggung jawab atas pendaftaran sumber daya
berlanjut, sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam
ISSN Manual.
 Pemberian ISSN kepada sumber daya berlanjut tidak
dapat diartikan atau dianggap sebagai bukti hokum
kepemilikan hak cipta atas suatu terbitan atau isinya

69
70
BAB V
STANDAR MANAJEMEN

Sistem manajemen mutu adalah sistem yang digunakan


untuk menetapkan Kebijakan (pernyataan resmi oleh manajemen
puncak berkaitan dengan perhatian dan arah organisasinya di
bidang mutu) dan sasaran mutu (segala sesuatu yang terkait
dengan mutu dan dijadikan sasaran atau target pencapaian
dengan menetapkan ukuran atau kriteria pencapainnya).

5.1 Pengertian Standar Manajemen Mutu


Standar manajemen adalah struktur tugas, prosedur kerja,
sistem manajemen dan standar kerja dalam bidang kelembagaan,
usaha serta keuangan. Namun pengertian standar manajemen
akan lebih spesifik jika menjadi standar manajemen mutu, untuk
mendukung standarisasi pada setiap mutu produk yang di
hasilkan perusahan maka hadirlah Organisasi Internasional untuk
Standarisasi yaitu Internasional Organization for
Standardization (ISO) berperan sebagai badan penetap standar
internasional yang terdiri dari wakil-wakil badan standarisasi
nasional setiap negara
ISO didirikan pada 23 februari 1947, ISO menetapkan
standar-standar industrial dan komersial dunia, ISO adalah

71
jaringan institusi standar nasional dari 148 negara, pada dasarnya
satu anggota pernegara, ISO bukan organisasi pemerintah ISO
menempati posisi spesial diantara pemerintah dan swasta. Oleh
karena itu, ISO mampu bertindak sebagai organisasi yang
menjembatani dimana konsensus dapat diperoleh pada
pemecahan masalah yang mempertemukan kebutuhan bisnis dan
kebutuhan masyarakat.
Proses sertifikasi untuk persyaratan Standar Sistem
Manajemen Mutu, misalnya ISO 9001:2000, adalah diakui
sebagai suatu upaya dan cara uji dari peningkatan kinerja dan
produktifitas perusahaan dan juga sebagai pembanding terhadap
hasil kerja dan pencapaian keunggulan bisnis. Yang dimaksud
mutu disini adalah gambaran dan karakteristik konsumen atau
pelanggan dari barang atau jasa yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan konsumen sesuai dengan
kebutuhan yang di tentukan.
Dalam menetapkan suatu standar tersebut ISO
mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk duduk
dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok
Kerja (WG). Meski ISO adalah organisasi non pemerintah,
kemampuannya untuk menetapkan standar yang sering menjadi
hukum melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya
lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi non-
pemerintah lainnya, dan dalam prakteknya ISO menjadi
konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihak-pihak
pemerintah. Peserta ISO termasuk satu badan standar nasional
dari setiap negara dan perusahaan-perusahaan besar. ISO bekerja
sama dengan Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) yang
bertanggung jawab terhadap standardisasi peralatan elektronik.

72
Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk:
 Meningkatkan citra perusahaan
 Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan
 Meningkatkan efisiensi kegiatan
 Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan
perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan
perbaikan (plan, do, check, act)
 Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan
 Mengurangi risiko usaha
 Meningkatkan daya saing
 Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik
dengan berbagai pihak yang berkepentingan
 Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra
kerja/pemodal

Dari uraian di atas maka sangat penting sebagai


mahasiswa teknik sipil untuk mengerti dan memahami standar
manajemen mutu karena standar manajemen mutu sangat
berperan penting terhadap kualitas produk atau output dari suatu
perusahaan. Pemahaman standar manajemen mutu yang bertarap
internasional juga tentunya akan berpengaruh pada pola berpikir
dan cara bekerja mahasiswa di dunia industri, diharapkan
mahasiswa akan memiliki kualitas yang setarap kualitas
internasional tentu akan mampu bersaing dan menghasilkan
output yang sangat berkualitas.

5.2 ISO 9000


ISO 9000 merupakan standar mutu yang sangat populer
di seluruh dunia. ISO 9000 adalah suatu standar internasional

73
untuk sistem manajemen mutu. Standar tersebut menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi yang mendasar bagi
organisasi apapun yang berminat untuk menerapkan standar ini.
Berdasarkan definisi tersebut, maka sistem manajemen mutu ISO
9000 dapat didefinisikan sebagai standar sistem manajemen mutu
yang mengelola proses pencapaian mutu. Sistem tersebut
mengatur hubungan antara supplier, lembaga, dan konsumen.
Oleh karena itu, sistem manajemen mutu ISO 9000 sama sekali
tidak berbicara tentang mutu suatu produk, tetapi berbicara
tentang proses pencapaian suatu tingkat mutu tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa lembaga yang akan mengadopsi sistem
tersebut perlu menetapkan spesifikasi/persyaratan karakteristik
mutu produk dan prosesnya.
ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem
manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC
176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi.
ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh
International Organization for Standardization Technical
Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab
untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176
menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna
menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi
pembaruan dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar
ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.
Proses perkembangan menuju era mutu merupakan
proses yang cukup panjang dengan melewati berbagai
pengalaman dan pendekatan metode yang bermacam-macam.
Perkembangan mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan
era menuju era industri dimana mulai dipergunakannya mesin-
mesin untuk membantu proses produksi. Secara garis besar
perkembangan atau evaluasi mutu adalah era tanpa mutu, era

74
inpeksi, era pengendalian mutu, era jaminan mutu, era
manajemen mutu terpadu, era Sistem Manajemen Mutu (ISO).
ISO (International Organization for Standardization)
adalah organisasi standar internasional yang didirikan pada tahun
1947, berkedudukan di Janewa Swiss. Saat ini ISO
beranggotakan 170 negara termasuk Indonesia. ISO 9000 itu
adalah salah satu dari seri Standar Internasional untuk sistem
Manajemen Mutu (SMM). Seri standar ISO 9000 digunakan
untuk memperagakan kemampuan organisasi untuk taat asas
dalam memberikan produk yang memenuhi permintaan
pelanggan dan peraturan yang berlaku. Tujuannya untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem
manajemen mutu secara efektif, termasuk proses perbaikan yang
berkelanjutan (continuous improvement). ISO 9001:2000
merupakan persyaratan standar sistem manajemen mutu (quality
management system) versi tahun 2000 yang merupakan edisi
kedua (ISO 9001:1994, ISO 9002:1994 dan ISO 9003:1994).
Sedangkan edisi pertamanya dikeluarkan pada tahun 1987.
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada
dasarnya dibagi menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah persiapan
seperti; analisis dan pengkajian terhadap kondisi
lembaga secara mendalam, membentuk steering
committee, tim penyusun dokumen dan yang terpenting
adalah membangun komitmen untuk menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000.
b. Tahap Penyusunan dan Pengesahan Dokumen
Pada tahap ini dilakukan penulisan dan pengesahan
dokumen antara lain: kebijakan mutu, sasaran mutu,

75
pedoman mutu, prosedur operasi standar, instruksi kerja,
dan formulir.
c. Tahap implementasi
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau penerapan
sistem manajemen mutu yaitu dengan melaksankan
semua ketentuan yang telahditulis di dalam dokumen.
Pada tahap ini selalu ada kemungkinan untuk merevisi
dokumen, bila dalam penerapannya ditemukan kesalahan
atau kesulitan. Tahap ini dianggap mencukupi bila telah
dijalani sekurang-kurangnya 3 bulan dan telah
menghasilkan rekaman sebagai bukti pelaksanaan.
d. Tahap registrasi
Tahap registrasi dilakukan bila lembaga telah meyakini
bahwa dokumen sistem mutu telah tersusun dan
diterapkan sesuai persyaratan standar ISO 9001:2000.
untuk maksud tersebut lembaga dapat mengajukan
pemohonan kepada sebuah badan sertifikat untuk
dilaksanakan audit sertifikat guna memperoleh sertifikat
ISO 9001:2000.

ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini:


1. ISO 9000 – Quality Management Systems –
Fundamentals and Vocabulary: mencakup dasar-dasar
sistem manajemen kualitas dan spesifikasi
terminologidari Sistem Manajemen Mutu (SMM).
2. ISO 9001 – Quality Management Systems –
Requirements: ditujukan untuk digunakan di organisasi
manapun yang merancang, membangun, memproduksi,
memasang dan/atau melayani produk apapun atau
memberikan bentuk jasa apapun. Standar ini memberikan
daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah

76
organisasi apabila mereka hendak memperoleh
kepuasanpelanggan sebagai hasil dari barang dan jasa
yang secara konsisten memenuhi permintaan pelanggan
tersebut. Implementasi standar ini adalah satu-satunya
yang bisa diberikan sertifikasi oleh pihak ketiga.
3. ISO 9004 – Quality Management Systems – Guidelines
for Performance Improvements: mencakup perihal
perbaikan sistem yang terus-menerus. Bagian ini
memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan sistem yang telah terbentuk lama.
Standar ini tidaklah ditujukan sebagai panduan untuk
implementasi, hanya memberikan masukan saja.

Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam


kumpulan ISO 9000, dimana banyak juga diantaranya yang tidak
menyebutkan nomor “ISO 9000” seperti di atas. Beberapa
standar dalam area ISO 10000 masih dianggap sebagai bagian
dari kumpulan ISO 9000. Sebagai contoh ISO 10007:1995 yang
mendiskusikan Manajemen Konfigurasi dimana di kebanyakan
organisasi adalah salah satu elemen dari suatu sistem
manajemen.
ISO mencatat “Perhatian terhadap sertifikasi sering kali
menutupi fakta bahwa terdapat banyak sekali bagian dalam
kumpulan standar ISO 9000 . Suatu organisasi akan meraup
keuntungan penuh ketika standar-standar baru diintegrasikan
dengan standar-standar yang lain sehingga seluruh bagian ISO
9000 dapat diimplementasikan”. Sebagai catatan, ISO 9001, ISO
9002 dan ISO 9003 telah diintegrasikan menjadi ISO 9001.
Kebanyakan, sebuah organisasi yang mengumumkan bahwa
dirinya “ISO 9000 Registered” biasanya merujuk pada ISO 9001.

77
5.3 Sistem Manajeman Produksi TQM
Konsep Total Quality Management (TQM)
dikembangkan pertama kali pada tahun 1950-an (setelah
berakhirnya Perang Dunia II) oleh seorang ilmuwan AS bernama
Dr. W. Edwards Deming, dalam rangka memperbaiki mutu dari
produk dan pelayanan yang dihasilkan oleh industri-industri di
Amerika Serikat. Dr. Deming adalah salah seorang ahli statistik
terkenal di AS, pada saat itu konsep ini tidak begitu diperhatikan
secara serius oleh bangsa Amerika sampai akhirnya Dr. Deming
ditugaskan ke Jepang bersama sejumlah tenaga ahli AS lainnya.
Para ahli tersebut dikirim oleh pemerintah AS dalam rangka
membawa pengaruh barat ke Jepang. Di Jepang ia kemudian
mengadakan diskusi-diskusi dan seminar-seminar tentang
prinsip-prinsip efisiensi industri, dimana diskusi ini diikuti secara
serius oleh 45 orang CEO dari perusahaan-perusahaan di Jepang.
Dalam diskusi tersebut Dr. Deming mengemukakan 4 hal
penting:
1. Sebuah organisasi bisnis harus mengetahui dan tanggap
terhadap kebutuhan pelanggannya. Tanpa pelanggan,
berarti tidak akan ada pesanan, dan tanpa pesanan berarti
tidak akan ada pekerjaan.
2. Pentingnya melakukan survei terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan harapan pelanggan.
3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia.
4. Menciptakan keinginan untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus.

Keempat hal yang dikemukakan oleh Dr. Deming


tersebut sangat berpengaruh bagi bangsa Jepang yang kemudian
mengadopsinya untuk menghidupkan kembali bisnis dan industri
mereka yang hancur setelah perang. Pada akhirnya dengan

78
konsep ini Jepang berhasil mendominasi pasar dunia pada tahun
1980-an sampai sekarang. Sehingga merepotkan sebagian besar
industri manufaktur AS yang masih terlena dengan model
manufaktur perakitan biasa, padahal model tersebut tidak cocok
lagi digunakan dalam pasar ekonomi global modern.
Bangsa Jepang mengadopsi konsep-konsep Dr. Deming
tersebut dengan menerapkan fungsi-fungsi mutu seperti Bagan
Kontrol (Control Chart), Kehandalan Proses (Process
Capability), dan lain-lain. Mereka menerapkannya secara
menyeluruh dan konsisten di seluruh perusahaan. Pada tahun
1960 berhasil dibentuk konsep Quality Control Circle (QCC)
yang secara operasional menjalankan siklus PDCA (Plan-Do-
Check-Act). Siklus PDCA sendiri adalah suatu metode yang
dipakai dalam TQM untuk menghasilkan perbaikan/peningkatan
mutu secara berkesinambungan dalam rangka mencapai
kepuasan pelanggan.
TQM mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi
organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan.
TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan
arahan perusahaan yang ingin terus meraih keunggulan dalam
semua aspek produk dan jasa penting bagi pelanggan. Ada
beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yaitu:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa
yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap
kurang berkualitas pada saat yang lain).

79
4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi,


maupun bagi staf organisasi.
1. Manfaat TQM bagi pelanggan
 Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan
produk atau pelayanan.
 Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau
pelanggan lebih diperhatikan.
 Kepuasan pelanggan terjamin.
2. Manfaat TQM bagi institusi
 Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
 Staf lebih termotivasi
 Produktifitas meningkat
 Biaya turun
 Produk cacat berkurang
 Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
3. Manfaat TQM bagi staf Organisasi
 Pemberdayaan
 Lebih terlatih dan berkemampuan
 Lebih dihargai dan diakui
4. Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin
dapat dirasakan oleh institusi di masa yang akan datang
 Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan
bukan hanya sekedar pengikut (follower)
 Membantu terciptanya tim work
 Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan
pelanggan

80
 Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi
terhadap perubahan
 Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih
mudah
Tujuh konsep program TQM yang efektif yaitu
perbaikan berkesinambungan, Six Sigma,
pemberdayaan pekerja, benchmarking, just-in-time
(JIT), konsep Taguchi, dan pengetahuan perangkat
TQM

5.4 Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan


Kerja)
Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah
bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah
bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi (perusahaan)
yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut.
Elemen-Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bisa beragam tergantung dari sumber (standar)
dan aturan yang kita gunakan. Secara umum, Standar Sistem

81
Manajemen Keselamatan Kerja yang sering (umum) dijadikan
rujukan ialah Standar OHSAS 18001:2007, ILO-OSH:2001 dan
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5.5 OHSAS 18000


Standar OHSAS 18000 merupakan spesifikasi dari
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja internasional
untuk membantu organisasi mengendalikan resiko terhadap
kesehatan dan keselamatan pekerjanya. dalam perusahaan harus
memiliki standar OHSAS 18000, hal ini penting bagi
keselamatan kerja di perusahaan sehingga akan menghasilkan
produksi yang berjalan lancar dan berdampak baik bagi
karyawan untuk mencegah atau memperkecil tingkat kecelakaan.
Apabila perusahaan tersebut bergerak di bidang industri
yang memproduksi suatu barang dengan menggunakan alat-alat
berat yang paling diutamakan adalah kesehatan dan keselamatan
karyawan dalam bertugas, sehingga perusahaan harus
memperhatikan kebutuhan fisik terhadap karyawan, seperti
memberi makan kepada karyawan pada waktu jam makan &
istirahat yang cukup umtuk menjaga kesehatan karyawan. begitu
juga dibutuhkan keselamatan kerja dalam bertugas, oleh karena
itu perusahaan membuat aturan/prosedur untuk diterapkan pada
karyawannya. bagi keselamatan karyawan harus lah
menggunakan pakaian yang aman atau pelindung diri menurut
aturan perusahaan sehingga memperkecil tingkat kecelakan.
Dengan adanya OHSAS 18000 perusahaan pun akan berjalan
dengan baik karena kesehatan dan keselamatan kerja bagi
karyawan sangat diperhatikan dan menguntungkan bagi
perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi, dalam hal ini

82
berdampak positif sehingga saling menguntungkan bagi
perusahaan maupun karyawan.

5.6 Standar Manajemen Lingkungan


Tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya,
penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen
Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan
Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Dengan
perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di
Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup menyediakan media
bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif dalam
program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui
Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000).
Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif
dalam melaksanakan diskusi-diskusi membahas penerapan
standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas ISO 14000 tersebut
difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Asisten Deputi
Urusan Standarisasi dan Teknologi. Untuk menfasilitasi
penerapan standar ISO 14000 di Indonesia dan mempermudah
penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi
mengenai pelaksanaannya, maka Kementerian Lingkungan
Hidup bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi
terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi
tersebut diantaranya:
1. Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan
Panduan Penggunaan (SNI 19-14001-1997).
2. Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip
Sistem dan Teknik Pendukung (SNI19-14004-1997).
3. Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-
1410-1997).

83
4. Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan – Prosedur
Audit – Pengauditan Sistem Manajemen Lingkungan
(SNI 19-14011-1997).
5. Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi
untuk Auditor Lingkungan (SNI 19-14012-1997).

5.7 ISO 14000


ISO atau International Organization For Standartization
yang berkedudukan di Jenewa Swiss adalah badan federasi
internasional dari badan-badan standarisasi yang ada di 90
negara. Persetujuan internasional yang telah disepakati bersama
merupakan hasil utama dari badan internasional ini. ISO
(International Standarisation Organisation) adalah organisasi
non-pemerintah dan bukan merupakan bagian dari PBB atau
WTO (World Trade Organization) walaupun Standar-standar
yang dihasilkan merupakan rujukan bagi kedua organisasi
tersebut. Anggota ISO, terdiri dari 110 negara, tidak terdiri dari
delegasi pemerintah tetapi tersusun dari institusi standarisasi
nasional sebanyak satu wakil organisasi untuk setiap negara.
ISO 14000 adalah standar sistem pengelolaan lingkungan
yang dapat diterapkan pada bisnis apa pun, terlepas dari ukuran,
lokasi atau pendapatan. Tujuan dari standar adalah untuk
mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis
dan untuk mengurangi polusi dan limbah yang dihasilkan oleh
bisnis. Versi terbaru ISO 14000 dirilis pada tahun 2004 oleh
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) yang memiliki
komite perwakilan dari seluruh dunia. ISO-14000 memiliki
beberapa seri, yaitu :
1. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
2. ISO 14010 – 14015 : Audit Lingkungan
3. ISO 14020 – 14024 : Label Lingkungan

84
4. ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
5. ISO 14040 – 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
6. ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk

Manfaat dari ISO 14000 adalah :


1. Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien
dalam organisasi
2. Untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat
dan fleksibel sehingga mencerminkan organisasi yang
baik.
3. Dapat mengidanfikasi, memperkirakan dan mengatasi
resiko lingkungan yang mungkin timbul.
4. Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi
kecelakan kerja, dapat memelihara hubungan baik
dengan masyarakat, pemerintah dan pihak – pihak yang
peduli terhadap lingkungan.
5. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai
komitmen pihak manajemen puncak terhadap
lingkungan.
6. Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan
kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar.
7. Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang –
undangan yang berkaitan dengan lingkungan.
8. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
9. Dapat meningkatakan motivasi para pekerja.

Tujuan utama dari serangkaian norma-norma ISO 14000


adalah untuk mempromosikan pengelolaan lingkungan yang
lebih efektif dan efisien dalam organisasi dan untuk menyediakan
tools yang berguna dan bermanfaat – misalnya penggunaan biaya
yang efektif, system-based, fleksibel dan sehingga

85
mencerminkan organisasi yang baik. ISO 14000 menawarkan
guidance untuk memperkenalkan dan mengadopsi sistem
manajemen lingkungan berdasar pada praktek-praktek terbaik,
hampir sama di ISO 9000 pada sistem manajemen mutu yang
sekarang diterapkan secara luas. ISO 14000 ada untuk membantu
organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak
negatif pada lingkungan. Struktur ini mirip dengan ISO 9000
manajemen mutu dan keduanya dapat diimplementasikan
berdampingan. Agar suatu organisasi dapat dianugerahi sertifikat
ISO 14001 mereka harus diaudit secara eksternal oleh badan
audit yang telah terakreditasi. Badan sertifikasi harus diakreditasi
oleh ANSI-ASQ, Badan Akreditasi Nasional di Amerika Serikat,
atau Badan Akreditasi Nasional di Irlandia.
Konsep utama yang merupakan kunci untuk menjalankan
ISO 14000 adalah Manajemen dan Kebijakan Kinerja
Lingkungan. Manajer puncak harus menetapakan kebijakan
lingkungan organisasi dan menjamin bahwa kewajiban:
1. Sesuai dengan sifat, skala dan dampak lingkungan
kegiatan, produk atau jasa.
2. Termasuk komitmen untuk peningkatan berkelanjutan
dan pencegahan pencemaran.
3. Termasuk komitmen untuk patuh terhadap peraturan
lingkungan terikat dan persyaratan – persyaratan lain
terhadap perusahaan.
4. Memberiakan kerangka kerja untuk membuat dan
menkaji tujuan dan sasaran lingkung.
5. Didokumentasikan, diterapkan dipelihara dan
dikomunikasikan kepada semua karyawan.
6. Tersedia kepada masyarakat.

86
BAB VI
PERATURAN dan REGULASI

Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang


hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan
atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak
untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga
memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula,
hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta
merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak
cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual
lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas
penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak
monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk
mencegah orang lain yang melakukannya.

6.1 Definisi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)


HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara
kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk
memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat
dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan. Istilah
HAKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right

87
(IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun
1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The
World Trade Organization). Pengertian Intellectual Property
Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas kekayaan
yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang
mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu
hak asasi manusia (human right).
Istilah HAKI sebelumnya bernama Hak Milik Intelektual
yang selama ini digunakan. Menurut Bambang Kesowo, istilah
Hak Milik Intelektual belum menggambarkan unsur-unsur pokok
yang membentuk pengertian Intellectual Property Right, yaitu
hak kekayaan dari kemampuan Intelektual. Istilah Hak Milik
Intelektual (HMI) masih banyak digunakan karena dianggap
logis untuk memilih langkah yang konsisten dalam kerangka
berpikir yuridis normatif. Istilah HMI ini bersumber pada
konsepsi Hak Milik Kebendaan yang tercantum pada KUH
Perdata Pasal 499, 501, 502, 503, 504.

6.2 Sejarah HAKI


Undang-undang mengenai HAKI pertama kali ada di
Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470.
Penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan
mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka diantaranya
adalah Caxton, Galileo dan Guttenberg. Hukum-hukum tentang
paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris tahun
1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di
Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623).
Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten
tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HAKI pertama
kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk
masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne

88
Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan
dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi,
pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi,
perlindungan mimimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua
konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama
The United International Bureau For The Protection of
Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World
Intellectual Property Organisation (WIPO). WIPO kemudian
menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang
menangani masalah HAKI anggota PBB. Sebagai tambahan pada
tahun 2001 WIPO telah menetapkan tanggal 26 April sebagai
Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Setiap tahun, negara-
negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan
beragam kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari HAKI
Sedunia.
Di Indonesia, HAKI mulai populer memasuki tahun
2000 – sekarang. Tetapi ketika kepopulerannya itu sudah
mencapai puncaknya, grafiknya menurun. Ketika mengalami
penurunan, muncul lah hukum siber (cyber), yang ternyata
perkembangan dari HAKI itu sendiri. Jadi, HAKI akan terbawa
terus seiring dengan ilmu-ilmu yang baru. seiring dengan
perkembangan teknologi informasi yang tidak pernah berhenti
berinovasi. Peraturan perundangan HAKI di Indonesia dimulai
sejak masa penjajahan Belanda dengan diundangkannya: Octrooi
Wet No. 136; Staatsblad 1911 No. 313; Industrieel Eigendom
Kolonien 1912; dan Auterswet 1912 Staatsblad 1912 No. 600.
Setelah Indonesia merdeka, Menteri Kehakiman RI
mengeluarkan pengumuman No. JS 5/41 tanggal 12 Agustus
1953 dan No. JG 1/2/17 tanggal 29 Agustus 1953 tentang
Pendaftaran Sementara Paten.

89
Pada tahun 1961, Pemerintah RI mengesahkan
Undang-undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek. Kemudian
pada tahun 1982, Pemerintah juga mengundangkan Undang-
undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Di bidang paten,
Pemerintah mengundangkan Undang-undang No. 6 Tahun 1989
tentang Paten yang mulai efektif berlaku tahun 1991. Di tahun
1992, Pemerintah mengganti Undang-undang No. 21 Tahun 1961
tentang Merek dengan Undang-undang No. 19 Tahun 1992
tentang Merek.

6.3 Macam-macam HAKI


Terdapat macam-macam HAKI yang ada di dunia ini,
khususnya di Indonesia. Pada Prinsipnya HAKI dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu:
1. Hak Cipta
 Sejarah Hak Cipta
Pada jaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani
bernama Peh Riad menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.)
dan koma (,). Anaknya bernama Apullus menjadi
pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah Romawi
memberikan Pengakuan, Perlindungan dan
Jaminan terhadap karya cipta ayah nya itu. Untuk setiap
penggunaan, penggandaan dan pengumuman ats penemuan
Peh Riad itu, Apullus memperoleh penghargaan dan
jaminan sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut.
Apullus ternyata orang yang bijaksana, dia tidak
menggunakan seluruh honorarium yang diterimany. Honor
titik (.) digunakan untuk keperluan sendiri sebagai ahli
waris, sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke
pemerintah Romawi sebagai tanda terima kasih atas
penghargaan dan pengakuan terhadap hak cipta tersebut.

90
 Pengertian Hak Cipta
Hak cipta (lambang internasional: ©)
a. Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor
19 Tahun 2002:
Hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku” (pasal 1 butir 1).
b. Pengertian hak cipta menurut Pasal 2 UUHC:
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun
penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin
untuk iti dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa
orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang
dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.

2. Hak Kekayaan Industri


Hak kekayaan industri terdiri dari:
a. Paten (patent)
Paten merupakan hak khusus yang diberikan negara
kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang
teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri penemuannya tersebut atau memberikan

91
pesetujuannya kepada orang lain untuk
melaksanakannya.
b. Merk (Trademark)
Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan barang
dan jasa.
c. Rancangan (Industrial Design)
Rancangan dapat berupa rancangan produk industri,
rancangan industri. Rancanangan industri adalah suatu
kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi, garis
atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi yang
mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam
pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi
industri dan kerajinan tangan.
d. Informasi Rahasia (Trade Secret)
Informasi rahasia adalah informasi di bidang teknologi
atau bisnis yang tidak diketahui oleh umum, mempunyai
nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan
dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.
e. Indikasi Geografi (Geographical Indications)
Indikasi geografi adalah tanda yang menunjukkan asal
suatu barang yang karena faktor geografis (faktor alam
atau faktor manusia dan kombinasi dari keduanya telah
memberikan ciri dari kualitas tertentu dari barang yang
dihasilkan).

92
f. Denah Rangkaian (Circuit Layout)
Denah rangkaian yaitu peta (plan) yang memperlihatkan
letak dan interkoneksi dari rangkaian komponen terpadu
(integrated circuit), unsur yang berkemampun mengolah
masukan arus listrik menjadi khas dalam arti arus,
tegangan, frekuensi, serta prmeter fisik linnya.
g. Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan varietas tanamn adalah hak khusus yang
diberikan negara kepada pemulia tanaman dan atau
pemegang PVT atas varietas tanaman yang dihasilkannya
untuk selama kurun waktu tertentu menggunakan sendiri
varietas tersebut atau memberikan persetujun kepada
orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya.

Kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh masyarakat


asli tradisional ini menjadi menarik karena rejim ini masih belum
terakomodasi oleh pengaturan mengenai hak kekayaan
intelektual, khususnya dalam lingkup intenasional. Pengaturan
hak kekayaan intelektual dalam lingkup internasional
sebagaimana terdapat dalam Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPs), misalnya hingga saat ini
belum mengakomodasi kekayaanintelektual masyarakat
asli/tradisional.
Adanya fenomena tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual yang
dihasilkan masyarakat asli tradisional hingga saat ini masih
lemah. Joseph E. Stiglitz (2007), dalam Making Globalization
Work, mengatakan bahwa hak kekayaan intelektual memiliki
perbedaan mendasar dengan hak penguasaan lainnya. Jika rambu
hak penguasaan lainnya adalah tidak memonopoli, mengurangi
efisiensi ekonomi, dan mengancam kesejahteraan masyarakat,

93
maka hak kekayaan intelektual pada dasarnya menciptakan
monopoli. Kekuatan monopoli menciptakan persewaan monopoli
(laba yang berlebih), dan laba inilah yang seharusnya digunakan
untuk melakukan penelitian.
Ketidakefisienan yang berkaitan dengan kekuatan
monopoli dalam memanfaatkan pengetahuan sangatlah penting,
karena ilmu pengetahuan dalam ekonomi disebut komoditas
umum. Joseph E. Stiglitz dalam Andri TK, Nasib HAKI
Tradisional Kita, Hukum kekayaan intelektual bersifat asing bagi
kepercayaan yang mendasari hukum adat, sehingga kemungkinan
besar tidak akan berpengaruh atau kalaupun ada pengaruhnya
kecil di kebanyakan wilayah di Indonesia. Hal inilah yang
barangkali menjadi halangan terbesar yang dapat membantu
melegitimasi.
Ganjar dalam Andri TK, Ibid, 2007 mengatakan
penolakan terhadap kekayaan intelektual di Indonesia yaitu
konsep yang sudah lama diakui kebanyakan masyarakat
Indonesia sesuai dengan hukum adat. Prinsip hukum adat yang
universal dan mungkin yang paling fundamental adalah bahwa
hukum adat lebih mementingkan masyarakat dibandingkan
individu. Dikatakan bahwa pemegang hak harus dapat
membenarkan penggunaan hak itu sesuai dengan fungsi hak di
dalam suatu masyarakat.
Kepopuleran konsep harta komunal mengakibatkan
HAKI bergaya barat tidak dimengerti oleh kebanyakan
masyarakat desa di Indonesia. Sangat mungkin bahwa HAKI
yang individualistis akan disalahtafsirkan atau diabaikan karena
tidak dianggap relevan. Usaha‐usaha untuk memperkenalkan hak
individu bergaya barat yang disetujui dan diterapkan secara resmi
oleh negara, tetapi sekaligus bertentangan dengan hukum adat
seringkali gagal mempengaruhi perilaku masyarakat tradisional.

94
Sangat mungkin bahwa masyarakat di tempat terpencil tidak
akan mencari perlindungan untuk kekayaan intelektual dan akan
mengabaikan hak kekayaan intelektual orang lain dengan alasan
yang sama. Di tengah upaya Indonesia berusaha melindungi
kekayaan tradisionalnya, negara-negara maju justru menghendaki
agar pengetahuan tradisional, ekspresi budaya, dan sumber daya
genetik itu dibuka sebagai public property atau public domain,
bukan sesuatu yang harus dilindungi secara internasional dalam
bentuk hukum yang mengikat.

6.4 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual


Prinsip-prinsip Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Ekonomi
Dalam prinsip ekonomi, hak intelektual berasal dari
kegiatan kreatif dari daya pikir manusia yang memiliki
manfaat serta nilai ekonomi yang akan member
keuntungan kepada pemilik hak cipta.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan merupakan suatu perlindungan hukum
bagi pemilik suatu hasil dari kemampuan intelektual,
sehingga memiliki kekuasaan dalam penggunaan hak
atas kekayaan intelektual terhadap karyanya.
3. Prinsip Kebudayaan
Prinsip kebudayaan merupakan pengembangan dari ilmu
pengetahuan, sastra dan seni guna meningkatkan taraf
kehidupan serta akan memberikan keuntungan bagi
masyarakat, bangsa dan Negara.
4. Prinsip Sosial
Prinsip sosial mengatur kepentingan manusia sebagai
warga Negara, sehingga hak yang telah diberikan oleh

95
hukum atas suatu karya merupakan satu kesatuan yang
diberikan perlindungan berdasarkan keseimbangan antara
kepentingan individu dan masyarakat/ lingkungan.

6.5 Konsep dan Tujuan Penearapan HAKI


Setiap hak yang termasuk kekayaan intelektual memiliki
konsep yang bernama konsep HAKI. Berikut ini merupakan
konsep HAKI:
 Haki kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU
& wewenang menurut hukum).
 Kekayaan hal-hal yang bersifat ciri yang menjadi milik
orang.
 Kekayaan intelektual kekayaan yang timbul dari
kemampuan intelektual manusia (karya di bidang
teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra) –
dihasilkan atas kemampuan intelektual pemikiran, daya
cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu
dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan
landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis2.

Berbagai karya intelektual memiliki dasar-dasar


tersendiri. Berikut ini merupakan dasar dari HAKI Karya
Intelektual:
 Hasil suatu pemikiran dan kecerdasan manusia, yang
dapat berbentuk penemuan, desain, seni, karya tulis atau
penerapan praktis suatu ide.
 Dapat mengandung nilai ekonomis, dan oleh karena itu
dianggap suatu aset komersial.

96
Terdapat berbagai macam bentuk karya intelektual yang
dapat digolongkan ke dalam bentuk HAKI. Berikut ini
merupakan bentuk (karya) kekayaan intelektual:
 Penemuan
 Desain Produk
 Literatur, Seni, Pengetahuan, Software
 Nama dan Merek Usaha
 Know-How & Informasi Rahasia
 Desain Tata Letak IC
 Varietas Baru Tanaman

Setiap hak yang digolongkan ke dalam HAKI harus


mendapat kekuatan hukum atas karya atau ciptannya. Untuk itu
diperlukan tujuan penerapan HAKI. Berikut ini merupakan
tujuan penerapan HAKI:
 Antisipasi kemungkinan melanggar HAKI milik pihak
lain
 Meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam
komersialisasi kekayaan intelektual
 Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
penentuan strategi penelitian, usaha dan industri di
Indonesia.

6.6 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di


Indonesia
Pengaturan HAKI secara pokok (dalam UU) dapat
dikatakan telah lengkap dan memadai. Dikatakan lengkap,
karena menjangkau ke-7 jenis HAKI yang telah disebutkan di
atas. Dikatakan memadai, karena dalam kaitannya dengan
kondisi dan kebutuhan nasional, dengan beberapa catatan, tingkat

97
pengaturan tersebut secara substantif setidaknya telah memenuhi
syarat minimal yang ditentukan pada Perjanjian Internasional
yang pokok di bidang HAKI.
Sejalan dengan masuknya Indonesia sebagi anggota
WTO/TRIP‟s dan diratifikasinya beberapa konvensi
internasional di bidang HAKI sebagaimana dijelaskan pada
pengaturan HAKI di internasional tersebut di atas, maka
Indonesia harus menyelaraskan peraturan perundang-undangan
di bidang HAKI. Untuk itu, pada tahun 1997 Pemerintah
merevisi kembali beberapa peraturan perundangan di bidang
HAKI, dengan mengundangkan:
 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987
tentang Hak Cipta
 Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten
 Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek

Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-


undang HAKI yang menyangkut ke-7 HAKI antara lain:
1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2) Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
3) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk
4) Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang
5) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri
6) Undang-undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu

98
7) Undang-undang No. 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman

Dengan pertimbangan masih perlu dilakukan


penyempurnaan terhadap undang-undang tentang hak cipta,
paten, dan merek yang diundangkan tahun 1997, maka ketiga
undang-undang tersebut telah direvisi kembali pada tahun 2001.
Selanjutnya telah diundangkan:
 Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
(khusus mengenai revisi UU tentang Hak Cipta saat ini
masih dalam proses pembahasan di DPR)

6.7 Penerapan Undang-Undang No.19 Tahun 2002


tentang Hak Cipta
1. Ketentuan Umum, (Pasal 1)
 Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama -sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu
Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan
ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
 Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang
menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni, atau sastra.

99
 Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik
Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari
Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
dari pihak yang menerima hak tersebut.
 Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta, yaitu hak eksklusif bagi Pelaku untuk
memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi
Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak atau
menyewakan karya rekaman suara atau rekaman
bunyinya, dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya
 Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak
Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain
untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak
Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan
persyaratan tertentu.

Pada dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk


menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah
atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa
berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau
karya cipta atau “ciptaan”. Ciptaan tersebut dapat mencakup
puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya
koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik,
rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak
komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi
tertentu) desain industri. Hak cipta merupakan salah satu jenis
hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara
mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten,

100
yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi),
karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk
melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain
yang melakukannya.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-
undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut,
pengertian hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku” (pasal 1 butir 1).

2. Lingkup Hak cipta


Lingkup hak cipta diatur didalam bab 2 mengenai
LINGKUP HAK CIPTA Pasal 2-28 :
Ciptaan yang dilindungi (pasal 12), Ciptaan yang
dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra, yang mencakup: buku, Program Komputer, pamflet,
perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain, ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain
yang sejenis dengan itu, alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik
dengan atau tanpa teks, drama atau drama musikal, tari,
koreografi, pewayangan, dan pantomim, seni rupa dalam segala
bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan, arsitektur, peta, seni
batik, fotografi, sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga
rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Ciptaan yang tidak ada Hak Cipta (pasal 13), hasil rapat
terbuka lembaga-lembaga Negara, peraturan perundang-

101
undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah,
putusan pengadilan atau penetapan hakim atau keputusan badan
arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

3. Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta


Hak eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada
pemegang hak cipta adalah hak untuk :
 Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual
hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan
elektronik),
 Mengimpor dan mengekspor ciptaan,
 Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan
(mengadaptasi ciptaan),
 Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
 Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada
orang atau pihak lain.

Yang dimaksud dengan “hak eksklusif” dalam hal ini


adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas
melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain
dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan
pemegang hak cipta.
Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta
termasuk “kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,
mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,
meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan
kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun”.
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur
pula “hak terkait”, yang berkaitan dengan hak cipta dan juga

102
merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni
(yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman
suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil
dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau
disiarkan oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir
9–12 dan bab VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak
melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta
tersebut dapat dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau
perjanjian tertulis (UU 19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta
dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak eksklusifnya
tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002
bab V).

4. Perlindungan Hak Cipta


Perlindungan hak cipta pada umumnya berarti bahwa
penggunaan atau pemakaian dari hasil karya tertentu hanya dapat
dilakukan dengan ijin dari pemilik hak tersebut. Yang dimaksud
menggunakan atau memakai di sini adalah mengumumkan,
memperbanyak ciptaan atau memberikan ijin untuk itu.
Pasal 12 ayat 1 :
(1) Dalam Undang-undang ini ciptaan yang dilindungi
adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra, yang mencakup :
a. buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay
out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis
dengan itu ;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan;

103
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi,
pewayangan dan pantomim;
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,
gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni
patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h. peta;
i. seni batik;
j. fotografi;
k. sinematografi;
l. terjemahn, tafsir, saduran, bunga rampai, data base,
dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi
sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak
Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau
belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk
kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan
hasil karya itu.”

5. Pembatasan Hak Cipta


Pembatasan Hak cipta, Pembatasan mengenai hak cipta
diatur dalam pasal 14, 15, 16 (ayat 1-6), 17, dan 18. Pemakaian
ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu
dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial
termasuk untuk kegiatan sosial, misalnya, kegiatan dalam
lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian

104
dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari penciptanya.
Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah
“kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam
menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan”. Termasuk
dalam pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk
pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran.
Khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau
pencantuman sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan
secara lengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurang-
kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama
penerbit jika ada. Selain itu, seorang pemilik (bukan pemegang
hak cipta) program komputer dibolehkan membuat salinan atas
program komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan
semata-mata untuk digunakan sendiri.
Selain itu, Undang-undang Hak Cipta juga mengatur hak
pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan atau mewajibkan
pihak tertentu memperbanyak ciptaan berhak cipta demi
kepentingan umum atau kepentingan nasional (pasal 16 dan 18),
ataupun melarang penyebaran ciptaan “yang apabila diumumkan
dapat merendahkan nilai-nilai keagamaan, ataupun menimbulkan
masalah kesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau
bahaya terhadap pertahanan keamanan negara, bertentangan
dengan norma kesusilaan umum yang berlaku dalam masyarakat,
dan ketertiban umum” (pasal 17).
Ketika orang mengambil hak cipta seseorang maka orang
tersebut akan mendapat hukuman yang sesuai pada kejahatan
yang dilakukan. Menurut UU No.19 Tahun 2002 pasal 13, tidak
ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara,
peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato
pejabat Pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim,

105
ataupun keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan
sejenis lainnya (misalnya keputusan-keputusan yang
memutuskan suatu sengketa). Pasal 14 Undang-undang Hak
Cipta mengatur bahwa penggunaan atau perbanyakan lambang
Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli tidaklah
melanggar hak cipta. Demikian pula halnya dengan pengambilan
berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita,
lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

6. Prosedur Pendaftaran HaKI


Sesuai yang diatur pada bab IV Undang-undang Hak
Cipta pasal 35, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), yang
kini berada di bawah [Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia]. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan
langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI.
Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU 19/2002
pasal 37 ayat 2). Penjelasan prosedur dan formulir pendaftaran
hak cipta dapat diperoleh di kantor maupun situs webDitjen HKI.
“Daftar Umum Ciptaan” yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar
dikelola oleh Ditjen HKI dandapat dilihat oleh setiap orang tanpa
dikenai biaya. Prosedur mengenai pendaftaran HAKI diatur
dalam bab 4, pasal 35-44.

6.8 Sanksi Pelanggaran HAKI


Hukum Kekayaan Intelektual (HAKI) di bidang hak
cipta memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran terhadap tindak
pidana di bidang hak cipta yaitu pidana penjara dan/atau denda,
hal ini sesuai dengan ketentuan pidana dan/atau denda dalam UU
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta sebagai berikut:

106
1. Pasal 72 ayat (1) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
2. Pasal 72 ayat (2) : Barangsiapa dengan sengaja
menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
3. Pasal 72 ayat (3) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan
komersial suatu program komputer, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
4. Pasal 72 ayat (4) : Barangsiapa melanggar Pasal 17
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah).
5. Pasal 72 ayat (5) : Barangsiapa dengan sengaja
melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,-
(seratus lima puluh juta rupiah).
6. Pasal 72 ayat (6) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan

107
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta
rupiah).
7. Pasal 72 ayat (7) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
8. Pasal 72 ayat (8) : Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
9. Pasal 72 ayat (9) : Barangsiapa dengan sengaja
melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
10. Pasal 73 ayat (1) : Ciptaan atau barang yang merupakan
hasil tindak pidana hak cipta atau hak terkait serta alat-
alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
tersebut dirampas oleh negara untuk dimusnahkan.
11. Pasal 73 ayat (2) : Ciptaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik, dapat
dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan.

Jelasnya yang dimaksud dengan “bersifat unik” adalah


bersifat lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan
yang lain, atau yang bersifat khusus. Ketentuan pidana tersebut
di atas, menunjukkan kepada pemegang hak cipta atau pemegang
hak terkait lainnya untuk memantau perkara pelanggaran hak
cipta kepada Pengadilan Niaga dengan sanksi perdata berupa
ganti kerugian dan tidak menutup hak negara untuk menuntut
perkara tindak pidana hak cipta kepada Pengadilan Niaga dengan

108
sanksi pidana penjara bagi yang melanggar hak cipta tersebut.
Ketentuan-ketentuan pidana dalam UU No. 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta dimaksudkan untuk memberikan ancaman
pidana denda yang paling berat, paling banyak, sebagai salah
satu upaya menangkal pelanggaran hak cipta, serta untuk
melindungi pemegang hak cipta.

109
110
BAB VII
ASPEK BISNIS TEKNIK SIPIL

7.1 Aspek Bisnis Di Bidang Produksi


Sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses
produksi barang dan jasa. Dimana faktor produksi dibagi menjadi
4 (empat) kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya
alam, dan kewirausahaan. Karena semakin berkembang faktor
sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda,
baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh
perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical
resources).
Beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi
sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya
peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara
total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi,
yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik
(physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan
sumber daya informasi (information resources).
1. Tenaga kerja
Tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas
(kemampuan dan keahlian) yang berdasarkan sifat
kerjanya dan juga mencakup waktu yang dipergunakan

111
oleh pekerja dalam suatu proses produksi, kontribusi
fisik maupun intelektualnya sesuai dengan
kualifikasinya, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja
trampil, atau tenaga kerja tidak terdidik.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi
tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga
kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan
pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan,
dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani
adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik
dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh
becak, dan sopir.
2. Modal
Yang dimaksud dengan modal disini ialah barang atau
peralatan yang di gunakan untuk produksi. Misalnya
barang-barang tahan lama (barang modal) disebut juga
modal konkret yang meliputi: berbagai mesin, peralatan
kerja, bangunan dan sarananya serta (data processing)
computer; dapat juga berbentuk abstrak seperti hak
paten, nama baik (goodwill, dan hak merek
dagang). Sumber utama modal bisa berupa investasi
pribadi yang berasal dari pengusaha individu, mitra
bisnis atau investor pembeli saham yang bersangkutan.
3. Kewirausahaan
Merupakan individu/seseorang yang dapat untuk melihat
sebuah peluang dan bisa untuk bertanggung jawab dan
menerima segala resiko, yang timbul dari penciptaan dan
pengoprasian usaha bisnisnya.

112
7.2 Prosedur Pendirian Bisnis
Dalam melangsungkan suatu bisnis, para pengusaha
membutuhkan suatu wadah untuk dapat bertindak melakukan
perbuatan hukum dan bertansaksi. Pemilihan jenis badan usaha
ataupun badan hukum yang akan dijadikan sebagai sarana usaha
tergantung pada keperluan para pendirinya. Dalam mendirikan
usaha tentunya harus ada ijin usaha, izin usaha, ijin perusahaan
untuk melakukan bisnisnya. Sarana usaha yang paling populer
digunakan adalah Perseroan terbatas (PT), karena memiliki sifat,
ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk
badan usaha lainnya, yaitu:
 Merupakan bentuk persekutuan yang berbadan hukum,
 Merupakan kumpulan modal/saham,
 Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para
perseronya,
 Pemegang saham memiliki tanggung jawab yang
terbatas,
 Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan
pengurus atau direksi,
 Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas,
 Kekuasaan tertinggi berada pada RUPS.

Untuk membentuk sebuah badan usaha kita harus


melewati beberapa prosedur terlebih dahulu. Pada penulisan kali
ini mari kita diskusikan prosedur dan sedikit pengetahuan yang
manyangkut pendirian badan usaha atau bisnis. Sebelum
melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita definisikan apa itu
badan usaha.
Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis,
dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.

113
Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan,
walaupun pada kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya,
Badan Usaha adalah lembaga sementara perusahaan adalah
tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor
produksi.
Adapun beberapa alasan pendirian suatu badan usaha adalah :
 Untuk hidup,
 Bebas dan tidak terikat,
 Dorongan sosial,
 Mendapat kekuasaan, atau
 Melanjutkan usaha orang tua.

Faktor–faktor yang harus dihadapi atau diperhitungkan


di dalam pendirian suatu badan usaha, adalah:
 Barang dan Jasa yang akan dijual
 Pemasaran barang dan jasa
 Penentuan harga
 Pembelian
 Kebutuhan Tenaga Kerja
 Organisasi intern
 Pembelanjaan
 Jenis badan usaha yang akan dipilih, dll.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


membentuk sebuah badan usaha, diantaranya :
1. Modal yang di miliki
2. Dokumen perizinan
3. Para pemegang saham
4. Tujuan usaha
5. Jenis usaha

114
Di dalam pendirian suatu badan usaha, ada terdapat
beberapa fungsi yang akan terlibat di dalam bisnis-nya:
 Manajemen: cara karyawan dan sumber-sumber lain
digunakan oleh perusahaan.
 Pemasaran: cara produk/jasa dikembangkan, diberi
harga, didistribusikan dan dipromosikan kepada
pelanggan.
 Keuangan: cara perusahaan mendapatkan dan
menggunakan dana untuk operasi bisnisnya.
 Akuntansi: ringkasan dan analisis suatu kondisi
keuangan suatu perusahaan.
 Sistem Informasi: meliputi teknologi Informasi,
masyarakat dan prosedur yang bekerja sama untuk
memberikan Informasi yang cocok kepada karyawan
perusahaan sehingga mereka dapat membuat keputusan
bisnis.

Prosedur Pendirian PT secara umum sebagai berikut.:


1. Pemesanan nama ps. 9 (2) (+ 3 hari) :
 kuasa pengurusan hanya bisa kepada Notaris
 dalam jangka waktu maksimal 60 hari, harus diajukan
pengesahannya ke Departemen Kehakiman atau nama
menjadi expired
2. Pembuatan akta Notaris (ps. 7 (1))
3. Pengurusan ijin domisili & Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) Perseroan sekaligus pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) & Berita Negara Republik
Indonesia (BNRI) (jangka waktu + 2 minggu)
4. Pembukaan rekening Perseroan dan menyetorkan modal
ke kas Perseroan

115
5. Permohonan pembuatan Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP) atau Ijin Usaha lain yang terkait sesuai dengan
maksud & tujuan usaha ( jangka waktunya + 2 minggu).
Surat ijin usaha, surat izin usaha, perizinan usaha ini
sangat penting untuk kegiatan bisnis selanjutnya.
6. Pembuatan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sekaligus
Pendaftaran Perseroan untuk memenuhi criteria Wajib
Daftar Perusahaan (WDP) (jangka waktunya + 2 minggu
sejak berkas lengkap). Pada waktu pendaftaran, asli-asli
dokumen harus diperlihatkan, Tentunya ini juga diurus
setelah izin usaha, surat izin usaha.
7. Pengumuman pada BNRI (jangka waktu + 3 bulan).

Proses Pendirian Badan Usaha :


 Mengadakan rapat umum pemegang saham.
 Dibuatkan akte notaris (nama-nama pendiri, komisaris,
direksi, bidang usaha, tujuan perusahaan didirikan).
 Didaftarkan di pengadilan negeri (dokumen : izin
domisili, surat tanda daftar perusahaan (TDP), NPWP,
bukti diri masing-masing).
 Diberitahukan dalam lembaran negara (legalitas dari
dept. kehakiman).

Perizinan pembuatan badan usaha perlu dirancang agar


dalam pelaksanaan kegiatan, para pelaku dunia usaha menyadari
akan tanggung jawab dan tidak asal dalam melakukan praktik
kerja yang dapat merugikan orang lain atau bahkan Negara.
Peraturan perizinan memliki mata rantai prosedur yang
panjangnya bergantung pada skala perusahaan yang akan
didirikan. Adapun yang menjadi pokok yang harus diperhatikan
dalam hubungannya dengan pendirian badan usaha ialah :

116
1. Tahapan pengurusan izin pendirian
Bagi perusahaan skala besar hal ini menjadi prinsip yang
tidak boleh dihilangkan demi kemajuan dan pengakuan
atas perusahaan yang bersangkutan. Hasil akhir pada
tahapan ini adalah sebuah izin prinsip yang dikenal
dengan Letter of Intent yang dapat berupa izin
sementara, izin tetap hinga izin perluasan
2. Tahapan pengesahan menjadi badan hukum
Tidak semua badan usaha mesti berbadan hukum. Akan
tetapi setiap usaha yang memang dimaksudkan untuk
ekspansi atau berkembang menjadi berskala besar maka
hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan izin atas
kegiatan yang dilakukannya tidak boleh mengabaikan
hukum yang berlaku. Izin yang mengikat suatu bentuk
usaha tertentu di Indonesia memang terdapat lebih dari
satu macam. Adapun pengakuan badan hukum bisa
didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), hingga Undang-Undang Penanaman Modal
Asing ( UU PMA ).
3. Tahapan penggolongan menurut bidang yang dijalani
Badan usaha dikelompokkan kedalam berbagai jenis
berdasarkan jenis bidang kegiatan yang dijalani.
Berkaitan dengan bidang tersebut, maka setiap
pengurusan izin disesuaikan dengan departemen yang
membawahinya seperti kehutanan, pertambangan,
perdagangan, pertanian dsb.
4. Tahapan mendapatkan pengakuan, pengesahan dan izin
dari departemen lain yang terkait
Departemen tertentu yang berhubungan langsung dengan
jenis kegiatan badan usaha akan mengeluarkan izin.
Namun diluar itu, badan usaha juga harus mendapatkan

117
izin dari departemen lain yang pada nantinya akan
bersinggungan dengan operasional badan usaha misalnya
Departemen Perdagangan mengeluarkan izin pendirian
industri pembuatan obat berupa SIUP. Maka sebgai
kelanjutannya, kegiatan ini harus mendapatkan sertifikasi
juga dari BP POM, Izin Gangguan atau HO dari Dinas
Perizinan.

7.3 Kontrak Kerja


Kontrak kerja merupakan standar umum dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan yang sudah semestinya dimiliki setiap
perusahaan. Kontrak kerja dapat dikatakan sebagai perjanjian
tertulis antara pihak perusahaan dan pegawainya. Perjanjian
resmi ini merupakan bukti ikatan kerja sama antara kedua belah
pihak, yang berisi kewajiban dan hak masing-masing pihak.
Karena begitu pentingnya isi surat kontrak kerja tersebut,
maka pastikan Anda membaca dengan sangat seksama dan teliti
setiap kalimat yang tertera di atas surat kontrak yang akan anda
tanda tangani. Kesempatan untuk mengoreksi isi surat tersebut
akan hilang bila anda sudah menggoreskan tanda tangan
diatasnya.
Berikut ini beberapa hal pokok yang wajib tercantum
dalam surat kontrak kerja :
1. Pengangkatan
Dalam surat kontrak kerja harus tertulis dengan jelas
jabatan yang akan Anda pangku. Perhatikan pula job
deskripsi agar Anda tahu batasan-batasan pekerjaan yang
akan Anda tangani dan juga menghindari terjadinya
kekecewaan dan penyesalan karena merasa beban
pekerjaan terlalu berat.

118
2. Informasi Gaji
Pastikan nominal gaji yang akan diterima tertera dengan
jelas dalam surat perjanjian kerja tersebut, agar Anda
terhindar dari persoalan ketidaksesuaian jumlah rupiah
antara kontrak dengan kenyataan. Perhatikan pula
keterangan tentang cara perhitungan pembayaran gaji,
waktu pembayaran gaji, dan juga perihal kenaikan gaji.
3. Jadwal kerja dan Lokasi Penempatan
Jadwal kerja yang dimaksud meliputi jam kerja, lembur,
waktu istirahat dan libur. Informasi ini sangat penting
sehingga Anda bisa memperhitungkan waktu serta
besarnya biaya transportasi yang akan dikeluarkan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja
Pada bagian ini membahas berbagai kondisi yang bisa
menyebabkan seorang karyawan mengalami pemutusan
hubungan kerja atau dipecat. Jangan sampai hanya
karena kelalain kecil, posisi Anda di perusahaan
terancam. Perhatikanlah segala ketentuan dan peraturan
yang telah ditetapkan dengan cermat.

7.4 Prosedur Pengadaan


A. Prosedur Pengadaan Tenaga Kerja antara lain :
1. Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan
kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan dan cara
memenuhinya. Penentuan kuantitas dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu time motion study dan peramalan
tenaga kerja. Sedangkan penentuan kualitas dapat
dilakukan dengan Job Analysis.
Job Analysis terbagi menjadi dua, yaitu Job Description
dan Job Specification / Job Requirement.

119
Tujuan Job Analysis bagi perusahaan yang sudah lama
berdiri yaitu untuk reorganisasi, penggantian pegawai,
dan penerimaan pegawai baru.
2. Penarikan Tenaga Kerja
Penarikan tenaga kerja diperoleh dari dua sumber, yaitu
sumber internal dan sumber eksternal.
Sumber internal yaitu menarik tenaga kerja baru dari
rekomendasi karyawan lama dan nepotisme, berdasarkan
sistem kekeluargaan, misalnya mempekerjakan anak,
adik, dan sebagainya. Keuntungan menarik tenaga kerja
dari sumber internal yaitu lowongan cepat terisi, tenaga
kerja cepat menyesuaikan diri, dan semangat kerja
meningkat. Namun kekurangannya adalah menghambat
masuknya gagasan baru, terjadi konflik bila salah
penempatan jabatan, karakter lama terbawa terus, dan
promosi yang salah mempengaruhi efisiensi dan
efektifitas. Tujuan menarik tenaga kerja dari
sumber internal adalah untuk meningkatkan semangat,
menjaga kesetiaan, memberi motivasi, dan memberi
penghargaan atas prestasi.
Sumber eksternal yaitu menarik tenaga kerja baru dari
lembaga tenaga kerja, lembaga pendidikan, ataupun dari
advertising, yaitu media cetak dan internet. Keuntungan
menarik tenaga kerja dari sumber eksternal adalah dapat
meminimaslisasi kesalahan penempatan jabatan, lebih
berkualitas dan memperoleh ide baru/segar. Namun
kekurangannya adalah membutuhkan proses yang lama,
biaya yang cukup besar, dan rasa tidak senang dari
pegawai lama. Tujuan menarik tenaga kerja dari sumber
eksternal adalah untuk memperoleh gagasan/ide baru dan
mencegah persaingan yang negatif.

120
3. Seleksi Tenaga Kerja
Ada lima tahapan dalam menyeleksi tenaga kerja, yaitu
seleksi administrasi, tes kemampuan dan psikologi,
wawancara, tes kesehatan dan referensi (pengecekan).
Terdapat dua pendekatan untuk menyeleksi tenaga kerja,
yaitu Succecive Selection Process dan Compensatory
Selection Process.
Succecive Selection Process adalah seleksi yang
dilaksanakan secara bertahap atau sistem gugur.
Compensatory Selection Process adalah seleksi dengan
memberikan kesempatan yang sama pada semua calon untuk
mengikuti seluruh tahapan seleksi yang telah ditentukan.
4. Penempatan Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja adalah proses penentuan jabatan
seseorang yang disesuaikan antara kualifikasi yang
bersangkutan dengan job specification-nya. Indikator
kesalahan penempatan tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
tidak produktif, terjadi konflik, biaya yang tinggi dan tingkat
kecelakaan kerja tinggi.

B. Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa


Jenis-jenis metode pemilihan penyedia barang dan jasa
ada empat, yaitu: Metode Pelelangan Umum, Pelelangan
Terbatas, Pemilihan Langsung, dan Penunjukan Langsung.
Jika menggunakan metode Penunjukan Langsung, maka
prosedur pemilihan penyedia barang dan jasa seperti berikut :
 Penilaian kualifikasi
 Permintaan penawaran dan negosiasi harga
 Penetapan dan penunjukan langsung
 Penunjukan penyedia barang/jasa
 Pengaduan

121
 Penandatanganan kontrak

7.5 Kontrak Bisnis


Kontrak Bisnis merupakan suatu perjanjian dalam bentuk
tertulis dimana substansi yang disetujui oleh para pihak yang
terikat didalamnya bermuatan bisnis. Adapun bisnis
adalah tindakan-tindakan yang mempunyai nilai komersial.
Dengan demkian kontrak bisnis adalah perjanjian tertulis antara
dua lebih pihak yang mempunyai nilai komersial.
Dalam pengertian yang demikian kontrak bisnis harus dibedakan
dengan suatu kontrak kawin atau perjanjian kawin.
Kontrak Bisnis dapat dibagi menjadi empat bagian
apabila dilihat dari segi pembuktian. Pertama adalah Kontrak
Bisnis yang dibuat dibawah tangan dimana para
pihak menandatangani sebuah Kontrak Bisnis diatas materai.
Kedua adalah Kontrak Bisnis yang didaftarkan (waarmerken)
oleh notaries. Ketiga adalah Kontrak Bisnis yang dilegalisasikan
didepan notaries. Keempat adalah Kontrak Bisnis yang dibuat
dihadapan notaries dan dituangkan dalam bentuk akta notaries.
Walaupun ada empat perbedaan dari segi pembuktian
namun demikian hal tersebut tidak mempengaruhi keabsahan isi
dari apa yang diperjanjikan oleh para pihak.
Sehubungan dengan Kontrak Bisnis yang dituangkan
dalam bentuk akta notaries, ada beberapa Kontrak Bisnis yang
oleh undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaries,
misalnya perjanjian yang menyangkut pendirian perseroan
terbatas atau perjanjian jual belitanah. Sedangkan ada Kontrak
Bisnis yang karena kebiasaan dituangkan dalam bentuk akta
notaris, misalnya Perjanjian Pinjam Meminjam,
Perjanjian Penjaminan Emisi dan lain-lain. Ada pula Kontrak

122
Bisnis yang dituangkan dalam bentuk akta notaries karena
memang dikehendaki secara demikian oleh para pihak.
A. Kontrak Bisnis Internasional
Kontrak Bisnis dilihat dari unsurnya dapat dibagi
menjadi dua kategori. Pertama adalah Kontrak Bisnis Domestik
dan kedua adalah Kontrak Bisnis Internasional. Adapun
yang membedakan antara Kontrak Bisnis Domestik dengan
Internasional adalah ada tidaknya unsur internasional. Unsur
internasional dapat berupa para pihaknya, substansi yang diatur
dan lain-lain.
Sebagai contoh apabila dalam suatu kontrak bisnis para
pihak yang mengikatkan diri adalah warga negara atau badan
hukum asing maka hal ini sudah dapat dikategorikan sebagai
Kontrak Bisnis Internasional. Contoh Kontrak Bisnis
Internasional adalah Perjanjian Pendirian Usaha Patungan (Joint
Venture Agreement), perjanjian Pinjam Meminjam (Loan
Agreement) antara badan hokum Indonesia dengan bank asing,
Perjanjian Penjaminan Emisi (Underwriting Agreement) antara
Emiten Indonesia dengan Penjamin Emis Efek berbadan hokum
asing dan lain-lain.

B. Pakta Integritas
Dalam Pasal 1 Keppres No.80/2003 mengenai pedoman
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah disebutkan
bahwa yang dimaksud Pakta Integritas adalah surat pernyataan
yang ditandatangani oleh pengguna barang/jasa/panitia
pengadaan/pejabat pengadaan/penyedia barang/jasa yang berisi
ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan KKN dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Pakta Integritas merupakan suatu bentuk kesepakatan
tertulis mengenai tranparansi dan pemberantasan korupsi dalam

123
pengadaan barang dan jasa barang publik melalui dokumen-
dokumen yang terkait, yang ditandatangani kedua belah pihak,
baik sektor publik maupun penawar dari pihak swasta.
Tujuan Pakta Integritas :
 Mendukung sektor publik untuk dapat menghasilkan
barang dan jasa pada harga bersaing tanpa adanya
korupsi yang menyebabkan penyimpangan harga dalam
pengadaan barang dan jasa barang dan jasa.
 Mendukung pihak penyedia pelayanan dari swasta agar
dapat diperlakukan secara transparan, dapat diperkirakan,
dan dengan cara yang adil agar dapat terhindar dari
adanya upaya “suap” untuk mendapatkan kontrak dan hal
ini pada akhirnya akan dapat mengurangi biaya-biaya
dan meningkatkan daya saing.

Pakta Integritas merupakan salah satu alat (tools) yang


dikembangkan Transparency International pada tahun 90-an.
Tujuannya adalah menyediakan sarana bagi Pemerintah,
Perusahaan swasta dan masyarakat umum untuk mencegah
korupsi, kolusi dan nepotisme, terutama dalam kontrak-kontrak
pemerintah (public contracting). Pakta Integritas perlu dibuat
untuk menunjukan suatu komitmen panitia pengadaan logistik
pemilu menjalankan proses pengadaan barang dan jasa sesuai
dengan peraturan dan tidak melakukan KKN serta siap menerima
sanksi jika melanggar Pakta Integritas tersebut.
Contoh Pakta Integritas :

124
125
126
BAB VIII
KONSULTAN ENGINEERING

Konsultan adalah individu yang biasanya bekerja untuk


diri mereka sendiri tetapi juga dapat berhubungan dengan sebuah
perusahaan konsultan. Mereka, untuk biaya, memberikan saran
atau menyediakan layanan dalam bidang pengetahuan khusus
atau pelatihan. Sebagian besar konsultan membawa kehidupan
mereka sendiri dan asuransi kesehatan, membayar pajak mereka
sendiri, sebagian besar memiliki alat sendiri dan peralatan
mereka. Konsultan dapat bekerja sendiri dengan staf atau klien.
Konsultan dapat memainkan peran multi-faceted. Mereka
dapat, misalnya fungsi sebagai penasihat, pemecah masalah,
atasan, generalis, stabilisator, pendengar, penasihat, spesialis,
katalis, manajer atau kuasi-karyawan. Pekerjaan yang sebenarnya
bahwa konsultan untuk melakukan satu perusahaan lain dapat
sangat bervariasi, akun pajak yaitu untuk dekorasi kantor.
Namun, alasan yang mendasari khas yang konsultan disewa
bersifat universal. Suatu masalah ada dan pemilik atau manajer
perusahaan telah memutuskan untuk mencari bantuan ahli.
Konsultan dapat disewa ketika perusahaan mungkin
tidak memiliki siapapun di staf mampu memecahkan masalah
tertentu. Pada saat seperti itu, kurva belajar yang mahal pada

127
bagian dari staf teknik dikaitkan dengan proyek. Salah satu
contoh adalah menggunakan konsultan sebagai alternatif selama
tahap pengembangan produk baru. Mempekerjakan konsultan
dengan pengalaman di daerah tertentu maka dapat memotong
hari, minggu atau bahkan berbulan-bulan dari jadwal proyek.
Selain itu, ia dapat membantu staf menghindari kesalahan
mereka dinyatakan dapat membuat. Ketika proyek mencapai titik
tertentu, staf permanen kemudian dapat mengambil alih.
Konsultan dapat berhubungan langsung dengan pemilik
dan manajemen atas. Dalam perannya ini, konsultan dapat
memberikan titik pihak ketiga pandangan objektif. Tujuan kritis
maka dapat diidentifikasi dan saran yang diberikan dalam
keyakinan. Konsultan adalah alternatif dalam membantu dalam
studi kelayakan atau dalam persiapan proposal.

8.1 Tugas Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah pihak yang berupa
perorangan atau badan usaha, yang berdasarkan suatu pemberian
tugas mempergunakan keahliannya dalam merencanakan suatu
proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitektur,
mekanikal, elektrikal dan sebagainya. Konsultan perencana ini
akan menerima tugas dari pemilik proyek dan bertangung jawab
penuh kepada pemilik proyek.
Konsultan perencana merupakan mitra dari klien/owner
yang ingin membuat suatu bangunan sipil/prasarana fisik
(gedung, pabrik, gudang, jalan, jembatan, dll). Perencana
membantu kliennya dalam mendesign suatu bangunan sesuai
dengan keinginannya. Keinginan di sini maksudnya mulai dari
segala aspek yang berhubungan dengan hal-hal teknis sampai
pada estimasi budgetnya. Konsultan perencana juga melakukan
pekerjaan pengawasan terhadap proyek yang sedang

128
dilaksanakan oleh kontraktor apabila klien/owner berkenan dan
menunjuk.. Karena pekerjaan tidak hanya terbatas pada proyek
yang belum jalan saja tetapi bertanggung jawab penuh terhadap
keseluruhan proyek. Dan yang lebih penting lagi, walaupun
memang produk nyata dari konsultan adalah gambar kerja di
lapangan tapi yang paling penting adalah advise yang diberikan
untuk klien terhadap konsep-konsep design yang ingin dilakukan.
Masalah kerja konsultan tidak hanya bagaimana pada
bagaimana orang-orang di konsultan itu bisa menghitung dan
menggambar. Edukasi kepada klien mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan permasalahan teknik jauh lebih penting.
Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana adalah :
 Menyusun perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal
dan kelistrikan yang sesuai dengan permintaan atau
keinginan pemilik proyek dan membantu pemilik proyek
dalam mencapai hal yang diinginkannya dengan
memberikan saran dan anjuran.
 Membuat gambar-gambar detail, rencana-rencana kerja
beserta syarat-syaratnya (RKS)/dokumen kontrak, dan
perhitungan baik volume pekerjaan untuk perencaan
proyek tersebut, maupun anggaran biaya dari rencana
tersebut, sekaligus menentukan volume dan anggaran
biaya untuk pekerjaan tambahan atau kekurangan.
 Membuat penyesuaian bagian rencana bila ada
perubahan dari perencanaan yang sudah dibuat atas
permintaan pihak pemilik proyek, serta membuat laporan
akhir rencana.
 Membuat perencanaan dan gambar-gambar ulang atau
revisi bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan
di lapangan.

129
 Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu
pada rancangannya.
 Memberikan penjelasan kepada kontraktor tentang isi
dokumen kontrak apabila diperlukan.

8.2 Prospek Kerja Teknik Sipil


Teknik Sipil merupakan jurusan kuliah yang membahas
teknologi perancangan, pembangunan, pemeliharaan dan
renovasi bangunan dan atau fasilitas umum. Dalam berbagai
aktifitas keteknikan sipil, para pelakunya juga harus
memperhatikan fungsi dari fasilitas yang dibangunnya untuk
masyarakat. Beberapa bentuk karya bidang teknik sipil misalnya
rumah sakit, gedung sekolah, jalan raya, jembatan, bendungan
dan lain sebagainya.
Mungkin masih ada diantara kita yang masih bingung
apa yang membedakan jurusan kuliah arsitektur dengan jurusan
teknik sipil, Perbedaannya adalah jurusan kuliah arsitektur
berfokus pada bagaimana merancang bentuk bangunan yang
indah dengan memperhatikan efesiensi dan efektifitas
penggunaannya. Sedangkan jurusan kuliah teknik sipil biasanya
akan menjadi pelaksana atau eksekutor dari rancangan yang telah
dibuat oleh seorang arsitek.
Dalam eksekusi pembangunan tersebut, seorang ahli
teknik sipil harus menguasai teknik manajemen kerja serta
memastikan penggunaan sumber daya dalam proses perancangan
(bisa dilakukan bersama arsitek) pembangunan dilakukan secara
efesien dan efektif. Ilmu sipil juga membahas tentang perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan yang menunjang daya tahan suatu
bangunan.
Dalam ilmu teknik sipil melibatkan konsep fisika,
banyak sekali rumus-rumus dan perhitungan serta logika-logika

130
fisika. Selain membutuhkan kemampuan perhitungan yang kuat,
seorang prefesional teknik sipil harus memiliki pengetahuan
tentang perhitungan material. Ilmu tentang material ini
merupakan satu cabang ilmu tersendiri yang mempelajari jenis-
jenis bahan, sifat-sifat bahan, dan penggunaan bahan tersebut
dalam bangunan-bangunan sipil. Dalam ilmu teknik sipil terdapat
beragam cabang ilmu lain, beberapa diantaranya adalah :
 Ilmu struktur membahas tentang cara membangun
dengan aman dan sesuai kaidah-kaidah dalam teknik
sipil.
 Teknik transportasi membahas rekayasa transportasi
perkotaan, bagian-bagian jalan, dan proses pembuatan
jalan.
 Teknik hidrologi membahas perilaku air, jaringan irigasi,
bangunan-bangunan air seperti bendungan.
 Geoteknik membahas sifat-sifat tanah, jenis-jenis
pondasi, dan rekayasa pondasi.
 Ilmu Manajemen konstruksi membahas berbagai hal
tentang pelaksanaan proyek, anggaran biaya proyek, dan
pelaksanaan waktu proyek.

Indonesia termasuk negara berkembang yang masih terus


membangun infrastrukturnya, berbagai program pembangunan
infrastruktur seperti fasilitas umum berupa jalan, jembatan dan
sebagainya merupakan prospek lapangan kerja yang masih
sangat luas. Namun, tentu saja prospek jurusan ini tidak hanya
terbatas pada proyek-proyek tersebut. Berikut ini adalah
gambaran beberapa prospek lapangan kerja jurusan kuliah teknik
sipil.

131
1. Pegawai Negeri Sipil
Institusi Pemerintahan yang paling membutuhkan lulusan
jurusan kuliah Teknik Sipil adalah Kementrian Pekerjaan
Umum (PU), yaitu kementrian yang mengurusi berbagai
hal terkait pembangunan fasilitas dan infrastruktur
negara. Selain kementrian PU, lulusan jurusan Teknik
Sipil juga dapat bekerja untuk pemerintah di badan-
badan pemerintah seperti Badan Perencanaan Nasional,
Badan Perencanaan Daerah, PMU-Bina Marga,
Departemen ESDM, Dinas-dinas Tata Kota &
Pertamanan di tiap Kota.
2. Badan Usaha Milik Negara
Prospek kerja jurusan kuliah Teknik Sipil di BUMN
misalnya di Hutama Karya (Jalan dan Jembatan),
Waskita Karya (Bangunan Gedung), Cipta Karya
(Perencanaan), dan lain sebagainya.
3. Konsultan dan/atau Kontraktor Konstruksi Bangunan
Pembangunan konstruksi yang marak mengakibatkan
lowongan kerja konsultan dan/atau kontraktor konstruksi
bangunan mempunyai banyak pilihan. Mulai dari
menjadi Drafter, Struktural Engineer, Site Engineer,
Estimator dan sebagainya.
4. Bidang Umum
Lulusan jurusan kuliah Teknik Sipil juga bisa bekerja di
BUMN bidang lain seperti TELKOM dan PLN, jenis
tugas yang dikerjakan sarjana Teknik Sipil untuk
perusahaan ini misalnya untuk prasarana seperti Tower
Telekomunikasi, bendungan untuk pembangkit listrik
dan lain sebagainya. Sarjana teknik sipil juga dapat
bekerja di BANK datau Badan Keuangan misalnya
menganalisis visibilitas proyek yang akan dikerjakan

132
dengan peminjaman uang, misalnya untuk membangun
prasarana seperti jembatan, gedung dan lain-lain.
Lulusan teknik sipil juga bisa memegang posisi
manajemen di perusahaan-perusahaan yang bergerak
dibidang teknologi. Lulusan teknik sipil juga memiliki
peluang dalam bidang industri Energi, Pertambangan dan
Pengolahan.

8.3 Sertifikasi Profesi


Untuk Memenuhi kebutuhan insinyur yang mempunyai
kemampuan profesional maka diperlukan sertifikasi sebagai
bukti nyatanya. Sertifikasi adalah pengakuan resmi atas
kompetensi keprofesionalan seorang insinyur, yang sudah
menempuh pendidikan sarjana teknik, serta sudah
mengumpulkan pengalaman kerja yang cukup dalam bidang
keinsinyuran yang ditekuninya.

133
Insinyur profesional adalah seorang insinyur yang
kompetensinya sudah benar-benar terbukti berdasarkan bakuan
yang mengacu pada kaidah-kaidah internasional.
Sertifikat Insinyur Profesional diberikan dalam tiga jenis,
yang sekaligus juga menunjukkan jenjang kompetensi yang
dimilikinya.
1. Insinyur Profesional Pratama, yaitu para insinyur yang
sudah bekerja lebih dari tiga tahun sejak mencapai gelar
kesarjanaannya dan sudah mampu membuktikan
kompetensi keprofesionalannya.
2. Insinyur Profesional Madya, yaitu para pemegang
sertifikat Insinyur Profesional Pratama yang sudah
bekerja dan membuktikan kompetensinya selama paling
sedikit lima tahun setelah ia memperoleh sertifikat
Insinyur Profesional Pratama.
3. Insinyur Profesional Utama, yaitu para pemegang
sertifikat Insinyur Profesional Madya yang telah bekerja
dan membuktikan kompetensinya selama paling sedikit
delapan tahun setelah ia memperoleh sertifikat Insinyur
Profesional Madya, serta mempunyai
reputasi keprofesionalan secara nasional.

134
BAB IX
BAKUAN KOMPETENSI LPJK

Bakuan Kompetensi LPJK Bidang Sipil, Sub Bidang


Teknik Sipil ini dikutip dari Peraturan Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor : 09 /LPJK Tahun 2005, Tanggal
29 Desember 2005, Tentang Penetapan dan Pemberlakuan
Bakuan Kompetensi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi (Lampiran V).

9.1 Persyaratan Sertifikasi


Seseorang Calon Ahli Teknik Sipil dapat disertifikasi
menjadi Ahli Teknik Sipil setelah menunjukkan bahwa ia :
1. Mempunyai Dasar Pengetahuan (Knowledge Base)
pendidikan Teknik Sipil
2. Mempunyai Pengalaman Profesi dalam bidang Teknik
Sipil
3. Memenuhi syarat Bakuan kompetansi (Competency
Standard) Profesi Ahli Teknik Sipil

A. Persyaratan Dasar Pengetahuan


Pada dasarnya, secara universal, dasar pengetahuan
(knowledge base) profesi Ahli Teknik adalah apa yang diperoleh

135
seseorang ketika mengikuti dan menanamatkan pendidikan
kesarjanaan ilmu teknik sipil.
Kurikulum pendidikan tinggi teknik sipil harus dapat
mencakup semua dasar pengetahuan yang diperlukan seorang
untuk memungkinkannya mulai berprofesi di bidang Teknik
Sipil. Kurikulum tersebut harus mencakup mata kuliah sebagai
berikut :
1. Matematika/kalkulus
2. Fisika
3. Kimia
4. Struktur bangunan.
5. Analisis struktur
6. Statika & Mekanika Bangunan
7. Mekanika tanah
8. Teknik Pondasi
9. Retaining Wall
10. Shope Stability
11. Turap
12. Ilmu Ukur Tanah
13. Geologi teknik
14. Mekanika Fluida & Hidrolika
15. Irigasi dan bangunan air
16. Perencanaan Geometri Jalan
17. Perencanaan Perkerasan Jalan
18. Teknik transportasi
19. Jalan Kereta Api
20. Lapangan Terbang
21. Pelabuhan
22. Teknik Lingkungan
23. Statistik & Protabilitas
24. Analisis Numerik

136
25. Finite Elemen
26. Hukum perburuhan & bangunan
27. Komputer dan teknologi informasi
28. Hidrologi
29. Beton
30. Konstruksi Baja
31. Konstruksi Kayu
32. Quantity Surveyor & Cost Estimate
33. Manajemen Konstruksi
34. Pemindahan tanah mekanis
35. Drainase
36. Pengembangan Sumber daya air
37. AMDAL
38. Teknik Gempa

B. Persyaratan Pengalaman Profesi:


Tak seorangpun sarjana yang baru lulus akan langsung
dapat mempunyai kompetensi untuk melaksanakan tugas-tugas
profesional.
Kompetensi profesi adalah sesuatu yang diperoleh
seseorang dengan menarik pelajaran dari pengalamannya
melaksanakan tugas-tugas keahlian dibidangnya selama kurun
waktu tertentu. Sebagai ahli Teknik Sipil, maka disyaratkan
untuk memiliki pengalaman dengan keterlibatan sebagai :
Perencana, dan atau Pelaksana Atau Pengawas untuk pekerjaan
struktur dan atau pekerjaan geoteknik, dan atau pekerjaan sumber
daya air dan atau pekerjaan transportasi, dan atau manajemen
konstruksi pada pekerjaan konstruksi teknik sipil dalam suatu
kurun waktu tertentu.

137
Pekerjaan konstruksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan Bangunan rumah tinggal permanen,
gedung, bangunan industri, bangunan fasilitas umum
lainnya (Building)
2. Jalan (Roads), Jembatan (bridges)
3. Menara transmisi, Platform/Deck stations
4. Lapangan terbang (Airports)
5. Pelabuhan/dermaga (harbours)
6. Jalan kereta api (Railways)
7. Terowongan (Tunnels)
8. Bangunan air dan jaringan supply air
9. Sewage systems
10. Penyiapan lahan

Dalam mengumpulkan pengalaman profesionalnya,


seseorang harus melaksanakannya dengan teratur :
1. Harus Tercatat :
Agar dapat menarik pelajaran yang optimum dari
pengalamannya, seseorang harus melakukan
dokumentasi yang baik atas pengalamannya
melaksanakan tugas-tugas keahliannya. Untuk itu harus
dipunyai Buku Catatan Pengalaman Keahlian (logbook),
di mana pengalaman pekerjaan keahlian
didukumentasikan dengan sistematis.
2. Harus Terstruktur
Agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
diperlukan, pengalaman seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas keahlian haruslah terstruktur dengan
semestinya (appropriately structured) :
a. Dari tingkat kerumitan yang rendah ke yang tinggi

138
b. Berpindah-pindah bagian sehingga melengkapi
lingkup pengalaman untuk suatu tugas tertentu
c. Berganti ganti tugas sehinga melengkapai jenis-jenis
pengalaman yang nantinya dipersyaratkan dalam
bakuan kompetensi.
3. Waktu Pengalaman :
Waktu yang diperlukan seseorang untuk dapat
mengumpulkan pengalaman praktek Keahlian Teknik
Sipil yang cukup bagi memenuhi persyaratan Bakuan
Kompetensi adalah :
 Untuk lulusan S1, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
 Untuk lulusan Diploma D3, sekurang-kurangnya 4
(empat) tahun

C. Persyaratan Bakuan Kompetensi


Bakuan kompetensi ini adalah pokok-pokok acuan yang
dapat dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tata
keseimbangan yang menyeluruh dari kecendekian, pengetahuan,
ketrampilan, kearifan, pengalaman dan tatalaku yang perlu
dipunyai seorang Ahli Teknik Sipil.
1. Bakuan Kompetensi Ahli Teknik Sipil :
Suatu tolok ukur kompetensi keahlian haruslah
mencakup faktor-faktor berikut :
 Menunjukkan kompetensi per bidang kerja
 Menunjukkan kompetensi umum pekerja profesi
 Mempunyai rincian per disiplin/Kejuruan Teknik sipil
 Dapat “dituangkan” ke dalam assesment tools
 Dapat dinilai secara kuantitatif
 Berlaku secara nasional
 Setara internasional
 Intitution of Engineers, Australia (IE Aust.)

139
 Asean Engineers Register
 APEC Engineers Register
2. Rincian Bakuan Kompetensi
Bakuan kompetensi dirinci atas unit-unit kompetensi, di
mana tiap unit Kompetensi ini dirinci terlebih jauh atas
Elemen-Elemen tiap unit kompetensi , sedangkan tiap
elemen kompetensi dirinci lagi atas Uraian kegiatan.
 Unit kompetensi :
Bakuan kompetensi dirinci atas Unit-Unit
Kompetensi, yang menunjukkan bidang-bidang
kegiatan profesional secara garis besar.
 Elemen Kompetensi :
Tiap unit kompetensi dirinci terlebih lanjut atas
elemen-elemen kompetensi, yang menjelaskan
kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam unit
Kompetensi yang bersangkutan.
 Uraian Kegiatan
Selanjutnya setiap elemen Kegiatan dirinci atas
berbagai Uraian Kegiatan, yang menjelaskan unjuk
kerja yang dapat dinilai secara obyektif dalam Elemen
kompetensi yang bersangkutan, untuk dapat menilai
kompetensi seorang calon Insinyur Profesional.
3. Penguasaan Bakuan Kompetensi
 Penguasaan Unit Kompetensi :
Untuk dapat disertifikasi menjadi Ahli Teknik Sipil
seorang calon harus menunjukkan penguasaannya
atas baku kompetensi, yaitu dengan menunjukkan
penguasaannya atas unit-unit Kompetensi.
Telah ditetapkan adanya 9 (Sembilan) Unit
Kompetensi.
5 (Lima) Unit Kompetensi yang pertama, yang untuk

140
selanjutnya disebut Unit Kompetensi Wajib, harus
dikuasai semuanya.
Dari antara 4 (Empat) unit kompetensi berikutnya,
yang selanjutnya disebut Unit Kompetensi Pilihan,
harus dikuasai sekurang-kurangnya 2 (Dua) Unit
kompetensi yang dipilih sendiri oleh si Calon.
Kewajiban menguasai lebih dari satu Unit
Kompetensi Pilihan ini menunjukkan bahwa Keahlian
teknik sipil adalah suatu profesi yang berdasarkan
kecendikiaan, bukan hafalan atau drill.
 Penguasaan Elemen Kompetensi
Untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas suatu
Unit Kompetensi, seorang calon Insinyur Profesional
harus menunjukkan bahwa ia menguasai sekurang-
kurangnyan separuh (dibulatkan keatas) dari semua
elemen-elemen Kompetensi yang ada dalam Unit
Kompetensi yang bersangkutan. Kecuali untuk Unit
Kompetensi yang pertama, yaitu “Kode Etik dan
Etika Profesi” dimana semua elemen Kompetensi
pada unit itu harus dikuasai.
 Penguasaan Uraian Kegiatan :
Untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas suatu
Elemen Kompetensi, seorang calon Ahli Teknik Sipil
harus menunjukkan bahwa ia telah pernah
melaksanakan dengan baik sekurang-kurangnya 1
(satu) dari antara kegiatan-kegiatan yang tercantum
sebagai Uraian Kegiatan dalam Elemen Kompetensi
yang bersangkutan.

141
9.2 Unit Kompetensi
Bakuan kompetensi Ahli Teknik Sipil adalah pokok-
pokok acuan yang dapat dipergunakan untuk menilai tata
keseimbangan yang menyeluruh dari kecendekiaan, pengetahuan,
keterampilan, kearifan, pengalaman dan tatalaku yang perlu
dipunyai seorang Ahli Teknik Sipil yang profesional.
Bakuan kompetensi dirinci atas Unit-Unit Kompetensi,
yang terkelompok dalam Unit Kompetensi Wajib dan Unit
Kompetensi Pilihan. Berikut ini adalah Unit-Unit Kompetensi
tersebut :
A. Unit Kompetensi Wajib
Lima Unit Kompetensi Wajib dibawah ini harus dikuasai
semuanya.
W.1. Kode Etik Ahli Teknik Sipil Dan Etika Profesi
Ahli Teknik Sipil
W.2. Ketrampilan Pekerjaan Ahli Teknik Sipil
W.3. Perencanaan Dan Perancangan Dalam Bidang
Teknik Sipil
W.4. Pengelolaan Pekerjaan Teknik Sipil dan
Kemampuan Komunikasi
W.5. Konsultasi Rekayasa Dan/Atau
Konstruksi/Instalasi
Semua Elemen Kompetensi dalam unit Kompetensi W.1
harus dikuasai. Dalam setiap Unit Kompetensi Wajib berikutnya
harus dikuasai sekurang-kurangnya 50% dari jumlah elemen
kompetensi yang terdapat pada Unit yang bersangkutan.

B. Unit Kompetensi Pilihan


Sekurang-kurangnya harus dikuasai 2 (dua) Unit
Kompetensi Pilihan.
P.1. Pendidikan dan Pelatihan

142
P.2. Bahan Material dan Komponen Peralatan
P.3. Manajemen Usaha dan Pemasaran Teknik
P.4. Manajemen Pembangunan dan Pemeliharaan Aset.
Dalam setiap Unit Kompetensi yang dipilih harus
dikuasai sekurang-kurangnya 50% dari jumlah Elemen
Kompetensi yang terdapat pada unit yang bersangkutan.

9.3 Elemen Kompetensi


Berikut ini adalah Elemen-Elemen Kompetensi dari Unit
Kompetensi yang harus dikuasai oleh Ahli Teknik Sipil. Untuk
membuktikan penguasaan atas suatu elemen kompetensi, harus
ditunjukkan penguasaan atas sekurang-kurangnya 1 (Satu) dari
antara Uraian Kegiatan Kompetensi yang ada dalam Elemen
Kompetensi yang bersangkutan.
A. Elemen-Elemen Kompetensi Dalam Unit Kompetensi
Wajib.
W.1. Kode Etik Ahli Teknik Sipil dan Etika Profesi
Ahli Teknik Sipil
a. Mengembangkan dan mewujudkan
tanggungjawab kecendekiaan dan kepedulian
profesi Ahli Teknik Sipil kepada Bangsa,
negara dann Komunitas Internasional.
b. Menghayati serta mematuhi Kode Etik Ahli
Teknik Sipil dan tatalaku Profesi Ahli Teknik
Sipil
c. Memahami, menerapkan serta mengembangkan
wawasan dan kaidah-kaidah kelestarian
lingkungan.
d. Mengemban tanggungjawab profesional atas
tindakan dan karyanya.

143
W.2. Ketrampilan Pekerjaan Ahli Teknik Sipil
a. Melaksanakan pekerjaan olah-karsa
(intellectual) yang beragam.
b. Menguasai, memelihara, mengembangkan dan
memutakhirkan keahlian dalam bidang Teknik
Sipil.
c. Memahami dan menerapkan metode-metode
Teknik Sipil
d. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
penjaminan mutu.
e. Memilih dan menerapkan penggunaan
perangkat perekayasaan dan teknologi yang
tepat guna.
f. Melaksanakan uji-coba, pengukuran dan kaji-
nilai.

W.3. Perencanaan Dan Perancangan Bidang Teknik


Sipil.
a. Menjelaskan dan merumuskan kebutuhan
perencanaan dan/atau perancangan
b. membuat usulan untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan dan/atau perancangan.
c. Melaksanakan pekerjaan perencanaan dan/atau
perancangan sesuai usulan yang terpilih.
d. Melaksanakan kaji-nilai atas hasil rancangan.
e. Menyiapkan dokumen penunjang.
f. Menjaga keutuhan tata identifikasi rancangan
sepanjang proses pemutakhiran.

144
W.4. Pengelolaan Pekerjaan Teknik Sipil dan
Kamampuan Berkomunikasi.
a. Menerapkan kaidah-kaidah manajemen atas
diri sendiri.
b. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
pengelolaan pekerjaan Teknik Sipil.
c. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
kepemimpinan dalam pekerjaan Teknik Sipil.
d. Berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara
baik dan benar serta berkomunikasi secara
efektif dalam sekurang-kurangnya 1 (satu)
bahasa internasional yang dipergunakan pada
dunia keteknikan.
e. Manyiapkan, mendalami, melaporkan,
memaparkan serta mempertahankan karsa dan
karya dalam bidang Teknik Sipil.
W.5. Konsultasi Rekayasa dan/Atau Kontruksi/Instalasi
a. Melaksanakan tugas konsultasi rekayasa
Teknik Sipil
b. Menyiapkan, melaksanakan dan memantau
pelelangan dan kontrak pekerjaan Teknik Sipil.
c. Melaksanakan pekerjaan kontruksi/instalasi.
d. Melaksanakan tugas dan kegiatan pengelolaan
kerja lapangan.
e. Melaksanakan uji Kinerja.

B. Elemen–Elemen Kompetensi Dalam Unit Kompetensi


Pilihan
P.1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Mengembangkan program pendidikan dan/atau
pelatihan dalam bidang Teknik Sipil

145
b. Melaksanakan program pendidikan dan/atau
pelatihan dalam bidang Teknik Sipil.
P.2. Bahan Material dan Komponen Peralatan
Konstruksi
a. Merumuskan kebutuhan dan penggunaan bahan
metarial atau peralatan konstruksi.
b. Menetapkan sumber bahan baku untuk
pengadaan bahan material serta penggunaan
peralatan konstruksi.
c. Mengawasi penyiapan atau pengadaan bahan
material dan peralatan konstruksi.
d. Menilai sifat bahan material dan peralatan
konstruksi
e. Memilih cara pemeliharaan mutu bahan
material dan peralatan konstruksi.
P.3. Manajemen Usaha dan Pemasaran Teknik
a. Merencanakan, mengarahkan dan
melaksanakan pengelolaan sumber daya profesi
Ahli Teknik Sipil.
b. Melaksanakan pengelolaan kewira-usahaan,
keuangan hukum / kontraktual dan promosi
pekerjaan Ahli Teknik Sipil.
c. Menguasai, memelihara, mengembangkan dan
memutakhirkan pengetahuan akan barang/jasa
Keahlian Teknik Sipil sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
d. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
pemasaran jasa Ahli Teknik Sipil.
e. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
pelayanan purna jual.

146
P.4. Manajemen Pembangunan dan Pemeliharaan Aset
a. Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan
teknis untuk mendorong perkembangan sektor
pembangunan.
b. Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan
investasi teknis.
c. Merumuskan kebijaksanaan dan melaksanakan
tugas pengaturan teknis untuk keselamatan dan
kesehjateraan masyarakat.
d. Melaksanakan tugas pengadaan aset.
e. Melaksanakan atau mengawasi tugas
pemeliharaan aset.
f. Melaksanakan tugas pengendalian dan optimasi
aset.
g. Merencanakan dan melaksanakan penghapusan
aset.

9.4 Uraian Kegiatan Kompetensi


Berikut ini adalah uraian kegiatan Kompetensi yang
harus dikuasai seorang Ahli Teknik Sipil.
Untuk menunjukkan penguasaan atas Uraian Kegiatan
Kompetensi, harus ditunjukkan aktivitas dalam bidang Teknik
Sipil yang pernah dilaksanakan yang dapat membuktikan
penguasaan atas Uraian Kegiatan Kompetensi yang
bersangkutan.
W.1. Kode Etik Ahli Teknik Sipil Indonesia dan Etika
Profesi Ahli Teknik Sipil
Kemampuan dalan unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini Seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang umum
dan baku, dengan pengarahan atau dibawah pengawasan

147
terbatas Ahli Teknik Sipil senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil
akan memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik
Sipil untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
a. Mengembangkan Dan mewujudkan Tanggung jawab
Kecendekiaan dan Kepedulian Profesi Ahli Teknik
Sipil Kepada Bangsa, Negara dan Komunitas
Internasional.
 Menyadari tanggungjawab kecendekiaan Ahli
Teknik Sipil untuk memahami dan menjunjung
falsafah dan nilai pancasila sebagai falsafah dan
nilai pancasila sebagai dasar masyarakat bangsa
indonesia
 Mengahayati dan senantiasa berusaha
mengamalkan nilai dan jiwa Pancasila dalam
menjalankan profesi.
 Berpedoman kepada UUD 1945 serta perundang-
undangan yang berlaku di Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam menjalankan pofesi.
 Menjunjung rasa kesetiawanan nasional dan rasa
kepedulian sosial dan berusaha mendorong
perekonomian dan kesehjateraan masyarakat
menuju cita-cita Bangsa dan Negara.
 Mengembangkan wawasan kebangsaan yang
kuat dan dengan sadar menumbuhkan
kepercayaan diri membangun kemandirian
nasional dalam profesinya dan dalam

148
mengembangkan kerjasama di komunitas
internasional.
b. Menghayati serta mematuhi Kode Etik Ahli Teknik
Sipil dan tatalaku Profesi Ahli Teknik Sipil.
 Menempatkan tanggung jawab pada
kesehjateraan, kesehatan dan keselamatan
masyarakat dia atas tenggungjawabnya kepada
profesi, kepada kepentingan golongan, atau
kepada rekan sesama Ahli Teknik Sipil.
 Bertindak dengan menjunjung tinggi
kehormatan, martabat dan nilai luhur profesi.
 Melakukan pekerjaan hanya dalam lingkup
kemampuannya.
 Mengembangkan nama baik berdasarkan prestasi
dan tidak bersaing secara curang.
 Menerapkan ketrampilan profesi untuk
kepentingan perusahaan tempatnya bekerja atau
pemberi tugas untuk siapa ia bertindak, dalam
semua hal secara profesional, sebagai pihak yang
diberi kepercayaan.
 Memberikan keterangan, pendapat atau
pernyataan berdasarkan obyektivitas, kebenaran
dan pengetahuan yang memadai.
 Melakukan pengembangan kemampuan
profesional secara berkelanjutan.
 Secara aktif membantu dan mendorong bawahan
untuk memajukan pengetahuan dan pengalaman
mereka.

149
c. Memahami, menerapkan, serta mengembangkan
wawasan dan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan.
 Menyadari bahwa saling ketergantungan dan
keaneka ragaman ekosistem adalah dasar bagi
kelangsungan hidup manusia.
 Menyadari keterbatasan daya dukung lingkungan
hidup untuk menyerap perubahan yang dibuat
manusia.
 Mengembankan tindakan profesional yang
diperlukan untuk memperbaiki, mempertahankan
dan memulihkan lingkungan hidup.
 Mempromosikan penggunaan yang bijaksana
atas Sumber daya yang tak terbarui dengan
memperkecil atau mendaur ulang limbah dan
mengembangkan alternatif lain sejauh mungkin.
 Berusaha mencapai tujuan pekerjaan Teknik
Sipil yang bermanfaat dengan penggunaan bahan
baku dan energi yang hemat dan dengan
menerapkan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan.
 Memperhatikan keseluruhan dampak dari siklus
hidup produk dan proyek terhadap lingkungan
hidup.
 Memperhitungkan pengaruh yang mungkin
muncul dari tindakan berdasarkan keahliannya
terhadap faktor budaya atau warisan sejarah.
d. Mengemban tanggungjawab profesional atas tindakan
dan karyanya.
 Memperhitungkan resiko dan tanggungan
perdata (“liabilites”) profesional, dan sanggup
bertanggung jawab untuk itu.

150
 Menerapkan dengan tepat persyaratan kesehatan
dan keselamatan kerja (K-3).
 Menyelidiki kebutuhan keselamatan masyarakat
dan bertindak untuk memecahkan masalah
keselamatan yang mungkin timbul.
 Mengambil tindakan pencegahan yang tepat
dalam menangani pekerjaan yang berbahaya.
 Memperhatikan kaiah-kaidah pencegahan,
penanganan dan pemulihan bencana alam.

W.2. Ketrampilan Pekerjaan Teknik Sipil.


Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang umum
dan baku, den gan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil
akan memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik
Sipil untuk menunjukkan kemampuannya dalam unit
kompetensi ini.
a. Melaksanakan pekerjaan oleh karsa yang beragam.
 Menggunakan kajian sendiri mensintesakan
pemecahan yang memuaskan atas masalah
Teknik Sipil.
 Menggunakan kaeraifan yang profesional dalam
membuat keputusan dalam pekerjaan Teknik
Sipil.
 Melakukan pekerjaan dengan kreatif dan
Inovatif.

151
 Mengenali dan menyelesaikan masalah Teknik
Sipil.
 Memperluas pengetahuan dalam bidang teknik
sipil atau bidang keahlian yang terkait dan
memupuk kerjasama antar kejuruan pada waktu
bekerja dalam lingkungan antar kejuruan.
 Menyelidiki kebutuhan dan memanfaatkan
peluang dalam suatu bidang pekerjaan atau
bidang kejuruan, yang terkait dengan bidang
Teknik Sipil.
b. Menguasai, memelihara, mengembangkan dan
memutakhirkan keahlian dalam bidang pekerjaan
Teknik Sipil.
 Menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan pribadi dan menggunakan seluruh
keterampilam untuk menambah pengetahuan dan
mengenali serta meminta nasehat dari pakar yang
tepat.
 Menggunakan keterampilan untuk memperoleh
informasi agar dapat mengikuti perkembangan
teknologi atau kemajuan lainnya.
 Memperluas wawasan pengetahuan dasar Teknik
Sipil dengan membaca majalah profesional,
mengikuti seminar profesional dan menjalin
kerjasama antar profesional.
 Memperdalam mpengetahuan dasar Teknik Sipil
secara sistematik dengan melakukan penelitian
dan percobaan untuk menyelesaikan masalah
Teknik Sipil yang khas.
 Mengusahakan peluang untuk mengembangkan
keprofesionalan melalui pengalamannya.

152
 Melakukan pencatatan mengenai kegiatan
pengembangan keprofesionalan.
c. Memahami dan menerapkan metode-metode
perekayasaan.
 Menemu-kenali berbagai penerapan
kerekayasaan tepat-guna.
 Mengusulkan konsep untuk melaksanakan
penerapan kerekayasaan tepat guna yang telah
terpilih.
 Merinci penerapan kerekayasaan tepat-guna yang
dipilih.
 Mengendalikan kemutakhiran dokumentasikan
hasil-hasil penerapannya.
 Mengkaji persyaratan untuk persetujuan pemberi
tugas dan kebutuhan di masa depan.
d. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
penjaminan mutu.
 Menerapkan sistem mutu.
 Mendorong diterimanya kaidah-kaidah
penjaminan mutu oleh rekan sekerja dan anak-
buah.
 Melaksanakan setiap pekerjaan sesuai dengan
bakuan mutu yang tepat.
 Menerapkan teknik kendali mutu dan
penjaminan mutu.
e. Memilih dan menerapkan penggunaan penggunaan
perangkat perekayasaan dan teknologi yang tepat
guna.
 Memilih dan menggunakan analisis matematik,
ilmu dasar Teknik Sipil, Simulasi komputer atau
teknik pemodelan lainnya.

153
 Memilih dan memanfaatkan penerapan sistem
komputer.
 Mengarahkan dan melaksanakan tugas-tugas
pemrograman dan penggunaan perangkat lunak.
 Memilih dan menggunakan alat bantu teknologi
dan memantau kinerjanya.
f. Melaksanakan uji-coba, pengukuran dan kaji-nilai.
 Merumuskan tujuan uji-coba.
 Menyusun tatacara dan jadwal uji-coba.
 Mengembangkan tatacara dan alat-alat
pengukuran.
 Melaksanakan uji-coba dan pengukuran kinerja
yang kritis.
 Mengawasi uji-coba dan pengukuran yang tidak
kritis.
 Mengkaji-nilai hasil uji-coba dan pengukuran.

W.3. Perencanaan dan Perancangan dalam Bidang Teknik


Sipil
Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada
waktu melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang
lebih canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil
akan memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik
Sipil untuk menunjukkan kemampuan dalam unit
kompetensi ini.

154
Ahli Teknik Sipil mungkin merancang suatu bagian yang
kecil, berperan serta dalam perancangan suatu produk
besar, atau menerapkan tatacara perencanaan dalam
melakukan pekerjaan keahlian Teknik Sipil di bidang
lain yang biasanya tidak berhubungan dengan
perencanaan. Oleh karena itu mungkin saja ada
keragaman dalam penekanan antara masing-masing
Elemen Kompetensi.
a. Menjelaskan dan merumuskan kebutuhan
perencanaan dan/atau perancangan.
 Merundingkan spesifikasi awal atau pedoman
rancangan (“design brief”) ditinjau dari sudut
pandang pemberi tugas dan kenyataan
kerekayasaan.
 Melakukan analisis atas kebutuhan rancangan
seperti kinerja, keandalan, kekokohan,
kemudahan pemeliharaan, keamanan dan
kenyamanan.
 Menentukan dampak atas rancangan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor produksi,
konstruksi, pemasangan, uji-pakai, implikasi
siklus hidup, dukungan logistrik dan pelatihan
pengguna.
 Menentukan keendala yang mungkin ada, seperti
tanggungjawab perdata atas produk/jasa/sistem,
pengaruh lingkungan fisik atas bagian yang
dirancang, atau pengaruh bagian tersebut
terhadap lingkungan, dan kemudian mengambil
langkah tindak lanjut yang tepat.
 Menggunakan bakuan dan spesifikasi
perancangan dalam bidang Teknik Sipil dan

155
menyusun spesifikasi fungsional untuk
rancangannnya.
b. Membuat usulan untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan dan/atau perancangan
 Menggunakan kreativitas dan inisiatif dalam
menyelidiki, menganalisa dan menyusun konsep-
konsep bagi memenuhi tujuan rancangan.
 Menganalisis konsep-konsep yang baik untuk
rancangan terinci (“detailed design”), untuk
mengkaji dampak faktor-faktor seperti kinerja,
keandalan dan kemudahan pemeliharaan.
 Menemu-kenali masalah yang mungkin timbul
dan merundingkan kemungkinan modifikasi atau
penyesuaianterhadap pedoman rancanagan.
 Melakukan analisis biaya-manfaat dan resiko,
studi kelayakan, dan pembiayaan siklus hidup
untuk menghasilkan suatu rancangan yang dapat
dilaksanakan.
 Menyiapkan dan merekomendasikan
pelaksanaan suatu usulan yang disusun untuk
memenuhi persyaratan pemberi tugas atau
pelaksana konstruksi.
c. Melaksanakan pekerjaan dan/atau perancangan sesuai
usulan yang terpilh.
 Melaksanakan atau mengatur pelaksanaan tugas
perancangan yang penting.
 Melaksanakan atau mengatur pelaksanaan
analisis untuk memilih komponen peralatan dan
bahan material.
 Menyiapkan dan memeriksa spesifikasi hasil
rancangan

156
d. Melaksanakan kaji-nilai atas hasil rancangan
 Memaparkan rancangan secara langsung atau
dengan model komputer.
 Menyiapkan jadwal pengujian rancangan untuk
uji kinerja dan lingkup fisik.
 Mengawasi pengujian rancangan, analisis hasil
pengujuain dan mengajukan saran perbaikan.
 Mengkaji dampak rancangan pada kondisi
sekeliling.
 Memaparkan hasil pengkajian dampak rancangan
pada pihak-pihak terkait.
e. Menyiapkan dokumen penunjang
 Menyiapkan dokumen penjunjang untuk
produksi atau konstruksi, pemasangan, operasi,
pemeliharaan dan pelatihan.
 Menyunting dan memeriksa dokumen
pendukung.
f. Menjaga keutuhan tata identifikasi rancangan
sepanjang proses pemutakhiran.
 Menerapkan tata identifikasi pada bagian yang
dirancang dengan dokumentasi dan pencatatan
yang tepat.
 Merekomendasikan usulan perubahan untuk
disetujui pelaksnaannya dengan cara yang
terkendali.
 Mengatur agar seluruh tata identifikasi
rancangan terjaga sebagai uraian yang benar dari
bagian yang dirancang.

157
W.4. Pengelolaan Pekerjaan Bidang Teknik Sipil Dan
Kemampuan Komunikasi.
Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas ahli Teknik Sipil senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil
akan memberikan kesempatan bagi Calon Ahli Teknik
Sipil untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
a. Menerapkan kaidah-kaidah manajemen atas diri
sendiri.
 Melakukan pengembangan profesiaonal dalam
kompetensi bidang manajemen.
 Menentukan sasaran bagi diri sendiri dalam
mencapi tujuan kerja.
 Menerapkan pengelolaan waktu yang efektif.
 Melakukan pengembangan profesional dalam
kepemimpinann dan kerjasama kelompok.
 Melakukan pengembangan profesional dalam
cara berfikir yang berwawasan luas, analisi dan
kreatif.
b. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
pengelolaan pekerjaan bidang Teknik Sipil
 Melakukan tugas pemantauan dan perencanaan
proyek.
 Mengembangkan uraian rincian pekerjaan yang
terstruktur.

158
 Menyiapkan jadwal pekerjaan dan jalur kritisnya.
 Memantau kemajuan, menyelidiki penyimpangan
dari jadwal dan memulai tindakan perbaikan.
c. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
kepemimpinan dalam pekerjaan bidang Teknik Sipil.
 Melakukan penilaian kinerja bawahan.
 Mematuhi ketentuan persamaan kesempatan
bekerja bagi semua.
 Mematuhi prinsip keadilan dan kebersamaan.
 Membentuk dan memelihara lingkungan kerja
yang efektif.
 Mengorganisir tim-tim kecil
 Melatih kepemimpinan Ahli Sipil Muda/Yunior,
teknisi atau tenaga lainnya.
 Memantau tugas-tugas untuk menjamin bahwa
kegiatan dilaksanakan sesuai rencana dan
mengambil tindakan perbaikan yang perlu.
d. Berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara baik
dan benar serta berkomunikasi secara efektif dalam
sekurang-kurangnya 1 (satu) bahasa internasional
yang dipergunakan pada dunia bidang pekerjaannya.
 Berkomunikasi dengan lancar untuk
menyampaikan pendapat secara lisan maupun
tertulis.
 Menyiapkan, menafsirkan dan memaprkan
informasi.
 Berhubungan dengan rekan dan pakar di dalam
dan di luar kalangannya.
 Mengartikan dengan benar instruksi teknis yang
diterima.

159
 Memberikan instruksi yang jelas, cermat dan
tepat kepada bawahan.
 Memilih sarana dan cara komunikasi yang tepat
guna.
e. Menyiapkan, mendalami, melaporkan,
memamaparkan serta mempertahankan karsa dan
karya bidang Teknik Sipil.
 Menyiapkan dan menyajikan ceramah
(“lectures”) pada suatu tingkat profesional.
 Menyiapkan tulisan untuk diterbitkan dalam
majalah profesi Ahli Teknik Sipil.
 Manyampaikan informasi menganai Teknik Sipil
secara efektif kepada kalangan Ahli Teknik Sipil
dan kalangan lainnya.
 Meneruskan informasi menganai Teknik Sipil
secara efektif kepada atasan (tenaga tekniks
maupun bukan).
 Melakukan perundingan, penyelesaian sengketa,
pembinaan, pertukar-pikiran, serta menyatakan
keyakinan dan sikap.
 Menyiapkan laporan kegiatan Profesi Ahli
Teknik Sipil secara profesional.
 Menyiapkan dokumen seperti spesifikasi,
bakuan, dan paparan grafis.
 Menyiapkan dokumen yang lebih kompleks
seperti analisi dampak lingkungan.
 Menafsirkan dengan benar gambar teknik serta
grafik, spesifikasi, bakuan, peraturan, pedoman
praktek dan analisis dampak lingkungan.

160
W.5. Konsultansi Rekayasa Dan/Atau Kontruksi/Instalasi
Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada
waktu melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang
lebih canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil
akan memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik
Sipil untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
Unit ini adalah Unit Kompetensi spesialis dan
kemampuannya dalam suatu penampang yang lebar
biasanya dapat dibuktikan hanya kalau Ahli Teknik Sipil
yang bersangkutan berpengalaman yang memadai dalam
suatu lingkungan konsultansi, konstruksi, pemasangan
atau “commissioning” yang jenisnya dapat sangat
beraneka ragam, mulai dari kecil sampai yang besar.
Pekerjaan Ahli Teknik Sipil biasanya dilakukan sebagai
bagian dari suatu tim dalam sebuah proyek ukuran
sedang sedang sampai besar, tetapi bisa saja Ahli Teknik
Sipil memimpin suatu tim pada sebuah proyek kecil.
Ahli Teknik Sipil dapat pula terlibat di dalam tim pihak
pemilik proyek atau pihak kontraktor, dalam hal mana
pemenuhan untuk Elemen ke-2 dan %.3 tidak
diharuskan.
a. Melaksanakan tugas konsultansi rekayasa bidang
Teknik Sipil.
 Memberikan nasihat/Konsulatansi kepada
pemimpin proyek.

161
 Menyusun studi kelayakan dan rencana dasar
(“master plan”)
 Menyiapkan pedoman perancangan (“design
guidelines”) perekayasaan berdasarkan uraian
kebutuhan pemberi tugas.
 Menyiapkan rancangan pendahuluan,
pengembangannya dan rancangan terinci
(“detailed design”) perekayasaan, agar pemilik
proyek dapat melakukan pelelangan.
 Melakukan tugas pemantauan kemajuan proyek,
menyelidiki penyimpangan dari jadwal dan
memulai tindakan perbaikan yang dianggap
perlu.
 Mengembangkan uraian rincian pekerjaan yang
terstruktur serta menyiapkan jalur kritis pada
jadwal pelaksanaan proyek.
b. Menyiapkan, melaksanakan dan memantau
pelelangan dan kontrak pekerjaan bidang Teknik
Sipil.
 Menyiapkan jadwal pelelangan
 Mengkaji-nilai jadwal Pelelangan
 Menyiapkan pelelangan
 Mengkaji-nilai penawaran.
 Menyiapkan Kontrak
 Mengusahakan pemenuhan terhadap persyaratan
kontrak
 Memantau kemajuan pekerjaan dan menyelidiki
penyimpangan terhadap persyaratan kontrak.
 Memantau kinerja kontraktor dan menyelidiki
penyimpangan terhadap terhadap persyaratan
kontrak.

162
 Menyelidiki kinerja kontraktor untuk
merekomendasikan berita-acara pembayaran
untuk disetujui.
 Menyaipakan laporan kemajuan pekerjaan untuk
pemberi tugas.
c. Melaksanakan pekerjaan konstruksi/Instalasi Teknik
Sipil
 Menyiapkan spesifikasi dan jadwal konstruksi
atau pemasangan
 Manyusun pertahapan Konstruksi atau
pemasangan.
 Menyusun spesifikasi sarana dan jasa-jasa yang
dibutuhkan untuk konstruksi atau pemasangan.
 Mengawasi pekerjaan konstruksi atau
pemasangan.
 Memastikan bahwa pekerjaan konstruksi atau
pemasangan telah selesai dengan memuaskan
untuk di-berita-acara-kan.
d. Melaksanakan tugas dan kegiatan pengelolaan kerja
lapangan
 Melaksanakan tugas pengelolaan kerja lapangan
untuk pekerjaan konstruksi atau pemasaran.
 Melakukan tugas pemesanan bahan material.
 Mengembangkan tatalaksana kerja.
e. Melaksanakan uji kinerja atas hasil pekerjaan bidang
Teknik Sipil.
 Melaksanakan tugas pengembangan program
penerimaan hasil pekerjaan.
 Melaksanakan program uji-kinerja dan tugas
pengawasan

163
 Memastikan bahwa pekerjaan uji-kinerja telah
selesai dengan memuaskan untuk di-berita-acara-
kan.

P.1. Pendidikan dan Pelatihan


Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil akan
memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik Sipil
untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
Unit ini adalah Unit Kompetensi spesialis dan kemampuan
dalam suatu penampang yang lebar biasanya dapat
dibuktikan hanya kalau tenaga Ahli Teknik Sipil yang
bersangkutan telah mempunyai kemampuan dalam
pengajaran dan atau pelatihan. Tenaga Ahli Teknik Sipil
tersebut biasanya terlibat dalam pengajaran atau pelatihan
tenaga ahli Teknik Sipil, atau pengajaran/pelatihan jenis
lain yang berkaitan dengan profesi Ahli Teknik Sipil.
a. Mengembangkan program pendidikan dan/atau
pelatihan bagi Ahli Teknik Sipil.
 Menetapkan kebutuhan pengajaran atau pelatihan.
 Merencanakan pengajaran untuk pendidikan
lanjutan atau rencana pelatihan bidang Teknik
Sipil untuk suatu lembaga pelatihan.
 Mengembangkan program pelatihan kerja praktek.

164
 Mengembangkan kurikulum, silabus atau latihan
bidang Teknik Sipil.
b. Melaksanakan program pendidikan dan/atau pelatihan
bagi Ahli Teknik Sipil.
 Mengembangkan proses belajar-mengajar untuk
pendidikan dan pelatihan Ahlio Teknik Sipil.
 Mengembangkan rencana pengembangan
pengalaman.
 Mengelola program diman siswa atau peserta
latihan memperoleh teori bidang Teknik Sipildan
pengalaman praktis.
 Melaksanakan secara efektif kegiatan pengajaran,
pengembangan, dan belajar dalam bentuk yang
paling tepat untuk sesuatu keadaan.
 Menggunakan secara efektif teknologi pendidikan
dan pelatihan untuk mendukung pengajaran,
pengembangan dan proses belajar dalam program
pendidikan atau pelatihan Teknik Sipil.
 Mengembangkan kandungan khas dari pendidikan
pelatihan bidang Teknik Sipil melalui penelitian,
pengkajian, percobaan, dsbnya.
 Menguji peserta pendidikan dan latihan bidang
Teknik Sipil secara formatif dan sumatif.
 Menilai kedaya-gunaan program pendidikan atau
pelatihan bidang Teknik Sipil.
 Mengkaji-ulang program atau pelatihan bidang
Teknik Sipil.

P.2. Bahan Material dan Komponen Peralatan Konstruksi.


Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan

165
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil akan
memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik Sipil
untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
Unit ini adalah Unit Kompetensi spesialis dan kemampuan
dalam suatu penampang yang lebar biasanya dapat
dibuktikan hanya kalau tenaga Ahli Teknik Sipil yang
bersangkutan telah bekerja dalam bidang spesialis bahan
atau komponen peralatan Konstruksi Teknik Sipil.
Namun keaneka-ragaman yang lebar dalam penekanan
Elemen Kompetensi ini dapat terjadi bergantung pada
tugas keahlian yang diberikan. Sebagai contoh,
Kompetensu dalam berbagai Elemen dapat dibuktikan
dalam melakukan pekerjaan Ahli Teknik Sipil yang luas.
a. Merumuskan kebutuhan dan penggunaan bahan
material atau komponen peralatan konstruksi yang
khusus.
 Menemu-kenali ciri-ciri utama suatu kelompok
bahan meterial atau kompoinen peralatan untuk
penggunaan tertentu, dan kemungkinan bahan
penggantinya.
 Mengkaji penggunaan yang tepat bagi bahan
material atau komponen peralatan untuk
penggunaan tertentu.
 Membentuk hubungan dengan kejuruan lainuntuk
dapat memperoleh bantuan kapakaran.

166
 Mempelajari peluang untuk daur ulang.
 Mempelajari bahaya terhadap lingkungan atau
bahaya lainnya dalam penggunaan atau
pembuangan bahan material atau komponen
peralatan sisa/berlebih.
b. Menetapkan sumber bahan baku pengadaan bahan
material atau komponen peralatan konstruksi.
 Mencari lokasi sumber bahan baku yang sesuai.
 Memilih bahan atau komponen peralatan yang
biaya pengadaannya terjangkau.
c. Mengawasi penyiapan atau pangadaan bahan material
atau komponen peralatan konstruksi.
 Menetapkan tatacara penyiapan bahan material
konstruksi.
 Menentukan interaksi antara berbagai bahan
material atau komponen peralatan konstruksi.
 Melakukan kegiatan pengendalian proses.
d. Menilai sifat bahan material atau komponen peralatan
konstruksi.
 Menemu-kenali kondisi lingkungan operasi.
 Menemu-kenali persyaratan pengujian bahan
material atau komponen peralatan konstruksi.
 Melakukan atau mengawasi, dan mangkaji-nilai
hasil pengujian di lapangan dan di laboratorium.
 Memberikan pengarahan dalam pemeliharaan dan
kalibrasi sarana pengujian.
 Menyiapkan, menyetujui, dan mensyahkan laporan
pengujian.
 Merekomendasikan bahan material atau komponen
peralatan untuk pemakaian-pemakaian yang khas.

167
e. Memilih cara pemeliharaan mutu bahan material atau
komponen peralatan konstruksi.
 Mengenali penyebab penurunan mutu seperti aus,
korosi, korosi, kelelahan dan radiasi ultraviolet.
 Menggunakan teknik-teknik untuk memperkecil
penurunan mutu dan mencegah kegagalan dini.
 Menggunakan teknik-teknik untuk melihat gejala
adanya kemungkinan kegagalan.
 Memilih cara perlakuan (“treatment”) bahan
material yang tepat, sehingga penggunaannya
dapat optimal.

P.3. Manajemen Usaha dan Pemasaran Jasa Teknik Sipil


Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil akan
memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik Sipil
untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
Unit ini adalah Unit Kompetensi spesialis dan kemampuan
dalam suatu penampang yang lebar biasanya dapat
dibuktikan hanya kalau tenaga Ahli Teknik Sipil yang
bersangkutan telah bekerja pada bidang spesialis
manajemen usaha dan pemasaran jasa bidang Teknik Sipil,
namun keanekaragaman yang lebar dalam penekanan
Elemen Kompetensi ini dapat terjadi bergantung pada

168
tugas dan keahlian yang diberikan. Sebagai contoh,
Kompetensi dalam berbagai Elemen dapat dibuktikan
dalam melakukan pekerjaan Ahli Teknik Sipil yang luas.
a. Merencanakan, mengarahkan dan melaksanakan
pengelolaan sumber daya bidang Teknik Sipil.
 Menetapkan dan melaksanakan tujuan dan
prioritas kerja.
 Merumuskan metode pendekatan.
 Menganalisis pekerjaan yang harus dilaksanakan
untuk menyediakan dasar bagi perhitungan
kebutuhan sumber daya.
 Membuat perkiraan waktu, sumber daya dan
biaya.
 Mematuhi ketentuan kesehatan dan keselamatan
kerja.
 Menemu-kenali dan menentukan kebutuhan
pelatihan.
 Mengembangkan rencana pelatihan untuk
bawahan.
 Melaksanakan program pengembangan
pengalaman untuk bawahan, termasuk pelatihan
ulang tenaga kerja, penyesuaian kepada teknologi
baru dan pengembangan keterampilan.
 Mengkaji efektivitas program pelatihan di tempat
kerja.
 Merumuskan kebutuhan pelatihan tenaga non-
teknis.
b. Melaksanakan pengelolaan kewira-usahaan, keuangan,
dan hukum/kontraktual.
 Melakukan tugas kaji-nilai ekonomis ats pekerjaan
yang dilaksankan.

169
 Memahami dampak hukum dari tiap pekerjaan
yang dilaksanakan.
 Memahami, menafsirkan dan menerapkan
peraturan yang tepat.
 Menilai kebutuhan pemasaran dan memberikan
saran untuk strategi pemasaran.
 Mengerjakan tugas pengelolaan resiko.
 Memahami kebutuhan kewira-usahaan suatu
perusahaan dan bertindak sesuai kebutuhan
tersebut dalam hal biaya, waktu dan faktor-faktor
lainnya.
 Mengkaji dan menyiapkan rencana usaha.
c. Menguasai, memelihara, mengembangkan dan
memutakhirkan pengetahuan akan barang/jasa bidang
Teknik Sipil sesuai dengan kebutuhan pengguna.
 Menyiapkan dokumen, brosur, uraian teknis dan
spesifikasi mengenai produk barang atau jasa
Teknik Sipil untuk keperluan pemasaran.
 Menyiapkan dokumen, pedoman, buku panduan
untuk pemakaian operasi, pemeliharaan,
penyetelan dan perbaikan atas produk barang/jasa
konsumen.
 Melakukan pengamatan kebutuhan
pasar/pelanggan masa-depan terhadap perbaikan
dan menemu-kenali perubahan/pemabaharuan
yang perlu atas produk barang/jasa.
 Memantau dan mengikuti kinerja dan keandalan
barang/peralatan dan jasa yang dipakai pelanggan
dan melakukan perbaikan dan penyempurnaan
untuk kepuasan pelanggan.

170
d. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah pemasaran
barang/jasa Teknik Sipil
 Menyiapkan dan melakukan kajian kebutuhan
pasar akan barang/jasa Teknik Sipil yang hendak
dipasarkan.
 Menyiapkan strategi dan program pertahapan
pemasaran untuk menarik minat pasar/pelanggan.
 Melakukan promosi dan paparan pengenalan
produk barang/jasa Teknik Sipil untuk
meyakinkan pelanggan dan pasar.
 Menyiapkan usulan penawaran barang/jasa Teknik
Sipil secara mandiri atau bersama tim proposal
meliputi pproposal Teknis, komersial, dan
kontraktuil.
 Melaksanakan klasifikasi, negosiasi, dan
memberikan saran solusi/aplikasi teknis,
penjelasan batasan tanggungjawab masing-masing
untuk mayakinkan pelanggan sampai
terlaksananya transaksi/kontrak penjualan
barang/jasa.
 Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah
pelayanan purna jual.

e. Memahami dan menerapkan kaidah-kaidah pelayanan


purna-jual.
 Merumuskan dan menjelaskan batas syarat
tanggungjawab jaminan kinerja dan perbaikan
kerusakan purna-jual (“warranty dan guarantee
fee”)

171
 Melaksanakan pelayanan teknis purna-jual dan
mengatasi masalah teknis, sesuai tanggungjawab
kontraktuil.
 Melaksanakan pelatihan pengembangan keahlian
tenaga pemakai (operator) dan pemeliharaan
produk.
 Melakukan kunjungan pemantauan ke pelanggan
untuk meningkatkan keandalan pemakai produk
dan kepuasaan pelanggan.

P.4. Manajemen Pembangunan dan Pemeliharaan Asset


Kemampuan dalam Unit Kompetensi dan Elemen
Kompetensi ini seyogyanya dapat diperoleh dengan
melaksanakan pekerjaan dalam bidang Teknik Sipil yang
umum dan baku, dengan pengarahan atau di bawah
pengawasan terbatas Ahli Teknik Sipil Senior pada waktu
melaksanakan pekerjaan bidang Teknik Sipil yang lebih
canggih.
Pada umumnya setiap pekerjaan bidang Teknik Sipil akan
memberikan kesempatan bagi calon Ahli Teknik Sipil
untuk menunjukkan kemampuannya dalam Unit
Kompetensi ini.
Unit ini adalah Unit Kompetensi spesialis dan kemampuan
dalam suatu penampang yang lebar biasanya dapat
dibuktikan hanya kalau tenaga Ahli Teknik Sipil yang
bersangkutan berpengalaman dalam suatu lingkungan
manajemen dan pemeliharaan asset. Ahli Teknik Sipil
biasanya memberikan kontribusi dalam manajemen
pembangunan dan pemeliharaan asset sebagai anggota
suatu tim besar, umumnya dalam prasarana seperto
penyediaan air, pembangkitan dan penyediaan tenaga

172
listrik, telekomunikasi atau dalam industri konstruksi,
namun keanakeragaman yang lebar dalam penekanan
Elemen Kompetensi ini dapat terjadi bergantung pada
tugas keahlian yang diberikan. Sebagai contoh,
Kompetensi dalam beberapa Elemen dapat dibuktikan
dalam melakukan pekerjaan Ahli Teknik Sipil yang luas.
a. Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan umum
Teknik Sipil untuk mendorong sektor pembangunan.
 Manyiapkan dan mengembangkan kebijakan
umum melalui pendekatan pengembangan
wilayah.
 Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan
umum dengan mengacu pada kelestarian
lingkungan.
 Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan
umum melalui peningkatan kamampuan rancang
bangun dan perekayasaan produk-produk strategis
untuk memacu ekspor.
 Menyusun suatu rancangan teknologi yang
mendorong peningkatan keterpaduanantar sektor
pembangunan.
 Menyusun perencanaan maupun program antara
lain Master Plan, Perencanaan Jangka Panjang dan
Pendek, untuk mendukung pengembangan daerah
termasuk perkotaan.
b. Menyiapkan dan mengembangkan kebijakan investasi
teknis.
 Menyiapkan kebijakan tekniks yang mendorong
peran serta swasta dan masyarakat dalam
pembangunan sektor-sektor publik.

173
 Mengembangkan sistem manajemen teknis yang
efektif dan efisien sehingga diperoleh produk
perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat
dan pengawasan yang ketat.
 Menyiapkan upaya-upaya penajaman prioritas
pelaksanaan pembangunan guna memanfaatkan
sumber-sumber daya yang terbatas.
c. Merumuskan kebijaksanaan dan melaksanakan tugas
pengaturan teknis untuk keselamatan dan kesehjateraan
masyarakat.
 Membuat peraturan maupun pedoman
pembangunan dan penggunaan prasarana dan
sarana umum bagi peningkatan jaminan
keselamatan dan kesehjateraan masyarakat.
 Mengembangkan rancangan teknologi tepat-guna
yang mempertimbangkan kemudahan dan
kelangsungan operasi dan pemeliharaan.
 Mengembangkan rancangan teknologi sederhana
yang sesuai untuk daerah pedesaandan dalam
mendukung upaya pengentasan kemiskinan serta
menciptakan lapangan kerja baru.
 Mengembangkan rancangan teknis untuk
membuka dan meningkatkan pertumbuhan daerah
terpencil, terkucil dan perbatasan.
d. Melaksanakan tugas pengadaan asset.
 Menyelidiki kebutuhan akan aset baru.
 Menyiapkan spesifikasi atau uraian untuk usulan
pengadaan aset baru.
 Melaksanakan kegiatan pengadaan asset.
 Melaksanakan pengujian untuk penerimaan pada
saat penyerahan.

174
e. Melaksanakan atau mengawasi tugas pemeliharaan
asset.
 Mengembangkan falsafah pemeliharaan dan
parameter kinerja asset.
 Menyiapkan jadwal pemeliharaan pencegahan.
 Menyiapkan petunjuk/panduan untuk
pemeliharaan perbaikan.
 Menetapkan, dan kalu perlu merancangkan, alat
bantu pemeliharaan.
 Mengawasi tugas pemeliharaan.
 Menentukan kebutuhan persediaan suku cadang.
 Melaksanakan pemeriksaan atas kegagalan.
 Melaksanakan analisis terhadap modus kegagalan
dan akibatnya.
f. Malaksanakan tugas pengendalian dan optimasi asset.
 Mendefinisikan paramater kinerja aset.
 Menyiapkan petunjuk operasi dan melatih
operator.
 Merencanakan dan melakukan tugas pemantauan
kondisi aset.
 Mengawasi pengoperasian sistem-sistem aset.
 Mengatur pengoperasian aset untuk menjamin
pelayanan.
 Mempelajari kemingkinan memperpanjang umur
aset.
g. Merencanakan dan melaksanakan penghapusan aset.
 Mempelajari penentuan umur ekonomis aset.
 Menyelidiki penghapusan aset secara ekonomis
 Merekomendasikan langkah penghapusan aset.
 Melakukan pemulihan lahan bekas lokasi aset.

175
DAFTAR PUSTAKA

Appelbaum, D., Lawton, SV, Etika dan profesi, Prentice-Hall,


USA. Amerika Serikat, 1990.
Badan Sertifikasi INTAKINDO, Peraturan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor : 09
/LPJK Tahun 2005, Tanggal 29 Desember 2005, Tentang
Penetapan Dan Pemberlakuan Bakuan Kompetensi
Tenaga Ahli Jasa Konstruksi (Lampiran V)
Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human,
Quality, Organizational, Legal, and Ethical Aspects of
Professional Practice. New York: John Wiley & Sons,
Inc., 1996.
Brooks, Leonard J. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5, Salemba
Empat: Jakarta, 2007.
Calhoun, CH, Wolitzer, P., Etika sebagai nilai tambah layanan,
CPA Journal, 71 (1) Jan, 71-3, 2001.
Ferguson, WC, Membangun landasan etika yang kokoh dalam
bisnis, Eksekutif Speaker, 9 (1), Agustus-September, 33-
9, 1994.
Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle
River, NJ. : Prentice Hall – Engineering Source, 1999.
Martin, MW dan Schinzinger, R., Etika dalam Rekayasa, 3rd
Ed., McGraw-Hill, New York, 1996.

176
Miftahul Huda, Etika dan Kode Etika Profesi, Diktat Kuliah
Profesional Skil Bagian IV, Program Studi Teknik Sipil,
Jurusan Teknik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya,
2006.
Miftahul Huda, 2006, Industri Jasa Konstruksi (kontraktor),
Diktat Kuliah Profesional Skil, Program Studi Teknik
Sipil, Jurusan Teknik Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Wahyu Pratiwi, Destiana. dkk. Makalah Organisasi Profesi
Engineering. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas
Maret: Surakarta, 2012.
Whitbeck, Caroline. Ethics in Engineering Practice and
Research. Cambridge : Cambridge University Press,
1998.
Wignjosoebroto, Soetandyo. Profesi, Profesionalisme dan Etika
Profesi. Makalah disajikan dalam diskusi tentang
profesionalisme hukum (notariat) di Fakultas Hukum
Universitas Airlangga – Surabaya, 1999.
Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengamalan dan
Permasalahan. Makalah disampaikan dalam acara
diskusi “Perspektif Pembangunan Daya saing Global
Tenaga Kerja Profesional”, Badan Kejuruan Mesin –
Persatuan Insinyur Indonesia, tanggal 1 Desember 1999
di Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. Manusia, Sains-Teknologi dan Etika
Profesi. Makalah disampaikan dalam acara Semiloka
Nasional, “Peningkatan Peran Studi Sosial dan
Humaniora di Perguruan Tinggi Teknologi”, Jurusan
MKU-MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada
tanggal 6 Nopember 2000 di Kampus ITS-Surabaya.

177
Wignjosoebroto, Sritomo. Business & Professional Ethics.
Modul Pelatihan Program Profesi Insinyur, Persatuan
Insinyur Indonesia (PII), 2000.
Wright, Paul H. .Pengantar Engineering, Erlangga : Jakarta,
2005.

178

Anda mungkin juga menyukai