Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM.K DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN DI RUMAH
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG

Persiapan Praktek Ruang : Bangsal Gardenia

Tanggal Praktek : 18-30 November 2019

Nama Mahasiswa : Muhamad Duwi Setiawan

NIM : G3A019125

Nama Pembimbing : Wiwin Suryaningrum,. S.Sos

Tanda Tangan Pembimbing :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019
1. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal (Marlina, 2012).
Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur sehingga dapat beraktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit,
dan untuk aktualisasi diri (Saputra, 2013).
Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif, yaitu seseorang tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2007). 
Imobilisasi atau gangguan mobilitas definisi dari NANDA, merupakan
suatu keadaan ketika seseorang mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik (Riyadi & Widuri, 2015).

2. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut :
a. Kelainan Postur
b. Gangguan Perkembangan Otot
c. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan Otot
Menurut (Riyadi & Widuri, 2015) dan (Saputra, 2013) faktor-faktor yang
dapat memengaruhi mobilitas fisik adalah sebagai berikut:

1
a. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas
seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari.
b. Proses Penyakit
Proses penyakit sangat memengaruhi kemampuan seseorang dalam
mobilisasi karena keadaan tersebut dapat memengaruhi fungsi sistem
tubuh,
c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh
kebudayaan. Misalnya orang dengan kebudayaan sering berjalan jauh
maka mobilitas yang dimilikinya lebih kuat daripada orang dengan
kebudayaan adat yang dilarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat Energi
Energi merupakan sumber seseorang untuk melakukan aktivitas. Untuk
memenuhi aktivitasnya, maka seseorang harus memiliki energi yang
cukup.
e. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada masing-masing tingkat
usia. Hal tersebut dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi gerak
sejalan dengan perkembangan usia.

3. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan
aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan
alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan
dalam berjalan.

2
Menurut (Mubarak, 2007) manifestasi klinik hambatan mobilitas fisik
yaitu:

a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:


1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi dan gangguan metebolisme kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi orthostastik, peningkatan beban kerja
jantung dan pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktivitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik, metabolik
karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium dan gangguan pencernaan.
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan resiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
6) Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan
anoksia jaringan.
7) Neurosensori : sensori deprivation.
b. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori dan sosiokultural.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Pergerakan tidak terkoordinasi.
e. Penurunan waktu reaksi (lambat).

4. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,

3
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak
ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan
otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan
otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah

5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mubarak, dkk tahun 2015  pemeriksaan penunjang pada klien
dengan gangguan mibilitas fisik diantaranya:
a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tualng.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumot jaringan lunak atau

4
cidera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (magnetik resonance imaging) adalah teknik pencitraan khusus
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.

6. Komplikasi
Menurut Asmadi (2008) komplikasi pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik diantaranya yaitu:
a. Perubahan Metabolik
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
e. Perubahan Eliminasi
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
g. Perubahan Sistem Integumen
Komplikasi yaitu:
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi
orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk masalah hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai
berikut (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U, 2016):
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan

5
fleksibelitas sendi. Posisi tersebut seperti : Memiringkan pasien, Posisi
fowler, Posisi sims.
1) Posisi Trendelenburg
2) Posisi genupectoral
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi litotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilatih dengan cara melatih posisi
duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda dan
lain-lain.
c. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan otot.
1) ROM Aktif yaitugerakan yang dilakukanolehseseorang (pasien)
denganmenggunakanenergisendiri. Perawatmemberikanmotivasi,
danmembimbingkliendalammelaksanakanpergerakansendirisecaraman
dirisesuaidenganrentanggeraksendi normal (klienaktif).
2) ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien
pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008)
d. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.

6
e. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri.
Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada
penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih
efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
f. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan
cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-
lain.

8. Nilai-nilai normal
a. Kategori tingkat kemampuan aktifitas
Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain dan
peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam peralatan

b. Rentang gerak (Range Of Motion - ROM)


Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu Adduksi :gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.

7
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan Fleksi : tekuk jari'jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah
Ekstensi :luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari'jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan menghadap
keatas.
Tangan dan fleksi : buat kepalan tangan 90
Ekstensi : luruskan jari 90
jari
Hiperektensi : tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari-jari tangan 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi

c. Derajat kekuatan otot


Skala Presentasi kekuatan Karakteristik
normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di
palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang

8
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

d. Indeks katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi

Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian


mandi (seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri
sepenuhnya

Tergantung : Bantuan mandi lebih dari


satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri

2. Berpakaian

Mandiri : Mengambil baju dari lemari,


memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian

Tergantung : Tidak dapat memakai baju


sendiri atau hanya sebagian

3. Ke Kamar Kecil

Mandiri : Masuk dan keluar dari kamar


kecil kemudian membersihkan genetalia
sendiri

Tergantung : Menerima bantuan untuk


masuk ke kamar kecil dan menggunakan

9
4. Berpindah

Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat


tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri

Ketergantungan : Bantuan dalam naik atau


turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih perpindahan

5. Kontinen

Mandiri : BAB dan BAK dikontrol dengan


sendirinya

bergantungan : Inkontinensial parsial atau


total, penggunaan kateter atau pispot

6. Makan

Mandiri :

Mengambil makanan dipiring dan


menyuapinnya sendiri

Bergantung :

Bantuan dalam hal mengambil makanan dari


piring dan menyuapinnya, tidak makan sama
sekali atau makan parenteral (NGT)

Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :

10
1) Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
2) Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
3) Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsitambahan
4) Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan
5) Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
6) Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
7) Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

e. Indeks ADL Barthel


Nama klien :
Usia :
JK :
Lembar pengkajian indeks barthel
N Item yang dinilai Skor
O
1. Makan 0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan memotong lauk, mengoles mentega
2 = mandiri
2. Mandi 0 = ketergantungan
1 = mandiri
3. Perawatan diri 0 = membutuhkan bantuan orang lain

11
1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 = tergantung orang lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5. BAK 0 = inkontinensial / pakai kateter dan tidak terkontrol
1 = kadang inkontinesial (maks 1x24 jam)
2 = kontinensial (teratur untuk > 7 hari)
6. BAB 0 = inkontinensial (tidak tertur / perlu enema)
1 = kadang inkontinesial (sekali seminggu)
2 = kontinensial (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = tergantung bantuan orang lain
1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
8. Transfer 0 = tidak mampu
1 = butuh bantuan (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
9. Mobilitas 0 = immobile (tidak mampu)
(berjalan 1 = menggunakan kursi roda
dipermukaan datar) 2 = mandiri (menggunakan alat bantu)
10. Naik turun tangga 0 = tidak mampu
1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Keterangan :
1. Skor 20 = mandiri
2. Skor 12-19 = ketergantungan ringan
3. Skor 9-11 = ketergantungan sedang
4. Skor 5-8 = ketergantungan berat
5. Skor 0-4 = ketergantungan total

12
9. Pathways

Proses Penuaan

Penurunan fungsi sel,


jaringan dan organ

Penurunan fungsi
sistem organ

Penurunan fungsi
muskuloskeletal

Kekuatan otot immobilisasi


menurun

Keterbatasan dalam
bergerak Intoleransi
aktivitas 13
Hambatan
mobilitas fisik

10. Diagnosa Keperawatan


a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan Gangguan muskuloskeletal.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

14
11. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 SDKI : SLKI: SIKI :

Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi


Observasi
Definisi : Keterbatasan dalam gerak fisik Kriteria Hasil: - Identifikasi adanya nyeri
dari satu atau lebih ekstremitas secara atau keluhan fisik lainnya
mandiri. a. Pergerakan ekstremitas
menigkat (5) - Identifikasi toleransi fisik
b. Kekuatan otot melakukan ambulasi
meningkat (5) - Monitor frekuensi jantung
Penyebab : dan tekanan darah sebelum
c. Rentang gerak (ROM)
- Kerusakan integritas struktur meningkat (5) memuai ambulasi
tulang. d. Nyeri menurun (5) - Monior kondisi umum
- Perubahan metabolisme e. Kecemasan menurun (5) selama melakukan ambulasi
- Ketidak bugaran fisik f. Kaku sendi menurun (5) Teraupetik
- Penurunan kendali otot g. Gerakan tidak - Fasilitasi aktiitas ambulasi
- Penurunan massa otot terkoordinasi menurun dengan alat bantu (mis.
- Penurunan kekuatan otot (5) Tongkat, kruk)
- Keterlambatan perkembangan h. Gerakan terbatas - Fasilitasi melakukan
- Kekuatan sendi menurun (5) mobilisasi fisik, jika perlu
- Kontraktur i. Kelemahan fisik - Libatkan keluarga untuk
- Malnutrisi menurun (5) membantu pasien dalam
- Gangguan muskuloskeletal meningkatkan ambulasi
- Gangguan neuromuskular Edukasi
- Indeks masa tubuh diatas - Jelaskan tujuan dan

15
persentil ke-75 sesuai usia prosedur ambulasi
- Efek agen farmakologis - Anjurkan melakukan
- Program pembatasan gerak ambulasi dini
- Nyeri - Ajakan ambulasi sederhana
- Kurang terpapar informasi yang harus dilakukan
tentang aktifias fisik
- Kecemasa
Dukungan Mobilisasi
- Ganguan kognitif
Observasi
- Keengganan melakukan
- Identifikasi adanya nyeri
pergerakan
atau keluhan fisik lainnya
- Gangguan sensoripersepsi
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Gejala dan Tanda :
- Monitor frekuensi jantung
 Mayor dan tekana darah sebelum
- Subjektif : Mengeluh sulit memulai mobilisasi
menggerakan ekstremitas - Monitor kondisi umum
- Objektif : selama melakukan
 Kekuatan otot menurun mobilisasi
 Rentang gerak ROM Terapeutik
menurun - Fasilitasi aktivitas
 Minor : mobilisasi dengan alat
- Subjektif : bantu (mis. Pagar tempa
 Nyeri saat bergerak tidur)
 Enggan melakukan - Fasilitasi melakukan
pergerakan pergerakan , jika perlu
 Merasa cemas saat bergerak - Libatkan keluarga untuk

16
- Objektif : membantu pasien dalam
 Sendi kaku meningkatkan pergerakan
 Gerakan tidak terkoordinasi Edukasi
 Gerakan terbatas - Jelaskan tujuan dan
 Fisik lemah prosedur mobiisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

2 SDKI : SLKI : SIKI:

Intoleransi Aktivitas KriteriaHasil: ManajemenEnergi


a. Kemudahan melakukan
Definisi : Ketidak cukupan energi untuk aktivitas sehari-hari Observasi
melakukan aktivitas sehari-hari meningkat (5) - Identifikasi ganguan fungsi

17
Penyebab : b. Kecepatan berjalan tubuh yang mengakibatkan
 Ketidak seimbangan antara suplai dan meningkat (5) kelelahan
kebutuhan oksigen c. Jarak berjalan - Monitor kelelaan fisik an
 Tirah baring meningkat (5) emosioal
 Kelemahan d. Kekuatan tubuh bagian - Monitor pola dan jam tidur
 Imobilitas atas meningkat (5) - Monitor lokasi dan
 Gaya hidup monoton e. Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan selam
bawah meningkat (5) melakukan aktivitas
Gejala dan Tanda : f. Toleransi menaiki -
 Mayor : tangga meningkat (5) Teraupetik
- Subjektif : g. Keluhan lelah menurun - Sediakan lingkungan
 Mengeluh lelah (5) nyaman dan rndah stimulus
- Objektif : h. Dispnea saat aktivitas (mis. Cahaya, suara,
 Frekuensi jantung menurun (5) kunjungan.)
meningkat >20% dari i. Aritmia saat aktivitas - Lakukan latihan rentang
kondisi istirahat menurun (5) gerak pasif dan atau aktif
 Minor : j. Aritmia setelah aktivitas - Berikan aktivias distraksi
- Subjektif : menurun (5) yang menenankan
 Dispnea saat/ setelah k. Sianosis menurun (5) - Fasilias duduk di sisi
aktivitas l. Perasaan lemah tempat tidur,jika tidak dapat
 Merasa tidak nyaman menurun (5) bepindah atau berjalan
setelah beraktivitas m. Frekuensi nadi membaik Edukasi
 Merasa lemah (5) - Anjurkan tirah baring
- Objektif : n. Warna kulit membaik - Anjurkan melakkan
 Tekanan darh berubah (5) aktivitas secara bertahap
>20% dari kondisi istirahat o. Tekanan darah membaik - Anjurkan menghubungi
(5) prat jika tanda dan gejala

18
 Gambaran EKG p. Saturasi oksigen kelelahan tidak berkuang
menunjukan aritmia saat/ membaik (5) - Ajarkan strategi koping
setelah aktivitas q. Frekuensi nafas EKG untu engurangi kelelahan
 Gambaran EKG iskemia membaik (5) Kolaborasi
menunjukkan iskemia - Kolaborasi dengan ahli gizi
 Sianosis tentang cara meningkatkan
 Pernapasan cuping hidung. asupan makana.
 Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat.
 Ventilasi semenit menurun.
 Kapasitas vital menurun. Terapi aktivitas
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun. Observasi
 Ekskursi dada berubah. - Identifikasi deficit tingkat
aktivitas
- Identifikasi kemampuan
bepartisipasi dalam
aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
- Identifikasi tsrategi
meningkat partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi maknaakivitas
rutin (mis. Bekerja) dan
waktu luang

19
- Monitor respons emosional,
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivias

Teraupetik
- Fasilitas fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
- Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi makna aktivitas
yan dipilih
- Fasiliasi transportasi untuk
menghindari aktivitas
- Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merlaksasi otot
- Libatkan keluarga dalam

20
aktivitas
-

Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari
- Ajarkan cara melakkan
akifitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
akvitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
akivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga
untukmemberi penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis
okupasi alam
merencanakan dan
memonitor progam
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau

21
program aktivitas, jika
perlu

22
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi., (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba


Medika
Gunawan, Adi. (2006). Mekanisme dan Mekanika Pergerakan otot vol 6 no 2.
Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A.L., (2014). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba
Medika
Hidayat, A. Aziz Amilul & Musrifatul Uliyah. (2016). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Marlina, (2012). Mobilisasi Pada Pasien Fraktur Melalui Pendekatan. Idea
Nursing Journal, I(1).
Mubarak, Lilis & Joko, (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1.
Jakarta: Salemba medika.
Mubarak, I, W, & Cahyatin N (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori
& Aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
vol.2.Jakarta: EGC.
Riyadi, S. & Widuri, H., (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosis NANDA. Yogyakarta: Gosyen.
Saputra, L., (2013). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:
Binarupa Aksara.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawaran Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

23

Anda mungkin juga menyukai