Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan,

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga.Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di

hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan

dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan

bersama (friedman, 2017).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain

(orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana

bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang

dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai.

Dukungan keluarga memiliki empat dimensi dukungan yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informative. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasaan seseorang

dalam menjalani kehidupan sehari hari dimana peran keluarga sangat penting

dalam setiap aspek perawatan kesehatan keluarga mulai dari strategi strategi
hingga fase rehabilitasi (Friedman, 2016).

Menurut Depkes RI tahun 2016, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan

keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan

adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap

anggota keluarganya. Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)

keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan

darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka

menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

Provinsi Sulawesi utara merupakan salah satu provinsi dengan jumlah

kasus DM yang cukup tinggi. Kejadian Diabetes Melitus yang diperoleh dari

data dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, menunjukkan bahwa jumlah

kasus DM terus meningkat. pada tahun 2016 jumlah kasus DM yaitu 3652

kasus dengan mengalami peningkatan pada tahun 2017 dengan jumlah 5083

kasus. Data yang di peroleh dari dinas Kesehatan Kota Manado, didapatkan

bahwa jumlah kasus Diabetes melitus yaitu 2756 kasus (Dinkes Provinsi Sulut

2016). Sedangkan untuk wilayah kerja bitung RSUD Bitung prevelensi

penderita DM pada tahun 2019 sebanyak 280 orang dengan jumlah kunjungan

tiap bulan diperkirakan sebanyak 23 kunjungan setiap bulannya, pada tahun

2021 data menyebutkan bahwa sejak bulan januari hingga bulan mei sudah 42
orang penderita DM yang berkunjung di RSUD Bitung dengan kata lain terjadi

peningkatan jumlah kunjungan penderita DM di RSUD Bitung (Viena Hanna


Ketsia Worang, Jeavery Bawotong, Frenly Muntu Untu).

Kecemasan atau disebut dengan anxiety adalah keadaan emosional yang tidak

menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi

bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis

yang tidak disadari secara langsung (Dorland, 2017).

Pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus diabetik terjadi reaksi cemas

dan depresi karena penyakit tersebut dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap

kehidupan, sehingga menimbulkan perasaan takut, khawatir, gelisah, dan merasa

tidak nyaman diberbagai situasi. Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap

persepsi adanya bahaya yang nyata maupun yang hanya dibayangkan (Darmawati &

Darliana, 2018).

Peran keluarga, faktor penerimaan diri terhadap penyakit yang diderita

juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. Seseorang akan lebih tenang

dalam menghadapi masalah dan berisiko lebih kecil untuk mengalami

kecemasan apabila memiliki penerimaan diri yang baik (Ispriantari &

Priasmoro, 2017). Penerimaan diri yang baik timbul karena adanya hubungan

spiritualitas yang baik terhadap tuhan, dimana seseorang yang memiliki tingkat

spiritualitas tinggi lebih bisa bersikap tabah dan menerima setiap kekurangan

yang dimiliki (Chaves, et al., 2016). Adanya penerimaan diri yang baik

berkaitan dengan tingkat pendidikan seseorang, dimana tingkat pendidikan

mendorong individu untuk menuju ke pemahaman dan penerimaan diri yang

tepat tentang mekanisme penyakit yang dialami serta meningkatkan kepatuhan

terhadap pengobatan. Seseorang yang memiliki pendidikan rendah berisiko


1,69 kali lebih besar untuk mengalami kecemasan (Ganasegeran, Renganathan,
Manaf, & Al-Dubai, 2016).

Melihat permasalahan di atas maka peneliti memandang perlu untuk

melakukan penelitian tentang: “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Respon Cemas Pada Pasien Ulkus Diabetikum Tipe 2 di UPTD Rumah Sakit

Tipe C Manembo-nembo Bitung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: Aapakah Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Respon Cemas Pada Pasien Ulkus Diabetikum Tipe 2 Pada Lansia

Di UPTD Rumah Sakit Tipe C Manembo-nembo Bitung.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Respon Cemas

Pada Pasien Ulkus Diabetikum Tipe 2 Di UPTD Rumah Sakit Tipe C

Manembo-nembo Bitung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Dukungan Keluarga Terhadap Kecemasan

pasien Ulkus Diabetikum DM Tipe 2 di UPTD Rumah Sakit Tipe C

Manembo-nembo Bitung.

b. Untuk mengidentifikasi respon cemas pada pasien ulkus diabetikum tipe

2 di UPTD Rumah Sakit Tipe C Manembo-nembo Bitung.

c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas pada

pasien ulkus diabetikum tipe 2 di UPTD Rumah Sakit Tipe C Manembo-


nembo Bitung.

D. Manfaat Penelitian

1. Instansi Pendidikan

Sebagai referensi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan melalui

penelitian lain di masa yang akan datang.

2. Instansi Penelitian

Sebagai data dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama

dalam peningkatan pelayanan kesehatan dan pelayanan terkait dengan

dukungan keluarga terhadap respon cemas pasien ulkus diabetikum tipe 2.

3. Peneliti

Sebagai acuan serta pengalam bagi peneliti untuk mengembangkan

pengetahuan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai