NIM : G3A019125
2. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut :
a. Kelainan Postur
b. Gangguan Perkembangan Otot
c. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan Otot
Menurut (Riyadi & Widuri, 2015) dan (Saputra, 2013) faktor-faktor yang
dapat memengaruhi mobilitas fisik adalah sebagai berikut:
1
a. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
b. Proses Penyakit
Proses penyakit sangat memengaruhi kemampuan seseorang dalam
mobilisasi karena keadaan tersebut dapat memengaruhi fungsi sistem
tubuh,
c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh
kebudayaan. Misalnya orang dengan kebudayaan sering berjalan jauh
maka mobilitas yang dimilikinya lebih kuat daripada orang dengan
kebudayaan adat yang dilarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat Energi
Energi merupakan sumber seseorang untuk melakukan aktivitas. Untuk
memenuhi aktivitasnya, maka seseorang harus memiliki energi yang
cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada masing-masing tingkat
usia. Hal tersebut dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi gerak
sejalan dengan perkembangan usia.
3. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan
aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan
alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan
dalam berjalan.
2
Menurut (Mubarak, 2007) manifestasi klinik hambatan mobilitas fisik
yaitu:
4. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
3
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan
otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan
otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mubarak, dkk tahun 2015 pemeriksaan penunjang pada klien
dengan gangguan mibilitas fisik diantaranya:
a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tualng.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumot jaringan lunak atau
4
cidera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (magnetik resonance imaging) adalah teknik pencitraan khusus
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
6. Komplikasi
Menurut Asmadi (2008) komplikasi pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik diantaranya yaitu:
a. Perubahan Metabolik
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
e. Perubahan Eliminasi
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
g. Perubahan Sistem Integumen
Komplikasi yaitu:
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi
orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk masalah hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai
berikut (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U, 2016):
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
5
fleksibelitas sendi. Posisi tersebut seperti : Memiringkan pasien, Posisi
fowler, Posisi sims.
1) Posisi Trendelenburg
2) Posisi genupectoral
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi litotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilatih dengan cara melatih posisi
duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda dan
lain-lain.
c. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan otot.
1) ROM Aktif yaitugerakan yang dilakukanolehseseorang (pasien)
denganmenggunakanenergisendiri. Perawatmemberikanmotivasi,
danmembimbingkliendalammelaksanakanpergerakansendirisecaraman
dirisesuaidenganrentanggeraksendi normal (klienaktif).
2) ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien
pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008)
d. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
6
e. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri.
Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada
penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih
efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
f. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan
cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-
lain.
8. Nilai-nilai normal
a. Kategori tingkat kemampuan aktifitas
Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain dan
peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam peralatan
7
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan Fleksi : tekuk jari'jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah
Ekstensi :luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari'jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan menghadap
keatas.
Tangan dan fleksi : buat kepalan tangan 90
Ekstensi : luruskan jari 90
jari
Hiperektensi : tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari-jari tangan 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
8
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
d. Indeks katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Kamar Kecil
9
4. Berpindah
5. Kontinen
6. Makan
Mandiri :
Bergantung :
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
10
1) Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
2) Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
3) Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsitambahan
4) Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan
5) Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
6) Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
7) Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
11
1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 = tergantung orang lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5. BAK 0 = inkontinensial / pakai kateter dan tidak terkontrol
1 = kadang inkontinesial (maks 1x24 jam)
2 = kontinensial (teratur untuk > 7 hari)
6. BAB 0 = inkontinensial (tidak tertur / perlu enema)
1 = kadang inkontinesial (sekali seminggu)
2 = kontinensial (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = tergantung bantuan orang lain
1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
8. Transfer 0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
9. Mobilitas 0 = immobile (tidak mampu)
(berjalan 1 = menggunakan kursi roda
dipermukaan datar) 2 = mandiri (menggunakan alat bantu)
10. Naik turun tangga 0 = tidak mampu
1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Keterangan :
1. Skor 20 = mandiri
2. Skor 12-19 = ketergantungan ringan
3. Skor 9-11 = ketergantungan sedang
4. Skor 5-8 = ketergantungan berat
5. Skor 0-4 = ketergantungan total
12
9. Pathways
Proses Penuaan
Penurunan fungsi
sistem organ
Penurunan fungsi
muskuloskeletal
Keterbatasan dalam
bergerak Intoleransi
aktivitas 13
Hambatan
mobilitas fisik
14
11. Intervensi keperawatan
15
persentil ke-75 sesuai usia prosedur ambulasi
- Efek agen farmakologis - Anjurkan melakukan
- Program pembatasan gerak ambulasi dini
- Nyeri - Ajakan ambulasi sederhana
- Kurang terpapar informasi yang harus dilakukan
tentang aktifias fisik
- Kecemasa
Dukungan Mobilisasi
- Ganguan kognitif
Observasi
- Keengganan melakukan
- Identifikasi adanya nyeri
pergerakan
atau keluhan fisik lainnya
- Gangguan sensoripersepsi
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Gejala dan Tanda :
- Monitor frekuensi jantung
Mayor dan tekana darah sebelum
- Subjektif : Mengeluh sulit memulai mobilisasi
menggerakan ekstremitas - Monitor kondisi umum
- Objektif : selama melakukan
Kekuatan otot menurun mobilisasi
Rentang gerak ROM Terapeutik
menurun - Fasilitasi aktivitas
Minor : mobilisasi dengan alat
- Subjektif : bantu (mis. Pagar tempa
Nyeri saat bergerak tidur)
Enggan melakukan - Fasilitasi melakukan
pergerakan pergerakan , jika perlu
Merasa cemas saat bergerak - Libatkan keluarga untuk
16
- Objektif : membantu pasien dalam
Sendi kaku meningkatkan pergerakan
Gerakan tidak terkoordinasi Edukasi
Gerakan terbatas - Jelaskan tujuan dan
Fisik lemah prosedur mobiisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
17
Penyebab : b. Kecepatan berjalan tubuh yang mengakibatkan
Ketidak seimbangan antara suplai dan meningkat (5) kelelahan
kebutuhan oksigen c. Jarak berjalan - Monitor kelelaan fisik an
Tirah baring meningkat (5) emosioal
Kelemahan d. Kekuatan tubuh bagian - Monitor pola dan jam tidur
Imobilitas atas meningkat (5) - Monitor lokasi dan
Gaya hidup monoton e. Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan selam
bawah meningkat (5) melakukan aktivitas
Gejala dan Tanda : f. Toleransi menaiki -
Mayor : tangga meningkat (5) Teraupetik
- Subjektif : g. Keluhan lelah menurun - Sediakan lingkungan
Mengeluh lelah (5) nyaman dan rndah stimulus
- Objektif : h. Dispnea saat aktivitas (mis. Cahaya, suara,
Frekuensi jantung menurun (5) kunjungan.)
meningkat >20% dari i. Aritmia saat aktivitas - Lakukan latihan rentang
kondisi istirahat menurun (5) gerak pasif dan atau aktif
Minor : j. Aritmia setelah aktivitas - Berikan aktivias distraksi
- Subjektif : menurun (5) yang menenankan
Dispnea saat/ setelah k. Sianosis menurun (5) - Fasilias duduk di sisi
aktivitas l. Perasaan lemah tempat tidur,jika tidak dapat
Merasa tidak nyaman menurun (5) bepindah atau berjalan
setelah beraktivitas m. Frekuensi nadi membaik Edukasi
Merasa lemah (5) - Anjurkan tirah baring
- Objektif : n. Warna kulit membaik - Anjurkan melakkan
Tekanan darh berubah (5) aktivitas secara bertahap
>20% dari kondisi istirahat o. Tekanan darah membaik - Anjurkan menghubungi
(5) prat jika tanda dan gejala
18
Gambaran EKG p. Saturasi oksigen kelelahan tidak berkuang
menunjukan aritmia saat/ membaik (5) - Ajarkan strategi koping
setelah aktivitas q. Frekuensi nafas EKG untu engurangi kelelahan
Gambaran EKG iskemia membaik (5) Kolaborasi
menunjukkan iskemia - Kolaborasi dengan ahli gizi
Sianosis tentang cara meningkatkan
Pernapasan cuping hidung. asupan makana.
Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat.
Ventilasi semenit menurun.
Kapasitas vital menurun. Terapi aktivitas
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menurun. Observasi
Ekskursi dada berubah. - Identifikasi deficit tingkat
aktivitas
- Identifikasi kemampuan
bepartisipasi dalam
aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
- Identifikasi tsrategi
meningkat partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi maknaakivitas
rutin (mis. Bekerja) dan
waktu luang
19
- Monitor respons emosional,
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivias
Teraupetik
- Fasilitas fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi makna aktivitas
yan dipilih
- Fasiliasi transportasi untuk
menghindari aktivitas
- Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merlaksasi otot
- Libatkan keluarga dalam
20
aktivitas
-
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakkan
akifitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
akvitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
akivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga
untukmemberi penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis
okupasi alam
merencanakan dan
memonitor progam
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
21
program aktivitas, jika
perlu
22
DAFTAR PUSTAKA
23